IV. KONDISI UMUM KAWASAN KALIORANG 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim 4.1.1 Geografis Kecamatan Kaliorang adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur dengan luas wilayah 705,91 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec. Sangkulirang pada akhir tahun 2000 menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kec. Sangkulirang, Kec. Kaliorang dan Kec. Sandaran.
Dari wilayah yang masih
cukup luas, Kecamatan Kaliorang terdapat pula wilayah yang terletak dikawasan pesisir pantai serta beberapa wilayah dibelah oleh anak sungai dan sungai merupakan salah satu transportasi selain jalan darat yang merupakan sarana utama bagi masyarakat di 15 desa di dalamnya. Potensi sumberdaya air ditunjukkan oleh adanya sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini. Sungai-sungai yang ada di kecamatan Kaliorang, yaitu Sungai Rapak, Durian, Kaubun, Kaliorang, Selangkau dan Sungai Golok. Sungai Rapak dan Durian
mempunyai panjang sekitar 38 km.
Sungai yang telah
dimanfaatkan untuk irigasi sawah yaitu Sungai Kaubun dengan membuat bendungan. Bendungan ini berada di SP-4 Kaubun (desa Cipta Graha) yang saat ini telah mengairi sawah seluas 300 ha. Dengan pengairan tersebut sawah dapat diusahakan dua kali setahun. Sungai Selangkau di samping digunakan sebagai sumber air bersih digunakan pula untuk sarana transportasi. Dataran rendah dan dataran tinggi terdapat disekitar sungai besar pesisir pantai dan agak kehulu dengan bentuk bergelombang, sedang dipedalaman sudah bergunung-gunung yang diantaranya gunung Sekerat dengan ketinggian kurang lebih 821 meter dan gunung Batu (Tando) dengan ketinggian kurang lebih 168 meter. Dari celah pegunungan terdapat sungai-sungai kecil yang mengalir ke Teluk Sangkulirang melalui anak sungai Limbun, Rapak, Kaubun, dan Kadungan. Desa yang berbatasan langsung dengan pantai adalah desa Kaliorang dan desa Selangkau dengan pantai yang landai. Sumber air tanah terdapat pada kedalaman 5 – 7 meter. Sesuai dengan kondisi fisiografi lahan, kualitas air tanah sangat beragam dari jernih hingga keruh. Mata air potensial untuk air bersih terdapat di Gunung Sakerat.
81 4.1.2 Iklim Kawasan Kaliorang memiliki iklim hutan hujan tropis suhu rata-rata di daerah ini adalah 260C dan perbedaan suhu maksimum dan minimum mencapai 50 – 70C.
Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah ini sebesar 1.546 mm
dengan dua bulan kering yaitu pada bulan Juli dan Agustus. Di luar dua bulan kering tersebut curah hujan merata sepanjang tahun yaitu berkisar dari 109 mm hingga 162 m. Untuk pengusahaan tanaman semusim lahan kering, wilayah ini memiliki 10 bulan pertumbuhan atau masa pertanaman yaitu dari bulan September hingga bulan Juni.
Pada bulan-bulan tersebut curah hujan
di atas 100 mm yang
menurut Oldeman et al. (1980) mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semusim lahan kering. Untuk pengusahaan tanaman tahunan seperti kakao, kelapa dan kelapa sawit, kondisi iklim di wilayah ini cukup sesuai. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya bulan kering kurang dari 3 bulan per tahun. Dengan demikian kondisi curah hujan di wilayah ini dapat
dinyatakan cukup sesuai
pengembangan agribisnis. Dari kondisi
curah hujan tersebut juga terlihat bahwa curah hujan
tersebar antara bulan Mei hingga bulan Desember. Dengan demikian musim kemarau jatuh pada bulan Januari hingga April dan musim hujan terjadi antara bulan Mei hingga bulan Desember. Hal tersebut akan menentukan aktivitas pertanian terutama untuk mengusahakan tanaman semusim. Bulan-bulan pertumbuhan (growth period) jatuh pada bulan Mei hingga bulan Desember. Menurut klasifikasi Oldeman et al. (1980), dengan kondisi curah hujan seperti terlihat pada tabel di atas, di wilayah ini terdapat 3 bulan basah, bulan dengan curah hujan di atas 200 mm, yaitu bulan Mei, Nopember, dan Desember. Di samping itu terdapat 5 bulan lembab (bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm dan kurang dari 200 mm) berturut-turut dari bulan September hingga Oktober. Menurut klasifikasi Oldeman kondisi iklim tersebut tergolong tipe D1. Untuk daerah laut dan pesisir pantai udara terasa panas karena dipengaruhi oleh angin laut yang datangnya dari Selat Makassar, sedangkan pada daerah dataran/pedalaman yang semakin jauh dari pantai udaranya semakin sejuk. Curah hujan yang terbanyak terjadi di bulan Desember sekitar 379 mm, dan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juni yaitu sekitar 50 mm.
82 4.2 Kondisi Fisik Lahan Kecamatan Kaliorang memiliki potensi pengembangan lahan sawah irigasi dan tadah hujan, lahan kering dan lahan tambak. Sawah irigasi adalah pengembangan sawah dengan pengairan dari bendungan Sungai Kambun ataupun pompanisasi. Sawah tadah hujan di beberapa desa dengan satu musim tanam
padi
sawah.
