BAB IV DATA DAN KONDISI UMUM TAPAK
4.1 Aspek Fisik 4.1.1 Lokasi Administratif dan Aksesibilitas Secara administratif Situ Rawa Kelapa Dua Wetan terletak di Jalan Rawa Bambon, Yayasan PKP, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berada dalam komplek pemukiman rawa bambon. Letak geografis berada di antara 10
T dan
LS. Kelurahan Kelapa Dua Wetan mempunyai luas wilayah sekitar 336,86 Ha, terbagi atas 12 RW dan 132 RT. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berada di RW 12 Jalan Raya PKP. Lokasi perencanaan dibatasi pada tiga RW, yaitu RW 4, 8, dan 12 dengan luas wilayah 30,2 Ha. Batas wilayah tapak adalah: Utara
: Jalan Raya Ciracas
Selatan
: Kelurahan Munjul
Timur
: Jalan Tol Jagorawi
Barat
: Jalan Anggur Situ Rawa Kelapa Dua Wetan mempunyai luas 8,40 Ha dan berfungsi
sebagai daerah resapan, penampung, dan pengendali air hujan di wilayah Jakarta Timur. Kondisi perairan situ dengan fisik perairan berwarna biru kehitaman, agak berbau, dan tercemar sedang. Di sekitarnya merupakan pemukiman penduduk, industri kecil, tanah lapang, perkebunan, pepohonan, dan sekolah. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dikelola oleh Pemda Jakarta Timur dimana setiap bulan terdapat petugas kebersihan dari Dinas Pengairan untuk membersihkan lingkungan sekitar situ. Pemda berencana untuk memperluas areal situ dari yang 8 Ha menjadi 11 Ha. Daerah Kelapa Dua Wetan merupakan kawasan industri niaga. Selain itu, daerah
ini juga
merupakan daerah resapan air dengan KDB 20% berdasarkan RUTR Provinsi DKI Jakarta.
31
Gambar 5. Lokasi administratif dan aksesibilitas.
32
kerusakan pada situ, yaitu pendangkalan dan pencemaran situ. Gambar (g) merupakan tepian barat situ yang masih berupa vegetasi. Gambar (h) merupakan salah satu kegiatan budidaya ikan air tawar yang dilakukan masyarakat sekitar menggunakan keramba jaring apung. Gambar (i) merupakan gambar rakit bambu yang biasa digunakan warga untuk mengambil ikan yang ada pada situ.
(a)
(d)
(b)
(e)
(c)
(f)
Gambar 7. Akses menuju situ. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dapat diakses melalui beberapa jalur arteri diantaranya dari arah Jalan Raya Ciracas, jalan Raya PKP, dan Jalan Raya Kelapa Dua Wetan. Jaringan jalan menuju ke Situ Rawa Kelapa Dua Wetan merupakan jalan kelas lokal yang semakin menyempit dan hanya dapat dilalui oleh satu mobil dengan lebar jalan sekitar 2 meter. Permukaan jalan merupakan perkerasan namun di beberapa area di tepian situ jalan sedikit rusak dan bergelombang. Sistem transportasi yang ada terdiri dari jalan raya, jalan tol, dan sistem angkutan umum. Pada gambar (a) dan (b) merupakan akses jalan yang dapat diakses dari utara, yaitu dari arah Jalan Raya Ciracas. Gambar (a) adalah akses dari sebelah kiri pabrik sedangkan gambar (b) adalah jalan yang dapat diakses dari sebelah kanan pabrik. Sedangkan gambar (c) dan (d) merupakan akses dari Jalan Raya Kelapa Dua Wetan. Jalan ini dapat diakses dari komplek 34
pemukiman yang berada di sisi Jalan Raya Kelapa Dua Wetan. Untuk gambar (e) dan (f) merupakan akses dari Jalan Raya PKP. Akses dari jalan ini lebih sempit dan ecil dibandingkan Jalan Raya Ciracas dan Jalan Raya Kelapa Dua Wetan. Jalan ini juga merupakan jalan tembusan dari komplek perumahan yang terdapat disekitar jalan raya. Sebenarnya letak Situ Rawa Kelapa Dua Wetan cukup strategis karena dapat diakses dari beberapa jalur arteri dimana jalan ini merupakan salah satu akses juga menuju ke kawsan ibukota dan berada pada posat industri dan niaga untuk kawasan Ciracas. Oleh karena itu, tidak heran jika kawasan ini dalam perkembangannya mengalami pengalihan fungsi lahan dan semakin terdesak dengan kehidupan ekonomi perkotaan. Aksesibilitas dan sirkulasi yang baik dapat menjadi acuan untuk penetapan kawasan budidaya terutama pemukiman. Selain itu, berada dekat dengan pusat kegiatan. 4.1.2 Hidrologi Berdasarkan peta daerah potensi banjir yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2010) bahwa daerah Ciracas merupakan salah satu daerah di Jakarta Timur dengan tingkat rawan banjir yang tinggi. Selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2008 daerah Ciracas diperkirakan sebagai daerah yang berpotensi tinggi terkena banjir. Kawasan Ciracas merupakan daerah dataran rendah yang berdekatan dengan daerah aliran sungai. Banjir umumnya terjadi pada waktu musim hujan, dimana intensitas hujan cukup tinggi dan kondisi situ tidak mampu menampung air yang cukup besar sehingga luapan air situ menggenang beberapa pemukiman. Untuk kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan potensi banjir tinggi dikarenakan kawasan Jakarta Timur merupakan kawasan yang rendah (50-100 mdpl) dan merupakan jalur beberapa sungai besar dan pecahannya selain akibat adanya pengalihan fungsi lahan di kawasan ini yang semakin cepat. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai penyangga dan pengendali banjir untuk wilayah Jakarta Timur pada umumnya. Salah satu cara adalah dengan normalisasi situ dan membatasi pemukiman di sekitar kawasan resapan air.
35
Gambar 8. Peta prakiraan daerah potensi banjir DKI Jakarta tahun 2010. Keterangan :
Tinggi Sedang Rendah
(Sumber : www.google.com) Sumber air Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berasal dari hujan dan sungai yang merupakan pecahan dari Sungai Ciliwung, yaitu Kali Sunter. Sedangkan outletnya menjadi Kali Caglak yang akan bertemu dengan air dari Kali Cilangkap dan Kali Cipinang. Untuk menentukan batas kawasan lindung sekitar situ maka perlu ditentukannya titik pasang dan surut dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan karena kawasan penyangga ditentukan dari titik pasang situ sekitar 50-100 meter ke arah daratan (RTRW Jakarta Timur dan PP no. 47 tahun 1997). Situ Rawa Kelapa Dua Wetan mempunyai kedalaman 10 meter.
36
Gambar 9. Kondisi hidrologi,
37
Berdasarkan data hasil pengamatan lapang dan laboratorium, pengujian kualitas air dilakukan terhadap beberapa situ di Jakarta Timur, Situ Rawa Kelapa Dua Wetan salah satunya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui status situ berdasarkan kualitas fisik, biologi dan kimia dengan parameter berbeda. a. Kualitas Fisik Parameter fisik meliputi kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), Zat Padat Terlarut (TDS), dan Zat Padat Tersuspensi (TSS). Berdasarkan tabel diperoleh informasi bahwa pada Situ Rawa Kelapa Dua Wetan konduktivitas atau DHL dan TDS baik pada inlet maupun outlet masih berada di bawah ambang batas baku mutu, demikian juga untuk parameter TSS dan kekeruhan kondisinya masih bagus. Tabel 7. Kualitas fisik Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. no
Kelapa Dua Wetan
Parameter
Inlet
Outlet
1
Kekeruhan
12
11
2
Daya Hantar Listrik (DHL)
450
250
3
Zat Padat Terlarut (TDS)
226
117,5
4
Zat Padat Tersuspensi (TSS)
37
43
Keterangan
: BM Kekeruhan
= 100 NTU
BM DHL
= 500 mg/lt
BM TDS
= 750 umhos/cm
BM TSS
= 100 mg/lt
Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta (2008)
Tinggi rendahnya konsentrasi DHL, TSS, dan TDS pada situ/waduk di atas disebabkan oleh banyak faktor misalkan tinggi rendahnya DHL dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya konsentrasi ion-ion garam terlarut sehingga garam-garam tersebut ter-ionisasi. Sedangkan tinggi rendahnya TSS dan TDS dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan seperti ada tidaknya arus danau tersebut. Walaupun tidak bersifat toksik namun jika dalam jumlahnya berlebihan akan meningkatkan nilai kekeruhan dan akan menghambat penetrasi radiasi matahari.
38
b. Kualitas Biologi Kualitas biologi dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan diukur berdasarkan dua parameter, yaitu parameter mikrobiologi (bakteri Coliform dan Fecal coli) dan parameter phytoplankton. Pada parameter mikrobiologi untuk menentukan kualitas biologi situ dipantau dengan bakteri Coliform dan Fecal coli. Tabel 8. Kualitas biologi parameter mikrobiologi Situ Rawa Kelapa Dua. Parameter
Inlet
Outlet
Coliform
130
22
Fecal Coli
130x102
80x10
(Jumlah/100ml)
Keterangan
:Baku Mutu Coliform
= 20.000 ind/100 ml
Baku Mutu Fecal coli = 4.000 ind/100 ml
Pada tabel dapat dilihat kisaran konsentrasi mikrobiologi dari situ/waduk yang ada di DKI Jakarta, termasuk Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dimana Situ Rawa termasuk ke dalam situ yang konsentrasi Coliform maupun Fecal coli-nya masih berada di bawah baku mutu. Pada pengukuran kualitas biologi dengan parameter phytoplankton ditemukan 20 jenis phytoplankton yang termasuk dalam beberapa kelas, yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Berdasarkan perhitungan Indeks Diversitas (ID) pada gambar dapat disimpulkan bahwa, baik pada titik inlet maupun outlet pada Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sudah dalam kondisi tercemar berat (
39
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4
Inlet
0.3
Outlet
0.2 0.1 0
Indeks Diversitas Phytoplankton Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Keterangan
: Kriteria pencemaran indeks keagaman Shannon-Wieber Berat
(
Ringan (
Sedang
(2
Sangat Ringan (
c. Kualitas Kimia Kualitas kimia situ/waduk yang dipantau sesuai dengan SK. Gub. No.582 Tahun 1995 untuk peruntukan perikanan dan peternakan (golongan C) sebanyak 21 parameter. Parameter dominan yang dapat mempengaruhi kualitas air situ/waduk yang meliputi parameter BOD, COD, DO, Organik, dan Phosphat. 0.8 0.7 0.6 0.5
Inlet Outlet
0.4 0.3
Baku Mutu
0.2 0.1 0
Konsentrasi COD Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Kondisi kualitas COD untuk situ/waduk terlihat bahwa hampir di setiap titik (inlet dan outlet) pada setiap situ/waduk termasuk dalam kategori cukup tinggi dan telah melampui baku mutu COD.
