IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak, Batas, Dan Luas Wilayah Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara yang ditetapkan dengan Undang-Undang no 6 tahun 1991 tanggal 16 Juli 1991. Letak Kabupaten Lampung Barat pada koordinat : Lintang Selatan : 40 47’ 16”- 50 56’ 42” Bujur Timur
: 1030 35’ 08” – 104 0 33’ 51”
Batas Wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Propinsi Bengkulu 2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tenggamus, dan Kabupaten Lampung Tengah 3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan Selat Sunda 4. Sebelah Barat, bebatasan dengan Samudera Hindia Kabupaten Lampung Barat secara administratif meliputi 25 kecamatan, 7 kelurahan dan 250 desa. 4.2 Topografi Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa berdasarkan bentuk Wilayah Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 3 wilayah topografi sebagai berikut: 1. Daerah dataran rendah, yaitu daerah berketinggian 0-600 meter dari permukaan laut 2. Daerah berbukit, yaitu daerah berketinggian diatas 600-1.000 meter dari permukaan laut 3. Daerah pengunungan, yaitu daerah berketinggian di atas 1.000-2.000 meter dari permukaan laut Pesisir Selatan, sebagaimana keadaan topografi Wilayah Pesisir umumnya sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan ketinggian kurang dari 600 m dpl. Keadaan tersebut sangat jelas pada areal Repong Damar di Kecamatan Pesisir Selatan, hampir seluruhnya (92,3%) merupakan wilayah dataran dan hanya
sebagian kecil saja (3,8%) merupakan lahan miring dan curam, keadaan sangat berbeda dengan areal Repong yang berada di Wilayah Kecamatan Pesisir Tengah yang mana antara repong yang datar dan miring relatif sama. Keadaan wilayah sepanjang pantai pesisir barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan 3% sampai 5%. Bagian barat laut Kabupaten Lampung Barat terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Panggung (1.808 m), Bukit Palawan (1.735 m), dan Gunung Talabjan (1.413 m), Bagian Selatan terdapat beberapa gunung dan bukit, yaitu Bukit Penetoh (1.166 m) Bukit Bawanggutung (1.042 m), Gunung Sekincau (1.718 m). Pegunungan Labuhan Balak (1.313 m), dan Bukit Sipulang (1.315 m). Bagian Timur dan Utara terdapat Gunung Pesagih (2.127 m), Gunung Sabhallah (1.623 m), Gunung Ulumajus (1.789 m), Gunung Siguguk (1.779 m), dan Bukit Penetaan (1.688 m). Topografi Pesisir Krui bervariasi antara daratan pantai sampai daratan tinggi (pegunungan). Komposisi lekukan bumi di Wilayah Pesisir Krui sekitar 25% terdiri dari daratan pantai Samudera Hindia, dan menaik sekitar 75% menuju pegunungan Bukit Barisan Selatan. Topografi Pesisir Krui diperkaya dengan banyaknya aliran sungai seperti Way Jambu, Way Olor, Way Hanuan, Way Palembang, Way Karwi, Way Tebakak, Way Pemancar dan lain-lain. 4.3 Iklim Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa iklim disuatu tempat sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain curah hujan, hari hujan, evaporasi, temperatur, transpirasi dan kecepatan angin. Hal tersebut erat kaitannya dengan keadaan topografi, vegetasi, maupun ketinggian suatu tempat. Menurut Oldeman dan Las Devies, daerah Lampung Barat memiliki dua tipe iklim yaitu: 1. Tipe Iklim A : Terdapat di sebelah Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan 2. Tipe Iklim B : Terdapat di sebelah Timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelembaban udara di daerah ini tergolong basah (udic). Kelembaban berkisar antara 50-80 % dengan curah hujan tahunan yang tinggi, yaitu >2.000 mm. Regim suhu berkisar dari panas (isohypothermic) pada dataran pantai (di bagian
