INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH he & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI
Pada Agustus 2011 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan tertinggi berasal dari penjualan kendaraan niaga dan terendah dari ekspor besi & baja.
Memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Agustus 2011 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara kumulatif s.d Agustus 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam struktur perekonomian nasional komoditi pada subsektor pertambangan tanpa migas berperan sangat penting dalam neraca pembayaran Indonesia. Pertumbuhan net ekspor neraca pembayaran subsektor pertambangan non migas mencapai 27,80% pada tahun 2010 dan 36,89% s.d bulan Agustus 2011.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan
Pada Agustus 2011 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan (yoy) cukup berimbang. Dari 29 (dua puluh sembilan) indikator, sebanyak 14 (empat belas) diantaranya mengalami peningkatan dimana tertinggi masih terjadi pada penjualan kendaraan niaga (18,56%). Indikator lainnya yang juga mengalami peningkatan yang cukup besar antara lain: ekspor batubara (16,68%), produksi kendaraan non niaga (14,22%), produksi kendaraan niaga (11,44%), penjualan listrik ke bisnis/perdagangan (11,07%) dan penjualan kendaraan non niaga (10,32%). Sementara itu, sebanyak 15 (lima belas) indikator lainnya mengalami penurunan. Tiga diantaranya yang turun cukup besar berasal dari kelompok ekspor yaitu: ekspor besi & baja (31,30%), ekspor biji tembaga (25,22%) dan ekspor barang dari logam tidak mulia (20,36%). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada Indikator laporan ini Sektor fokus analisis mengenai subsektor pertambangan tanpa migas. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia Perkembangan Riil terpilih maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
1
Secara rata-rata selama Agustus 2010 s.d Agustus 2011, indikator produksi dan penjualan kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 42,92% dan 40,05%. Tingginya rata-rata pertumbuhan produksi dan penjualan kendaraan niaga juga dibarengi oleh pertumbuhan ekspor untuk produk alat angkut dan bagiannya (20,50%). Diluar itu, indikator ekspor besi & baja (22,49%) dan ekspor makanan olahan (19,32%) juga tercatat memiliki rata-rata pertumbuhan yang tinggi. Sebaliknya, indikator ekspor biji tembaga (-9,90%), produksi kondensat (-7,06%), produksi minyak mentah (-3,76%), ekspor kayu lapis (-3,26%) merupakan indikator dengan rata-rata pertumbuhan negatif. Dengan membandingkan pertumbuhan pada Agustus 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama Agustus 2010 s.d Agustus 2011, hanya dua indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya. Kedua indikator tersebut adalah penjualan listrik ke Industri dan ekspor batubara. (Grafik. 1).
Bulanan Memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Agustus 2011 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus 2011, sebanyak 69% indikator tercatat tumbuh negatif secara bulanan (mtm) dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor biji tembaga (-26,45%), yang diikuti oleh penjualan kendaraan niaga (-25,80%), ekspor makanan olahan (-25,45%), produksi kendaraan niaga (24,85%) dan konsumsi semen (-17,70%). Pola musiman selama bulan puasa dan berkurangya hari kerja saat libur Lebaran merupakan faktor utama yang menyebabkan sebagian besar indikator aktivitas ekonomi mengalami penurunan. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian kecil indikator yang tumbuh positif pada Agustus 2011. Tiga diantaranya yang tumbuh paling tinggi adakah ekspor minyak nabati (143,15%), ekspor alat angkut & bagiannya (13,63%) dan ekspor bahan kertas & kertas (7,56%). Selama periode Agustus 2010 s.d Agustus 2011, mayoritas indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Ratarata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati (20,75%) diikuti oleh ekspor biji tembaga (11,23%), ekspor alat angkut & bagiannya (10,32%) dan ekspor makanan jadi (3,21%). Sementara itu, beberapa indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut antara lain tingkat hunian hotel berbintang di Jakarta (-0,94%), produksi kondensat (-0,54%) dan tingkat hunian hotel berbintang di Bali (-0,22%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan Agustus 2011 memiliki kinerja dibawah rata-rata selama Agustus 2010 s.d Agustus 2011. Namun demikian terdapat beberapa indikator yang memiliki kinerja lebih baik yaitu produksi minyak mentah, produksi kondensat, penjualan listrik ke industri, ekspor minyak nabati, ekspor kayu lapis, ekspor bahan kertas & kertas, ekspor alat angkut & bagiannya dan ekspor peralatan listrik (Grafik. 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Kumulatif
Secara kumulatif s.d Agustus 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari penjualan kendaraan niaga (25,48%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-27,26%). Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Indikator
Satuan
2010 Des
2011 Mar
Apr
Mei
Pertumbuhan Jun*
Jul*
Agt*
Agustus
yoy
mtm
ytd1)
Migas - Produksi Minyak Mentah
ribu barel
24.570
24.745
23.707
24.716
23.640
24.731
24.786
-4,90
0,22
-4,93
- Produksi Kondensat
ribu barel
3.678
3.518
3.509
3.335
3.111
3.241
3.455
-7,04
6,60
-9,48
kiloliter
12.769
14.368
13.592
16.034
8.813
12.121
n/a
n/a
n/a
n/a
- Penjualan Minyak Diesel
Non Migas - Konsumsi Semen
ribu ton
3.907
3.769
3.734
4.083
4.101
4.378
3.603
-0,33
-17,70
13,07
- Produksi Kendaraan Non Niaga
unit
45.391
50.600
34.919
34.984
44.236
55.651
47.967
14,22
-13,81
11,74
- Penjualan Kendaraan Non Niaga
unit
49.647
55.413
39.504
39.783
48.103
59.637
50.795
10,32
-14,83
9,55
- Produksi Kendaraan Niaga
unit
16.152
23.535
19.503
19.350
20.153
27.552
20.706
11,44
-24,85
22,76
unit
- Penjualan Kendaraan Niaga
18.458
24.381
19.264
19.488
20.212
27.464
20.377
18,56
-25,80
25,48
- Produksi Sepeda Motor
ribu unit
513
720
716
698
646
722
672
-8,39
-7,02
8,32
- Penjualan Sepeda Motor
ribu unit
517
714
709
709
661
740
681
-7,22
-7,93
8,92
- Penjualan Listrik ke Industri
juta KWH
4.361
4.250
4.704
4.557
4.760
4.636
4.796
7,24
3,45
6,58
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
juta KWH
2.290
2.150
2.427
2.338
2.436
2.394
2.384
11,07
-0,43
11,52
- Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
juta KWH
5.188
4.947
5.250
5.320
5.444
5.506
5.443
8,96
-1,16
8,17
- Penjualan Listrik Total
juta KWH
12.648
12.120
13.223
13.041
13.468
13.369
13.438
6,71
0,51
6,81
- Kunjungan Wisman
ribu orang
644
598
608
600
674
745
621
5,89
-16,68
6,92
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta
persen
56
56
57
57
58