Untuk
lahan
sawah
irigasi
cukup
sesuai
untuk
pengembangan padi, sedang untuk lahan tadah hujan sesuai marginal. Dengan perluasan lahan sawah irigasi baik bendungan maupun
pompanisasi masih
tersedia lahan cukup luas yang sesuai untuk pengembangan komoditi padi. Luas wilayah Kecamatan Kaliorang yaitu 69.901 ha, yang dimanfaatkan seluas 32.014 ha dan sisanya merupakan areal hutan negara. Dari areal lahan yang telah dimanfaatkan, 6.043 ha (18%) merupakan lahan sawah dan 25.971 ha merupakan lahan kering. Lahan sawah memiliki luas 6.043 ha, yang terdiri dari lahan sawah beririgasi seluas 1.677 ha, 1.244 ha lahan sawah tadah hujan dan 3.122 ha saat ini tidak diusahakan. Lahan kering seluas 25.971 ha yang saat ini tidak diusahakan seluas 8.136 ha, untuk bangunan, pemukiman dan penggunaan lain seluas 3.208 ha, lahan hutan rakyat seluas 8.399 ha dan areal budidaya seluas 12.271 ha yang terdiri dari areal tegalan seluas 7.430 dan perkebunan seluas 4.841 ha. Dari sebaran penggunaan lahan di setiap desa terlihat bahwa pada desadesa asal (desa Kaliorang dan Selangkau) memiliki areal pengembangan paling luas dibanding desa-desa lain yang merupakan desa ex transmigrasi. Penggunaan lahan di kedua desa tersebut telah mencapai 55% dari pemanfaatan lahan oleh 15 desa di Kecamatan
Kaliorang.
luasan
Desa-desa eks
transmigrasi memiliki lahan pekarangan dan lahan usaha sesuai dengan jumlah KK di desa tersebut pada saat penempatan. Demikian pula telah terjadi pergeseran antara luas lahan yang diusahakan semula (dibuka pada saat penempatan) dengan pemanfaatan lahan saat ini. Kegagalan pembangunan kebun kelapa hibrida di lahan usaha II dan kesalahan pembukaan lahan usaha I ataupun pekarangan menyebabkan transmigran membuka lahan baru dan menambah pemanfaatan lahan. Berdasarkan data tata guna lahan di Kecamatan Kaliorang terlihat adanya potensi lahan untuk pengembangan pertanian atau agribisnis. Potensi tersebut adalah
pengusahaan
tanaman
pangan
lahan
kering
ataupun
tanaman
hortikultura semusim pada lahan kering ataupun tanaman hortikultura semusim
83 pada lahan sawah dan tegalan seluas 13.523 ha. Bentuk pengembangan adalah intensifikasi penggunaan lahan atau pemanfaatan lahan yang hingga kini belum dimanfaatkan. Potensi utama adalah pengembangan tanaman perkebunan pada lahan bekas perkebunan kelapa hibrida yang gagal. Luasan bekas perkebunan ini sekitar 3.530 ha yang saat ini terlantar. Lahan kering di wilayah ini juga potensial untuk pengembangan jenis tanaman palawija, buah-buahan dan tanaman perkebunan. Tanaman palawija yang tergolong sesuai marginal antara lain kedelai dan kacang tanah dan yang tergolong cukup sesuai adalah jagung. Adapun tanaman buah-buahan seperti pisang dan nenas tergolong cukup sesuai, jeruk tergolong cukup sesuai untuk areal tertentu dan durian tergolong sesuai marginal. Tanaman tahunan yang tergolong sesuai marginal di kawasan ini adalah kelapa sawit, kakao dan lada. Lahan potensial untuk tambak di Kecamatan Kaliorang seluas 3.500 ha. Lahan tersebut merupakan dataran marine yang merupakan daerah pasangsurut air laut dan neraca beberapa sungai sehingga diperoleh air payau yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak baik udang galah maupun bandeng. Dengan kondisi pasang surut tersebut tambak dapat dikembangkan dengan teknologi sederhana, murah dan untuk menjaga kelestarian lingkungan di lakukan budidaya semi intensif. Komoditi yang sesuai dikembangkan adalah udang galah, bandeng, pembenihan udang maupun bandeng. Potensi lahan di unit pemukiman transmigrasi dapat dilihat dari alokasi lahan setiap KK, yaitu lahan pekarangan 0.5 ha, lahan usaha I seluas 1 ha dan lahan usaha II seluas 2 ha. Dengan setiap KK memperoleh lahan seluas 3.5 ha maka total lahan seluas 7.070 ha. Keragaan sebaran lahan pekarangan, lahan usaha I dan II di setiap desa /UPT disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.
Sebaran luas lahan pekarangan, lahan usaha I dan II Unit Pemukiman Transmigrasi di Kecamatan Kaliorang
Nama UPT
LP (ha)
Tersedia
LU-I (ha) LU-II (ha) Terpakai Potensi Tersedia Terpakai Potensi
Kaliorang I
64,50
193,50
154
39,50
258
75
183
222,50
Kaliorang II
58,75
176,25
120
56,25
235
47
188
244,25
Kaliorang III
59,25
177,75
150
27,75
237
59
178
205,75
Kaliorang IV
77,50
232,50
175
57,50
310
62
248
305,50
Kaliorang V
78,50
235,50
160
75,50
314
45
269
344,50
Jumlah
885,00
2.655,00
1.943
712,00
3.540
857
2.683
3.395,00
Sumber: Podes Kaliorang (2006); Depnakertrans (2006)
Total lahan potensi (ha)
84 Dari data tersebut terlihat bahwa potensi lahan yang dapat dikembangkan di pemukiman transmigrasi seluas 7.080 ha yang terdiri dari 885 ha lahan pekarangan, 2.655 ha lahan usaha I dan 3.540 ha lahan usaha II. Lahan yang telah dikembangkan oleh transmigran (penduduk) pada saat ini umumnya masih lahan pekarangan dan alang-alang karena kegagalan pembangunan perkebunan kelapa hibrida sebagai lahan plasma. Dengan demikian lahan usaha II tersebut masih potensial untuk pengembangan komoditi perkebunan. Dengan kondisi lahan usaha I yang sebagian tidak dapat diusahakan karena top soil-nya terkupas atau LU II bekas perkebunan cukup berat membukanya untuk lahan
tanaman semusim, menyebabkan
transmigran mengembangkan diperbolehkan
karena
adanya
kebanyakan
lahan restan (membuka lahan baru). Hal ini pemberitahuan
kepada
masyarakat
oleh
