IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο
Ο
Ο
Ο
berada pada posisi 02 02’03” - 03 02’04” lintang Utara dan 95 22’15” - 96 42’45” Bujur Timur membentang dari Barat sampai ke Timur sebagian besar wilayah dikelilingi oleh Samudra Hindia. Panjang sekitar 100,2 kilometer dengan lebar antara 8-28 kilometer. Luas daratan Kepulauan Simeulue 212.512 ha dengan rincian luas pulau Simeulue 198.021 ha dan 41 buah pulau-pulau 2
disekitarnya seluas 14.491 ha, luas wilayah perairan 9.851,796 km dengan garis pantai sepanjang 502.732,22 kilometer. Jumlah penduduk sekitar 78.389 jiwa. Secara umum Kabupaten Simeulue beriklim tropika basah dengan curah hujan 1500 mm/tahun. Keadaan cuaca ditentukan oleh penyebaran musim. Pada musim barat yang berlangsung sejak bulan September hingga Februari, sering terjadi hujan yang disertai badai dan gelombang besar sehingga sangat berbahaya bagi pelayaran. Sedangkan pada musim timur yang berlangsung sejak bulan Maret hingga Agustus, biasanya terjadi kemarau yang diselingi hujan yang tidak merata serta keadaan laut yang relatif tenang. Suhu berkisar antara
0
c3026 −
0
serta kelembaban nisbi
antara 60 – 75% yang berlangsung sepanjang tahun. Kecepatan angin rata-rata sebesar 3 knot.
Gambar 3. Peta Kabupaten Simeulue 4.2. Kependudukan.
Penduduk Kabupaten Simeulue tahun 2005 tercatat sebanyak 78.389 jiwa yang terdiri dari 40519 jiwa laki-laki dan 37870 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 36,89 jiwa per km
2
Tabel 10. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Simeulue 2005 Jumlah penduduk
()
No
Kecamatan
1
Teupah Selatan
9.267
34,13
2
Simeulue Timur
26.288
68,87
3
Teupah Barat
6.541
33,73
4
Simeulue Tengah
8.748
32,98
5
Teluk Dalam
5.380
38,76
6
Salang
7.807
35,05
7
Simeulue Barat
9.833
23,64
8
Alafan
4.525
19,25
Jumlah
78.389
36,89
Kepadatan penduduk km
2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue 4.3. Kondisi Perekonomian Tinjauan ekonomi Simeulue secara sektoral selama kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan karakteristik Simeulue sebagai daerah agraris. Namun demikian, peranan dari sektor sekunder dan tersier tidak dapat diabaikan begitu saja. Sektor primer cenderung menurun peranannya terhadap besar nilai PDRB Kabupaten Simeulue. Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sampai saat ini peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Simeulue masih dominan, dan relatif stabil dari tahun ke tahun. Berdasarkan harga berlaku, peranan sektor agraris ini mencapai 57,69 persen pada tahun 2005 (BPS 2005). dari kelima sub sektor yag termasuk dalam sektor pertanian, sub sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Simeulue adalah sub sektor kehutanan. sumbangan sub sektor ini mencapai 19,92 persen, kemudian diikuti oleh sub sektor peternakan dengan kontribusi
sebesar 18,82 persen. Kontribusi sub sektor lainnya secara berurutan adalah sub sektor tanaman bahan makanan 9,46 persen, kemudian sub sektor perkebunan 4,28 persen dan terakhir sub sektor perikanan sebesar 2,51 persen. Sub sektor kehutanan pada tahun 2006 pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar minus 10,23 persen. Berbeda dengan sub sektor kehutanan, empat sub sekor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Sub sektor tanaman perkebunan tumbuh 3,92 persen. Kemudian sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan masing-masing tumbuh sebesar 3,88 dan 3,92 persen. Tabel 11. Distribusi Persentase dan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor 2005-2006 Distribusi
Laju pertumbuhan
sub sector 2005
2006
2005
2006
10,54
9,46
2,00
(15,84)
4,20
4,28
3,60
3,92
3. Peternakan
18,20
18,82
2,04
3,88
4. Kehutanan
21,12
19,92
(10,73)
10,23
5. Perkanan
2,48
2,51
2,39
3,92
56,23
56,23
(2,22)
(4,45)
1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan
Pertanian
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue 2007 Berdasarkan data, sumber pendapatan regional Kabupaten Simeulue lebih banyak dari sektor pertanian terutama dari sub sektor peternakan, kehutanan dan tanaman bahan makanan. Keterlibatan pemerintah sangat diperlukan dalam program pembangunan pertanian terutama peran pemerintah dalam memperkuat sistem tatanan pembangunan pedesaan yang tangguh.