60
51
2,37
-14,96
3,21
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
persen
61
63
64
63
70
72
63
3,28
-12,61
8,59
- Batubara
ribu ton
27.564
27.822
25.370
29.669
29.632
31.309
28.149
16,68
-10,09
14,66
- Biji Tembaga
ribu ton
277
150
67
128
191
184
136
-25,22
-26,45
-27,26
- Barang dari Logam Tidak Mulia
ribu ton
256
285
240
224
290
246
204
-20,36
-17,10
-2,29
- Makanan Olahan
ribu ton
249
201
153
145
214
244
182
-6,29
-25,45
24,57
- Minyak Nabati
ribu ton
1.846
567
1.353
2.069
1.862
910
2.212
-12,47
143,15
2,67
- Tekstil dan Produk Tekstil
ribu ton
176
175
151
159
164
174
172
-7,29
-1,38
-1,66
- Kayu Lapis
ribu ton
170
192
167
153
183
146
157
-6,21
7,35
-9,80
- Kayu Gergajian
ribu ton
43
42
41
36
36
40
39
-3,87
-4,30
3,46
- Bahan Kertas dan Kertas
ribu ton
746
615
594
601
565
553
594
-2,38
7,56
8,10
- Karet Olahan
ribu ton
243
266
280
278
261
282
267
7,49
-5,42
9,94
- Besi dan Baja
ribu ton
145
108
138
127
195
116
98
-31,30
-15,83
11,26
- Alat Angkutan dan Bagiannya
ribu ton
54
88
40
43
63
66
75
0,70
13,63
-11,28
- Peralatan Listrik
ribu ton
67
70
59
64
62
65
67
-8,06
2,02
-3,96
Ekspor Non Migas Utama
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata -rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH Grafik 3. Produksi Minyak Mentah
Grafik 4. Produksi Kondensat
(% yoy)
8,0 6,0
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
15,0
20,0
15,0
10,0
15,0
10,0
10,0
4,0 5,0
2,0 0,0
0,0
5,0
5,0 0,0
0,0
-5,0
-2,0
-5,0
-5,0 -10,0
-4,0 -10,0
-6,0 -8,0
-15,0
-20,0
2010
2009
2011 yoy
-15,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
-10,0
-15,0
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel
mtm
Grafik 6. Konsumsi Semen
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
120,0
50,0
30,0
60,0
100,0
40,0
25,0
50,0
80,0
30,0
20,0
40,0
20,0
15,0
30,0
10,0
10,0
20,0
0,0
5,0
10,0
-10,0
0,0
-20,0
-5,0
-10,0
-30,0
-10,0
-20,0
-15,0
-30,0
60,0 40,0 20,0 0,0 -20,0 -40,0
-40,0
-60,0
-50,0
-20,0
2010
2009
2011 yoy
-40,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
0,0
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga
mtm
Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
80,0
80,0
100,0
100,0
60,0
60,0
80,0
80,0
60,0
60,0
40,0
40,0 40,0
40,0
20,0
20,0 20,0
20,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-20,0 -40,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2010
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-20,0
-40,0
-40,0
-20,0 -40,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2011 yoy
-20,0
mtm
2010
2011 yoy
mtm
4
Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga
Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
120,0
75,0
140,0
70,0
120,0
100,0 80,0
50,0
50,0
100,0 80,0
60,0 40,0
25,0
30,0
60,0 40,0
20,0 0,0
0,0
10,0
20,0 -10,0
0,0
-20,0
-20,0
-40,0
-25,0
-60,0
-30,0
-40,0 -60,0
-80,0
-50,0
-50,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2009
2010
2010
2011 yoy
2011 yoy
mtm
mtm
Grafik 11. Produksi Sepeda Motor
Grafik 12. Penjualan Sepeda Motor
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
80,0
80,0
80,0
80,0
60,0
60,0
60,0
60,0
40,0
40,0
40,0
40,0
20,0
20,0
20,0
20,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-20,0
-20,0
-40,0
-40,0
-20,0 -40,0
2010
2009
2011 yoy
-40,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
-20,0
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri
mtm
Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan
(% yoy)
(% mtm)
30,0
60,0
25,0
50,0
20,0
40,0
15,0
30,0
10,0 5,0 0,0
0,0
-5,0
(% yoy)
(% mtm)
25,0
30,0
20,0
24,0
15,0
18,0
20,0
10,0
12,0
10,0
5,0
6,0
0,0
0,0
-10,0
-10,0
-20,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2010
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-6,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2011 yoy
-5,0
mtm
2010
2011 yoy
mtm
5
Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
20,0
40,0
20,0
20,0
15,0
30,0
15,0
15,0
10,0
10,0
10,0
20,0 5,0
5,0
0,0
0,0
-5,0
-5,0
(% yoy)
5,0
10,0
0,0
0,0
-5,0
-10,0
-10,0
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2010
2009
2011 yoy
-10,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2010
2011 yoy
mtm
Grafik 17. Kunjungan Wisman
mtm
Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
50,0
80,0
30,0
40,0
25,0
40,0
64,0
30,0
48,0
30,0 20,0 15,0
20,0
10,0
20,0
32,0
10,0
16,0
10,0 5,0 0,0
0,0
-5,0
0,0
0,0
-10,0
-16,0
2010
-20,0
2009
2011 yoy
-15,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
-10,0 -10,0
2010
2011 yoy
mtm
mtm
Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% yoy)
(% mtm)
25,0
25,0
20,0
20,0
15,0
15,0
10,0
10,0
5,0
5,0
0,0
0,0
-5,0
-5,0
-10,0
-10,0
-15,0
-15,0 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2009
2010
2011 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
mtm
6
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERTAMBANGAN TANPA MIGAS)
Dalam struktur perekonomian nasional komoditi pada subsektor pertambangan tanpa migas berperan sangat penting dalam neraca pembayaran Indonesia. Pertumbuhan net ekspor neraca pembayaran subsektor pertambangan non migas mencapai 27,80% pada tahun 2010 dan 36,89% s.d bulan Agustus 2011. Rata-rata pangsa sektor pertambangan & penggalian dalam PDB selama tahun 2000-2010 sebesar 10,31%, atau menempati posisi ke 4 dari 9 sektor ekonomi. Dari rata-rata pangsa sektor tersebut, pangsa terbesar berasal dari subsektor minyak & gas bumi (5,51%) dan diikuti subsektor pertambangan tanpa migas (3,69%). Namun dari sisi pertumbuhan, subsektor pertambangan tanpa migas dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata di atas sektor pertambangan & penggalian. Sementara dari sisi pembiayaan, pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas berada diurutan kedua dari total kredit pada sektor pertambangan setelah subsektor pertambangan migas. Sebagai salah satu instrumen investasi yang dianggap safe haven komoditi emas merupakan salah satu primadona pada subsektor pertambangan non migas, selain batubara, biji tembaga, dan nikel. Pada tahun 2008, Indonesia merupakan negara dengan produksi emas terbesar kedelapan di dunia dengan total produksi 90 metric ton (data www.goldsheetlinks.com). Konsumsi emas di Indonesia sebagian besar digunakan dalam bentuk emas perhiasan, walaupun terdapat kecenderungan pergeseran pola konsumsi ke investasi dalam bentuk emas batangan dan koin emas seiring dengan tergerusnya daya beli akibat harga emas yang melambung dalam setahun terakhir. Terus naiknya harga emas internasional secara langsung mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi di Indonesia. Laju inflasi s.d September 2011 sebesar 2,97% (ytd). Dari angka inflasi tersebut, komoditas emas perhiasan telah memberikan sumbangan sebesar 0,39%.