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur bahwa setiap KK diperbolehkan menguasai lahan hingga 5 ha. Pada pemukiman di kawasan Kaliorang pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk pola linier ini diperlihatkan oleh satuan pemukiman yang berkelompok dengan perkembangan yang memanjang sepanjang tepian jalan utama atau aliran sungai. Di Kecamatan Kaliorang umumnya pemukiman berkembang di jalur jalan dengan disain dari Rencana Teknis Satuan Pemukiman Transmigrasi. Fasilitas perumahan di kawasan ini umumnya perumahan kayu dan semi permanen. Dalam RTRW Kabupaten Kutai Timur telah ditetapkan pusat-pusat permukiman pedesaan di ketiga kecamatan di kawasan Sangsaka (Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang). Pusat permukiman pedesaan dimaksudkan sebagai kawasan permukiman dengan dominasi kegiatan sektor pertanian yang berfungsi sebagai tempat penyedia pelayanan antar desa ataupun antar desa dengan kota. Pusat permukiman pedesaan di kawasan Kaliorang adalah Bukit Makmur, Bangun Jaya, Bumi Etam, Bumi Rapak, dan Kaliorang. Uraian mengenai pengembangan lahan oleh transmigran di Kecamatan Kaliorang seperti tertera pada Tabel 8. Pemanfaatan lahan tersebut menunjukkan bahwa belum seluruh lahan yang dialokasikan untuk transmigrasi dimanfaatkan. Untuk pengembangan lebih lanjut masih tersedia lahan yang cukup luas. Di samping itu, pengembangan komoditi masih sangat beragam. Untuk mendukung agroindustri dan pemasaran
85 hasil pertanian perlu skenario pengembangan komoditi dengan skala tertentu dan dalam konteks kawasan. Tabel 8. Pengembangan lahan di UPT Kecamatan Kaliorang Desa
Jenis Komoditi yang Dikembangkan
Jenis Alokasi Luas (ha) Lahan
Bukit Makmur
LU I, LU II
230
Pisang, Kakao, Tanaman pangan lahan kering
Bukit Harapan
LU I,
350
Pisang, kakao, semusim
Cipta Manunggal Jaya
LU I
Bangun Jaya
LU I
Bumi Sejahtera
LU II
tanaman
pangan
230
Pisang, kakao
150
Sawah tadah hujan dan tanaman pangan lahan kering
140
Pisang dan kakao
LU I
92
Sawah tadah hujan
LU II
40
Pisang dan kakao
LU I
135
Sawah tadah hujan
100
Pisang dan kakao
Sumber: Bappeda Kutai Timur (2004)
4.3 Kependudukan dan Sosial Budaya Pada tahun 2005, jumlah penduduk di Kecamatan Kaliorang sebanyak 12.968 jiwa dengan penyebaran penduduk terbesar di Desa Bukit Makmur dan terkecil di Desa Kadungan Jaya. Dari pertumbuhan jumlah penduduk terlihat bahwa Kecamatan Kaliorang memiliki pertumbuhan terbesar. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kaliorang tersebut umumnya disebabkan oleh perpindahan penduduk. Kecamatan Sandaran di samping memiliki jumlah penduduk paling sedikit juga memiliki pertumbuhan paling kecil. Dilihat
dari
kepadatan
penduduk,
penduduk yaitu sebesar 17.38 jiwa/
km2.
Kecamatan
Kaliorang
memiliki
Kepadatan penduduk di Kecamatan
Kaliorang tersebut lima kali lipat dibanding kepadatan penduduk kawasan Sangsaka yaitu sebesar 3,26 jiwa/km2. Besarnya kepadatan
penduduk di
kecamatan Kaliorang di samping dikarenakan oleh luas wilayah kecamatan yang paling kecil (699,01 km2 atau 6,67% dari luas Sangsaka) juga disebabkan oleh banyaknya penempatan transmigrasi di wilayah ini. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Kaliorang memiliki potensi sumberdaya manusia paling besar di kawasan ini.
86 Perbandingan jenis kelamin penduduk menunjukkan bahwa laki-laki sedikit lebih banyak di banding perempuan yaitu antara satu perempuan berbanding dengan 1,14 laki-laki. Menurut struktur umur, usia kerja di atas 50% dari
jumlah
penduduk.
Struktur
penduduk
di
Kecamatan
Sangkulirang
menunjukkan bahwa 38,85% dari jumlah penduduk merupakan usia nonproduktif, sedang 61,15% merupakan usia produktif. Rasio ketergantungan di kecamatan ini cukup rendah yaitu setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 64 orang usia non produktif. Jumlah penduduk di Kecamatan Kaliorang pada tahun 2005 sebanyak 13.907 jiwa. Kepadatan penduduk di wilayah ini sekitar 20 jiwa/km2. Kecamatan Kaliorang merupakan wilayah terpadat di Kabupaten Kutai Timur.
Rata-rata
pertumbuhan penduduk selama tiga tahun terakhir sekitar 6%. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar tersebut umumnya diakibatkan oleh adanya mobilisasi penduduk dan bukan semata-mata dari kelahiran. Keragaan jumlah penduduk di Kecamatan Kaliorang seperti terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Keragaan jumlah penduduk di Kecamatan Kaliorang No 1 2 3 4 5 6 7
Desa
Penduduk (jiwa) Laki-laki
Kaliorang Bukit Harapan Bukit Makmur Bangun Jaya Citra Manunggal Jaya Bumi Sejahtera Selangkau Jumlah
Perempuan
Jumlah
Jumlah KK
677 410 718 549 457 500 462
330 395 605 440 384 510 533
1.007 806 1.323 989 841 1.010 995
235 170 286 330 228 260 166
7.472
6.435
13.907
3.477
Sumber : Kompilasi Potensi Desa (2005) Penduduk di wilayah kecamatan ini terdiri dari 3.477 kepala keluarga (KK). Sebaran penduduk cukup merata di seluruh desa di Kecamatan Kaliorang dengan desa terbanyak populasi penduduknya adalah desa Bumi Rapak dan terkecil adalah desa Pengadaan
Baru. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak
7.472 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 6.435 jiwa, sehingga sex rasio penduduk di kecamatan ini adalah 1,16 : 1. Struktur penduduk menurut umur di kecamatan Kaliorang menunjukkan sekitar 41,7% merupakan usia kerja dan sisanya merupakan usia non produktif.
87 Hal ini karena sebaran
usia penduduk terbesar pada umur 7 – 12 tahun.