40
45 40 35 30 25
Inlet Outlet
20 15
Baku Mutu
10 5 0
Konsentrasi BOD Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Berdasarkan grafik di atas diperoleh bahwa tingkat konsentrasi BOD situ/waduk tergolong tinggi dan sebagian besar telah melampui baku mutu (20 mg/l). Tingginya konsentrasi BOD dapat menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut kebutuhan akan oksigen untuk menguraikan bahan organik semakin tinggi. Dengan demikian pada lokasi ini dapat menunjukkan semakin
banyaknya
jumlah
bahan
organik
yang
mudah
diurai
(Biodegradable Organic Matter) tersebut. Situ Rawa melebihi baku mutu pada titik inlet sedangkan pada titik outletnya masih berada pada ambang batas baku mutu. 10 9.5 9
Inlet Outlet
8.5
Baku Mutu
8 7.5
Konsentrasi DO Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Berdasarkan grafik di atas, jelas terlihat bahwa kondisi kualitas DO baik di titik inlet dan outlet Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dalam kondisi baik yaitu telah melebihi kadar minimum DO sebesar 3 mg/l (BM). Antara
41
konsentrasi DO dan BOD terdapat korelasi yang negatif (berbanding terbalik), artinya apabila konsentrasi BOD tinggi maka akan diikuti dengan rendahnya DO. 60 50 40 30
Inlet Outlet
20
Baku Mutu
10 0
Konsentrasi Phospat Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Kualitas phospat pada situ seperti yang terlihat di grafik, kondisi organiknya telah tinggi baik inlet maupun outlet. Tingginya phospat ini dapat berasal dari aktivitas manusia seperti penggunaan sabun yang salah satu komponennya berupa phospat yang dipakai sebagai pembentuk buih. Selain itu dapat berasal dari limbah rumah tangga lainnya yang sebagian besar berbentuk anorganik dengan ortophospat. Untuk Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sendiri tingkat konsentrasi phospat pada outletnya masih berada pada ambang batas baku mutu dibandingkan inletnya yang telah melampaui baku mutu. Seperti pada parameter phospat konsentrasi organik juga terlihat tinggi jika dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Tingginya organik ini dapat berasal aktivitas organisme baik hewan, tumbuhan, ataupun manusia. Pada umumnya organik ini berisikan kombinasi karbon, hidrogen, dan oksigen bersama-sama dengan nitrogen. Dengan semakin tingginya organik maka ada beberapa zat yang sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme. Berdasarkan grafik di atas, titik outlet Situ Rawa Kelapa Dua Wetan masih berada di bawah garis baku mutu dibandingkan dengan titik inletnya.
42
21.5 21 20.5 20 19.5
Inlet Outlet
19 18.5
Baku Mutu
18 17.5 17 16.5
Konsentrasi Organik Situ Rawa Kelapa Dua Wetan Berdasarkan data kualitas baku mutu air yang didapatkan, baik dari zona inlet, tengah, dan outlet
Situ Rawa Kelapa Dua Wetan maka
didapatkan nilai Indeks Kualitas Air (IKA) NSF yaitu 60,52 dengan kriteria pencemaran sedang yang disertai dengan pendangkalan (BPLHD, 2008). Berdasarkan baku mutu Keputusan KDKI Jakarta No. 582 Tahun 1995 pada titik inlet maupun outletnya, status mutu air Situ Rawa termasuk golongan C dengan kategori buruk. Walaupun kondisi air situ untuk peruntukkan golongan C adalah buruk dan nilai IKA Situ Rawa Kelapa Dua Wetan termasuk dalam tingkat pencemaran sedang tetapi atas pertimbangan aspek ekonomi maka kondisi di lapang air situ digunakan untuk pemancingan dan budidaya ikan air tawar berupa keramba jaring apung (KJA) yang terdapat pada tengah badan air. Diperkirakan akan ada penambahan KJA di masa yang akan datang. Hal ini perlu dikendalikan agar kualitas air situ tidak semakin berkurang. Menurut Hermawan (2005) dengan tidak terkendalinya pertumbuhan KJA maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap tingkat pencemaran situ seperti penambahan limbah akibat pakan yang diberikan dan penebalan lapisan aerobik pada situ sehingga organisme yang terdapat pada situ akan mati. Berdasarkan wawancara dengan petugas pembersih situ, pada titik inletnya Situ Rawa telah mengalami pencemaran yang diakibatkan aliran dari sungai pecahan dari Kali Cipinang. Banyaknya industri-industri kecil 43
di sekitar daerah Ciracas diduga menjadi penyebab utama adanya limbah pencemar di Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Pada bagian tengah Situ Rawa Kelapa Dua Wetan juga ditemukan banyaknya sampah-sampah rumah tangga yang dibuang di pinggir situ. Hal ini menambah pencemaran di situ ini. Sehingga pada titik outletnya lebih keruh dan bau serta terdapat sisasisa limbah yang tidak dapat terurai terikut sampai ke outletnya. Hal ini disebabkan akibat terlalu dekatnya aktivitas manusia terhadap situ. Di sekitar situ terutama di bagian outlet terdapat dinding penahan untuk menahan tanah di pinggir situ. Sedangkan di bagian inlet terdapat pagar besi pembatas untuk membatasi bagian inlet dengan jalan raya. Selain fungsi keamanan, dinding penahan ini dapat mengurangi terjadinya erosi di pinggir situ sehingga air situ tidak tercemar tanah yang tererosi sehingga dapat mencegah terjadinya pendangkaan akibat penumpukan material di dasar situ. 4.1.3 Topografi Kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan terletak pada ketinggian 55-65 meter di atas permukaan laut (Dinas Pemetaan dan Pengukuran Tanah, 2002). Keadaan topografi kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan secara umum datar sedikit berombak tapi landai, yaitu dengan kelerengan 0-8% yang merupakan kelas lereng 1 dan relatif sama di kawasan perencanaan (Arsyad, 2006). Berikut adalah peta topografi berdasarkan keterangan dari pemda setempat (2009) yang membagi kawasan menjadi dua klasifikasi kelerengan yaitu klasifikasi lereng 0-3% dan 4-8% :
44
Gambar 10. Kondisi topografi.
45
Pada umumnya lebih mudah melakukan dan menentukan aktivitas di tapak dengan kelerengan yang relatif datar (landai). Berdasarkan pengamatan aktivitas yang dilakukan di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan juga cukup tinggi. Situ banyak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dan budidaya. Semakin tingginya aktivitas menyebabkan kerusakan ekosistem semakin bertambah. Tabel 9. Kelas kemiringan lahan dan tingkat pembatas aktivitas manusia. Kelas Kemiringan Lahan
Tingkat Pembatas Aktivitas Manusia
0-8%
Rendah
8-15%
Sedang
>15%
Tinggi
Salah satu cara untuk mempertahankan kawasan lindung adalah dengan membatasi aktivitas yang dapat dilakukan di tapak yang dapat mengganggu kelangsungan ekosistem di sekitar situ. Namun, dengan keadaan topografi kawasan yang relatif datar menyebabkan tingkat pembatasan aktivitas manusianya juga rendah. 4.1.4 Jenis Tanah Berdasarkan penelitian bakosurtanal (2008) jenis tanah yang terdapat pada kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan merupakan asosiasi dari oxisol (hapludox) dan inceptisol (dystrudept). Jenis tanah oxisol dengan subordo hapludox merupakan jenis tanah merah yang mudah lapuk. Tanah yang termasuk ordo oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang (bakosurtanal, 2008), tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas.
46
Gambar 11. Jenis tanah.
47
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri : warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah, tanah oxisol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit, kejenuhan basa kurang dari 50%, mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm). Tanah oxisol banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah oxisol banyak ditemukan di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Penyebaran tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah oxisol dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi (>600 m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah pada kedua macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan induk, topografi, organisme dan waktu. Tanah oxisol walaupun memiliki kandungan mineral yang rendah, tapi memiliki kapasitas perbaikan fosfor yang tinggi sehingga tanah kering ini cocok untuk produksi pertanian dimana input cukup tersedia. Tanah yang termasuk ordo inseptisol merupakan tanah muda yang termasuk ke dalam jenis tanah aluvial, tetapi lebih berkembang daripada entisol. Kata inseptisol berasal dari kata inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Tanah inseptisol dengan subordo dystrudept yang banyak ditemukan di wilayah Jakarta Timur terbentuk dalam colluvium yang berasal dari batu pasir hasil sedimentasi sehingga pada jenis tanah ini, basis saturasi dan pH relatif rendah. Tanah inseptisol banyak ditemukan di Indonesia dan dapat berasosiasi dengan hampir semua ordo tanah termasuk tanah oxisol yang ditemukan di
48
kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Tanah inseptisol banyak terdapat pada lanskap yang relatif aktif, seperti lereng gunung merapi atau di sekitar lembah sungai karena proses erosi secara aktif mengenai bahan induk tidak terlapuk dideposisikan. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Agroklimat, 2003). Karakteristik tanah inseptisol adalah : memiliki solum agak tebal, yaitu 12 meter, warnanya hitam atau kelabu sampai cokelat tua, teksturnya debu, lempung debu, dan lempung, struktur tanahnya remah berkonsistensi gembur, kandungan bahan organik tinggi antara 30-70%, kandungan unsur hara tinggi antara 10-30%, kandungan unsur hara sedang sampai tinggi, dan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tanah ini juga memiliki kadar fosfor rendah sedangkan kadar alumunium dan zat besinya tinggi. Keasaman tanah antara 5-7 dengan tingkat kejenuhan 072%. Oleh karena itu, tanah ini termasuk tanah yang memiliki keasaman sedang. Tanah inseptisol kurang cocok untuk tanaman pertanian namun cocok untuk tanaman perkebunan. Sebagian besar tanah di Jakarta Timur termasuk Kecamatan Ciracas adalah asosiasi dari tanah oxisol dan inseptisol, dimana kedua tanah ini cocok untuk tanaman perkebunan. Di sekitar kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan banyak terdapat kebun-kebun pisang dan pohon-pohon besar yang tumbuh subur mengelilingi situ. 4.1.5 Iklim Data iklim kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) yang diukur pada Stasiun Klimatologi Halim dengan posisi
BT dan
LS.
Kelembaban udara relatif di sekitar kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berkisar antara 72,3-86,4 %. Menurut Laurie (1984) kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75 %.Oleh karena itu, kisaran kelembaban udara relatif di sekitar kawasan tergolong cukup tinggi.
49
Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan adalah 56.2 % tergolong cukup tinggi untuk kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan karena standar deviasi untuk intensitas penyinaran matahari adalah sebesar 35%, intensitas penyinaran matahari yang cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik (BMKG, 2011). Kecepatan angin rata-rata bulanan adalah 126,75 km/bulan atau sekitar 4,23 km/hari. Berdasarkan pengamatan lapang, pada sore hari angin bergerak dari arah selatan. Angin mempunyai peran dalam menciptakan kenyamanan dan penurunan suhu oleh karena itu apabila dimanfaatkan dengan sebaik mungkin angin dapat menjadi salah satu indikator kenyamanan bagi pengunjung tapak. Curah hujan tahunan (2001-2010) pada kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sekitar 2.000 mm/tahun dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juli. Pada tahun 2011, curah hujan ratarata harian adalah 9,83 mm/hari hal ini dikarenakan pada bulan Mei-Juli terjadi musim kemarau dan jarang hujan. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap ketersediaan air situ dan kelestarian pertumbuhan tanaman. Suhu rata-rata harian pada bulan Juni sekitar 29,5 ºC dengan fluktuasi suhu rata-rata tertinggi pada bulan Juli dengan suhu rata-rata terendah pada bulan Januari. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapang maka diperoleh suhu tertinggi pada siang hari (32 ºC) dan suhu terendah pada pagi hari (26,5 ºC). Kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah 27-28 ºC. Suhu yang terlalu tinggi pada siang hari dapat diatasi dengan menyediakan naungan baik melalui penanaman vegetasi maupun struktur terbangun. Berikut adalah peta kenyamanan berdasarkan pengukuran suhu yang dilakukan di tapak. Pengukuran suhu dilakukan di tiga titik yaitu di bawah nanungan (pohon), di bawah naungan (bangunan), dan di area terbuka tanpa naungan (jalan). Berikut adalah hasil pengukuran suhu pada tapak:
50
Gambar 12. Kenyamanan.