A. Peranan Subsektor Pertambangan Tanpa Migas Pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas melambat di tahun 2010. Subsektor pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Komoditi tambang tersebut seperti batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak, dan sebagainya. Dalam kurun waktu 10 tahun (dari tahun 2001 s.d. 2010) subsektor pertambangan tanpa migas mengalami pertumbuhan rata-rata 5,96% per tahun, berada di atas sektor pertambangan & penggalian yang hanya tumbuh sebesar 1,10%. Subsektor pertambangan tanpa migas sempat mengalami pertumbuhan dua digit yaitu pada tahun 2001 (14,70%), 2005 (12,24%), dan 2009 (10,79%). Namun pada tahun 2010, pertumbuhan subektor ini melambat dan hanya tumbuh 7,08% dan hingga semester I-2011 hanya tumbuh 5,16%. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi subsektor pertambangan tanpa migas pada tahun 2010 hanya sebesar 0,21% (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi subsektor pertambangan tanpa migas pada semester I-2011 hanya sebesar 0,17%. Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan
Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB
(yoy, %)
(%)
20.0
0.5
15.0
Sektor Pertambangan & Penggalian
Subsek. Pertambangan tanpa migas
Subsek. Minyak dan gas bumi
Subsek. Penggalian
0.4 0.3 0.2
10.0
0.1 0.0
5.0
-0.1 -0.2
0.0
-5.0
Sektor Pertambangan & Penggalian
-0.3
Subsek. Pertambangan tanpa migas
-0.4
Subsek. Minyak dan gas bumi Subsek. Penggalian
-0.5 -0.6
-10.0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Sumber: BPS, diolah Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2007
2008
2009
2010
Sm I-2011
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, diolah
7
Sm I2011
Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan & Penggalian (%) SEKTOR/SUB SEKTOR
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Semester I2011
Rata-rata 2001-2010
A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%) Sektor Pertambangan & Penggalian - Subsek. Minyak dan gas bumi - Subsek. Pertambangan tanpa migas - Subsek. Penggalian
11.05 7.01 3.19 0.85
8.83 5.11 2.81 0.91
8.32 4.73 2.65 0.95
8.94 5.16 2.84 0.94
11.14 6.40 3.77 0.97
10.98 5.99 3.91 1.07
11.15 5.93 4.06 1.17
10.94 5.72 3.95 1.27
10.56 4.55 4.53 1.48
11.15 4.50 5.16 1.50
11.78 5.24 5.08 1.47
10.31 5.51 3.69 1.11
43.82 27.79 12.65 3.38
35.48 20.53 11.29 3.67
34.11 19.37 10.85 3.89
37.31 21.54 11.84 3.93
49.69 28.56 16.82 4.31
49.04 26.77 17.49 4.78
49.71 26.42 18.08 5.21
47.54 24.88 17.15 5.51
46.69 20.11 20.04 6.54
51.75 20.87 23.93 6.96
56.12 24.95 24.19 6.99
44.51 23.68 16.01 4.82
0.33 (4.87) 14.70 4.57
1.00 (2.98) 9.72 5.48
(1.37) (4.66) 3.96 6.08
(4.48) (4.32) (7.96) 7.46
3.20 (1.77) 12.24 7.69
1.70 (1.07) 4.84 8.33
1.93 (1.15) 5.27 8.53
0.71 0.44 (1.00) 7.50
4.44 0.07 10.79 7.04
3.48 0.40 7.08 6.54
2.51 (0.43) 5.16 7.30
1.10 (1.99) 5.96 6.92
0.04 (0.41) 0.41 0.04
0.12 (0.23) 0.30 0.05
(0.15) (0.34) 0.13 0.05
(0.48) (0.28) (0.26) 0.06
0.31 (0.11) 0.35 0.07
0.16 (0.06) 0.15 0.07
0.18 (0.06) 0.16 0.08
0.06 0.02 (0.03) 0.07
0.37 0.00 0.30 0.07
0.29 0.02 0.21 0.06
0.20 (0.02) 0.15 0.07
0.09 (0.14) 0.17 0.06
B. Distribusi/Share Terhadap Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas (%)
Sektor Pertambangan & Penggalian - Subsek. Minyak dan gas bumi - Subsek. Pertambangan tanpa migas - Subsek. Penggalian C. Pertumbuhan (% yoy) Sektor Pertambangan & Penggalian - Subsek. Minyak dan gas bumi - Subsek. Pertambangan tanpa migas - Subsek. Penggalian D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% yoy) Sektor Pertambangan & Penggalian - Subsek. Minyak dan gas bumi - Subsek. Pertambangan tanpa migas - Subsek. Penggalian
Sumber: BPS, diolah
B. Produksi Komoditi Subsektor Pertambangan Tanpa Migas Pertumbuhan produksi 7 komoditi pertambangan tanpa migas selama periode 1997-2009 rata-rata meningkat 0,12%/tahun. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah produksi komoditi batubara mendominasi total produksi komoditi lainnya dalam subsektor pertambangan tanpa migas. Share/porsi komoditi tersebut pada tahun 2009 mencapai 95% dari total produksi dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 0,13%. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan produksi komoditi subsektor pertambangan tanpa migas selalu positif kecuali pada tahun 2008 terjadi penurunan 0,05% yang didorong oleh turunnya produksi batubara (-0,05%), nikel (-0,08%), dan bauksit (-0,08%). Indeks Produksi Pertambangan (termasuk Migas) dalam dua tahun terakhir tumbuh negatif. Pada tahun 2010 dan 2009, Indeks Produksi Pertambangan mengalami kontraksi masing-masing 5,0% dan 4,3%. Kontraksi tersebut seiring dengan penurunan indeks produksi pada komoditi minyak pada tahun 2009 (-30,2%) dan 2010 (-0,9%). Komoditi tambang non migas yang mengalami penurunan indeks produksi cukup signifikan pada dua tahun tersebut adalah bauksit, dimana pada tahun 2010 produksinya mengalami kontraksi 96,6% dan pada tahun 2009 kontraksi sebesar 43,4%. Sementara itu, sebagai komoditi dengan share terbesar di dalam produksi pertambangan non migas, produksi komoditi batubara juga menurun 30,5% di tahun 2010. Tabel 3. Produksi Barang Tambang Mineral Tahun 1996 - 2009 Tahun