Dengan kondisi tersebut angka ketergantungan setiap
penduduk cukup tinggi yaitu
100 orang usia produktif harus menanggung 71 penduduk usia non
produktif (71%). Angkatan kerja di Kecamatan Kaliorang sebanyak 5.076 jiwa dengan komposisi laki-laki dan perempuan hampir seimbang (1,03). Angkatan kerja di kecamatan
ini sekitar 42% (sekitar 5.841 orang)
sebagian besar desa-desa di wilayah ini adalah transmigrasi yang basis usahanya adalah pertanian, sehingga lebih dari 90% angkatan kerja tersebut bekerja di bidang pertanian. Desa Bumi Sejahtera dan Bukit Permata seluruh penduduknya bekerja atau bersumber penghidupan utama dari pertanian. Adat-istiadat penduduk di kawasan Sangsaka diwarnai oleh banyaknya suku yang menyusun penduduk di kawasan ini. Banyaknya suku bangsa yang ada di kawasan ini menunjukkan besarnya penduduk pendatang baik karena program transmigrasi pemerintah ataupun perpindahan penduduk
swakarsa.
Sebaran suku bangsa yang menghuni masing-masing kecamatan di kawasan Sangsaka seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran suku bangsa di Kawasan Sangsaka No
Kecamatan
1
Sangkulirang
Bugis, Kutai, Dayak Basaf, Banjar, Jawa, Bali
2
Sandaran
Bugis, Kutai, Banjar, Dayak Mualaf dan Dayak Basaf
3
Kaliorang
Dayak, Kutai, Bugis, Jawa, Madura, Flores, Irian, Banjar, Sunda, Lombok, Timor, Bali
Sumber:
Suku Bangsa
RTRW Kecamatan Berbasis Masyarakat di 10 Kecamatan Kabupaten Kutai Timur (2001)
Suku bangsa yang mendiami kawasan ini menentukan kebudayaan, bidang mata pencaharian, agama maupun adat-istiadat. Suku Bugis umumnya lebih memiliki bidang pekerjaan sebagai nelayan, hidup di wilayah pantai dan umumnya beragama Islam. Suku Kutai umumnya sebagai nelayan dan petani serta umumnya memeluk agama islam. Suku Dayak Basaf umumnya adalah petani dan beragama Kristen Protestan atau Katolik, Suku Banjar bermata pencaharian
pedagang, petani dan nelayan sedang Suku
umumnya sebagai
petani.
Jawa dan Bali
Suku Jawa termasuk di dalamnya suku Sunda
umumnya beragama Islam dan Suku Bali umumnya beragama Hindu. Terutama agama yang dianut masing-masing suku melahirkan adat istiadat yang berlaku bagi masyarakat.
Walaupun keragaman agama dan suku
serta mata
88 pencaharian, namun nampaknya sudah terjadi pembauran antara kultur yang ada di kawasan ini. Penduduk Kecamatan Kaliorang
terdiri dari beragam suku bangsa.
Suku-suku yang ada, yaitu Dayak Kutai, Bugis, Jawa, Sunda, Madura, Flores, Irian Jaya, Banjar, Lombok, Timor dan Bali.
Banyaknya suku di wilayah ini
karena didatangkan oleh program transmigrasi.
Daerah asal transmigrasi di
kecamatan ini adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, NTT dan Bali. Suku Bugis umumnya merupakan pendatang swakarsa dan sebagai pendiri pertama Desa Kaliorang.
4.4 Ekonomi Wilayah Perekonomian di kawasan Sangsaka terutama bertumpu pada sektor pertanian.
Sub sektor yang cukup menonjol adalah perkebunan, tanaman
pangan dan perikanan. Pengelolaan berbagai sub sektor pendukung ekonomi tersebut masih sangat sederhana sehingga perkembangan perekonomian penduduk di kawasan ini masih rendah. Perekonomian Kecamatan Kaliorang didominasi oleh subsektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Hal ini terlihat dari hampir 90% keluarga di setiap desa berusaha di bidang pertanian terutama tanaman pangan dan perkebunan. berbasis
Walaupun secara umum perekonomian Kabupaten Kutai Timur
pada pertambangan batubara, namun untuk wilayah Kecamatan
Kaliorang pertanian merupakan sektor utama pendukung perekonomian masyarakat. Luas pertanaman padi di Kecamatan Kaliorang seluas 1.689 ha dengan produksi sebesar
5.246 ton padi per tahun merupakan 45% dari
produksi padi di Kabupaten Kutai Timur. Di kecamatan ini, komoditi yang dikembangkan cukup luas yaitu kelapa 1.128 ha dan perkebunan kakao seluas 758 ha. Tanaman padi ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dan kakao yang mulai berproduksi memberikan pendapatan yang cukup besar. Di samping lahan yang telah dikembangkan untuk komoditi di atas masih banyak lahan potensial yang belum dikembangkan. Secara umum perekonomian kawasan Sangsaka dapat dikatakan masih dalam tahap awal pengembangan. Hal ini terlihat dari pertanian yang berkembang baru di hulu, dengan tingkat produksi yang masih rendah. Volume produksi yang rendah belum dapat mengakselerasi tumbuhnya unit pengolahan
89 hasil pertanian dan pasar.
Hal tersebut berakibat pada laju perkembangan
perekonomian yang lambat. Pendapatan
utama
penduduk
bersumber
pada
pertanian
yang
mengusahakan lahan sawah atau lahan kering. Desa Cipta Graha dan Bumi Rapak mengandalkan perekonomiannya pada padi sawah karena memiliki lahan sawah beririgasi. Desa lainnya mengandalkan pada padi gogo (lahan kering), tanaman palawija atau pisang dan kakao. Pendapatan petani berkisar antara Rp4.500.000 hingga Rp9.600.000 per tahun. Beberapa
tanaman pangan semusim yang telah dikembangkan di
kawasan Sangsaka antara lain padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau. Luas tanam, produktivitas dan produksi beberapa komoditi tanaman semusim di kawasan Sangsaka seperti terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Luas tanam, produksi, dan produktivitas beberapa komoditi tanaman pangan di Kecamatan Kaliorang Persentase terhadap Kabupaten
Kecamatan Kaliorang No
Komoditi
Luas tanam (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Luas tanam (%)
Produksi (%)
1
Padi Sawah
1.473
4.895
3,3
69,0
69,0
2
Padi Ladang
563
1.352
2,4
27,0
30,0
3
Jagung
41
74
1,8
9,6
9,8
4
Kedelai
31
34
1,1
17,0
18,0
5
Ubi Kayu
1.240
15.444
12,4
53,0
53,0
6
Ubi Jalar
8
71
8,9
19,0
20,0
7
Kacang Hijau
12
13
1,1
25,0
27,0
8
Kacang Tanah
23
24
1,0
24,0
26,0
Sumber : Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka (2001) (diolah)
Komoditi tanaman perkebunan yang telah banyak dikembangkan di kawasan Sangsaka adalah kelapa, kakao, kopi dan lada.