51
4.1.6 Penutupan dan Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berdasarkan peta dan interpretasi adalah kawasan pemukiman, industri, dan fasilitas publik seperti sekolah dan kelurahan serta terdapat beberapa kawasan hijau, kebun, lahan kosong, dan lain-lain yang letaknya menyebar mengelilingi situ. Kawasan sekeliling situ berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Administrasi Jakarta Timur dan PP No. 47 tahun 1997 dimana sekitar 50-100 meter dari tepi situ merupakan area penyangga untuk menjaga kelestarian dan keberadaan situ telah mengalami alih fungsi lahan menjadi beberapa pemukiman yang letaknya hanya sekitar beberapa meter dari situ. Berdasarkan wawancara dengan Ketua RT dan RW di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan, sekitar 30 tahun yang lalu kawasan ini merupakan kawasan hijau yang banyak ditumbuhi pepohonan, kondisi tinggi air pada titik outlet juga masih tinggi, jalan lokal menuju ke kawasan juga masih lebar dan senggang. Namun, akibat bertambahnya penduduk dan kebutuhan ekonomi masyarakat kawasan ini berubah menjadi kawasan pemukiman dan industri. Padatnya area terbangun di sekitar situ menyebabkan semakin terdesaknya keberadaan dari situ. Pengalihan fungsi lahan menjadi area terbangun yang tergolong cepat dan semakin berkembang ini dapat memicu terjadinya penurunan kemampuan resapan air. Sehingga pada musim kemarau air akan semakin menyusut dan pada musim hujan akan terjadi luapan karena ketidakmampuan area untuk meresapkan dan menampung air. Aliran permukaan yang meningkat akan menyebabkan terjadinya banjir apalagi Jakarta dikenal sebagai daerah rawan banjir di beberapa titik, diantaranya daerah Ciracas yang berpotensi tinggi banjir (Dinas Pekerjaan Umum, 2009). Penutupan lahan yang terdapat di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan didapatkan dengan interpretasi kemudian diklasifikasikan berdasarkan warna, tekstur, dan pola yang terlihat sehingga didapatkan hasil klasifikasi dari area terbangun, area hijau, lahan kosong, dan badan air.
52
Gambar 13. Penutupan lahan.
54
Tabel 11. Penggunaan lahan dan luas. No
Penutupan Lahan
1
Area terbangun
2
Area Hijau
3 4
Lahan Kosong Badan Air
Luas (Ha)
Persentase (%)
11.61
64.2
9.96
20.67
Lahan Kosong
7.54
6.3
Situ
8.4
8.83
Penggunaan Lahan Pemukiman Gedung Fasilitas Publik Jalan Aspal Industri Pepohonan Kebun Rumput
Dari hasil interpretasi citra satelit kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan maka diperoleh informasi penutupan lahan yang didominasi oleh area terbngun sebanyak 64.2% dari keseluruhan area penelitian. Hal ini mengakibatkan aliran air permukaan yang tidak dapat diserap menuju ke situ kemudian karena tidak mampu menampung maka air kembali diluapkan ke daratan sehingga terjadilah banjir. Selain itu, kawasan lindung yang semestinya berfungsi untuk menyerapkan air jika terjadi pasang sudah mengalami alih fungsi menjadi lahan kedap air. Di sekitar situ lahan-lahan hijau dipadati bangunan dan jalanan aspal sehingga sulit untuk membantu menanggulangi banjir akibat luapan air yang tidak mampu ditampung situ. Berdasarkan informasi dari salah satu warga yang tinggal di kawasan sekitar situ, banyak warga yang mengeluh dengan banjir yang belakangan terjadi ketika musim hujan datang. Warga menyalahkan semakin banyaknya bangunan yang ada di sekeliling situ sehingga kemampuan situ dalam menampung air juga semakin berkurang. 4.1.7 Kualitas Visual Kualitas visual pada tapak mempengaruhi penataan ruang yang ditujukan untuk kenyamanan pengunjung. Tapak dengan kualitas visual baik dapat berpotensi untuk dijadikan area rekreasi bagi pengunjung seperti
55
sekedar duduk-duduk sambil menikmati pemandangan ke arah tapak bahkan sambil memancing. Tapak dengan kualitas visual buruk dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung tapak. Contohnya, pemandangan ke arah situ terhalang oleh tembok pembatas maupun vegetasi yang sudah tidak beraturan. Selain itu, tepian situ yang kurang bersih dapat mengurangi nilai kualitas visual sehingga pengunjung enggan berada pada spot tersebut. Pada gambar, kualitas visual baik ditandai dengan warna biru sedangkan kualitas visual yang kurang baik ditandai dengan warna merah. Kualitas visual baik berpotensi dijadikan area rekreasi seperti pemancingan maupun sekedar duduk-duduk atau jalan. Kualitas visual yang kurang baik dapat diperbaiki salah satunya adalah dengan menata ruang yang terdapat di area tersebut sehingga menjadi lebih indah dan dapat dinikmati oleh pengunjung tapak. Kualitas visual baik seperti pada gambar 1, 3, 5, dan 6 dimana pemandangan ke arah tapak tidak terhalang oleh tembok dan dapat dilihat dari jalan sehingga dapat menjadi potensi daya tarik bagi keindahan situ. Kualitas visual yang kurang baik seperti gambar 2, 4, 7, 8, dan 9 sebenarnya dapat menarik perhatian pengunjung dan menjadi bingkai pemandangan indah apabila lebih terawat dan bersih. Dapat dilihat pada gambar bahwa masih terdapat sampah dan barang bekas yang diletakkan di sekitar situ.
56
Gambar 14. Kualitas visual.
57
4.1.8 Sarana, Prasarana, dan Infrastruktur Eksisting Sarana, prasarana, dan infrastruktur yang terdapat pada tapak tidak begitu banyak. Beberapa diantaranya adalah : a) Jalan lengkap dengan pedestrian, b) Tembok pembatas di bagian timur situ yang dibangun sepanjang tepian situ yang awalnya dibangun untuk mencegah air luapan situ agar tidak masuk ke daratan, c) Keramba apung tempat budidaya ikan air tawar berjumlah 5-6 buah, d) Bangku-bangku kayu yang ditempelkan ke pohon sebagai tempat dudukduduk yang berjumlah dua buah, e) Bangunan liar yang dibangun warga dijadikan warung dengan ukuran 2x1,5 meter terbuat dari kayu dan seng untuk menjual makanan kepada pengunjung tapak berjumlah satu buah, f) Beberapa bangunan liar yang sudah tidak terpakai berada di sekitar tepian situ berjumlah lima buah. 4.2 Aspek Biofisik Ekosistem darat kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan mempunyai nilai ekologis untuk menjaga keseimbangan ekosistem, paru-paru alam kawasan, memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki iklim mikro kawasan, mencegah erosi, manfaat hidrologis, dan sumber plasma nutfah. Sehingga keseluruhan ekosistem situ dapat tetap terjaga fungsi dan kelestariannya. Ekosistem darat dapat dibagi menjadi kategori vegetasi dan satwa. Keberadaan vegetasi dan satwa di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan kurang begitu beragam, hal ini menunjukkan bahwa ekosistem yang menunjang kelangsungan dan kelestarian situ itu sendiri sangat kurang. Di sekeliling situ telah dipadati oleh pemukiman penduduk, hal ini menyebabkan fauna merasa kurang nyaman dengan kondisi yang padat bangunan dan ramai. Sedangkan untuk keberadaan vegetasi pada tapak hanya mengelilingi sebagian badan situ saja. Vegetasi yang seharusnya menjadi penyangga dan penunjang ekosistem situ tergantikan oleh area terbangun terutama pemukiman. Adanya keberagaman vegetasi yang ada di sekitar situ dapat menunjang ekosistem 58
Gambar 16. Sebaran vegetasi.
60
Tabel 12. Vegetasi Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. No
Nama Latin Ficus benjamina Cocos nucifera Sizigium aqueum Anacardium occidentale Bambusa sp. Musa paradisiacal Acras zapota Delonix regia
6 12 16 8
5 6 7 8
Nama Lokal Beringin Kelapa Jambu Air Jambu Mete Bambu Pisang Sawo Palem Raja
9 10 11 12
Rambutan Mangga Leersia Mimosa
Nephellium sp. Mangifera indica Leersia hexandra Albizia julibrissin 'Rosea'
6 12
1 2 3 4
Kuantitas (unit)
10 26 7 14
Berikut merupakan gambaran umum mengenai keadaan vegetasi eksisiting yang berada di sekitar situ. Penggunaan lahan di sekitar situ banyak dimanfaatkan sebagai kebun pisang oleh warga.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 17. Kondisi vegetasi sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan.
61
Pada gambar (a) merupakan pemanfaatan lahan warga sebagai kebun pisang di tepian situ. Pada gambar (b) merupakan tepian situ yang dibatasi dengan pagar pembatas yang sudah rusak sehingga cukup berbahaya bagi pengguna jalan pada malam hari karena tidak dilengkapi penerangan dan pembatas yang layak. Pada gambar (c) merupakan salah satu pojok situ yang ditumbuhi oleh vegetasi kayu. Dapat dilihat pada gambar bahwa tepian situ yang dekat dengan jalan tidak dilengkapi pagar pembatas yang layak. Pada gambar (d) dan (e) terlihat beberapa pemanfaatan lahan kebun oleh warga sekitar. Pada gambar (f) merupakan salah satu lahan yang belum dimanfaatkan oleh warga. Lahan ini ditumbuhi rumput liar dan beberapa vegetasi kayu. Berdasarkan hasil pengamatan lapang, bagian yang banyak ditemukan vegetasi berupa beberapa pepohonan adalah bagian inlet dibandingkan dengan bagian tengah maupun outletnya. b. Satwa Banyaknya vegetasi yang terdapat pada Situ Rawa Kelapa Dua Wetan menjadikan kawasan ini menjadi habitat bagi satwa kecil, seperti serangga, burung, kadal, ular, ulat, cacing, keong, dan satwa air seperti kodok, ikan, dan kecebong. Metode yang digunakan dalam survei lapang adalah metode jelajah, yaitu dengan menjelajah daerah tertentu yang diduga dapat ditemukan jenisjenis faunanya. Berikut merupakan daftar tabel untuk satwa yang dijumpai di sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Tabel 13. Satwa Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Nama Fauna
Nama Ilmiah
Burung Tekukur
Geopelia striata
Keterangan
62
Nama Fauna
Nama Ilmiah
Burung Gereja
Passer montanus
Burung Pipit
Lonchura leucogastroides
Kadal
Mabouya multifasciata
Ular
Boiga Sp.