Batu Bara
Bauksit
Nikel
Emas
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
Perak (ton)
Konsentrat Tin (ton)
Konsentrat Tembaga (ton)
TOTAL (ton)
1996
50,332,047
841,976
3,426,867
83.6
255.4
51,478
1,731,131
56,383,838
1997
55,982,040
808,749
2,829,936
86.9
249.4
53,660
1,789,169
61,463,891
1998
58,504,660
1,055,647
2,736,640
123.9
383.2
53,108
2,598,345
64,948,906
1999
62,108,239
1,116,323
2,798,449
127.8
361.4
48,923
2,603,403
68,675,827
2000
67,105,675
1,150,776
2,434,585
109.6
310.4
55,470
3,218,685
73,965,611
2001
71,072,961
1,237,006
2,473,825
148.5
333.6
68,396
2,379,920
77,232,590
2002
105,539,301
1,283,485
2,120,582
140.2
281.9
86,750
2,806,160
111,836,700
2003
113,525,813
1,262,705
2,499,728
138.5
272.1
73,142
3,187,162
120,548,961
2004
128,479,707
1,331,519
2,105,957
86.9
255.1
71,926
2,768,242
134,757,693
2005
149,665,233
1,441,899
3,790,896
142.9
327.0
77,166
3,497,681
158,473,345
2006
162,294,657
2,117,630
3,869,883
139.0
270.6
77,851
804,880
169,165,311
2007
188,663,068
1,251,147
7,112,870
117.9
269.0
63,114
784,313
197,874,899
2008
178,930,188
1,152,322
6,571,764
64.4
226.1
77,959
644,701
187,377,224
2009
228,806,887
935,211
4,863,352
140.5
359.5
55,708
957,974
235,619,632
1,621,010,476
16,986,395
49,635,334
1,650.5
4,154.4
914,651
29,771,766
1,718,324,427
TOTAL
Sumber: BPS Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
Grafik 22. Pertumbuhan Produksi Beberapa Komoditi Tambang Non Migas
Grafik 23. Pertumbuhan Indeks Produksi Beberapa Komoditi Tambang Non Migas (%, yoy)
(%,yoy) 1.50
1.00
Total
Batu Bara
Bauksit
Nikel
Emas
Perak
Konsentrat Tin
Konsentrat Tembaga
(%, yoy)
320.0
30.0
240.0
0.0 160.0
0.50
80.0
-30.0
0.0
0.00
-60.0 -80.0
Indeks Umum, Sb. Kanan Bauksite Emas
-0.50
-160.0
Nikel Batubara Perak
-90.0
-1.00 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS
Sumber: CEIC
C. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Pada tahun 2011 (sd. bulan Agustus), ekspor komoditi pertambangan non migas mencapai USD 21.768 juta, naik 35,94% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impornya sebesar USD 707,43 juta atau naik 12,74% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, net ekspor tahun 2011 mencapai USD 21.060,74 juta, meningkat 36,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama akibat tingginya pertumbuhan ekspor batubara (USD 16.534,33 juta atau 218 juta ton batubara) dan biji tembaga (USD 3.647,45 juta atau 1,15 juta ton biji tembaga). Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan ekspor terhadap barang hasil sumber daya alam masih sangat tinggi. Mayoritas batubara Indonesia di ekspor ke negara di Asia terutama India, Cina, dan Jepang. Grafik 24. Ekspor Impor Bahan Tambang Non Migas (Juta USD)
BIJI TEMBAGA
30,000 Net Ekspor
Ekspor
Impor
BIJI NIKEL
25,000 20,000
15,000
24,543.04
Tabel 4. Volume Ekspor Komoditi Pertambangan Non Migas (juta kg) Komoditi 2009 2010 2011*
BAUKSIT 21,060.74
19,204.71
BIJI TIMAH BATU BARA
10,000
GRANIT
5,000
PASIR ALAM
0
HASIL TAMBANG LAIN 2009
2010
2011*
TOTAL
2,476.1 10,645.3 15,263.9 0.0 232,120.8 2,790.9 0.1 8,755.7 272,052.7
* Data s.d. bulan Agustus 2011
* Data s.d. bulan Agustus 2011
Sumber: Data EXIM BI
Sumber: Data EXIM BI
2,449.3 18,049.6 25,910.7 0.0 286,855.7 5,144.4 0.0 13,505.3 351,915.0
1,146.4 21,654.6 25,063.8 0.0 218,143.9 2,879.2 0.0 10,784.3 279,672.1
D. Pembiayaan Kredit kepada Sektor Pertambangan & Penggalian
Rata-rata pertumbuhan kredit sektor pertambangan & penggalian pada tahun 2008 dan 2011 (sd. bulan Agustus) lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan total kredit. Pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan & penggalian pada tahun 2010 sebesar 45,56% (yoy) dan hingga bulan Agustus tumbuh sebesar 21,42% (yoy) menjadi Rp73.453 miliar. Namun demikian, pertumbuhan kredit pada sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan total penyaluran kredit yang tumbuh 15,12% sampai dengan Agustus 2011. Berdasarkan subsektor, pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas berada diurutan kedua setelah subsektor pertambangan migas yaitu sebesar 33,41% dari total kredit pada sektor
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
pertambangan. Pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 27,81%, atau naik 20,14%. Jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan oleh perbankan di tahun 2011, pangsa subsektor pertambangan tanpa migas sebesar 11,94%. Kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk subsektor pertambangan tanpa migas mayoritas digunakan untuk kredit Modal Kerja. Pada tahun 2011, penyaluran kredit perbankan untuk kredit modal kerja sebesar Rp12.969 miliar dan kredit investasi sebesar Rp11.557 miliar. Secara tahunan penyaluran kredit modal kerja naik 26,69%, sementara penyaluran kredit investasi tumbuh lebih tinggi mencapai 75,73%.