Tanaman kelapa
hibrida semula dikembangkan di LU II transmigrasi di kecamatan Kaliorang tetapi mengalami kegagalan. Tanaman kakao mulai banyak dikembangkan oleh masyarakat melihat harga jual kakao yang cukup menarik.
Kondisi
pengembangan komoditi tanaman perkebunan di kawasan Sangsaka disajikan pada Tabel 12.
90 Tabel 12. Kondisi pengembangan tanaman perkebunan di kawasan Sangsaka Luas Areal Pertanaman (ha) Tanaman Tanaman belum Tanaman Jumlah rusak menghasilkan menghasilkan
Komoditi
% terhadap Kabupaten
Kelapa
300
2.534
2.663
5.497
64,0
Kakao
1.377
684
6
2.067
34,0
Kopi
76.5
41
27
144.5
25,0
Lada
24
18
20
62
25,0
Sumber: BPS Kutai Timur (2001); Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur (2003) Komoditi perkebunan yang diusahakan di kecamatan Kaliorang adalah kelapa, kopi, kakao, lada, kemiri, aren, jambu mete dan panili.
Dari jenis
tanaman tersebut yang paling luas pengusahaannya adalah kelapa hibrida dan kakao. Kelapa hibrida semula dikembangkan oleh PTP XXVI sebagai lahan plasma transmigran, sedang kakao merupakan tanaman baru yang dirasakan dapat memberikan penghasilan yang cukup tinggi. Dua komoditi yang diusahakan di Kecamatan Kaliorang dengan luasan cukup besar adalah kelapa dan kakao. Pertanaman kelapa seluas 1.128 ha, seluas 678 ha di antaranya merupakan tanaman rusak (TR), 58 ha tanaman belum menghasilkan (TBM) dan hanya sekitar 392 ha merupakan menghasilkan.
Hal ini merupakan kegagalan
tanaman
pembangunan kebun kelapa
hibrida di wilayah ini. Dari 15 desa yang ada di Kecamatan Kaliorang, telah dikembangkan tanaman kakao seluas 758 ha. Areal pengembangan kakao tersebut hampir menyebar di seluruh desa dengan
luas pengembangan
sesuai dengan
kemampuan petani. Biasanya petani mengembangkan tanaman pisang sebagai tanaman pelindung tanaman kakao. Dari pengamatan lapangan komoditi kakao cukup sesuai dikembangkan di wilayah ini. Potensi pengembangan perkebunan di wilayah ini masih cukup luas. Lahan usaha II bekas tanaman kelapa hibrida yang gagal seluas 3.550 ha saat ini terlantar dan menunggu investor diantaranya PT. Pandan Sawit Lestari telah melakukan survai inventarisasi petani untuk pengembangan kelapa sawit di wilayah ini. Dua jenis
tanaman buah-buahan yang telah dikembangkan secara
komersial adalah pisang dan jeruk. Komoditi pisang menyumbang cukup besar terhadap
pendapatan penduduk saat ini. Komoditi pisang yang telah
dikembangkan
lebih dari 800 ha dan pada umumnya
sebagai tanaman
91 pelindung kakao. Komoditi pisang mulai berkembang setelah jalan antar desa dan jalan kabupaten diperbaiki sehingga produksi dapat diangkut ke Samarinda untuk dipasarkan. Harga pisang saat survai sekitar Rp500 /sisir atau sekitar Rp3.000 hingga Rp6.000 /tandan. Komoditi lain telah dikembangkan adalah jeruk.
Tanaman ini telah
dikembangkan seluas 10 ha di desa Bumi Rapak seluas 10 ha. Tanaman seluas 10 ha tersebut telah mulai berproduksi. Potensi lahan untuk pengembangan komoditi jeruk di desa ini seluas 250 ha. Jenis ternak yang telah dikembangkan di wilayah ini yaitu sapi, kambing, itik dan ayam kampung. Data statistik tahun 2001 mewujudkan bahwa populasi ternak di kecamatan ini adalah 484 ekor sapi, 1.436 ekor kambing, 41.617 ekor ayam dan 4.001 ekor itik. Sebaran populasi ternak di desa-desa Kecamatan Kaliorang seperti terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kondisi populasi ternak di Kecamatan Kaliorang No
Nama Desa
Sapi 98
Jenis Ternak (ekor) Kambing Ayam 302 732
1
Bumi Sejahtera
2
Citra Manunggal Jaya
5
Bukit Harapan
1
6
Bangun Jaya
15
7
Selangkau
52
180
8
Kaliorang
135
9
Bukit Makmur Total
8 484
8
150
Itik 130
1.500
250
375
810
215
200
1.000
80
1.400
600
15
3.000
1.000
100 1.436
10.000 41.617
50 4.001
Sumber : Hasil Kompilasi Data Profil Desa Kabupaten Kutai Timur (2006)
Industri pengolahan dan pemasaran hasil pertanian merupakan aktivitas pertanian off farm yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan agribisnis. Dua sub sistem agribisnis tersebut masih menjadi masalah di wilayah studi.
Industri pengolahan hasil pertanian belum berkembang
di wilayah ini
dikarenakan belum cukupnya bahan baku yang dihasilkan oleh wilayah ini. Industri pengolahan yang berkembang hanya penggilingan padi karena hasil padi di wilayah
ini sudah
cukup besar.
Namun industri pengolahan lain seperti
industri pengolahan pisang belum berkembang, sehingga apabila transportasi pengangkut pisang bermasalah, panen pisang juga akan mengalami masalah.