Ulat bulu
Dasychira Inclusa
Kodok
Bufo sp.
Cacing
Lumbricus terrestris
Keterangan
63
Nama Fauna
Nama Ilmiah
Ikan Gurame
Osphronemus goramy
Siput air tawar
Lemnaea javanica
Keterangan
Berdasarkan survey lapang, beberapa satwa yang langsung dilihat antara lain, burung gereja, kupu-kupu, belalang, kadal, dan beberapa jenis burung yang tidak diketahui namanya, hanya dilihat dan didengar perbedaan suaranya. Selain itu, pada dinding penahan situ di bagian outlet banyak ditemukan keong air menempel pada dinding sedangkan berdasarkan wawancara dengan masyarakat, pada situ terdapat ikan air tawar yang dibudidayakan di tengah situ dan beberapa belut. 4.3 Aspek Sosial Keberadaan situ ini sangat penting karena merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitar. Beberapa warga menjadikan kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Jumlah penduduk pada batas tapak (RW 4, 8, dan 12) adalah 4657 jiwa, terdiri dari 2410 laki-laki dan 2264 perempuan dengan kepala keluarga sebanyak 11056 KK. Mata pencaharian penduduk setempat bervariasi, seperti PNS sebanyak 20.30%, TNI sebanyak 30.96%, swasta/pengusaha sebanyak 36.07%, dan pedagang sebanyak 7.55%. Pada Kelurahan Kelapa Dua Wetan sebagian masyarakat membuka usaha industri rumah tangga dalam bidang pangan seperti tempe, tahu, krupuk, roti, dan kue. Selain itu, jenis usaha menjahit, bengkel, kerajinan baik logam maupun kayu, meubel, salon, lilin, sol sepatu, dan lain-lain.
64
Gambar 18. Sebaran populasi.
65
Sebagian besar masyarakat yang berada di wilayah Ciracas, Jakarta Timur adalah masyarakat dengan budaya betawi. Kesenian yang berkembang juga merupakan kesenian betawi, seperti lenong, ondel-ondel, tanjidor, gambang kromong, keroncong tugu, orkes gambus, rebana, orkes samrah, tari topeng, wayang betawi, dan pencak silat. Walaupun didominasi oleh budaya betawi namun Kelurahan Kelapa Dua Wetan pada bentuk bangunan tidak menunjukkan adanya sentuhan budaya betawi. Kebanyakan masyarakat sekitar tidak mempunyai pekarangan sehingga lanskapnya pun kurang mencerminkan budaya betawi seperti budaya yang berkembang di kawasan situ. Berdasarkan peta sebaran populasi, Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dikelilingi oleh pemukiman padat dengan populasi sebanyak 1500-2000 orang/km2. Untuk area yang berada dekat dengan situ populasi sebanyak 1000-1500 orang/km2. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan ini mempunyai arti penting bagi masyarakat sekitar situ, diantaranya situ ini dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Dua tahun lalu, masyarakat Kelapa Dua Wetan mendapat bantuan benih ikan air tawar dari Pemda. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan situ sebagai area rekreasi untuk sekedar duduk-duduk atau memancing. Pengunjung situ tidak hanya masyarakat dari sekitar Kelurahan Kelapa Dua Wetan, tetapi juga masyarakat luar. Pada gambar yang diberi warna merah adalah erea dengan tingkat aktivitas yang cukup tinggi dengan kata lain pengunjung situ banyak menghabiskan waktu dan beraktivitas pada zona ini. Pusat aktivitas berada pada tepian situ yang biasa digunakan untuk memancing atau sekedar dudukduduk karena pada area ini lebih teduh dibandingkan beberapa area lainnya. Selain itu, area tempat budidaya ikan menggunakan keramba apung juga memiliki tingkat aktivitas yang cukup tinggi.
66
Gambar 19. Pusat aktivitas sekitar situ.
67
pengunjung terhadap situ (hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1). Hasil kuisioner yang disebarkan adalah : persepsi responden mengenai tata ruang situ rawa (saat ini) 10% 40%
Tidak perlu perbaikan Perbaikan Ringan
50%
Perbaikan Berat
Grafik 1. Persepsi Responden Mengenai Tata Ruang Situ Rawa. Berdasarkan grafik 1, didapatkan hasil bahwa 50% pengunjung menilai bahwa Situ Rawa Kelapa Dua Wetan membutuhkan perbaikan ringan yaitu sedikit perbaikan untuk membuat keadaan situ lebih bersih, 40% lainnya menilai bahwa Situ Rawa membutuhkan perbaikan berat karena pengunjung menilai keadaan situ agak kurang terawat, banyak sampah, dan permukaan air yang keruh serta lingkungan yang tidak teratur. Sedangkan 10% sisanya menyatakan tidak perlu adanya perbaikan. Persepsi responden mengenai pengembangan situ 15%
25%
konservasi 60%
rekreasi ekowisata
Grafik 2. Persepsi Responden Mengenai Pengembangan Situ Rawa. Berdasarkan grafik 2, dapat dilihat pengunjung menginginkan kawasan Situ Rawa dikembangkan sehingga dapat menunjang kegiatan dan kehidupan masyarakat sekitar. Sebanyak 60% pengunjung situ menginginkan kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan rekreasi. Hal ini dikarenakan situ telah banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi sebelumnya,
69
yaitu sebagai pemancingan terbuka maupun hanya duduk-duduk. Sebanyak 25% pengunjung menginginkan kawasan Situ Rawa dikembangkan menjadi kawasan konservasi. Sedangkan 15% pengunjung memilih ekowisata sebagai pengembangan selanjutnya. persepsi responden apabila kawasan situ rawa dijadikan area terbuka hijau 20%
setuju 25%
55%
tidak setuju ragu-ragu
Grafik 3. Persepsi Responden Situ Rawa Dijadikan Area Terbuka Hijau. Berdasarkan grafik 3, sebanyak 55% responden setuju jika kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dijadikan area terbuka hijau, 25% pengunjung tidak setuju dengan alasan apabila kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dijadikan area terbuka hijau maka gerak mereka seperti dibatasi dan pemukiman kemungkinan besar akan digusur, sedangkan 20% menyatakan ragu-ragu. Sebagian besar dari pengunjung yang menyatakan ragu-ragu setuju dengan adanya area terbuka hijau di kawasan tersebut tetapi tidak ingin pemukiman yang ada digusur. Berdasarkan hasil survey kuisioner terhadap masyarakat di sekitar situ, dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat masih belum mengetahui fungsi situ sebagai daerah resapan dan penampung air. Sebagian besar menyatakan situ merupakan tempat rekreasi dan kurang memerlukan perbaikan. Partisipasi masyarakat untuk menjaga kelestarian situ juga masih sangat kurang. Menurut masyarakat, tidak pernah mengadakan gotong royong maupun usaha lain untuk menjaga kebersihan situ, hal ini dibenarkan dengan pernyataan Ketua RT bahwa kelurahan Kelapa Dua Wetan tidak pernah mengadakan kegiatan pembersihan situ. Semakin banyaknya sampah dan kurangnya minat dari masyarakat sekitar serta pembangunan yang semakin berkembang tanpa
70
arahan yang kurang jelas dapat menjadikan situ menjadi semakin terdesak keberadaannya yang apabila dilanjutkan maka Situ Rawa Kelapa Dua Wetan pun akan semakin menyusut dan akhirnya hilang seperti kebanyakan situ yang ada di daerah DKI Jakarta. Oleh karena itu perlu adanya arahan yang dapat mencegah hal itu terjadi sehingga ekosistem situ dapat terjaga keberadaan dan kelestariannya. 4.4 Aspek Legal Dalam menentukan suatu perencanaan wilayah diperlukan adanya studi mengenai hukum dan perundang-undangan yang berlaku sebagai arahan dalam menentukan langkah yang akan diambil. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan termasuk salah satu situ yang seharusnya menjadi kawasan lindung dan daerah resapan air seperti yang tercantum dalam beberapa kebijakan dan peraturan berikut : a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Administrasi Jakarta Timur, Bab 10 Rencana Tata Ruang Kota Administrasi Jakarta Timur, Bagian Kesatu struktur ruang wilayah kota administrasi Jakarta Timur, Paragraf 1, Pasal 2 2b, yaitu “Pemanfaatan waduk atau situ sebagai sumber air baku, tempat rekreasi, dan sumber air pemadam kebakaran.” Dan agian Kedua pola ruang wilayah kota administrasi Jakarta Timur, Paragraf 3, Pasal 246b, yaitu “pengembangan taman kota untuk membantu peresapan air, paru-paru kota, dan rekreasi alam di sekitar Situ Kelapa Dua Wetan..”. b. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 Pasal 152 ayat b, yaitu “Pengembangan kawasan taman kota untuk membantu peresapan air, paru-paru kota dan rekreasi alam di sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan..”. c. Dalam rangka mengurangi banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memprogramkan pembiayaan pembebasan lahan APBD DKI Jakarta dan pembangunan fisik dari dana APBD. Diantaranya adalah upaya pemerintah untuk mengurangi lokasi rawan genangan dan rawan banjir berdasarkan aliran sungai yang melintasi kawasan Jakarta Timur. Situ-situ yang berada di Ciracas menjadi salah satu tujuan dari adanya program ini. 71
Berdasarkan peta, kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Barat akan dikembangkan menjadi kawasan hijau. Sedangkan kawasan Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara akan dikembangkan menjadi kawasan penyangga bagi kawasan hijau. Sehingga peta ini dapat menjadi dasar untuk merencanakan kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan menjadi kawasan hijau untuk mengembalikan fungsi sebagai resapan air. Berikut adalah peta arahan yang dikeluarkan pemerintah DKI Jakarta dalam rangka mengembangkan kawasan hijau di DKI Jakarta untuk menanggulangi masalah polusi, banjir, dan perbaikan tata ruang kota DKI Jakarta :
Gambar 21. Peta arahan pengembangan kawasan hijau DKI Jakarta (2010).
72
Selain beberapa kebijakan dan peraturan perencanaan tata ruang yang telah disebutkan, terdapat beberapa UU dan PP serta perda yang dapat dijadikan acuan analisis serta menentukan zonasi perencanaan yang akan dilakukan. Berikut adalah beberapa aspek legal yang menjadi acuan analisis dan perencanaan : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air,
ab
Nomor 22, yaitu “perencanaan adalah suatu proses
kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air.”. b. Berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional bahwa “kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan sebagai kawasan yang termasuk kawasan perlindungan setempat dengan kriteria yaitu daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat” (Pasal ). c. Perda Jawa Barat Paragraf 3 mengenai kawasan resapan air pasal
9
menyatakan bahwa “Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. d. Berdasarkan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kawasan Bopuncur 2010, maka ditetapkan lokasi pemanfaatan tata ruang yang terbagi berdasarkan fungsi kawasan, yaitu kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, taman wisata alam, kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar danau/situ) dan kawasan budidaya (kawasan pertanian lahan basah, kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan dll).
73
Gambar 22. Potensi daerah resapan air.