Grafik 25. Pangsa Kredit Tahun 2010-2011 (sd. bulan Agustus)
Grafik 26. Pembiayaan Kredit Total dan Sektor Pertambangan (Miliar Rp)
Pertanian
8.9%
7.1%
Pertambangan
5.2% 14.7%
6.3% 5.0%
7.5% 12.2% 4.9% 11.1% 22.3% 6.1% 5.1% 2010 2.7% 28.1%
(YOY, %)
80,000
60,000
Perdagangan
50,000
73,453
Pertumbuhan Kredit - Total
70,000
Ind. Pengolahan
48
Pertambangan
42
Pertumbuhan Kredit - Pertambangan 60,495
* sd. bulan Agustus 2011
36 30 41,559
23.1%
Listrik Gas Air
2011
40,000
24 30,541
3.8%
Konstruksi
30,000
18
Peng. & Kom.
20,000
12
10,000
6
Keuangan 25.8%
Jasa-jasa
Sumber: LBU, Bank Indonesia
-
0 2008
2009
2010
2011*
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 27. Pangsa Kredit Berdasarkan Subsektor
Grafik 28. Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penyaluran
(%) 70.00 60.00
66.12
Pertambangan Migas Pertambangan Tanpa Migas
59.64
2010
Penggalian 50.00
30.00
2011
39.11%
20,14%
40.00
47.12%
33.41
27.81
52.88%
20.00
60.89%
10.00
6.95
6.07
KMK
2010
Sumber: LBU, Bank Indonesia
KI
2011
Sumber: LBU, Bank Indonesia
E. Investasi PMA dan PMDN
Realisasi investasi dalam negeri sektor pertambangan sebesar 5% dari total investasi di tahun 2010. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), besarnya angka realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor pertambangan adalah Rp3.075 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 18. Angka realisasi investasi sektor pertambangan tidak setinggi investasi di sektor industri pengolahan yang mencapai Rp.25.613 miliar dan sektor transportasi gudang & komunikasi sebesar Rp13.788 miliar. Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor pertambangan di tahun 2010 cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu sebesar USD2,2 miliar dengan 223 proyek terealisasi.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
Tabel 5. Realisasi Investasi PMA dan PMDN Menurut Sektor Tahun 2010 PMA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sektor Tanaman pangan & perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri Makanan Industri Tekstil Industri Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas & Percetakan Industri Kimia & Farmasi Industri Karet & Plastik Industri Mineral Non Logam Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik jam Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan & Reparasi Hotel & Restoran Transportasi, Gudang & Komunikasi Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran Jasa Lainnya
Proyek (Jumlah) 158 8 12 19 223 194 112 31 31 33 159 97 8 274 3 98 56 42 70 772 144 123 67 347.0
PMDN
Investasi (Juta USD) 750.9 4.7 39.4 18.0 2,229.3 1,025.9 154.8 144.1 43.1 46.4 798.4 105.0 28.4 589.6 1.4 393.8 26.2 1,428.4 619.9 784.7 312.1 5,046.2 1,050.2 573.8
Proyek (Jumlah)
Investasi (Miliar Rp)
166 59 8 2 18 166 26 4 6 25 64 48 13 50 15 2 31 7 32 27 34 3 69.0
8,727.3 156.5 171.6 1.0 3,075.0 16,405.4 431.7 12.5 451.3 1,102.8 3,266.0 522.8 2,264.6 789.6 362.2 3.7 4,929.8 67.6 116.4 390.3 13,787.7 261.7 3,328.6
F. Keterkaitan dengan Sektor Lain Sektor pertambangan & penggalian memiliki keterkaitan ke belakang yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input Output Indonesia Updating 2008, sektor pertambangan & penggalian yang tercermin dari subsektor penambangan
batubara dan bijih logam, penambangan minyak, gas, dan panas bumi, dan penambangan dan penggalian lainnya memiliki keterkaitan ke belakang yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Eratnya keterkaitan ke belakang sebagaimana tercermin dari nilai derajat kepekaan, terutama pada kelompok penambangan minyak, gas, dan panas bumi (3,83), diikuti oleh kelompok penambangan batubara dan bijih logam (1,78). Tingginya nilai derajat kepekaan mengindikasikan bahwa ketergantungan kelompok-kelompok dalam sektor pertambangan dan penggalian cukup kuat dengan sektor ekonomi lainnya. Disisi lain, indeks daya penyebaran ketiga kelompok dimaksud relatif cukup rendah atau di bawah 1. Tabel 6. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Sektor Pertambangan & Penggalian Sektor Pertambangan & Penggalian
Derajat Kepekaan
Daya Penyebaran
Penambangan batubara dan bijih logam
1.78
0.79
Penambangan minyak, gas dan panas bumi
3.83
0.64
Penambangan dan penggalian lainnya
0.81
0.77
Sumber: Tabel I-O Updating 2008 BPS, diolah
Sebagian besar output sektor pertambangan & penggalian dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lainnya di dalam negeri, khususnya industri logam dasar bukan besi, pengilangan minyak bumi, dan bangunan. Terlihat bahwa sebagian besar pasokan input sektor pertambangan & penggalian berasal dari dalam negeri, terutama pada kelompok penambangan batubara & bijih logam dan penambangan & penggalian lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
Dari sisi alokasi produk, orientasi produk sektor pertambangan & penggalian secara umum dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lain di dalam negeri. Sementara itu, alokasi produksi kelompok penambangan batubara dan bijih logam selain digunakan untuk memenuhi permintaan domestik sebagian besar juga digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Tabel 7. Struktur Permintaan dan Penawaran Sektor Pertambangan & Penggalian Pangsa thd Output Total (%)
Pangsa thd Output Sektor (%)
Penambangan batubara dan bijih logam
2.51
36.85
46.56
-
40.64
97.74
2.26
Penambangan minyak, gas dan panas bumi
3.50
51.42
65.61
-
26.83
74.12
25.88
Penambangan dan penggalian lainnya
0.80
11.73
97.76
1.00
92.22
7.78
Sektor Pertambangan & Penggalian
Permintaan (%) Permintaan Antara
Penawaran (%)
Permintaan Akhir Konsumsi
Ekspor
1.18
Output Domestik
Impor
Sumber: Tabel I-O Updating 2008 BPS, diolah
