Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi di periode awal tahun 2010. Perekonomian di triwulan III-2010 diestimasi tumbuh 6,16% sementara di triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,43% (y-o-y). Angka resmi Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut relatif lebih rendah dibanding proyeksi Bank Indonesia Batam yang memperkirakan pertumbuhan masih akan berada di level 6,8±1%. Laju perekonomian regional di triwulan ini tercatat masih di atas Nasional yang tumbuh 5,8% maupun wilayah Sumatera yang diestimasi tumbuh 5,39%. Berbeda dengan tren pertumbuhan Nasional yang mengalami perbaikan pada semua sektor, kondisi perekonomian Kepulauan Riau ditandai dengan perlambatan hampir di setiap sektor ekonomi kecuali sektor infrastruktur. Untuk wilayah Sumatera, pola pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau juga memiliki karakteristik yang berbeda karena ketergantungannya yang besar terhadap ekspor sektor industri pengolahan. Hal tersebut membuat provinsi ini cukup sensitif terhadap dinamika perekonomian global yang secara tidak langsung mempengaruhi permintaan order sektor industri pengolahan di daerah. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau dan 5 Negara Mitra Dagang Utama (y-o-y)
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan 2009 TW‐III KOMPONEN PENGGUNAAN ‐ Konsumsi Rumah Tangga 19.43% ‐ Konsumsi Lembaga Swasta 24.18% ‐ Konsumsi Pemerintah 21.20% ‐ Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.48% ‐ Ekspor Barang dan Jasa ‐4.29% ‐ Impor Barang dan Jasa 3.69% SEKTOR EKONOMI ‐ Pertanian 0.90% ‐ Pertambangan & Penggalian 2.08% ‐ Industri Pengolahan 2.26% ‐ Listrik, Gas & Air Bersih 2.45% ‐ Bangunan 14.59% ‐ Perdagangan, Hotel & Restoran 3.70% ‐ Pengangkutan & Komunikasi 7.84% ‐ Keuangan, Persewaan & Jasa P'a 4.56% ‐ Jasa‐Jasa 8.66% PDRB (termasuk migas) 3.50% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) Angka sementara
year on year 2010* year over year TW‐II TW‐III ‐IV 2008 2009 25.26% 16.35% 15.40% 21.92% 5.58% 17.98%
14.98% 5.88% 7.38% 18.00% 10.00% 12.48%
# # # # # #
19.03% 13.41% 13.26% 29.38% 6.18% 2.94%
17.37% 23.56% 13.95% 15.14% ‐2.11% 7.59%
4.76% 3.10% 6.37% 7.77% 12.47% 11.16% 7.28% 5.01% 5.73% 7.43%
3.60% 2.94% 5.58% 8.63% 12.33% 8.18% 4.67% 4.42% 5.46% 6.16%
# # # # # # # # # #
3.80% ‐2.71% 4.56% 7.94% 34.26% 7.77% 14.44% 9.71% 15.59% 6.65%
1.50% 1.10% 2.38% 2.08% 13.36% 3.84% 6.67% 5.50% 8.44% 3.51%
Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce, HSBC Global Research (diolah) *) angka sementara
Di sisi penggunaan, determinan perlambatan berasal dari konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 14,98%, jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 25,26%. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran masyarakat terutama untuk komoditi non makanan sebagaimana diperlihatkan oleh beberapa indikator penuntun seperti konsumsi listrik, semen, kenderaan bermotor, impor barang konsumsi, serta
kredit konsumsi. Sementara itu perkembangan ekspor masih menggembirakan dengan berakselerasi di level 10%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,58%.