76
Berdasarkan keempat kriteria kawasan resapan air maka didapatkan skor 11 dimana kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sesuai dan berpotensi sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta Timur pada umumnya sehingga dapat mengurangi potensi banjir yang kerap terjadi berdasarkan peta potensi daerah rawan banjir tahun 2010 dimana Ciracas dinyatakan sebagai salah satu daerah yang berpotensi tinggi sebagai daerah rawan banjir. Namun, kendalanya adalah belum terdapat realisasi pengembangan situ menjadi kawasan resapan air di Jakarta Timur dan kurangnya perhatian baik dari pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar kawasan. b) Analisis terhadap kawasan pemanfaatan Analisis terhadap kawasan pemanfaatan merupakan hasil skoring menggunakan kriteria berdasarkan RTRW Jakarta Timur mengenai kawasan budidaya (pengembangan). Berikut adalah hasil analisis skoring sebagai berikut :
Ketersediaan air terjamin. Berdasarkan wawancara dengan pemuka setempat dan beberapa warga yang tinggal di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan, kondisi air yang digunakan warga untuk berbagai keperluan berasal dari sumur dan PAM, kelurahan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan tidak pernah mengalami kekurangan air bersih. (Skor 3)
Berada dekat dengan pusat kegiatan, aksesibiltas, dan sirkulasi transportasi baik serta berorientasi langsung ke jalan arteri/kolektor. Kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan berada pada pusat industri dan niaga untuk kawasan Ciracas. (Skor 3). Kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dapat diakses dari beberapa jalur arteri dimana jalan ini merupakan salah satu akses juga menuju ke kawasan ibukota dan berada pada pusat industri dan niaga untuk kawasan Ciracas melalui beberapa jalur arteri yaitu Jalan Raya Ciaracas, Jalan Raya Kelapa Dua Wetan, dan Jalan Raya PKP. Selain itu, di sebelah barat terdapat Jalan Tol Jagorawi. (Skor 3).
77
Gambar 23. Potensi daerah pemanfaatan.
78
Gambar 24. Kesesuaian lahan penyangga.
81
Gambar 25. Potensi pendukung kegiatan rekreasi.
84
5.2
Sintesis Beberapa
tahapan
analisis
tersebuat
kemudian
di-overlay
menghasilkan peta kesesuaian lahan dan potensi area yang dapat dimanfaatkan
dan
dikembangkan
untuk
mengakomodasi
aktivitas
masyarakat sehingga dapat menjadi acuan bagi tindakan perencanaan yang akan dilakukan. Pada gambar, warna biru tua merupakan zona inti yaitu berupa badan air Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Warna hijau merupakan area hijau dan masih ditumbuhi vegetasi. Dapat dilihat pada kawasan perencanaan masih banyak area hijau yang berpotensi sebagai daerah resapan air di sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Namun, belum mendapat perhatian dari pemda setempat untuk dikelola sesuai potensi dan fungsinya. Oleh karena itu, area hijau yang terdapat pada tapak perencanaan baiknya dipertahankan dan dikembangkan menjadi salah satu daerah resapan air. Warna coklat tua merupakan lahan kosong yang belum dimanfaatkan optimal terutama di sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Lahan kosong dapat dikembangkan menjadi area hijau dengan ditanami vegetasi maupun dimanfaatkan untuk mendukung adanya aktivitas rekreasi di sekitar situ. Lahan kosong yang berada di sekitar kawasan sempadan situ sebaiknya ditanami vegetasi yang dapat membantu mengatur tata air dan menahan erosi situ selama masa pemulihan menjadi kawasan resapan air. Apabila terjadi luapan terutama ketika musim penghujan tiba situ yang tidak mampu menampung air akan meluapkan airnya ke daratan tanpa adanya vegetasi yang dapat membantu menahan luapan maka akan mudah terjadi banjir. Selain itu, ketika air kembali ke situ maka partikel-partikel tanah dari lahan kosong tersebut akan terbawa oleh air sehingga dapat menyebabkan pendangkalan terhadap situ. oleh karena itu, lahan kosong sebaiknya ditanami vegetasi yang dapat membantu situ menjalankan fungsi sebagai area resapan air. Penanaman vegetasi ini juga membantu menciptakan suasana nyaman pada area yang berpotensi dijadikan area rekreasi.
85
Gambar 26. Zonasi.
86
Selain itu, warna biru di sekitar situ merupakan gambaran bangunanbangunan liar yang sudah tidak terpakai lagi (puing) dan sisa-sisa perkerasan dinilai kurang sesuai berada pada kawasan yang seharusnya menjadi kawasan penyangga bagi Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Warna ungu tua merupakan area terbangun pada tapak. Area terbangun ini berupa pemukiman di sekitar kawasan, kantor kelurahan, dan sekolah. Pemukiman di sekitar kawasan tetap dipertahankan. Namun, perkerasan yang berada di sekitar situ yang seharusnya dijadikan sempadan dipugar khususnya pada area yang berpotensi sebagai area rekreasi sedangkan untuk perkerasan yang berupa puing-puing bangunan yang tidak berada pada area potensi rekreasi pada tapak difungsikan sebagai area penyangga. Warna ungu muda merupakan area yang terdapat beberapa pelayanan public seperti sekolah dan kantor kelurahan Kelapa Dua Wetan. Keberadaan zona ini dipertahankan dan dikembangkan dengan sesuai dengan fungsinya untuk memfasilitasi public dengan memberikann pelayanan terhadap kebutuhan public di Kelurahan Kelapa Dua Wetan pada umumnya. Warna kuning pada gambar merupakan kawasan yang dimanfaatkan sebagai kawasan industri. Warna merah pada tapak merupakan area yang berpotensi untuk dijadikan area rekreasi. Area tersebut merupakan area yang menjadi pusat aktivitas bagi pengunjung tapak. Aktivitas yang dilakukan berupa budidaya ikan air tawar, pemancingan di tepian situ, bahkan hanya sekedar duduk-duduk dan berjalan-jalan di sekitar situ. namun, pada beberapa titik masih belum memenuhi kriteria kenyamanan pengunjung. Salah satunya adalah kurangnya naungan berupa pohon maupun bangunan (gazebo) dan fasilitas publik seperti bangku untuk duduk-duduk yang dapat mendukung adanya aktivitas rekreasi ini. Oleh karena itu, pada area yang berpotensi sebagai area rekreasi dikembangkan dan diberikan sarana serta prasarana yang dapat mengekomodasi kegiatan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menjadi pemicu pengembangan agrowisata untuk kawasan
87
Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sesuai dengan program pemda untuk waktu yang akan datang. Berdasarkan RTRW Jakarta Timur dalam pengembangannya kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dibagi menjadi tiga zonasi utama, yaitu zona inti, zona penyangga, dan zona pengembangan yang pembagiannya berdasarkan PP No 47 Tahun 1997 yaitu dari mulai badan air hingga titik pasangnya merupakan zona inti kawasan sedangkan dari titik pasang sepanjang tepian situ dengan lebar proporsional sejauh 50-100 meter ke arah darat dijadikan zona penyangga, dan sisanya merupakan zona budidaya (pengembangan). a. Zona Inti Zona inti merupakan kawasan utama bagi perencanaan tapak Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Pada zona inti fokus utama merupakan badan air situ dari hulu hingga hilir sampai pada batas terluar dari titik pasang situ. Selain itu, zona inti juga berfungsi untuk melindungi ekosistem perairan situ sehingga dapat meminimalisir kerusakan dan dampak yang terjadi. b. Zona Penyangga Zona penyangga (buffer) merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keberadaan dan kelestarian dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan terutama zona inti yang merupakan badan air situ hingga titik pasang. Selain itu zona penyangga juga berfungsi untuk mempertahankan nilai ekologis situ. Area hijau yang berada di sekitar situ pada kawasan perencanaan juga difugsikan sebagai zona penyangga seperti kali caglak yang merupakan outlet dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. c. Zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan merupakan kawasan pengembangan yang ditentukan setelah mendapatkan zona inti dan zona penyangga yang dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat kawasan sekitar situ. Baik untuk kawasan pemukiman maupun untuk fasilitas publik lainnya.
88
5.3
Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar dalam perencanaan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan adalah mengembalikan fungsi kawasan sebagai daerah resapan air dan daerah penyangga banjir bagi Jakarta Timur. Selain itu, perencanaan kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan mampu mengakomodasi aktivitas masyarakat sekitar baik dari segi ekonomi yaitu sebagai tempat budidaya ikan maupun dari segi sosial yaitu sebagai sarana yang dapat menunjang kegiatan rekreasi masyarakat. Perencanaan lanskap Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai daerah resapan air ini meliputi rencana tata ruang, rencana tata hijau, rencana sirkulasi, rencana aktivitas dan fasilitas serta rencana pengelolaan dan program.
5.4
Pengembangan Konsep Konsep ini kemudian dikembangkan menjadi empat bagian, yaitu konsep ruang, sirkulasi, tata hijau, dan pelestarian kawasan. 5.4.1 Konsep Ruang Konsep ruang perencanaan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dibagi menjadi tiga ruang utama berdasarkan analisis yang dilakuakan, yaitu ruang inti, ruang penyangga, dan ruang pemanfaatan. Pembagian ruang ini bertujuan agar pemanfaatan dan peruntukkan yang ada dapat dijalankan sesuai dengan daya dukungnya. Pada ruang penyangga dan pemanfaatan dikembangkan ruang-ruang pendukung aktivitas pada tapak perencanaan. Berikut adalah pengembangan ruang yang dilakukan : a. Ruang Inti Ruang inti merupakan zona utama yang berfungsi sebagai resapan air. Ruang inti memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Ruang inti diharapkan dapat menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air
89
permukaan. Perlindungan terhadap ruang ini dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan nilai ekologisnya serta meminimalisir kerusakan ekosistem yang kerap terjadi. Selain itu, ruang inti ini berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas dan kuantitas Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Ruang inti ini sifatnya krusial karena jika terjadi kerusakan maka akan memberi pengaruh ke lingkungan sekitar situ. Oleh karena itu, perlindungan terhadap ruang inti sangat penting untuk mempertahakan keutuhan kawasan Situ Kelapa Dua Wetan di masa yang akan datang. b. Ruang Penyangga Ruang penyangga berfungsi untuk menjaga keberadaan ruang inti. Selain itu, ruang penyangga merupakan ruang transisi antara ruang inti dan ruang budidaya. Ruang ini juga membatasi pergerakan dan aktivitas ruang budidaya di sekitar ruang inti kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sehingga tetap terlindungi. Karena berfungsi sebagai pembatas dan transisi, ruang penyangga banyak ditanami vegetasi. Selain berguna untuk membatasi, vegetasi ini juga dapat mempertahankan nilai ekologis yang terdapat pada kawasan pada umumnya. Penanaman vegetasi pada ruang penyangga ini berfungsi untuk melindungi tanah dari butiran hujan yang dapat merusak kesuburan tanah, dengan begitu tanah akan tetap terlindung dan daya dukung serta produktifitasnya dapat ditingkatkan. Dengan demikian, tujuan utama dari penanaman vegetasi di sekitar situ pada ruang inti adalah untuk mencegah terjadinya erosi dan menekan fluktuasi debit yang terjadi. Pada ruang ini aturan yang diterapkan masih lebih longgar dibandingkan ruang inti. Beberapa aktivitas dapat dilakukan pada ruang penyangga, namun sifatnya terbatas guna menjaga keutuhan pemafaatan tapak. Aktivitas yang dapat dilakukan bersifat tidak merusak dan mengganggu kelangsungan ekosistem yang ada seperti duduk, jalan-jalan, bermain, dan berkumpul.