barat) sampai dingin (isimesic) di daerah perbukitan. Sedangkan curah hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria yaitu : 1. Curah Hujan antara 1.500 s/d 2.000 mm/tahun. 2. Curah Hujan antara 2.000 s/d 2.500 mm/tahun. 3. Curah Hujan antara 2.500 s/d 3.000 mm/tahun. 4.4 Hidrologi Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Wilayah Lampung Barat di bagian barat kaya akan sungai-sungai yang mengalir dan berjalur pendek, dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir, Delta marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik. Hal ini menyebabkan bila air membesar, maka muara sungai sering berlimpah (meander). Sungai-sungai yang berukuran pendek dan mengalir di lereng terjal sangat potensial dikembangkan untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di daerah delta pantai walau masih terkena pengaruh pasang surut. Bagian Timur Lampung Barat merupakan daerah tangkapan air (catcment area), sungai-sungai yang mengalir ke arah laut, antara lain Way Besai, Way Seputih dan lain-lain. Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang terangkut sedimen menyebabkan makin cepatnya pemiskinan hara di wilayah ini. 4.5 Geomorfologi Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa formasi geologi yang menyusun Wilayah Lampung Barat meliputi formasi alluvium, gamping koral, batuan gunung api kuartier, Batuan Gunung Api, Bintuhan, Ranau, Semung, Lemau, Hulusimpang, Bal, Batuan Terobosan, Lakitan, Simpang Aur dan Formasi Seblat. Untuk fisiografis Wilayah Pesisir Kabupaten Lampung Barat didominasi oleh Teras Marin seluas 56.312 ha (54,1%), Aluvial seluas 21.862 ha (21%) dan Marin seluas 12.500 ha (12%). Sebagian besar tanah di Kabupaten Lampung barat didominasi oleh jenis Entisol, Enceptisol dan Ultisol. Daerah pesisir ditempati oleh endapan alluvial sungai dan pantai, endapan vulkanik dari beberapa formasi, dan batuan gamping (Tabel 5). Daerah ini berada pada ketinggian 0-50 m dpl. Daerah ini relatif sempit, memanjang sepanjang pantai. Daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia ini, seperti
umumnya pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, dipengaruhi oleh gempa bawah laut yang dapat mengakibatkan gelombang tsunami. Daerah pegunungan yang merupakan punggung Bukit Barisan, ditempati oleh vulkanik quarter dari beberapa formasi. Daerah ini berada pada ketinggian 50 sampai > 1.000 m dpl. Daerah ini dilalui oleh sesar Semangka, dengan lebar zona sebesar ± 20 km. Pada beberapa tempat dijumpai beberapa aktifitas vulkanik dan pemunculan panas bumi. Tabel 5. Keadaan tanah di Kabupaten Lampung Barat Sistem Ketinggian Terdapat Tanah (m dpl) Alluvial 0 - 100 Sepanjang jalur Daerah Aliran Sungai Pesisir Selatan, Pesisir Tengah dan Pesisir Utara dan sebelah Selatan Gunung Sekincau (Suoh) Marine 0 - 20 Daerah yang terkena pasang surut berlumpur, beting pantai, dan cekungan antar pantai Teras Marine 0 - 20 Sepanjang pesisir pantai barat dengan variasi lereng 3-5 % Vulkan 25 - 200 Lereng pegunungan/ perbukitan dengan kelerengan curam (lebih dari 30 %) Perbukitan 5 – 1.000 Lereng pegunungan vulkan
Bahan Pembentuk Endapan sungai dan hasil alluvial atau koliviasi
Dari bahan endapan laut yang tersusun halus sampai kasar Tufa masam dan batuan sediment Bahan induk andesitis dan basal
Bahan vulkan, sedimen, plutonik masam, batuan metamorf yang ditutupi oleh bahan tufa masam ranau Pegunungan 25 – 1.350 Lereng pegunungan Bahan vulkan tersier, dan Plato vulkan dengan kelerengan plutonik masam, curam (lebih dari 30 %). metamorf dan tufa masam. Sumber : Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, 2011 Susunan batuan dan sifat-sifat fisiknya, struktur geologi, dan bentuk