Asesmen Inflasi Pada triwulan III 2010 inflasi Kepulauan Riau masih berada pada level yang relatif terkendali di bawah inflasi nasional. Inflasi tahunan Kepulauan Riau pada akhir triwulan III 2010 mengalami peningkatan mencapai level 5,16% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya berada pada level 5,06% (yoy). Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 5,80% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh adanya kenaikan harga pada komponen inflasi inti khususnya dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok sandang. Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota 6,00
5,15
5,00
4,85
5,15 5,24
4,13
4,00 3,00
2,52
2,97
2,57 2,07
2,00
1,88
1,93 1,43
1,00 0,00 Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
2009
Tw.II
Tw.III
2010 Batam
Tanjung Pinang
Sumber: Data BPS Kepri, diolah
Hingga akhir triwulan III 2010, laju inflasi inti (core inflation) di Kepulauan Riau menunjukkan trend peningkatan. Membaiknya perekonomian serta pulihnya daya beli masyarakat mendorong pergerakan berbagai sektor ekonomi, khususnya kebutuhan pada masa bulan puasa, hari raya dan tahun ajaran baru mendorong peningkatan permintaan terhadap barang-barang dari berbagai sub kelompok seperti makanan jadi, sandang, jasa pendidikan, rekreasi dan sebagainya. Meski demikian pergerakan inflasi inti seperti terlihat pada grafik masih relatif persisten di kisaran 4-6% (yoy).
Asesmen Perbankan Pada triwulan laporan, laju pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat meningkat cukup pesat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kepulauan Riau pada akhir triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 19,29 triliun, dengan nilai pertumbuhan sebesar 14,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan DPK sebesar 8,87% (yoy). Diperkirakan tren penurunan suku bunga kredit maupun simpanan tidak mengakibatkan
turunnya pertumbuhan simpanan karena struktur DPK di Kepulauan Riau lebih didominasi oleh tabungan dan giro yang secara relatif tidak terlalu dipengaruhi suku bunga. Meningkatnya simpanan di akhir triwulan juga ada kaitannya dengan terserapnya kembali uang yang beredar ke dalam sistem perbankan pasca lebaran lalu. Perkembangan Indikator Utama Perbankan di Kepulauan Riau Uraian DPK Kredit Rasio Kredit Non Lancar Rasio Kredit terhadap DPK
Unit Nominal Pertumbuhan Nominal Pertumbuhan NPL LDR
Rp Juta % yoy Rp Juta % yoy % %
Tw. I 16.602 23,50 10.529 22,66 2,96 63,42
2009 Tw. II Tw. III 16.504 16.891 17,29 16,92 10.748 11.499 15,68 15,63 2,79 3,06 65,12 68,08
Tw. IV 17.088 4,62 12.016 12,79 2,73 70,32
Tw. I 17.297 4,19 11.984 13,82 3,21 69,28
2010 Tw. II 17.968 8,87 12.035 11,97 3,03 66,98
Tw. III 19.297 14,25 13.100 13,92 3,03 67,89
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Pada triwulan laporan, laju pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat meningkat cukup pesat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kepulauan Riau pada akhir triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 19,29 triliun, dengan nilai pertumbuhan sebesar 14,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan DPK sebesar 8,87% (yoy). Diperkirakan tren penurunan suku bunga kredit maupun simpanan tidak mengakibatkan turunnya pertumbuhan simpanan karena struktur DPK di Kepulauan Riau lebih didominasi oleh tabungan dan giro yang secara relatif tidak terlalu dipengaruhi suku bunga. Meningkatnya simpanan di akhir triwulan juga ada kaitannya dengan terserapnya kembali uang yang beredar ke dalam sistem perbankan pasca lebaran lalu. Berdasarkan jenis penggunaannya, baik kredit investasi maupun konsumsi mengalami perlambatan, sebaliknya kredit modal kerja menunjukkan ekspansi yang pesat. Hingga triwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit modal kerja mengalami perlambatan hingga mencapai sebesar 10,97% (yoy). Namun, peningkatan kredit modal kerja mulai terlihat pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sebesar 23,36% (yoy) sehingga total kredit modal kerja yang disalurkan menjadi sebesar Rp 5,19 triliun. Seiring dengan pulihnya permintaan dunia serta membaiknya perekonomian yang mendorong peningkatan produksi di sektor industri pengolahan, maka peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk modal kerja mengkonfirmasi pertumbuhan jenis kredit tersebut.
