IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Desa Mekarjaya Desa Mekarjaya berada di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya provinsi Jawa Barat. Batas administratif desa meliputi :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Linggaraja Kecamatan Sukaraja - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tarunajaya Kecamatan Sukaraja - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Burujul Jaya Kecamatan Parung Ponteng - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikeusal Kecamatan Tanjung Jaya. Desa Mekarjaya memiliki luas wilayah 900,01 Ha. Total luas lahan wilayah Desa Mekarjaya sebagian besar adalah untuk lahan pertanian, baik pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering, dan perkebunan rakyat masing-masing sebesar 95 Ha, 228 Ha, dan 290 Ha. Data yang diperoleh dari profil desa menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Desa Mekarjaya pada tahun 2010 sebesar 6.458 orang, yang terdiri dari 3.110 orang penduduk laki-laki dan 3.347 orang penduduk wanita. Jumlah kepala keluarga sebanyak 3.290 kepala keluarg. Desa Mekarjaya berada pada kawasan hutan KPH Tasikmalaya BKPH Singaparna RPH Sukaraja. Di desa ini terdapat Kelompok Tani Hutan (KTH) Mawar Sari yang berdiri pada tanggal 7 Sepember 2004 dengan ketua kelompok Bapak Hapid dan 82 anggota penggarap hutan. Lahan Perhutani yang dimitrakan ada pada Petak 1E seluas 8 Ha (Gambar 2). Secara administratif Desa Mekarjaya dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh seorang sekertaris desa dan 13 orang aparat desa. Selain itu, kepala desa dibantu oleh Badan Perwakilan Desa (BPD) yang berjumlah 5 orang. Kelembagaan yang terdapat di desa ini antara lain Kelompok Tani Hutan, PKK, Karang Taruna, dan LKMD.
Gambar 2 Kondisi hutan rakyat di Desa Mekarjaya.
Ditinjau dari jarak, lama tempuh, dan jenis kendaraan umum yang dapat digunakan, diketahui bahwa jarak dari Desa Mekarjaya ke Ibukota Kecamatan Sukaraja sekitar 7 km dan dapat ditempuh selama setengah jam dengan menggunakan kendaraan umum roda dua. Sementara jarak dari Desa Mekarjaya ke ibukota kabupaten sekitar 24 km dan dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam dengan menggunakan angkutan desa.
4.2 Kondisi Umum Kelurahan Urug
Kelurahan Urug termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Batas administratif desa meliputi : -
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Setiawargi Kecamatan Tamansari
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Leuwiliang Kecamatan Kawalu Kelurahan Urug memiliki luas wilayah 909,290 Ha. Sebagian besar lahan
Kelurahan Urug terdiri dari tanah milik Perhutani yaitu 316 Ha dan lahan hutan
rakyat seluas 346,390 Ha. Data yang diperoleh dari profil desa menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Kelurahan Urug pada tahun 2010 sebesar 7.741 orang, yang terdiri dari 3.930 orang penduduk laki-laki dan 3.811 orang penduduk wanita. Jumlah kepala keluarga sebanyak 598 598 Kepala Keluarga. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kelurahan Urug terdapat di dalam kawasan hutan Perum Perhutani KPH Tasikmalaya BKPH Singaparna RPH Sukaraja. Di Kelurahan ini terdapat dua LMDH dan delapan KTH. Dari delapan KTH tersebut, dua diantaranya melakukan kemitraan dengan PT. BKL Group yaitu KTH Urug dan KTH Setiawargi. KTH Urug diketuai oleh Bapak Mutakin dengan 146 anggota penggarap. Kedua KTH tersebut berada dibawah pengawasan LMDH Saronge
dengan luas tanah garapan yang dimitrakan dengan PT. BKL Group adalah 18,40 Ha yang berada di Petak 6E (Gambar 3).
Gambar 3 Kondisi hutan rakyat di Kelurahan Urug.