90
Untuk mengakomodasi aktivitas-aktivitas tersebut maka ruang penyangga dibagi menjadi beberapa ruang pendukung, diantaranya adalah ruang budidaya ikan air tawar, ruang pemancingan, ruang intepretasi, dan ruang penerimaan. Untuk kelancaran tujuan dari zona penyangga ini dibutuhkan partisipasi dan kesadaran masyarakat sekitar kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan bahwa penting untuk tetap menjaga dan menjalankan kegiatan sesuai dengan daya dukungnya masing-masing. Ruang penyangga ditentukan berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 yang menjelaskan mengenai kriteria kawasan penyangga bagi daerah resapan air seperti Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. c. Ruang Pemanfaatan Ruang pemanfaatan ini merupakan kawasan pengembangan yang diarahkan pada kawasan pemukiman. Ruang budidaya ini bertujuan untuk mengakomodasi kegiatan masyarakat di sekitar situ. Ruang pemanfaatan terbagi menjadi beberapa ruang pendukung diantaranya ruang rekreasi, ruang pelayanan publik, dan ruang industri. Ruang rekreasi memanfaatkan lahan kosong di sekitar situ yang cukup sering dikunjungi untuk melakukan beberapa kegiatan rekreasi diantaranya bermain dan sekedar jalan-jalan. Ruang pelayanan public dan industri merupakan ruang eksisting yang berada pada tapak perencanaan. Ruang pelayanan publik berupa kantor kelurahan dan sekolah yang ditujukan untuk mendukung kegiatan dan keperluan public seperti mengurus surat-surat dan perizinan serta mendapat pendidikan. Ruang industri berada di luar kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Hal ini dinilai tidak mengganggu kelangsungan ekosistem situ oleh karena itu keberadaannya tetap bertahan pada tapak. Pada ruang pemanfaatan ini aktivitas dan fasilitas yang ada bersifat bebas terkendali. Masyarakat dapat melakukan berbagai aktivitas yang berguna bagi kelangsungan hidupnya maupun mendukung perekonomian, seperti bermukim, berkebun, maupun kegiatan niaga dan rekreasi selama tidak mengganggu ekosistem situ dan kawasan penyangga. 91
Gambar 27. Pembagian ruang.
92
Gambar 29. Konsep sirkulasi.
94
5.4.3 Konsep Tata Hijau Konsep tata hijau yang dikembangkan pada kawasan ini merupakan konsep tata hijau yang mendukung kawasan tersebut sebagai kawasan resapan air dan mampu mengakomodasi kegiatan masyarakat. Jenis vegetasi yang dipilih adalah vegetasi dengan karakteristik struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran mampu menahan erosi dan mengatur tata air (meresapkan air) dengan kecepatan tumbuh yang bervariasi, dominan jenis tanaman tahunan dan berkayu. Beberapat vegetasi yang digunakan adalah tanaman lokal dan tanaman budidaya serta tanaman eksisting pada tapak. Jarak tanam bervariasi, tidak terlalu rapat sehingga tidak memberikan kesan rimba. Keseimbangan kaitannya
ekosistem
perairan
dengan keberadaan vegetasi
tidak
terlepaskan
riparian. Vegetasi
riparian
memberikan peran yang penting dalam ekosistem perairan yakni merupakan sumber
pakan organisme perairan baik yang berasal dari bahan
tumbuhan
ataupun organisme yang hidup pada tumbuhan tersebut
seperti serangga. Banyak ikan-ikan yang sumber pakannya bergantung dari luar perairan (alochtonousmaterial). Vegetasi riparian juga merupakan tempat pelindungan dan habitat anakan ikan karena banyak organisme yang tinggal pada tumbuhan tersebut yang merupakan sumber pakan anakan ikan. Disamping itu vegetasi riparian juga berperan untuk menahan erosi, pengendalian masuknya nutrien dan bahan-bahan toksik yang masuk ke perairan serta menyimpan air tanah. Daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Selain itu, sistem perakaran dan serasahnya dapat meningkatkan porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
95
Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah antara lain : cemara laut (Casuarina equisetifolia),
Ficus
elastica, karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).
Gambar 30. Referensi vegetasi sekitar situ Menurut Prasodyo (2003), pada zona budidaya (area terbangun) volume resapan air tidak lebih dari 10% sehingga berpeluang terjadinya genangan air di permukaan tanah. Apabila kawasan penyangga Situ Rawa Kelapa Dua Wetan menjadi ruang terbuka hijau dengan penanaman vegetasi pohon maka bisa diharapkan dapat membantu mengatur resapan air yang jatuh di kawasan budidaya dan sekitarnya, sehingga mengurangi erosi permukaan tanah. Menurut Hardjowigeno (1995) pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung ke permukaan tanah, menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi melalui transpirasi vegetasi. Berdasarkan fungsinya maka konsep tata hijau kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dibagi menjadi : a) Fungsi pengatur tata air dan menahan erosi b) Fungsi menyerapkan air ke tanah dan menjaga porositas tanah c) Fungsi peneduh d) Fungsi estetika e) Fungsi pembatas f) Fungsi pengarah Berikut adalah konsep tata hijau yang diterapkan pada tapak :
96
Gambar 31 Konsep tata hijau.
97
5.4.4 Konsep Pelestarian Kawasan Upaya pelestarian pada kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dilakukan oleh pihak pemerintah daerah melalui peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Selain itu, pemda khususnya dinas pengairan dan irigasi setiap sebulan sekali menurunkan anak buahnya sebanyak dua orang untuk menjaga kebersihan situ. Upaya pelestarian sebaiknya dilakukan baik secara eksternal maupun internal. Upaya secara eksternal dilakuakan oleh pemerintah sedangkan secara internal dilakukan oleh pengelola tapak, masyarakat sekitar, serta para pengunjung. Namun, upaya yang dilakukan pemda ini kurang berfungsi optimal selain karena pekerja yang sedikit, kurangnya perhatian masyarakat untuk membantu menjaga kebersihan juga masih belum terlihat. Kegiatan pelestarian terhadap situ juga dapat dilakukan dengan membatasi jumlah pengunjung dengan memperhitungkan daya tampung pada tapak. Menurut Boulon dalam Nurisjah dan Pramukanto (2003), yaitu :
Keterangan : DD
: daya dukung (orang)
A
: area (m2)
S
: standar rata-rata individu (12 orang/m2)
T
: total pengunjung per hari pada area yang diperkenankan (orang)
K
: koefisien rotasi
N
: jam kunjungan per hari pada area yang diperkenankan (8 jam/orang)
R
: rata-rata waktu kunjungan (5 jam/orang) Berikut adalah hasil perhitugan daya dukung kawasan sebagai
kawasan rekreasi :
98
Tabel 15. Daya tampung dan total pengunjung setiap ruang. Ruang
Luas
Daya Tampung
Total pengunjung yang
(orang)
diperkenankan (orang/hari)
Inti (badan air)
8,63 (25.3%)
Penyangga
9.47 (29.6%)
-
-
Sekitar Situ
6.04
503
804
Luar Situ
3.43
285
456
Pemanfaatan
14,43 (45.1%) 105
168
Rekreasi
1.27
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil perhitungan daya dukung kawasan terhadap pengunjung per harinya maka pada bagian penyangga yang sifatnya terbatas dalam melakukan aktivitas didapatkan hasil :
Pada kawasan penyangga di sekitar situ jumlah daya tampungnya adalah 503 orang dalam area seluas 6.04 Ha sedangkan bagi area yang berada di luar situ yang berfungsi juga sebagai daerah penyangga bagi kawasan sebanyak 285 orang. Oleh karena itu, guna menjaga kelestarian fungsi dan keberadaan situ jumlah pengunjung yang dapat mengunjungi situ adalah sekitar 804 orang per harinya. Berdasarkan hasil survey lapang, jumlah pengunjung pada kondisi eksisting sebanyak 36 orang pada satu kali survey.
Pada kawasan pemanfaatan seluas 1.27 Ha area pemanfaatan dari total 14.43 Ha yang digunakan sebagai area pemukiman dan pengembangan lainnya dijadikan area pendukung rekreasi. Daya tampung dari kawasan ini adalah sebanyak 105 orang. Oleh karena itu total pegunjung yang diperkenankan tiap harinya adalah sebanyak 168 orang per hari.
99
Perhitungan daya tampung ini dilakukan agar kegiatan yang direncanakan di sekitar situ dapat berjalan sesuai dengan kemampuan kawasan (daya dukung) sehingga keberadaan dan kelestarian fungsi serta ekosistem yang ada di sekitar situ dapat berjalan sebagaimana mestinya. 5.5
Rencana Blok Berdasarkan konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep tata hijau yang dikembangkan maka pembagian ruang terbagi menjadi tiga ruang utama yaitu ruang inti, ruang penyangga, dan ruang pemanfaatan. Sirkulasi dan tata hijau yang diterapkan berdasarkan pembagian ruang yang dilakukan. Pada ruang inti yang merupakan badan air tidak terdapat aktivitas dan sirkulasi. Ruang inti berfungsi untuk menjaga keberadaan dan kelangsungan ekosistem perairan dan sekitar tapak. Ruang penyangga yang memanfaatkan area-area terbuka hijau pada tapak serta kawasan ideal bagi kawasan sekitar situ difungsikan untuk menjaga keberadaan dan kelestarian situ sehingga tidak mengalami kerusakan berarti. Pada kawasan penyangga dibagi menjadi ruang pemancingan, ruang budidaya ikan air tawar, ruang intepretasi, dan ruang viewing. Adanya pembagian
ruang
pada
ruang
penyangga
ini
bertujuan
untuk
mengakomodasi aktivitas rekreasi masyarakat yang kerap dilakukan. Ruang pemancingan bertujuan untuk mengakomodasi aktivitas memancing pengunjung. Ruang pemancingan dibatasi pada satu spot saja guna membatasi pergerakan agar tidak meluas selama proses pengembalian fungsi sebagai resapan air. Ruang budidaya ikan bertujuan untuk mengakomodasi aktivitas budidaya ikan air tawar menggunakan keramba jaring apung oleh masyarakat sekitar situ. Ruang ini direncanakan agak terbuka karena berdasarkan survey yang dilakukan pada tapak, jalan menuju ke keramba apung banyak tertutup ilalang dan diberikan sirkulasi menuju ke tempat budidaya.