Asesmen Sistem Pembayaran Secara musiman, perkembangan aliran uang kartal di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan III 2010 mengalami peningkatan outflow dan inflow yang sangat signifikan. Peningkatan jumlah uang kartal yang keluar dari Kantor Bank Indonesia Batam pada Triwulan III telah menjadi siklus atau musiman jika melihat timeseries periode sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena adanya peningkatan kebutuhan uang kartal pada libur lebaran lalu. Belum ada perubahan karateristik net ouflow di KBI Batam di mana outflow hampir selalu lebih besar daripada inflow. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat atas uang
kartal pada periode laporan, net outflow pun mengalami kenaikan sebesar 25,17% (yoy) atau menjadi sebesar Rp 315 milyar. Pada triwulan III 2010, perkembangan transaksi melalui kliring di Kepulauan Riau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu dan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Faktor yang memengaruhi peningkatan nilai maupun jumlah warkat transaksi tersebut diperkirakan karena meningkatnya volume transaksi dunia usaha selama pergantian tahun ajaran dan libur lebaran.
Asesmen Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Kepri 2010 sebesar Rp1.984.200.000 telah disahkan DPRD Kepri menjadi Peraturan Daerah (Perda) pada awal September lalu. Dengan demikian terdapat penambahan sebesar Rp154.200.000.000 dari APBD murni, yakni Rp1.830.000.000. Sumber penambahan APBD tersebut memanfaatkan alokasi kurang bayar DBH Migas tahun 2008 sebesar Rp 156,1 milyar. Realisasi penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau selama triwulan III-2010 diperkirakan sebesar Rp 601,6 milyar, atau mencapai 40% dari target penerimaan di tahun 2010. Kondisi ini antara lain dipengaruhi oleh besarnya penerimaan Bagi Hasil Bukan Pajak di triwulan berjalan yang mencapai Rp 304,4 milyar. Penerimaan tersebut sebagian berasal dana alokasi kurang bayar DBH migas tahun 2008 yang diterima Pemprov Kepri sekitar Rp156,1 milyar, dari total alokasi untuk seluruh kabupaten/kota se-Kepri sebanyak Rp681,6 milyar. Dana alokasi yang diterima Pemprov tersebut terdiri atas DBH minyak bumi Rp92,7 milyar dan DBH gas bumi sebesar Rp63,4 milyar. Secara kumulatif, total penerimaan selama Januari – September 2010 telah mencapai Rp 1,48 triliun, atau 99,1% dari target penerimaan tahun 2010 sebesar Rp 1,489 triliun. Pencapaian ini jauh lebih baik jika dibandingkan persentase penerimaan pada periode yang sama tahun 2009 yang terealisasi sebesar 73,64%. Adapun penerimaan pajak daerah hingga bulan September 2010 sebesar Rp 381,4 miliar, dengan tingkat realisasi 99,7% dari target tahun 2010. Penerimaan pajak daerah sebagian besar masih bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB). Sementara itu, realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi selama triwulan III-2010 tergolong sangat baik, meningkat tajam dibandingkan 2 triwulan sebelumnya. Jumlah pengeluaran dalam 3 bulan terakhir tercatat sebanyak Rp 916,4 milyar, dengan kumulatif belanja sebesar Rp 1,59 triliun atau 81,7% dari target pengeluaran APBD-P tahun 2010 yang baru disahkan. Dari total pengeluaran tersebut, penyerapan anggaran pada pos Belanja Tidak Langsung diperkirakan mencapai Rp 488,6 milyar, atau 91,59% dari target. Sedangkan realisasi Belanja Langsung tercatat sebesar Rp 1,1 triliun atau 85,1% dari target.