Di Kelurahan Urug terdapat LMDH Saronge yang terbentuk pada tanggal 22 Desember 2006. Susunan pengurus pengurus LMDH Saronge yang terdiri dari ketua Bapak Dedi Sadiman, wakil ketua Bapak Jeman, sekertaris Bapak Hendrik Elansyah, dan bendahara Bapak Apep Mardianto. Pada LMDH Saronge terdiri dari 6 KTH dan 418 anggota. Awalnya LMDH Saronge merupakan karang taruna yang aktif menjaga keamanan lingkungan dan kelestraian hutan Kelurahan Urug dari
perambahan dan pencurian kayu. Karang taruna ini bernama Forum Masyarakat Peduli Hutan (FHPM). Selanjutnya pada tahun 2006 FHPB menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani dalam bentuk kemitraan PHBM. Sejak menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani, Karang Taruna FMPH mengalami perubahan nama menjadi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Saronge. Kegiatan kemitraan yang dilakukan LMDH Saronge dengan BKL Group adalah berupa jual beli kayu sengon dimana BKL Group berperan sebagai tempat pemasarannya. Kegiatan usaha jual beli kayu yang dilakukan oleh LMDH Saronge berjalan dengan baik dan dapat menambah pendapatan anggota LMDH. Sejalan dengan berlanjutnya kemitraan, LMDH Saronge mempunyai nilai yang baik dalam kinerja tingkat keamanan dan kelestarian hutan. Sehingga pada Tanggal 20-22 Mei 2010 ketika Acara Kongres LMDH se-Jawa Madura, Kawasan Hutan Urug akan dikembangkan sebagai kawasan wisata Urug (Agro Pariwisata Hutan Urug). Rencana pengembangan kawasan wisata ini telah mendapat persetujuan dari Walikota Tasikmalaya, Adm. KPH Tasikmalaya, Direktur Utama Perum Perhutani dan Menteri Kehutanan yang pada kesempatan Acara Kongres LMDH se-Jawa Madura tersebut turut dalam peninjauan lokasi kawasan wisata.
4.3 Kondisi Umum Desa Leuwibudah Desa Leuwibudah termasuk kedalam wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Batas wilayah desa meliputi : - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Linggaraja Kecamatan Sukaraja - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tarunajaya Kecamatan Sukaraja - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margalaksana Kecamatan Sukaraja.
Desa Leuwibudah memiliki luas wilayah 420.000 Ha, dengan bentang wilayah yang berbukit-bukit. Dari total luas lahan wilayah Desa Leuwibudah tersebut penggunaan yang paling besar adalah untuk lahan pertanian seperti lahan basah (sawah), pertanian lahan kering, dan perkebunan rakyat (Gambar 4). Jumlah total penduduk 5.709 jiwa, terdiri dari 2.884 orang laki-laki dan 2.825 orang perempuan.
Secara administratif Desa Leuwibudah terbagi menjadi 6 dusun, 13 RW dan 36 RT. Desa Leuwibudah dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh seorang sekretaris desa dan dan 12 orang aparat desa. Selain itu kepala desa dibantu oleh Badan Perwakilan Desa (BPD) yang berjumlah 2 orang. Kelembagaan yang terdapat di desa ini antara lain Kelompok Tani Hutan, PKK, Karang Taruna, dan
LKMD.
Gambar 4 Kondisi hutan di Desa Leuwibudah.
Ditinjau dari jarak, lama tempuh dan jenis kendaraan umum yang dapat digunakan, diketahui bahwa jarak dari Desa Leuwibudah ke Ibukota Kecamatan Sukaraja sekitar 7 km dan dapat ditempuh selama seperempat jam dengan menggunakan kendaraan umum roda dua dan dan bus umum. Sementara jarak dari Desa Leuwibudah ke ibukota kabupaten sekitar 24 km dan dapat ditempuh dalam waktu tiga perempat jam dengan menggunakan bus umum.
4.4 KPH Tasikmalaya
Kesatuan Pemangkuan Hutan Tasikmalaya sebagian besar berada di dalam
adminiatrasi Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Tasikmalaya dan sebagian kecil masuk wilayah administrasi Kota Tasikmalaya. Secara geografis wilayah KPH Tasikmalaya terletak pada 7º03’00 s/d 7º48’10’’ LS - 107º54’321’’ s/d 108º28’5’’ BT. Kawasan hutan yang dikelola dikelola oleh Perum Perhutani KPH
Tasikmalaya seluas 43.663,82 Ha dibagi dalam 5 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (Tabel 2). Tabel 2 Pembagian kesatuan pemangkuan hutan No
BKPH
Luas Hutan (Ha)
Jumlah Desa
Jumlah Penduduk
Hutan
(Orang)
1.