100
Ruang intepretasi bertujuan untuk mengarahkan masyarakat dan memberi suasana alam di tengah kawasan perkotaan yang jarang ditemui. Pada area ini ditanami vegetasi peneduh untuk memberikan kenyaman bagi pengunjung. Pengunjung dapat berjalan-jalan, duduk-duduk, dan bermain pada area ini. Ruang viewing merupakan area yang disediakan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana situ, melepaskan penat, maupun berkumpul. Pada area ini diberi fasilitas gazebo agar pengunjung dapat sedikit bersantai sambil menikmati pemandangan situ. Ruang pemanfaatan merupakn ruang di luar area penyangga. Lahan kosong yang berada di sebelah timur situ diamfaatkan sebagai area rekreasi berupa taman lingkungan. Selain sebagai daerah resapan baru, area ini berfungsi untuk mendukung adanya aktivitas rekreasi seperti area bermain pada tapak. Selain itu terdapat ruang penerimaan yang berada pada ruang antara ruang rekreasi dan ruang penyangga tapak. Sirkulasi dibuat mengelilingi situ agar pengunjung dapat berjalanjalan menikmati alam dan pemandangan situ. selain itu adanya sirkulasi situ memudahkan pengunjung yang ingin menjelajah tepian situ. Pada tepian situ diberi vegetasi riparian yang berfungsi untuk kelangsungan ekosistem situ dan menjalankan fungsi ekologis situ. selain itu, adanya vegetasi riparian juga berfungsi menjaga keamanan pengunjung agar tidak terlalu ke tepi. Vegetasi yang direncanakan terbagi berdasarkan fungsinya terutama fungsi menjaga dan menahan erosi situ serta mencegah banjir dalam pengembalian fungsi kawasan sebagai daerah resapa air. Selain itu, vegetasi yang direncanakan juga mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjung tapak seperti vegetasi peneduh yang menciptakan naungan-naungan untuk mereduksi cuaca yang panas di sekitar situ sehingga pengunjung dapat berlama-lama pada tapak.
101
Gambar 32. Rencana blok.
102
5.6
Rencana Tata Hijau Tata hijau pada perencanaan lanskap kawasan resapan air ini lebih ditekankan pada tata hijau yang memiliki fungsi sebagai pengatur tata air dan menahan erosi serta mampu memberikan naungan (kenyamanan) terhadap pengunjung tapak. Rencana tata hijau yang diterapkan pada perencanaan kawasan resapan air ini akan disesuaikan dengan pemilihan jenis dan fungsi vegetasi terhadap ruang. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang memiliki fungsi : a) Fungsi pengatur tata air dan menahan erosi b) Fungsi menyerapkan air ke tanah dan menjaga porositas tanah c) Fungsi peneduh d) Fungsi estetika e) Fungsi pembatas f) Fungsi pengarah Berikut adalah hubungan antara ruang, jenis vegetasi dan fungsi yang diterapkan pada tapak perencanaan : Tabel 16. Rencana ruang, jenis vegetasi, dan fungsi vegetasi. Fungsi Vegetasi Ruang
Jenis Vegetasi a
b
●
●
c
d
e
f
Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)
Penyangga
●
●
103
Fungsi Vegetasi Ruang
Jenis Vegetasi a
b
c
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
d
e
f
Karet (Ficus elastica)
Manggis (Garcinia mangosteva)
●
Bungur (Lagestromia speciosa)
●
Tembesu (Fragraea fragrans)
104
Fungsi Vegetasi Ruang
Jenis Vegetasi a
b
●
●
c
d
e
f
●
●
●
Kelapa (Cocos nucifera)
Jambu Air (Sizigium aqueum)
●
●
●
●
Jambu Mete (Anacardium occidentale)
Ki Hujan (Samanea saman)
Pemanfaatan ●
105
Fungsi Vegetasi Ruang
Jenis Vegetasi a
b
c
d
e
f
●
●
●
●
●
●
●
Cempaka (Michelia champacca)
Tanjung (Mimusoph elengi)
●
Beringin (Ficus benjamina)
●
Pangkas Kuning (Duranta repens)
●
106
Fungsi Vegetasi Ruang
Jenis Vegetasi a
b
●
●
c
d
e
f
Manggis (Garcinia mangosteva)
●
Glodogan Tiang (Polyalthia longifolia)
●
●
●
●
●
●
●
●
●
Soka (Ixora sp.)
Bambu (Arundinaria pulcerimma)
●
107
5.7
Rencana Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas dan fasilitas yang akan direncanakan pada tapak berkaitan dengan pembagian ruang yang dilakukan. Masing-masing ruang mempunyai fungsi dan pemanfaatan yang berbeda-beda sesuai dengan daya dukungnya. Tabel 17. Rencana keterkaitan ruang dan aktivitas serta fasilitas. Ruang
Aktivitas
Inti
Tidak ada aktivitas
Penyangga
Jalan-jalan, duduk-duduk, bermain, berkumpul, pemancingan (pada spot tertentu)
Budidaya
Bermukim, industri, niaga, dan rekreasi.
Fasilitas Tidak ada
Bangku, gazebo, lapangan, jalan setapak (jogging track) Pemukiman, jalan, area rekreasi, lapangan, dan infrastruktur lainnya.
Pada ruang inti, tidak terdapat aktivitas dan fasilitas pendukung bagi pengunjung, dapat dikatakan bahwa pada ruang ini tertutup bagi aktivitas yang dapat merusak dan mencemari situ. Ruang inti merupakan ruang yang ditujukan untuk dikembalikan fungsi hidrologisnya sehingga wajib untuk dilindungi dan dijaga dari hal-hal yang dapat mengganggu keseimbangan ekologisnya. Ruang penyangga merupakan ruang yang ditujukan untuk melindungi ruang inti serta menjadi pembatas dan transisi antara ruang inti dan ruang budidaya. Pada ruang penyangga aktivitas yang dilakukan bersifat pasif dan terbatas seperti duduk-duduk, jalan-jalan, dan berkumpul. Kawasan penyangga bertujuan untuk mngonservasikan dan melindungi
kawasan
bawahnya oleh karena itu, aktivitas
seperti
pemancingan dibatasi pada spot tertentu saja sehingga tidak menyebar dan menjadi salah satu masalah bagi kerusakan dan kelestarian fungsi situ. Fasilitas seperti jalan setapak dan tempat duduk tidak berada dekat dengan situ, namun berada pada spot yang dekat dengan ruang budidaya namun masih berada dalam ruang penyangga. Ruang budidaya ditujukan untuk
108
mengakomodasi kegiatan pengunjung yang bersifat aktif, seperti area rekreasi, niaga, industri, pemukiman, dan lain-lain. Fasilitas yang direncanakan
berupa
bangunan
dan
infrastruktur
yang
dapat
mengakomodasi kegiatan warga. 5.8
Rencana Lanskap Penataan ruang dalan perencanaan ini terbagi menjadi tiga ruang dengan fungsi utama untuk mengembalikan fungsi ekologi sebagai daerah resapan air dan penyangga banjir bagi kawasan Jakarta Timur dan sekitarnya, yaitu ruang resapan air (inti), penyangga kawasan, dan budidaya. Perencanaan tapak membagi kawasan menjadi tiga, yaitu kawasan inti, penyangga, dan budidaya. Pada kawasan inti berfungsi untuk melindungi badan air situ dari kerusakan dan pencemaran sehingga situ dapat dipertahankan keberadaan dan kelestaiaannya di masa yang akan dating. Pada gambar, kawasan inti berwarna biru yang merupakan keseluruhan badan air. Untuk kawasan penyangga yang berfungsi sebagai buffer bagi kawasan inti ditanami vegetasi, terutama vegetasi lokal kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Pada sisi barat situ didominasi oleh kebun pisang warga yang tetap dipertahankan keberadaannya. Vegetasi pada kawasan penyangga ini berfungsi sebagai pencegah air luapan situ masuk ke daratan, menyerap air hujan, sebagai cadangan air tanah, sumber plasma nutfah, keanekaragaman hayati, dan paru-paru bagi kawasan Kelapa Dua Wetan. Vegetasi yang pada rencana lanskap merupakan dominasi dari vegetasi kayu yang membutuhkan perawatan yang lebih mudah dan mempunyai kemampuan menahan terjadinya erosi, mengatur tata air, dan meningkatkan porositas tanah sehingga dapat membantu Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dalam mengembalikan fungsiya sebagai daerah resapan air dan kawasan penyangga bagi wilayah Jakarta Timur.
109
Gambar 33. Rencana lanskap.
110
Selain itu, untuk mengakomodasi aktivitas rekreasi masyarakat maka pada tepi situ yang menjadi pusat aktivitas terutama memancing ditambahkan area pemancingan. Area pemancingan ini diberi fasilitas gazebo guna memberi kenyamanan bagi pengunjung yang akan memancing. Spot pemancingan ini sifatnya terbatas guna membantu proses pemulihan situ sebagai daerah resapan air. Pada rencana lanskap juga terdapat spot yang difasilitasi gazebo sebagai tempat duduk-duduk maupun beristirahat atau sekedar ingin menikmati pemandangan ke arah situ yaitu pada sisi tenggara situ dan barat laut yang dekat dengan jalan raya. Dekat area pemancingan terdapat dua bangunan yang dapat digunakan masyarakat untuk menjual maupun menyewakan alat pancing dan menjual makanan dan minuman. Adanya bangunan ini menjadi fasilitas bagi masyrakat yang pada awalnya memang sudah membuka warung pada area sekitar situ. Kawasan pemanfaatan bertujuan untuk mengakomodasi aktivitas masyarakat yang bobotnya lebih besar dari kawasan penyangga. Pada kawasan ini terdapat lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai taman lingkungan yang digunakan untuk aktivitas rekreasi masyarakat. Pada area ini terdapat fasilitas berupa lapangan dan area bermain (playground) serta lahan parkir dan warung makanan dan minuman untuk fasilitas pengunjung. Selain untuk aktivitas rekreasi, taman ini mempunyai manfaat sebagai paru-paru bagi kawasan sekitar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan yang dipadati pemukiman. Pengunjung dapat bermain, duduk-duduk, sekedar jalan-jalan dan untuk refreshing. Oleh karena itu adanya taman ini diharapkan mampu menjadi salah satu kawasan resapan air di kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dapat diakses melalui jalur arteri yang merupakan jalur eksisting berupa jalan kendaran. Selain itu, terdapat jalan setapak pada kawasan penyangga di sekitar situ yang dapat digunakan pengunjung untuk berkeliling sambil menikmati pemandangan situ. Kawasan penyangga di luar situ yang juga berpotensi menjadi daerah resapan lain diberi sirkulasi berupa jalan setapak sehingga dapat mengakomodasi beik
111
pengunjung maupun pihak pengelola kawasan sehingga memudahkan untuk mengelola kawasan tersebut. Kawasan penyangga ini dapat berfungsi sebagai taman dan paru-paru lingkungan bagi masyarakat sekitar. 5.8.1
Perbesaran Detail Berikut adalah perbesaran detail beberapa spot pada tapak,
diantaranya adalah spot pemancingan, area rekreasi, keramba apung dan ruang intepretasi serta ruang viewing pada sisi barat dimana perbesaran detail ini sebagai rekomendasi bagi perancang dalam merancang tapak sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan :
3 4 1 2
Gambar 34. Key plan perbesaran detail.
112
Gambar 32. Perbesaran detail tapak (skala 1:100).