Tabel 8. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Sektor Pertambangan & Penggalian Input Utama
%
Komoditas/ Subsektor
Alokasi Output
%
Industri logam dasar bukan besi
83.27
Industri logam dasar bukan besi
33.32
Penambangan batubara dan bijih logam
43.87
Penambangan batubara dan bijih logam
23.45
Penambangan batubara Industri kimia dan bijih logam Listrik, gas dan air bersih
Industri semen
42.85
Listrik, gas dan air bersih
15.80
Industri dasar besi dan baja
14.81
Industri semen
7.32
Penambangan minyak, gas dan panas bumi
94.68
Pengilangan minyak bumi
48.95
Pengilangan minyak bumi
93.81
Industri kimia
18.74
Industri pupuk dan pestisida
68.88
Penambangan minyak, gas dan panas bumi
16.46
Industri kimia
30.28
Industri pupuk dan pestisida
6.93
Industri dasar besi dan baja
16.80
Listrik, gas dan air bersih
2.78
Industri barang-barang dari mineral bukan logam
18.21
Bangunan
85.78
Industri semen
10.70
Industri barang-barang dari mineral bukan logam
5.43
Bangunan
9.66
Industri semen
2.58
Industri pupuk dan pestisida
6.03
Industri pupuk dan pestisida
2.22
Penambangan dan penggalian lainnya
2.88
Industri kimia
1.40
Penambangan miny ak, gas dan panas bumi
Penambangan dan penggalian lainny a
15.98 9.84
Sumber: Tabel I-O Updating 2008 BPS, diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
12
BOKS : Gambaran Perkembangan Komoditi Emas Sebagai salah satu jenis instrumen investasi safe haven, emas kerap kali diburu saat kondisi perekonomian global tidak stabil. Komoditi ini juga digunakan sebagai salah satu bentuk diversifikasi cadangan devisa oleh Bank Sentral dan institusi keuangan seperti IMF. Harga emas dari tahun ke tahun cenderung meningkat sehingga keberadaannya diyakini dapat dijadikan hedging terhadap US dollar yang notabene dianggap sebagai mata uang global dan diterima sebagai alat pembayaran dalam perdagangan antar negara. Ketidakpastian kondisi ekonomi antara lain karena krisis utang yang terjadi di beberapa negara Eropa seperti Yunani, Italia, dan Spanyol serta ketidakstabilan kondisi ekonomi Amerika Serikat menyebabkan peningkatan permintaan komoditi emas sehingga harga emas melonjak signifikan pada tahun 2011. Dari sisi produksi, sejak tahun 2000 hingga tahun 2008 terlihat tren yang semakin menurun pada hasil produksi emas dunia. Tahun 2000 produksi emas dunia mencapai 2.573 Metric Ton (MT) dengan Afrika Selatan sebagai negara pemasok emas terbesar, diikuti oleh Amerika Serikat dan Australia. Sejak itu pasokan emas dunia terus menurun dan pada tahun 2008 produksinya hanya sebesar 2.356 MT atau menurun 8,4% dari tahun 2000. Penurunan ini terjadi seiring dengan turunnya produksi di negara-negara pemasok emas terbesar dunia yaitu Afrika dan Amerika. Namun demikian, produksi emas beberapa negara seperti Cina, Peru, Russia, dan Ghana justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, Cina menggantikan posisi Afrika Selatan sebagai pemasok emas terbesar di dunia, sedangkan Indonesia berada di posisi kedelapan dengan total produksi 90 metric ton (MT). Tabel 9. Produksi Emas Dunia (Metric Ton) Negara Afrika Selatan Amerika Australia Kanada Cina Russia Peru Uzbekistan Indonesia Brazil Ghana WORLD
2000 428.3 353.0 295.7 153.8 175.0 142.7 133.0 85.0 124.0 50.4 72.1 2,573.0
2001 393.0 350.0 281.0 160.0 181.8 152.5 140.0 87.0 162.6 42.9 68.3 2,604.0
2002 395.2 298.0 273.0 151.9 189.8 168.4 157.0 90.0 142.2 41.7 69.3 2,543.0
2003 450.0 274.0 275.0 140.6 201.0 170.1 172.6 90.0 141.0 40.4 70.7 2,593.0
2004 342.7 252.1 261.0 130.3 212.4 169.2 173.2 93.0 92.9 47.6 63.1 2,464.0
2005 296.0 256.0 263.0 119.5 224.0 156.6 207.0 90.0 167.0 38.3 63.1 2,518.0
2006 275.3 260.0 251.0 104.0 240.1 152.6 203.3 85.0 150.4 41.2 66.2 2,468.7
2007 254.7 238.0 246.0 101.0 276.0 144.9 170.0 85.0 118.0 40.0 80.4 2,444.0
2008 232.0 234.0 225.0 100.0 288.0 163.9 175.0 85.0 90.0 40.0 83.6 2,356.0
Sumber: www.goldsheetlinks.com
Berdasarkan penggunaannya, rata-rata konsumsi komoditi emas dunia dalam 3 tahun terakhir mayoritas digunakan untuk perhiasan (52,9%), kemudian untuk investasi (35,6%) dan bahan baku industri/teknologi (11,5%). Selama periode 2002 - 2010 terlihat adanya pergeseran pola konsumsi emas dimana saat ini penggunaan emas untuk investasi mulai meningkat porsinya dengan tingkat pertumbuhannya yang cukup tinggi yaitu rata-rata 19,45%/tahun. Sebaliknya, konsumsi emas yang digunakan sebagai perhiasan rata-rata mengalami pertumbuhan negatif yaitu 3,78% sehingga porsi konsumsi emas untuk perhiasan semakin menurun. Pergeseran pola konsumsi ini seiring dengan krisis finansial tahun 2007-2009 sehingga berimplikasi negatif pada konsumsi masyarakat. Secara total konsumsi emas dunia mengalami pertumbuhan 1,13% selama periode tersebut dan mencapai 3.999 ton di tahun 2010. Pada tahun 2011 (s.d. triwulan II 2011), konsumsi emas dunia sebesar 1.891,5 ton atau senilai USD87,85 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, volume permintaan terhadap komoditi ini menurun 4,95% terutama karena berkurangnya konsumsi pada komponen investasi (khususnya produk exchange-traded funds/ETFs dan sejenisnya) pada triwulan II - 2011. Walaupun Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
13