Tasikmalaya
10.489,92
26
127.388
2.
Singaparna
8.851,54
25
118.562
3.
Taraju
5.132,63
18
75.165
4.
Karangnunggal
10.964,14
32
149.532
5.
Cikatomas
8.425,59
22
103.983
43.863,82
123
574.630
Total
Di BKPH Singaparna RPH Sukaraja terdapat delapan LMDH yang tujuh diantaranya bermitra dengan PT. BKL Group yaitu: LMDH Taruna Mekar, LMDH Adem Sari, LMDH Sadukir, LMDH Pujangga, LMDH Sinar Hurip, LMDH Saronge dan LMDH Wargi Jaya.
4.5 PT.Bina Kayu Lestari (BKL) Group 4.5.1 Sejarah singkat perusahaan
PT. Bina Kayu Lestari (BKL) Group merupakan gabungan dari tiga perusahaan pengelolaan kayu yaitu PT. Bineatama Kayu Lestari, PT. Waroeng Batok Industry (WBI) dan PT. Albasi Priangan Lestari (APL).
PT. BKL
didirikan pada tanggal 20 Mei 1992 dengan pendiri sekaligus pemimpin perusahaan Bapak Deni Wijaya. PT. BKL beralamat di Jalan Raya Rajapolah km 7 Indihiang Tasikmalaya 46156 Jawa Barat (Gambar 5). Luas areal PT. BKL adalah 47.650 m², terdiri dari bangunan pabrik, perkantoran, gudang, jalan, mess karyawan, sarana ibadah dan tempat penyimpanan bahan baku.
Gambar 5 Kantor Pusat PT. Bina Kayu Lestari. Sejalan dengan terus pesat dan majunya perusahaan, maka PT. BKL mulai melebarkan usahanya hingga ke seluruh wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Maka pada tahun 2003 PT. BKL berhasil membeli perusahaan kayu yang berlokasi di Kota Banjar, yaitu PT. WBI dan pada tahun 2007 berhasil membeli PT. APL yang berlokasi di Kabupaten Cilacap. Maka gabungan dari ketiga perusahaan pengolahan kayu ini diganti dengan nama BKL Group dengan kantor pusat di PT. Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya (Gambar 6).
Gambar 6 Peta lokasi PT. BKL Group.
4.5.2 Produk yang dihasilkan Pada awalnya perusahaan ini bergerak pada bidang sawmill, produk pintu, papan laminasi, pinus finger join, bare core, plywood dan block board. Akan tetapi setelah penggabungan tiga perusahaan pengolahan kayu, maka pembuatan
produk dibagi menjadi tiga tempat produksi. Produk yang masih di produksi oleh PT. BKL sampai saat ini adalah bare core, block bord, dan polister. Sedangakan PT. WBI memproduksi block bord dan polister diproduksi oleh PT. APL. Sistem permodalan pada PT. BKL adalah murni biaya sendiri tanpa Penanaman Modal Asing (PMA). Tujuan utama dalam pemasaran produk adalah mencakup pasar lokal dan ekspor. Adapun pemasaran ekspor untuk produk yang dihasilkan oleh PT. BKL adalah ke negara Taiwan, Cina, Korea, Singapura dan Jepang. Sedangkan untuk produk yang dihasilkan oleh PT. WBI diekspor ke Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika. Untuk produk yang dihasilkan dari PT. APL diekspor ke Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa. Dengan omset penjualan PT. BKL Group ini mencapai USD 3,6 – 5,6 juta per bulan. (PT. Bina Kayu Lestari Group 2010)
4.5.3 Jumlah tenaga kerja Pada awal berdiri jumlah tenaga kerja PT. BKL adalah 400 orang , namun sekarang berkembang menjadi 4.400 orang karyawan tetap dan 113 orang karyawan borongan yang terbagi kedalam tiga perusahaan. Di PT. Bineatama Kayone Lestari ada 1.250 orang karyawan tetap, di PT. WBI 2.250 orang karyawan tetap dan di PT. APL ada 900 orang karyawan tetap. Pembagian waktu kerja di PT. BKL terbagi dua shif yang masing-masing bekerja selama 8 jam dengan satu jam waktu istirahat setiap harinya. Shif pertama bekerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dan shif kedua bekerja dari pukul 16.00 24.00 WIB.