113
Berdasarkan gambar, perbesaran detail 1 merupakan gambar detail pada area rekreasi. Pada area ini terdapat fasilitas berupa lapangan, area bermain (playground), lahan parkir, dan bangunan yang dapat digunakan oleh masyrakat untuk berjualan makanan dan minuman di sekitar area. Lapangan yang berada pada taman ini adalah lapangan dengan ukuran 56 x 30 meter, yaitu dua kali luas lapangan basket sehingga dapat dimanfaatkan sebagai arena bermain. Area bermain pada tapak untuk mengakomodasi anak-anak di sekitar situ agar mempunyai tempat bermain yang cukup aman karena tidak berada dekat dengan jalan langsung. Lahan parkir berukuran 10 x 5 meter yang berguna untuk pengunjung tapak memarkirkan kendaraannya sehingga tidak mengganggu jalur lalu lintas yang ada di sekitar situ. Bangunan yang terdapat pada area rekreasi yang digunakan untuk berjualan berukuran 2 x 3 meter.
Area rekreasi ini juga berfungsi sebagai taman lingkungan bagi pemukiman di sekitar. Di seberang jalan terdapat bangunan lainnya yang berfungsi sebagai warung dan tempat penyewaan maupun penjualan alat pancing dan umpan bagi pengunjung tapak. Letaknya dekat dengan pintu masuk agar mudah dilihat oleh pengunjung yang baru datang. Perbesaran detail 2 merupakan area pemancingan pada tapak. Dapat dilihat pada gambar terdapat gazebo yang disediakan untuk pengunjung yang memancing maupun hanya untuk sekedar duduk-duduk dan menikmati pemandangan. Berikut adalah detail gazebo yang direkomendasikan untk diletakkan pada tapak perencanaan :
114
Gambar 36. Gazebo yang direncanakan pada tapak.
115
Perbesaran detail 3 merupakan area intepretasi. Pada area ini terdapat jalan setapak yang dapat berfungsi sebagai jogging track. Selain itu, area ini dekat dengan letak keramba apung milik beberapa warga. Pengunjung dapat melihat bagaimana proses pemberian pakan dan pemanenan di sekitar keramba apung. Perbesaran detail 4 merupakan area viewing dimana terdapat fasilitas publik berupa gazebo dan jalan setapak (jogging track). Aktivitas yang dapat dilakukan di area ini adalah duduk, bermain, dan beristirahat. 5.8.2
Potongan Tapak Berikut adalah beberapa potongan sebagai ilustrasi dalam tahap
perencanaan tapak diantaranya adalah spot pemancingan (potongan A-A’), tepi situ yang berbatasan dengan jalan dan pemukiman (potongan B- ’) serta tepi situ dekat kebun (potongan C-C’) :
Gambar 37. Key plan potongan tapak.
116
Berdasarkan gambar potongan tapak, potongan A-A’ merupakan potongan tapak pada spot pemancingan. Terdapat bangunan berupa gazebo yang berfungsi sebagai naungan ketika memancing. Selain itu, terdapat gazebo yang dapat digunakan sebagai area dudukduduk dan beristirahat sambil menikmati pemandangan situ. Fasilitas lain yang terdapat pada area ini adalah adanya jalan setapak menuju lokasi dan lampu taman yang berfungsi sebagai keamanan agar tidak gelap pada malam hari. Potongan B- ’ merupakan gambar potongan yang berbatasan dengan jalan dan pemukiman. Pada potongan terdapat vegetasi riparian yang menjadi pembatas pergerakan menuju ke badan air selain berfungsi sebagai pengaman, adanya vegetasi ini diharapkan mampu menahan erosi serta luapan apabila situ tidak mampu menampung air berlebih. Selain itu, adanya vegetasi riparian dapat membantu situ menjalankan fungsi ekologisnya. Potongan C-C’ merupakan potongan pada perbatasn kebun dan kawasan penyangga di sekitar situ. Di antara kebun dan tepi situ terdapat jalan setapak. Adanya kebun tidak mengganggu keberadaan kawasan penyangga dan aktivitas yang dilakukan pada tapak namun justru menjadi nilai tambah yaitu sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati bagi tapak. Vegetasi di kawasan penyangga ini didominasi oleh beberapa vegetasi kayu dengan tinggi sekitar 3-5 meter. Penanaman vegetasi pada kawasan penyangga menggunakan bola akar. Ketentuan penanaman dengan menggunakan bola akar adalah sebagai berikut :
118
Gambar 39. Detail penanaman vegetasi penyangga. •
Tanam pohon/semak pada lubang tanam dengan ukuran diamter lubang > 30 cm dari bola akar, dan lebih dalam 15 dari tinggi bola akar
•
Tempatkan leher akar sejajar level tanah, bila pada area berpaving lebih rendah 5 cm dari permukaan tanah
•
Timbun dengan tanah + B.O = 3:1
•
Buat water basin mengelilingi zona akar, tinggi 5-10 cm
•
Beri mulsa setebal 5 cm
•
Beri penunjang 2-3 buah, dan ikat pada ketinggian 2/3 tinggi pohon, pengikat dilapisi selang plastik atau ijuk
•
Menjaga ketersediaan air dengan baik pada awal penanaman
119
5.8.3
Perspektif
(a)
(b) Gambar 40. Perspektif Rencana Lanskap. Gambar (a) merupakan gambar perspektif keseluruhan yang terdapat pada tapak sedangkan gambar (b) berupa perspektif pada bagian sempadan sungai di luar kawasan situ yang berpotensi untuk dijadikan daerah resapan air. Berdasarkan gambar perspektif dapat dilihat bahwa sebagian besar kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dijadikan sebagai area terbuka hijau yang direncanakan untuk mendukung kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai kawasan resapan air. Untuk kawasan sempadan sungai yang berada di tengah pemukiman dan dekat dengan kawasan
120
industri dapat dimenfaatkan untuk konservasi tanaman dan paru-paru bagi kawasan sekitar. 5.8.4
Ilustrasi Berikut adalah beberapa ilustrasi mengenai akivitas yang dapat
dilakukan pada tapak yang digunakan untuk menunjang perencanaan tapak. Pada gambar (a), merupakan spot yang terdapat di sisi tenggara dari situ dimana area ini juga sebagai pusat aktivitas masyarakat sekitar. Aktivitas yan dapat dilakukan diantaranya duduk-duduk, memancing, dan jogging. Pada area disediakan fasilitas hardmaterial berupa bangku taman yang terbuat dari semen agar lebih kokoh dan tahan lama. Selain itu, disediakan juga bangku semen di dekat tepian situ untuk fasilitas pengunjung yang ingin memancing. Fasilitas lain yang disediakan adalah tempat sampah agar kebersihan situ tetap terjaga dari sampah pengunjung dan lampu taman untukmemberikanpenerangn dan keamanan bagi pengunjung pada malam hari. Pada gambar (b) merupakan kondisi jalan yang terdapat pada timur situ. Pada kondisi eksisting, area ini, dipenuhi dengan bangunan-bangunan liar yang terbengkalai sehingga menjadi sampah bagi situ. penataan kembali area ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi sekitar situ agar dapat menopang keberlanjutan situ. area ini termasuk ke dalam kawasan penyangg sehingga aktivitas dan fasilitas yang ada di dalamnya juga terbatas. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain, berjalan-jalan, duduk-duduk, maupun jogging pada pedestrian yang telah diperbaiki.Fasilitas yang ditambahkan adalah pemasangan lampu jalan karena kondisi eksisting kawasan tidak terdapat penerangan memadai.
121
(a)
(b)
(c) Gambar 41. Ilustrasi rencana aktivitas dan fasilitas. 122
Gambar (c) merupakan aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung yang berada di dekat tepian situ. Pengunjung dapat berjalan-jalan mengelilingi situ sambil menikmati pemandangan situ. Untuk menjaga keamanan pengunjung dan mencegah luapan air apabila terjadi luapan berlebih maka pada tepian situ diberikan tanaman semak. Adanya vegetasi yang ditanam di sekitar situ dapat membuat suasana menjadi nyaman karena berfungsi sebagai peneduh sekaligus penyedia oksigen sehingga dapat menjadi area yang memberikan kesan alami yang jarang ditemui di kawasan perkotaan dewasa ini. 5.9
Rencana Program Rencana program bertujuan untuk mendukung rencana lanskap kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Rencana program ini ditujukan kepada masyarakat sekitar situ karena suatu rencana tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat sekitarnya. Berikut adalah beberapa program yang direncanakan pada tapak : Tabel 18. Rencana Program. No 1
Program
Tujuan
Sasaran
Kegiatan
Kelembagaan
Mengelola situ
Pemda bekerja
Mengelola situ
Pengelolaan
agar terhindar
sama dengan
sesuai dengan
Situ
dari ha-hal
lembaga yang
rencana yang
yang tidak
menangani situ,
diterapkan.
diinginkan
seperti BPLHD.
Memonitor keadaan
seperti kerusakan dan
situ
Mengawasi secara
pencemaran.
rutin dan membuat
Memonitor
laporan pengeolaan
dan
dan pengendalian
mengawasi
situ
keadaan situ berdasarkan UU yang berlaku dari
123
No
Program
Tujuan
Sasaran
Kegiatan
segala hal yang menyebabkan situ kehilangan fungsi ekologisnya. 2
Gerakan
Mengajak
Masyarakat
Memberikan
Peduli
masyarakat
Kelapa Dua
penyuluhan dan
Lingkungan
ikut
Wetan.
pelatihan kepada
berparitsipasi
masyarakat
dalam rangka
khususnya pemuda
menjaga
yang berada di
keberadaan
lingkungan agar
dan
lebih peka terhadap
keberlanjutan
lingkungan
situ
terutama
Memberikan
keberadaan situ dan
pengertian
peranannya
kepada
terhadap
masyarakat
kehidupan.
sekitar situ bahwa menjaga dan mempertahank an situ sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan.
Menumbuhka n kesadaran masyarakat mengenai keberadaan
124
No
Program
Tujuan
Sasaran
Kegiatan
dan kelestarian fungsi situ. 3
Gerakan
Bersih Situku
Menjaga
Pemda dan
Gotong royong
kebersihan dan
Masyarakat
membersihkan
kelestarian
sekitar situ.
lingkungan sekitar
situ.
situ secara berkala
Mengajak
serta memberikan
masyarakat
penyulun mengenai
untuk
pentingnya menjaga
bertanggungja
kebersihan situ.
wab terhadap keberadaan situ yang berada pada lingkungan mereka.
Menummbuhk an kesadaran masyarakat bahwa situ merupakan hal yang penting dan harus dijaga.
4
Penyusunan
Memudahkan
Lembaga
Mengambil data
Database Situ
mencari data
pemerintah
dari segala aspek
tentang situ.
maupun swasta
terkait situ baik
Sebagai
yang bergerak
badan air maupun
penentu/acuan
di bidang
lingkungan sekitar
untuk
lingkungtan
situ, mengolah, dan
menngambil
dan sumber
mengidentifikasi
tidakan demi
daya air.
segala jenis
keberlanjutan
perubahan.
situ.
125
No
Program
Tujuan
Sasaran
Kegiatan
Perbandingan keadaan situ saat ini maupun di masa yang akan datang.
Sebagai acuan untuk mengurangi tindakan pencemaran dan perbaikan kualitas situ.
5
Laboratorium
Menciptakan
Masyarakat
Mengenalkan
Alam
suasan belajar
pada umumnya
tanaman yang
di alam
dan pelajar.
terdapat di situ serta
terbuka dan
kegunaannya dalam
memberikan
membantu fungsi
informasi
Peneliti
eologis situ.
terkait
Sumber data bagi
pengetahuan
penelitian.
yang dapat diambil dari alam.
126