mengalami net inflow pada triwulan II 2011 sebesar 51,7 ton namun jumlah investasi ETFs pada periode ini belum dapat menyamai triwulan II-2010 yang mencapai 291,6 ton. Walaupun secara jumlah menurun, nilai konsumsi emas meningkat 18,6% seiring dengan naiknya harga emas internasional. Permintaan komoditi emas dunia dari tahun ke tahun selalu berada di atas produksi emas. Di tahun 2010, supply emas dunia yang berasal dari produksi tambang hanya mampu mencukupi 65% dari total permintaan dunia. Tren produksi emas yang semakin menurun serta berkebalikan dengan tren konsumsi menyebabkan gap antara produksi konsumsi emas semakin melebar. Namun demikian, selain berasal dari produksi tambang, supply emas juga berasal dari emas lama yang didaur ulang. Supply emas yang berasal dari emas daur ulang tersebut dapat mengisi gap antara konsumsi dan produksi yang berasal dari tambang emas dengan produksi sebesar 1.645,5 ton di tahun 2010. Tabel 10. Konsumsi Emas Dunia Tahun 2001 - 2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Perhiasan 3,009 2,662 2,484 2,616 2,719 2,300 2,423 2,304 1,814 2,017
Konsumsi (Ton) Investasi Teknologi 357 363 354 358 343 386 488 419 604 438 677 468 687 476 1,196 461 1,393 410 1,516 466
Total 3,729 3,374 3,213 3,522 3,761 3,446 3,586 3,962 3,617 3,999
Perhiasan -11.53 -6.69 5.31 3.94 -15.41 5.35 -4.91 -21.27 11.19
Changes (%,yoy) Investasi Teknologi -0.84 -3.11 42.27 23.77 12.09 1.48 74.09 16.47 8.83
Total
-1.38 7.82 8.55 4.53 6.85 1.71 -3.15 -11.06 13.66
-9.52 -4.77 9.62 6.79 -8.38 4.06 10.49 -8.71 10.56
Share (%) Investasi 0.10 0.10 0.11 0.14 0.16 0.20 0.19 0.30 0.39 0.38
Perhiasan 0.81 0.79 0.77 0.74 0.72 0.67 0.68 0.58 0.50 0.50
Teknologi 0.10 0.11 0.12 0.12 0.12 0.14 0.13 0.12 0.11 0.12
Sumber: World Gold Council
Grafik 29. Konsumsi & Harga Emas Dunia (ton)
Grafik 30. Produksi dan Konsumsi Emas Dunia
($/oz)
1,400
1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
1,200 1,000 800 600 400 200
0
(ton)
(ton)
1200
500
Defisit (sb. Kanan) Permintaan Produksi
1000
300
800
100
600
(100)
400
(300)
200
(500)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2008
2009
Investasi Perhiasan
Sumber: World Gold Council
2010
2011
Teknologi Harga Emas (sb. Kanan)
0
(700) Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2009
Tw I
Tw II
Tw III
2010
Tw IV
Tw I
Tw II
2011
Sumber: World Gold Council
India merupakan pengkonsumsi emas terbesar di dunia baik dalam bentuk perhiasan maupun investasi dengan total konsumsi sebesar 963,1 ton. Sesuai dengan kultur dan budayanya, konsumsi emas di India dominan digunakan untuk perhiasan. Negara lain di bawah India dengan konsumsi emas terbesar antara lain Cina (579,5 ton), Amerika Serikat (233,3 ton), dan Jerman (126,9 ton). Indonesia sendiri merupakan pengkonsumsi emas terbesar peringkat ke-13 di dunia. Konsumsi emas perhiasan Indonesia tahun 2010 sebesar 32,8 ton dan konsumsi untuk tujuan investasi sebesar 3,6 ton. Amerika Serikat memiliki cadangan devisa berupa emas yang terbesar di dunia yaitu 8.133,5 ton atau 26,5% dari total cadangan devisa emas dunia (30.717,3 ton). Selanjutnya negara/institusi lain dengan cadangan devisa emas terbesar adalah Jerman (3.401 ton) dan IMF (2.814).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
14
Tabel 11. Konsumsi Emas Dunia Berdasarkan Negara (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Negara India China AS Jerman Turki Swiss Saudi Arabia Vietnam UAE Russia Thailand Mesir Indonesia Italia UK
Emas Perhiasan 745.7 399.7 128.6 74.1 73 14.4 63.4 67.5 6.3 53.4 32.8 34.9 27.3
2010 Investasi (Emas batangan dan koin) 217.4 179.9 104.7 126.9 40.5 91.7 14.5 67 8.6 51.2 2.4 3.6 -
Grafik 31. Cadangan Devisa Emas di Beberapa Negara
Total 963.1 579.5 233.3 126.9 114.6 91.7 87.5 81.4 72.0 67.5 57.4 55.8 36.4 34.9 27.3
Belanda
613
Jepang
765
Russia
841
Swiss
1,040
Cina
1,054
Perancis
2,435
Italia
2,452
IMF
2,814
Jerman
3,401
AS 0
(ton)
Sumber: World Gold Council
8,134
2000
4000
6000
8000
10000
Sumber: World Gold Council
Pertumbuhan harga emas internasional dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata mencapai 19,16% per tahun. Sejak tahun 1978, harga komoditi safe haven ini telah melonjak 690,74% dari USD304,68/troz oz menjadi USD1.529,61%. Curamnya kenaikan harga emas mulai terlihat sejak tahun 2006, sebelumnya pertumbuhan harga emas relatif stabil dari kecuali pada tahun 1980 dimana kenaikan harga emas naik hingga 101,69%. Pada bulan September 2011 harga harian emas sempat mencapai rekor tertinggi sebesar USD1.895/troy oz akibat kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi zona Eropa dan Amerika Serikat. Grafik 32. Perkembangan Harga Emas Internasional ($/troy oz) 1800 1529.61
1600
*Data tahun 2011 merupakan ratarata harga sd bulan September ** Data harga internasional merupakan data harga London Precious Metals : PM
1400 1200 1000 800
603.77
614.5
600 400 200
2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
1978
0
Sumber: World Gold Council
Perkembangan Komoditi Emas di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara produsen sekaligus konsumen emas yang cukup besar di dunia. Cukup tingginya konsumsi emas perhiasan oleh masyarakat Indonesia menyebabkan komoditi tersebut termasuk di dalam basket komoditi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan bobot tahun dasar (2007=100) sebesar 1,43%. Harga emas perhiasan domestik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pergerakan harga komoditi emas internasional dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Bagaikan dua sisi mata uang, selain sebagai sumber devisa negara, dari sisi lingkungan hidup sektor pertambangan dianggap paling merusak dibandingkan dengan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam lainnya. Selain itu, kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan menimbulkan penambangan emas liar di sungai pedalaman Kalimantan sehingga berakibat pada pendangkalan sungai dan pencemaran air sungai oleh merkuri. Masalah lainnya pada sektor pertambangan adalah potensi konflik akibat kesenjangan sosial ekonomi, perbedaan sosial budaya dengan masyarakat lokal, pengangguran pasca produksi pertambangan, dan lain sebagainya1. Isu lainnya yang tengah marak adalah aksi pemogokan sekitar 8.000 1