topografik yang membentuk daerah ini menyebabkan daerah ini cukup rentan terhadap berbagai jenis bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor, dan erosi kuat. Daerah bergelombang berada pada ketinggian 500 – 1.000 m dpl, ditempati
oleh endapan vulkanik quarter. Daerah ini relatif aman terhadap gempa, namun pada bagian yang berlereng terjal masih dijumpai longsor. Berdasarkan kondisi fisik demikian, dalam konteks kerentanan terhadap bencana alam Wilayah Kabupaten Lampung Barat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona utama yaitu : 1. Zona I, daerah pesisir, dengan ancaman bencana alam gempa bawah laut dan tsunami, namun relatif aman terhadap gerakan tanah (tanah longsor). 2. Zona II, daerah pegunungan, yang relatif paling rentan terhadap bencana seperti tanah longsor, erosi kuat, dan gempa bumi yang juga berperan memicu longsor. 3. Zona III, daerah bergelombang, relatif paling aman meskipun tingkat erodibilitas tanahnya kurang lebih sama dengan Zona II, dan pada beberapa tempat masih dimungkinkan terkena longsor. 4.6 Vegetasi dan Satwa Menurut Dinas Kehutanan dan PSDA Kabupaten Lampung Barat dan Pusat LITBANG Hutan dan Konservasi (2005) menyatakan bahwa vegetasi yang menutupi kawasan Repong Damar di Pesisir Krui Lampung Barat didominasi oleh spesies damar mata kucing (S. javanica). Jenis tumbuhan lain yang memperkaya keanekaragaman tumbuhan adalah jenis-jenis tanaman buah-buahan tanaman seperti duku, durian, petai, jengkol, jambu bol, dan lain sebagainya. Sementara pada kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan vegetasi yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Fegaceae antara lain Quercus sp. Sebagaian besar satwa liar yang hidup di Repong Damar Krui adalah dari jenis mamalia. Beberapa diantaranya merupakan satwa yang keberadaannya dilindungi karena terancam punah. Jenis satwa tersebut antara lain kubung (Cynocephalus variegatus), tupai tanah (Tupaia glis), lalangga (Ratuta bicolor), landak (Hystrix brachyura), beruang (Helarctos malayanus), harimau (Panthera tigris sumatrae), alimawung hitam (Panthera pardus melas), tenuk (Tapirus indicus), badak (Dicerorhinus sumatraensis) dan lain-lain. 4.7 Kependudukan Pesisir Krui meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan, Pesisir Tengah, dan Pesisir Utara. Luas wilayah dan kepadatan penduduk ketiga
kecamatan tersebut berbeda-beda. Diantara ketiga kecamatan tersebut Pesisir Selatan merupakan kecamatan dengan wilayah paling luas dengan kepadatan penduduk terendah. Sedangkan Pesisir Tengah memiliki wilayah paling kecil dengan kepadatan tertinggi, secara lengkap disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kepadatan penduduk Krui menurut kecamatan Kecamatan
Luas (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan
(Jiwa)
(Jiwa/km2)
Pesisir Selatan
2.100,33
52.004
25
Pesisir Tengah
172,48
41.676
242
Pesisir Utara
634,43
21.974
35
Sumber: Biro Pusat Statistik Lampung Barat, 2005 Penduduk Wilayah Pesisir Krui Lampung Barat terdiri dari penduduk asli (Lampung) dan penduduk pendatang dari luar daerah seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Palembang dan Bengkulu. Sebagian besar penduduk (99,6%) beragama Islam, dan 0,4% sisanya menyebar merata sebagai pemeluk agama Kristen, Budha, Hindu, dan penganut aliran kepercayaan. Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk desa di Pesisir Krui adalah petani, terutama petani damar. Selain itu juga bekerja sebagai buruh tani, penyadap (pengunduh damar), pegawai negeri, pertukangan dan wiraswasta (Biro Pusat Statistik Lampung Barat 2005).