92 4.5 Teknologi Pertanian Dari keragaan komoditi tanaman pangan yang telah dikembangkan di kawasan Kaliorang terlihat bahwa kawasan ini merupakan kawasan sentra produksi padi sawah dan ubi kayu. Hal tersebut terlihat dari luas tanam maupun produksi padi sawah dan ubi kayu di kawasan ini menyumbang lebih dari 50% luasan dan produksi kabupaten Kutai Timur.
Selain dua komoditi tersebut,
persentase luas dan produksi terhadap Kabupaten Kutai Timur sangat kecil. Namun demikian tingkat produktivitas komoditi di wilayah kawasan Sangsaka sama atau sedikit lebih tinggi di banding produktivitas yang dicapai rata-rata di Kabupaten Kutai Timur. Padi sawah sebagai besar berkembang di Kecamatan Kaliorang, sedang ubi kayu kebanyakan dikembangkan di Kecamatan Sandaran. Wilayah Kecamatan Kaliorang merupakan daerah sentra produksi tanaman pangan di Kabupaten Kutai Timur. Hal terlihat bahwa produksi padi di kecamatan ini merupakan hampir 50% dari total produksi di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Timur. Keragaan produksi tanaman pangan di Kecamatan Kaliorang menunjukkan masih kecilnya pengembangan pertanian di wilayah ini. Dari luas lahan pekarangan 885 ha dan lahan usaha I
2.655 ha pada saat
pembukaan unit transmigrasi ditambah desa asli (Kaliorang dan Selangkau) hanya berkembang lahan sawah 1.292 ha dan lahan kering sekitar 400 ha. Pengembangan tanaman pangan selain rendah.
padi di wilayah ini masih
sangat
Rendahnya pengembangan komoditi pertanian di wilayah ini karena
belum berkembangnya pasar komoditi serta lahan yang tersedia.
Sebagian
besar lahan yang ada mengalami kerusakan top soil karena salah dalam pembukaan lahan awal. Rata-rata produktivitas tanaman pangan di wilayah ini juga masih rendah, kecuali padi. Tanaman padi sawah dan padi gogo tanpa pemupukan dan pengendalian hama serta penyakit
dapat menghasilkan masing-masing 3,3
ton/ha dan 2,4 ton/ha. Lahan sawah irigasi dengan menggunakan
teknologi
produksi input tinggi biasanya dapat mencapai 6-7 ton/ha dan produksi padi gogo berkisar 2 – 3 ton/ha. Pengembangan komoditi tanaman pangan tersebut dapat dipacu dengan tersedianya pasar hasil pertanian dan biaya transportasi yang memadai dengan harga hasil komoditi tersebut. Komoditi kakao dan kelapa merupakan komoditi yang cukup menonjol bila dibandingkan dengan kecamatan lain di kabupaten Kutai Timur. Luas pertanaman kelapa (kelapa hibrida) mencapai 5.497 ha namun hampir
93 separuhnya rusak karena gagal dalam pengembangannya. Lahan bekas pengembangan kelapa hibrida tersebut saat ini umumnya terlantar dan berupa padang alang-alang. Tanaman kakao cukup cepat berkembang di wilayah ini. Penyebaran pertanaman kakao hampir menyebar merata di tiga kecamatan di kawasan Kaliorang. Total luas pengembangan telah mencapai 2.067 ha yang kebanyakan di tumpang sarikan dengan tanaman pisang sebagai tanaman pelindung. Pengembangan tanaman perkebunan di kawasan Kaliorang sangat potensial dan akan mendukung secara lestari terhadap pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka.
4.6 Aksesibilitas Kawasan Pergerakan atau mobilitas penduduk di wilayah ini masih tergolong rendah. Hal ini karena masih terbatasnya sarana angkutan umum dan kondisi jalan sehingga menyebabkan transportasi sangat mahal. Kaliorang baru beralih dari sub sistem ke komersial.
Kendala utama dalam
pengembangan
perekonomian di wilayah ini adalah jalan dan sarana transportasi. Belum berkembangnya perekonomian di wilayah ini juga ditandai oleh masih rendahnya kegiatan koleksi-distribusi di wilayah ini. Jumlah pasar tempat masyarakat menjual hasil pertanian dan membeli barang-barang produksi serta konsumsi, masih sangat terbatas. Pasar terdekat adalah pasar di Sangkulirang yang pencapaiannya memerlukan biaya cukup tinggi. Hal ini sangat membatasi warga dalam kegiatan
ekonomi baik dalam memasarkan hasil usahatani
maupun memperoleh barang konsumsi. Untuk mencapai pasar Sangkulirang dari desa Bukit Permata (Pengadaan SP-7) misalnya diperlukan biaya sebesar Rp. 112.000,- dengan kendaraan ojek motor dan perahu motor. Melihat kondisi tersebut seluruh desa berharap untuk dibangunkan pasar oleh pemerintah, baik pasar kecamatan ataupun pasar desa.
Lokasi pasar tersebut diharapkan
strategis dan dapat dijangkau oleh seluruh desa. Jarak tempuh antara desa-desa dengan kantor kecamatan berkisar antara satu hingga 50 km dan jarak dari desa ke ibu kota Kabupaten Kutai Timur (Sangata) berkisar antara 96-216 km. Jarak dan waktu tempuh desa ke kantor kecamatan maupun kabupaten disajikan pada Tabel 14.
94 Tabel 14. Jarak dan Waktu Tempuh Setiap Desa ke Kantor Kecamatan Kaliorang dan Kabupaten Kutai Timur No 1 2 3 4 5 6 7
Desa Kaliorang Bukit Harapan Bukit Makmur Bangun Jaya Citra Manunggal Jaya Bumi Sejahtera Selangkau
Ke Kantor Kecamatan Jarak (km) Waktu (jam) 11 0.5 2 1 1 0.5 5 0.25 12 0.75 14 0.5 15 -
Ke Kantor Kabupaten Jarak (km) Waktu (jam) 115 4.5 99 4 96 4 105 5 108 4.5 110 4 120 -
Sumber : Kompilasi Potensi Desa Kabupaten Kutai Timur (2005) Pergerakan penduduk ke luar kecamatan lebih tinggi daripada di dalam kecamatan. Terutama kegiatan perdagangan (menjual hasil bumi dan ternak) dan pemenuhan kebutuhan baik kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder, kebutuhan tersier dan juga untuk
kebutuhan penyediaan sarana produksi
kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan.