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.III-2010
4
Prospek Ekonomi dan Inflasi Perkembangan ekonomi yang terjadi di beberapa negara selama semester I-2010 masih menunjukkan tren positif. International Monetary Fund (IMF) masih berkeyakinan bahwa arah recovery global berjalan baik, meski disertai meningkatnya resiko di sektor keuangan Eropa di pertengahan 2010. Dalam laporannya di bulan Juli 2010, IMF memproyeksi perekonomian dunia pada tahun 2011 tumbuh sekitar 4,3%, melambat dibanding tahun 2010 yang diperkirakan mencapai level pertumbuhan 4,6%. Siklus recovery yang memasuki tahap melambat terjadi hampir di semua area, baik negara maju maupun negara berkembang. Mengamati perkembangan ekonomi global yang masih positif, pemerintah Indonesia lebih memiliki keyakinan untuk menaikkan target pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makroekonomi RAPBN 2011, dari 6,3% menjadi 6,4%. Sedangkan nilai tukar diperkirakan lebih menguat di level Rp 9.250, menyusul defisit neraca perdagangan AS yang semakin membengkak dan Uni Eropa yang cenderung tidak mengalami perbaikan berarti, sementara di lain pihak surplus neraca perdagangan Cina terus meningkat.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kepri dan Beberapa Negara pada Triwulan IV-2010
Sumber : IMF - WEO Okt-2010 (Updated)
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Kawasan
Sumber : IMF - WEO Okt-2010 (Updated)
Di tingkat regional daerah, magnitude pemulihan ekonomi Kepulauan Riau diproyeksi akan semakin melemah di triwulan IV-2010. Laju pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada pada kisaran 4.58±1%, kembali melambat dibanding pertumbuhan di triwulan III yang diestimasi 6,16% (y-on-y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2010 tersebut diturunkan dari proyeksi sebelumnya di bulan Juni-2010 sebesar 5,5±1% untuk mengantisipasi turunnya permintaan global di akhir tahun dan imbas teknikal dari akselerasi tajam yang terjadi di periode yang sama tahun 2009. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau selama tahun 2010 diperkirakan mencapai 6,8±1%, mengalami penyesuaian dari proyeksi semula sebesar 7,2±1%. Perkiraan perlambatan berasal dari melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga dan ekspor menyusul permintaan global yang diperkirakan relatif menurun. Ekspor Kepulauan Riau diproyeksi tumbuh 8,15%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 10%. Secara
kumulatif, pertumbuhan ekspor di tahun 2010 diperkirakan mencapai 6,77%, melonjak tajam dibanding realisasi ekspor di tahun 2009 yang mengalami penurunan 2,11%. Indikasinya terlihat dari arus impor barang modal yang akan diolah kembali menjadi komoditi ekspor, terutama pada industri logam dasar dan mesin-mesin industri. Namun kenaikan permintaan pada pasar elektronik global diperkirakan berimbas positif pada kinerja industri elektronik di kota Batam. Kondisi tersebut pada gilirannya berpengaruh pada perkembangan investasi yang masuk dalam bentuk barang modal, sebagaimana tercermin dari tingkat pertumbuhan investasi Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang turun dari 18% menjadi 14,07%. Respon sektoral terlihat dari melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan ke level 3,97±1%. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang diproyeksi melambat di triwulan IV, akibat kondisi cuaca yang masih tidak menentu. Angka ramalan BPS Kepulauan Riau untuk komoditi padi, jagung dan kacang tanah mengkonfirmasi adanya penurunan level produksi dari ketiga komoditas tersebut. Hasil produksi tanaman padi bahkan diperkirakan akan terus menurun dengan tajam hingga akhir tahun. Sementara laju inflasi yang terjadi di kota Batam selama bulan Oktober-Desember 2010 diperkirakan mencapai 0,80±1%, turun dibanding tingkat inflasi di triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 1,76% (angka kumulatif inflasi bulanan). Dengan demikian, laju inflasi sampai dengan akhir tahun diproyeksi pada kisaran 5,93±1% (y-o-y). Sama halnya di kota Tanjungpinang, tekanan inflasi selama periode triwulan IV-2010 juga diproyeksi menurun dibanding 3 bulan sebelumnya. Kumulatif inflasi bulanan selama triwulan IV-2010 diproyeksi sebesar 0,84%, menurun dibanding triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 1,66%. Adapun laju inflasi yang terjadi di kota Tanjungpinang selama tahun 2010 diperkirakan mencapai 5,41±1%.
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.III-2010
6