Tabel 12. Struktur PDRB Seluruh Sektor di Kabupaten Simeulue Atas Dasar Harga Konstan 2004-2005 No Sektor Ekonomi
Tahun 2003
Tahun 2004
Nilai
Nilai
1
Pertanian
2
Pertambangan dan penggalian
1.623,86
3
Industri dan Pengolahan
4
(%)
(%)
Nilai
(%)
92.469,78
56,08
90.415,05 54,4
1,00
1.665,44
1,01
1.709,99 1,03
3.505,16
2,16
3.602,30
2,18
3.158,98
Listrik dan air Minum
304,29
0,18
314,74
0,19
281,19 0,16
5
Bangunan/Kontruksi
10.785,22
6,67
11.205,67
6,79
12.062,09 7,26
6
perdagangan, hotel dan restoran
27.839,84 17,22
28.520,89
17,29
29.386,66 17,7
7
Pengangkutan dan Komunikasi
9.561,13
5,91
9.978,14
6,05
10.348,01 6,23
8
keuangan,persewaan dan jasa Perusahaan
2.605,36
1,61
2.619,46
1,58
3.858,59 2,32
9
Jasa-jasa
14.260,87
8,82
14.502,91
8,79
14.714,75 8,86
Jumlah
91.148,74 56,08
Tahun 2005
161.634,47
164.879,33
1,9
165.935,31
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue, 2006
Keberadaan sektor pertanian/sub sektor peternakan diharapkan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi wilayah, karena selain merupakan
mata pencarian sebagian besar
penduduk, diharapkan pula dapat mendukung prospek pengembangan wilayah sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Kabupaten Simeulue sektor pertanian terutama peternakan dan tanaman bahan makanan merupakan sub sektor yang paling dominan dalam pengembangan dan pertumbuhan wilayah, diharapkan mampu memberikan implikasi terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Simeulue. 4.4 Karakteristik Responden 4.4.1 Pendapatan Peternak
Jumlah pendapatan rumah tangga peternak bervariasi, dari tabel 13 diketahui pendapatan peternak ≤ 50.000 atau sebesar 26,22% dengan rumah tangga 16 responden berstatus miskin, begitu juga dengan pendapatan 55.000 - 150.000 atau sebesar 37,5% dengan responden 24 rumah tangga. Tabel 13. Jumlah Pendapatan Peternak No
Pendapatan
Jumlah Responden
Persentase
1
≤ 50.000
16
26,22
2
55.000 - 150.000
24
37,5
3
160.000 - 240.000
9
14,75
4
250.000 - 300.000
12
19,67
Jumlah
61
100
Sumber : Data Diolah 4.4.2 Jumlah Ternak Jumlah ternak sangat berpengaruh terhadap tingkat rata-rata pendapatan keluarga tani, petani yang memiliki jumlah ternak yang lebih banyak berpeluang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang mempunyai jumlah ternak sedikit. Tabel 14. Jumlah Ternak Responden No
Jumlah Ternak
Jumlah Responden
Persentase
1
10 – 15 Ekor
35
57, 37
2
16 – 18 Ekor
15
24,60
3
> 19 Ekor
11
18,03
Jumlah
61
100
Sumber : Data Diolah Berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan pada responden rumah tangga tani, jumlah ternak yang paling banyak dimiliki oleh petani sebesar 21 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa
petani belum mampu meningkatkan pendapatannya dari beternak dikarenakan jumlah ternak masih sedikit. 4.4.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin berat beban rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya.
Tabel 15. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden No
Jumlah Tanggungan
Jumlah Responden
Persentase
1
> 3 Orang
33
54,10
2
< 3 Orang
28
45,9
61
100
Sumber : Data Diolah Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa rumah tangga yang memiliki tanggungan lebih dari tiga orang adalah sebesar 54,10 persen dan keluarga yang memiliki tanggungan kurang dari 3 orang berjumlah 45,9 persen. 4.4.4 Tingkat Pendidikan Hasil data responden tingkat pendidikan formal yang diperoleh kepada rumah tangga tani ternyata masih sangat rendah, dari hasil data responden mayoritas kepala keluarga hanya tamat SD. Tabel 16. Tingkat Pendidikan Responden No
Sekolah yang di Tamatkan
Jumlah Responden
Persentase
1.
Tidak Sekolah
19
31,2
2.
SD
39
63,9
3.
SMP
3
4,9
61
100
Jumlah
Sumber : Data Diolah Sebagian besar peternak di Kabupaten Simeulue memiliki tingkat pendidikan rendah, yaitu hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar sebanyak 63,9 persen dan tidak sekolah sama sekali sebesar 31,2 persen, sekolah menengah tingkat pertama 4,9 persen. Masyarakat miskin ini selalu dicirikan secara ekonomi dengan rendahnya kualitas SDM, termasuk kesehatan, pendidikan dan keterampilan yang berdampak kepada penghasilan. Jika peternak memiliki pendidikan lebih tinggi maka kemungkinan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh.