Hal ini menunjukkan bahwa
tidak tersedia tempat untuk kegiatan koleksi dan distribusi skala kecamatan (pasar atau tempat penjualan ikan). Dengan begitu kegiatan pemasaran dan jual-beli dilakukan oleh masing-masing individu atau melalui bandar pengumpul yang datang ke desa-desa. Untuk pergerakan ke luar kecamatan ini umumnya masyarakat menyewa kendaraan (berupa mobil kijang) dengan tingkat tarif yang relatif mahal (Rp55.000/ orang untuk sekali jalan). Pergerakan internal kecamatan atau antar desa sangat rendah. Hal ini disebabkan sistem kegiatan yang berlangsung tidak membutuhkan interaksi yang besar. Untuk pergerakan internal kecamatan, masyarakat memanfaatkan sepeda motor pribadi atau menyewa jasa angkutan ojek dengan tarif sekitar Rp15.000 hingga Rp55.000. Selain lewat darat, mobilitas penduduk juga terselenggara melalui jalur pesisir pantai dengan jenis kapal domping. Pergerakan yang terjadi ini terutama untuk kegiatan pemasaran
hasil perikanan laut dan tambak ke
Sangkulirang dan Bontang. Tarif yang berlaku untuk kapal tersebut
adalah
bervariasi mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 (untuk berangkat dan pulang).
4.7 Sarana dan Prasarana Kawasan Prasarana ekonomi yang saat ini ada di kecamatan Kaliorang adalah warung /kios sebanyak 178 unit yang tersebar di seluruh desa. Desa desa yang telah lama dikembangkan (paling awal pembangunan pemukimannya) seperti
95 Bangun Jaya dan Bumi Etam memiliki kios yang terbanyak. Namun demikian di kecamatan ini belum terdapat pasar, baik pasar permanen ataupun pasar tanpa bangunan. Kecamatan Kaliorang merupakan pemekaran dari kecamatan Sangkulirang, sehingga pasar masih bergabung di kecamatan lama. Ketersediaan prasarana pertanian di wilayah ini masih sangat terbatas. Prasarana utama untuk pengembangan pertanian adalah jalan usahatani. Jalan usahatani yang ada adalah jalan desa yang umumnya masih merupakan jalan tanah yang rusak pada musim hujan. Hal ini menyulitkan transportasi sarana produksi dan hasil usahatani sehingga biaya produksi tinggi dan harga produk rendah. Pada saat ini untuk membeli sarana produksi harus ke Sangatta atau Sangkulirang. Tidak tersedianya kios pertanian di wilayah ini menyebabkan harga sarana produksi tinggi dan petani cenderung mengandalkan potensi alam. Di samping kios sarana produksi juga diperlukan prasarana penampungan atau pasar hasil pertanian (sub terminal agribisnis). Pada sub terminal ini pedagang berkumpul untuk bertransaksi membeli hasil pertanian. Hal tersebut akan mengatasi kerusakan jalan karena kendaraan besar tidak perlu masuk ke pusatpusat kegiatan usahatani. Untuk seluruh Kecamatan Kaliorang terdapat 1 unit TK, 15 unit SD, 8 unit SMP dan 1 unit SMA. Sekolah dasar dan SMP adalah SMP negeri, sedang SMA yang ada adalah SMA swasta. Untuk prasarana peribadatan di kawasan ini sudah sangat memadai baik jenis maupun jumlahnya. Di seluruh Kecamatan Kaliorang terdapat 30 masjid, 4 unit gereja dan 4 unit pura. Prasarana telekomunikasi yang ada di Kecamatan Kaliorang adalah warung telepon (wartel) satelit. Wartel tersebut sebanyak 2 unit satu di desa Bukit Harapan dan satu di Bukit Makmur.
Di kecamatan ini belum terdapat
kantor pos, sehingga untuk mengirim surat atau Sangkulirang atau
wesel
pos harus
ke Sangatta yang jaraknya antara 28– 87 km.
ke
Sarana
informasi di kecamatan ini adalah televisi. Seluruh kecamatan telah terdapat 199 unit TV dan tersebar di seluruh desa. Sarana prasarana kesehatan di wilayah ini masih sangat terbatas. Dari tiga kecamatan yang tercakup dalam kawasan ini baru terdapat satu unit Puskesmas, selebihnya adalah Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan. Untuk kawasan ini terdapat 2 orang dokter yaitu satu orang di kecamatan Sangkulirang dan satu orang dokter di kecamatan Sandaran.
96 4.8 Kebijakan Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah Kaliorang dilakukan berdasarkan tiga kebijakan utama yakni pengembangan kawasan transmigrasi, pengembangan kawasan agropolitan, dan gerakan daerah pengembangan agribisnis (Gerdabangagri). Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah mencanangkan Gerdabangagri untuk mewujudkan peningkatan pendapatan dari sektor pertanian. Untuk kawasan Sangsaka (Sangkulirang, Sandaran, dan Kaliorang) telah dicanangkan pula sebagai wilayah agropolitan yang menjadikan agribisnis sebagai basis pengembangan
perekonomian di wilayah ini.
Untuk pengelolaan kawasan
agropolitan tersebut telah ditetapkan suatu badan pengelola kawasan agropolitan Sangsaka. Kecamatan Kaliorang termasuk dalam kawasan Sangsaka yang dipilih sebagai salah satu dari 8 Kawasan Rintisan Agropolitan di Indonesia berdasarkan penetapan Menteri Pertanian. Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang
merupakan bagian
dari
pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Sangsaka seluas lebih dari 1 juta km². Faktor yang sangat fundamental dalam pengembangan agropolitan Sangsaka dengan konsep pembangunan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan adalah: (1) melakukan transformasi keunggulan komparatif wilayah kearah keunggulan kompetitif; (2) melakukan transformasi agribisnis tradisional yang dilaksanakan oleh petani kearah agribisnis/agroindustri modern; dan (3) melakukan terobosan, termasuk diantaranya melakukan hal yang memberikan hasil yang sangat signifikan (spektakuler) Faktor-faktor pembatas dalam pengembangan ekonomi yang kooperatif dan
berbasis
kerakyatan
muncul
karena
adanya
kesenjangan:
(1)
agribisnis/agroindustri yang sukses harus berorientasi pada pasar, sehingga dituntut untuk dapat selalu memenuhi kualitas, kontinuitas, volume dan harga bersaing; (2) proses produksi sejak on-farm hingga off-farm secara total dapat dikontrol, direncanakan dengan baik dan tersedianya teknologi yang semakin baik maupun manajemen usaha yang baik pula; (3) pelaku ekonomi kerakyatan kurang memperhatikan kualitas, menghadapi masalah keterbatasan teknologi, kurang memahami kebutuhan pasar, teknik budidaya tradisional, skala usaha yang terbatas
dan memiliki keterbatasan SDM; dan (4) petani dan pelaku
ekonomi kerakyatan cukup resisten terhadap datangnya inovasi baru, baik berupa teknologi, konsepsi dan metode.