4.5.4 Sumber bahan baku Kayu yang diolah menjadi bare core berasal dari kayu sengon yang dibeli dari petani-petani hutan rakyat disekitar kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Majenang. Kayu sengon ini diperoleh dari supplier yang pada umumnya merupakan mitra dari PT. BKL dengan sistem pola kemitraan, dimana bibit sengon dan bandsaw yang dimiliki mitra (supplier) berasal dari perusahaan.
Selain itu, pada pola kemitraan ini dilaksanakan pula program tumpang sari yang bekerjasama dengan PT. Garuda Food serta program penggemukan ternak sapi. Akan tetapi dikarenakan ketersediaan bahan baku dari supplier semakin terbatas, maka pada tahun 2003 didirikan Bina Siliwangi Lestari (BSL) dan Bina Lodaya Lestari (BLL). BSL merupakan proyek kerjasama PT. BKL dengan KODAM III Siliwangi (Gambar 7), dengan memanfaatkan tanah TNI, tanah HGU, dan tanah Negara untuk menanam sengon. Sedangkan BLL merupakan proyek kerjasama PT. BKL dengan Polda Jabar, dengan memanfaatkan tanah Perhutani dan tanah masyarakat untuk menanam sengon. Biaya untuk mengelola tanaman adalah sebesar Rp 43.643.862,00 per Ha dan untuk biaya pemanenan sebesar Rp 70.000,00 per m3.
Gambar 7 Peta Sebaran Lahan yang dimitrakan dengan PT. BKL Group.
4.6 PT. Bina Inti Lestari (BIL) PT. Bina Inti Lestari merupakan anak perusahaan PT. BKL Group yang didirikan pada Tanggal 15 Agustus 2007. Perusahan ini merupakan bagian dari PT. BKL Group yang dikhususkan untuk menangani kemitraan dan penanaman berkesinambungan. Karyawan PT. BIL ada 11 orang yang merupakan gabungan
dari ketiga perusahaan utama yaitu PT. Bineatama Kayuone Lestari, PT. Warung Batok Industry dan PT. Albasi Priangan Lestari yang terdiri dari seorang direktur utama, dua orang direktur, dua orang tenaga ahli dan lima kepala bagian yang membawahi beberapa seksi. Bagian-bagian dari PT. BIL yaitu bagian perencanaan, bagian tanaman, bagian umum dan personalia, bagian kemitraan dan bagian keuangan. Sejak tahun 2003, PT. BKL Group mulai melaksanakan proyek kemitraan pada program kerjanya maka sangat dibutuhkan staf khusus/bagian khusus dari perusahaan untuk menangani mitra-mitra tersebut. Mitra yang bekerjasama dengan PT. BKL Group adalah 500 industri kecil penggergajian, 14 industri kecil pengolahan veneer dan 40.000 petani sengon pada luas lahan 5.000 Ha yang tersebar di wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kota Banjar, dan Kabupaten Cilacap. Tugas Pokok PT. BIL, yaitu : 1. Pengendalian Bahan Baku Perusahaan bersama mitra berupaya untuk mencukupi seluruh kebutuhan bahan baku perusahaan (industri hilir), dengan cara mengatur alokasi dan distribusi bahan baku, stabilisasi supply bahan baku sengon, optimalisasi mesin produksi yang dikelola mitra dan mengamankan sumber/potensi-potensi bahan baku. 2. Mengembangkan & Memperkuat Kemitraan Secara profesional untuk menjalin, memelihara, menjaga, memperkuat dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan kemitraan, meningkatkan service/pelayanan atas kebutuhan mitra dan memperkuat jejaring kemitraan dengan menciptakan prospek usaha-usaha baru. 3. Penanaman Sengon yang Berkesinambungan Berupaya untuk menempatkan dan mempertahankan kayu sengon agar tetap menjadi tanaman kayu unggulan dengan cara: (a) target memiliki jumlah tanaman sengon yang mencukupi kebutuhan, (b) sebagai upaya membuka peluang kesempatan kerja dan pemberdayaan MDH, dan (c) turut serta dalam upaya meningkatkan Human Development Index (HDI).