4.4.5 Usia Kepala Keluarga Umur keluarga menentukan dalam kemampuan untuk bekerja bidang peternakan. Rata-rata umur kepala keluarga berada pada usia produktif 25-55 tahun. Tabel 17. Usia Kepala Keluarga Responden No
Umur
Jumlah Responden
Persentase
1
25 - 34
17
27,9
2
35 – 44
16
26,3
45 – 55
21
34,4
> 56
7
11,4
61
100
Sumber : Data Diolah Umur kepala rumah tangga dapat diidentifikasikan bahwa rata-rata peternak memiliki umur di atas 25 tahun, yaitu 27,9 persen berumur 25 – 34 tahun, pada kelompok umur 35 – 44 tahun sebesar 26,3 persen, kelompok umur 45 – 55 tahun 34,4 persen. Untuk kelompok umur diatas 56 tahun 11,4 persen. Ini menunjukkan bahwa banyak peternak berada pada usia produktif. Berdasarkan kondisi dilapangan, peternak yang berumur lebih dari 56 tahun masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. 4.5 Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan 4.5.1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Sejak tahun 2007 Pemerintah Pusat telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Secara umum PNPM merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PNPM ditujukan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Beberapa manfaat yang berhasil diperoleh dari kegiatan ini antara lain berupa penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan serta menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Visi dari PNPM sendiri adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin di perdesaan. Kesejahteraan diartikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, dan kemandirian berarti mampu mengorganisasi diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya dari luar lingkungan dan mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sasaran dan Pelaksanaan Kegiatan PNPM Lokasi Sasaran PNPM meliputi seluruh Kecamatan yang dalam pelaksanaanya dilaksanakan secara bertahap dengan kelompok sasaran terdiri dari masyarakat miskin di perdesaan, kelembagaan masyarakat di perdesaan dan kelembagaan pemerintahan lokal. Kegiatan PNPM pada tahun 2009 dilaksanakan di 8 kecamatan. Beberapa kegiatan sudah dilaksanakan di Kabupaten Simeulue, namun ada beberapa kecamatan yang baru mulai kegiatan pelaksanaannya salah satunya kecamatan Teupah Selatan. 4.5.2 Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bantuan Langsung Tunai (BLT) kembali digulirkan oleh pemerintah sebagai bentuk kompensasi atas kenaikan BBM, yang tentunya mengimbas kepada kehidupan masyarakat luas termasuk kalangan masyarakat miskin. Bantuan yang diberikan berupa memberikan dana sebesar Rp100.000,- per bulan tersebut diharapkan dapat mengimbangi dampak kenaikan biaya hidup akibat kenaikan harga BBM terhadap Rumah Tangga Sasaran (RTS). Program BLT mulai dilaksanakan pada bulan September 2005, dan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program tersebut, Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Miskin. Sasaran program BLT ini adalah rumah tangga sasaran yang didata oleh BPS sejumlah 19.1 juta, dengan DIPA Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.
Dengan menggunakan 14 kriteria kemiskinan sebagai indikator masyarakat penerima BLT, terjaring 15.181 rumah tangga miskin untuk BLT tahun 2008 di Kabupaten Simeulue.
14 kriteria yang dimaksud adalah : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 M2/orang. 2. Jenis lantai bangunan jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambo/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal bambo/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok plesteran. 4. Tidak memiliki fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) atau memiliki fasilitas MCK bersama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam 1 kali/minggu. 9. Hanya membeli pakaian baru 1(satu) stel/tahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak 1 atau 2 kali/hari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan hanya dari kepala rumah tangga yang bermata pencaharian sebagai petani (dengan luas 0.5 Ha), buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerja lainnya. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD; 14. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000,-. 4.5.3 Program Alokasi Dana Desa (ADD) Program ini dilaksanakan untuk membantu masyarakat dan pemerintah desa didalam upaya mengembangkan ekonomi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal. Model kegiatan adalah dengan mengalokasikan dana kepada pemerintah desa untuk digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa dan menunjang kegiatan desa. Pihak yang terlibat dalam program ADD adalah kepala desa sebagai penanggung jawab, BPD dan semua perangkat desa ikut terlibat dalam program ini.
Tabel 18. Alokasi Program ADD Kabupaten Simeulue 2009 No
Uraian
Jumlah (Rp)
1
2
3
I
Menunjang kegiatan BKPG
II
Menunjang kegiatan pemerintah desa
5.000.000 10.000.000
III
Honorarium pengelola ADD
IV
Belanja hibah
V
3.500.000
1. untuk menunjang kegiatan BPD
2.000.000
2. untuk menunjang kegiatan PKK
2.000.000
3. untuk menunjang kegiatan pemuda
1.500.000
4. untuk menunjang kegiatan LKMD
10.000.000
Untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa
25.000.000
Jumlah
50.000.000
Sumber : Dinas Kecamatan Teupah Selatan