97 Kebijakan pemerintah pada sektor pertanian adalah Gerdabangagri yang merupakan pentahapan pembangunan agribisnis dari tahap perluasan areal dengan output utama komoditi primer, kemudian intensifikasi dengan output komoditi olahan bernilai tambah tinggi. Dari berbagai kegiatan pengembangan terlihat bahwa komoditi yang diutamakan untuk dikembangkan di Kecamatan Kaliorang adalah: (1) tanaman pangan: padi sawah, jagung dan kedelai; (2) tanaman buah-buahan: durian, jeruk, nenas, dan pisang; (3) perikanan tambak: bandeng dan udang; dan (4) perkebunan: kelapa sawit dan kakao. Komoditi tersebut merupakan prioritas sasaran pengembangan dan pembinaan di Kecamatan Kaliorang.
Beberapa program pembinaan
seperti
pelatihan teknologi maupun bantuan fisik sarana produksi telah direncanakan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan. Kecamatan Kaliorang terutama merupakan kawasan pertanian dengan komoditi utama tanaman pangan dan perkebunan. Umumnya desa-desa di wilayah ini adalah permukiman transmigrasi yang mengusahakan tanaman pangan seperti padi sawah, padi gogo dan palawija seperti jagung, kedelai dan kacang tanah. Di samping, itu penduduk mulai mengembangkan tanaman hortikultura (pisang) dan tanaman perkebunan terutama kakao. Dinas perkebunan Kabupaten Kutai Timur juga mulai mengembangkan tanaman kelapa sawit sebagai bantuan kepada masyarakat. Disain awal pengembangan pertanian di wilayah ini adalah pertanian tanaman pangan lahan kering di lahan pekarangan dan LU I serta tanaman kelapa hibrida di LU II. Namun pembangunan kebun kelapa hibrida di LU II gagal dan LU I terjadi kesalahan pembukaan lahan sehingga banyak masyarakat yang mengembangkan pertanian pada lahan baru. Memperhatikan potensi dan kendala sumberdaya lahan dan agroklimat; potensi dan kendala komoditi; potensi dan kendala pengembangan program transmigrasi; dan kebijakan pembangunan daerah yang ada, maka wilayah studi Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang direncanakan menjadi beberapa zona wilayah usaha, yaitu: zona wilayah usaha produksi, zona wilayah usaha pengolahan, dan zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan. Masing-masing zona wilayah usaha memiliki ketergantungan (interdependence) satu sama lain, sehingga pengembangan kawasan ini harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. Peta kesesuaian lahan pertanian di kawasan Kaliorang tertera pada Gambar 12.
Gambar 12. Peta kesesuaian lahan pertanian di kawasan Kaliorang
Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur (2005)
98
99 Zona wilayah usaha produksi merupakan areal pertanian, baik dalam bentuk perkebunan kelapa sawit, sawah (rice estate), tanaman kelapa dan coklat, serta areal tambak. Pengembangan zona wilayah usaha ini akan menentukan perkembangan kawasan secara keseluruhan, oleh karenanya pengembangan areal harus didukung oleh perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan pengolahan yang tepat dan sesuai dengan daya dukung lahan dan sumberdaya pendukungnya. Lahan usaha II dan sebagian lahan usaha I yang belum diolah atau telah diolah tetapi belum memberikan hasil yang optimal, merupakan prioritas untuk dijadikan sebagai zona wilayah usaha produksi (onfarm). Pengembangan zona wilayah usaha pengolahan direncanakan pada lokasi-lokasi yang telah memiliki dukungan prasarana transportasi (darat dan perairan) atau lokasi-lokasi yang potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang karena letaknya secara geografis dinilai strategis. Beberapa lokasi yang direncanakan sebagai zona wilayah usaha pengolahan adalah Maloy, SP-1 Kaubun, SP-4 Kaubun dan Ronggang. Maloy sebagai ‘agroindustrial estate’ direncanakan sebagai pusat orientasi, koleksi dan distribusi hasil produksi dan pengolahan dari zona wilayah usaha produksi dan zona wilayah usaha pengolahan yang lainnya. Pengembangan zona wilayah usaha penunjang pengembangan Kawasan Agribisnis Kecamatan Kaliorang direncanakan di beberapa lokasi, dimana masing-masing lokasi memiliki akses ke zona wilayah usaha produksi dan zona wilayah usaha pengolahan, serta terintegrasi dengan permukiman transmigrasi yang sudah ada. Beberapa lokasi yang direncanakan sebagai zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan adalah: (a) di persimpangan Jalan Kaliorang-Kaubun dengan Jalan Sangatta - Ronggang, yang direncanakan sebagai pusat pelayanan kawasan; (b) di Rapak (SP-2 Kaubun) yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan; (c) di Kaliorang yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan; dan (d) di SP-5 Kaliorang yang direncanakan sebagai sub pusat pelayanan kawasan. Di masing zona wilayah usaha penunjang pengembangan kawasan tersebut
direncanakan
pengembangan
sarana
dan
prasarana
yang
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan kawasan akan pelayanan sosial, ekonomi, budaya dan transportasi. Peta arahan wilayah pengembangan agribisnis Kabupaten Kutai Timur tertera pada Gambar 13.
Gambar 13. Peta arahan wilayah pengembangan agribisnis Kabupaten Kutai Timur
Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur, 2005.
100