r Daya Mineral dan Pertambangan. Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
15
buruh PT. Freeport Indonesia sebagai konsekuensi ditolaknya kenaikan gaji oleh pihak manajemen PT. Freeport Indonesia. Hal ini sempat terjadi beberapa kali dan tentu saja akan berdampak pada penurunan produksi tambang serta memengaruhi penilaian iklim investasi Indonesia. Selama 5 tahun terakhir (2006-2010), perkembangan produksi emas di Indonesia cukup berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan produksi dalam kurun waktu tersebut tercatat sebesar 6,01% karena tingginya pertumbuhan produksi di tahun 2009 (102,51%). Penurunan produksi di 2008 salah satunya ditengarai disebabkan oleh penurunan produksi PT Newmont akibat belum keluarnya izin pakai lahan untuk membuang batu sisa tambang dari Kementrian Kehutanan2. Pada tahun 2010 produksi tambang emas Indonesia kembali menurun dengan total produksi sebesar 104,5 ton, atau berkurang 17,74%. Penurunan ini berlanjut sampai dengan triwulan I-2011 yang apabila dibandingkan dengan produksi triwulan I-2010 menurun 45,92%. Lebih lanjut, perkembangan supply emas yang berasal dari daur ulang emas terlihat relatif stagnan bahkan menunjukkan penurunan di tahun 2010. Grafik 33. Perkembangan Produksi Hasil Tambang Emas Indonesia
Grafik 34. Produksi Emas Daur Ulang (Recycled Gold)
(%,yoy)
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tw I-2011
140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 -20.00 -40.00 -60.00
Sumber: GFMS
Sumber: CEIC (diolah)
Jika dilihat dari total permintaan emas, Indonesia mengalami penurunan konsumsi emas sejak tahun 2003. Di tahun 2010 konsumsi emas sebesar 36,40 ton, menurun lebih dari 50% dibandingkan tahun 2003 yaitu sebesar 83,60 ton. Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi emas di Indonesia dominan digunakan sebagai emas perhiasan. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa share konsumsi emas perhiasan rata-rata per tahun lebih dari 95%. Namun demikian, pada tahun 2011 (triwulan I & II) terlihat adanya penurunan porsi konsumsi emas perhiasan sekitar 30%. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya harga emas internasional sehingga daya beli menurun dan masyarakat lebih memilih untuk beralih kepada investasi dalam bentuk emas batangan atau koin emas. Grafik 35. Perkembangan Konsumsi Emas Indonesia (ton) 100.00
(%, yoy) 30
Net Retail Investment Perhiasan Total (growth), sb. Kanan
80.00
Grafik 36. Konsumsi Emas Perhiasan per Kapita di Beberapa Negara 20 10
60.00
0
40.00
-10 -20
20.00
-30 0.00
-40
Sumber: World Gold Council
2
Tw II-2011
Tw I-2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
-50
2003
-20.00
Sumber: GFMS, IMF, World Gold Council
https://indonesiacompanynews.wordpress.com
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
16
Peranan Komoditi Emas Perhiasan Terhadap Inflasi Dalam keranjang komoditi Indeks Harga Konsumen (IHK), komoditi emas perhiasan termasuk di dalam kelompok sandang pada subkelompok barang pribadi & sandang lainnya. Selama empat tahun terakhir, rata-rata inflasi kelompok sandang sebesar 6,62% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi umum (6,93%). Sementara itu, sampai dengan bulan September 2011 inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 7,26%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kelompok sandang periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 2,66% (ytd) dan inflasi umum sebesar 2,97% (ytd). Bobot kelompok sandang dalam penghitungan inflasi nasional mencapai 7,09% (SBH 2007), dan dari 105 komoditi kelompok sandang, bobot terbesar berasal dari emas perhiasan yang mencapai 1,43%. Kontribusi inflasi kelompok sandang dalam tiga tahun terakhir rata-rata sebesar 0,48%, atau sebesar 6,92% dari inflasi umum. Komoditi emas perhiasan sendiri rata-rata menyumbang 0,29%/tahun. Sebagaimana telah disebutkan bahwa IHK emas perhiasan berkorelasi positif dengan harga emas internasional (r=0,95), sehingga tingginya harga emas internasional selama tahun 2011 menyebabkan inflasi emas perhiasan meningkat sangat signifikan. Sampai dengan periode September, sumbangan inflasi emas perhiasan telah mencapai 0,39% atau di atas rata-rata sumbangan inflasi tahunannya. Jika komoditi emas perhiasan dikeluarkan dari keranjang komoditi IHK, maka inflasi tahunan akan lebih rendah dari inflasi umum. Pada tahun 2010 inflasi IHK umum tercatat sebesar 6,96% (yoy) dan apabila komoditas emas perhiasan dikeluarkan dari perhitungan inflasi IHK umum (exclude emas) maka laju inflasi pada tahun 2010 menjadi sebesar 6,80% (yoy). Grafik 37. Inflasi Tahunan Kelompok Komoditi (%,yoy)
Grafik 38. IHK Umum vs IHK exclude Emas Perhiasan (%, yoy)
(Indeks) 140
20.00
IHK Umum Perumahan Pendidikan
15.00
Bahan Makanan Sandang Transpor
Makanan Jadi Kesehatan
14.00 YOY IHK Umum Exc Emas (sb. Kanan) YOY IHK Umum (sb. Kanan) IHK Umum IHK Umum exc Emas
130
12.00 10.00
120 8.00
10.00
110 6.00 100
5.00
4.00 90
2.00
0.00 80
0.00 1
-5.00 2008
2009
2010
3
5
2011 (sd September)
7
9
11
1
3
2008
Sumber: BPS, diolah
5
7
9
2009
11
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7
9
2011
Sumber: BPS, diolah
Grafik 39. Perbandingan Harga Emas Domestik dengan Harga Emas Internasional (USD/Troy Ounce)
(IHK)
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
250 200 150 100 Gold Int'l price (sb.kiri) 50
IHK Emas Perhiasan (sb. Kanan)
0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2008
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010
2011
17