INDIKATORAKTIVITAS EKONOMI TERPILIH& he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI
Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga.
Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Asesmen subsektor perikanan menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal perikanan belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB, pertumbuhan ekspor dan pangsa kredit yang rendah.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan
Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan (yoy). Dari 30 (tiga puluh) indikator aktivitas ekonomi yang dipantau, sebanyak 25 (dua puluh lima) diantaranya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga (75,01%) dan produksi kendaraan non niaga (74,68%). Sejalan dengan peningkatan jumlah produksi, penjualan kendaraan juga mengalami kenaikan yang besar yaitu untuk penjualan kendaraan niaga (66,95%) dan penjualan kendaraan non niaga (61,06%). Selain itu, ekspor makanan olahan juga terlihat mengalami perbaikan yang signifikan (74,93%). Sementara itu, 5 (lima) indikator lainnya mengalami penurunan yaitu:ekspor biji tembaga (-67,82%), ekspor alat angkutan dan bagiannnya (-34,08%), penjualan minyak diesel (-31,77%), produksi minyak mentah (-1,82%) dan penjualan listrik ke industri (-1,15%). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, yoy)
Migas
120
Non Migas
Ekspor Utama
80 40 0 -40
September 2011
Peralatan Listrik
Alat Angkutan dan Bagiannya
Besi & Baja
Karet Olahan
Bahan Kertas dan Kertas
Kayu Lapis
Kayu Gergajian
Minyak Nabati
Tekstil dan Produk Tekstil
Makanan Olahan
Barang dari Logam Tidak Mulia
Batubara
Biji Tembaga
Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
Kunjungan Wisman
Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
Penjualan Listrik ke Industri
Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
Produksi Sepeda Motor
Penjualan Sepeda Motor
Produksi Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Non Niaga
Konsumsi Semen
Produksi Kendaraan Non Niaga
Penjualan Minyak Diesel
Produksi Kondensat
Produksi Minyak Mentah
-80
September 2010 s.d September 2011 (rata-rata)
Secara rata-rata selama September 2010 s.d September 2011, hampir seluruh indikator meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 41,18% dan 40,05%. Selain kedua indikator tersebut, ekspor makanan olahan (25,95%), ekspor besi & baja (24,15%), produksi kendaraan non niaga (20,65%) danpenjualan kendaraan non niaga (20,61%) juga tercatat mengalami rata-rata pertumbuhan
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih Metodologi
1
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor perikanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
yang tinggi. Sebaliknya, hanya 4 (empat) indikator yang turun secara rata-rata dalam kurun waktu tersebut. Keempat indikator itu adalah ekspor biji tembaga (-15,68%), produksi kondensat (-6,23%), produksi minyak mentah (-4,14%) dan ekspor kayu lapis (-3,16%). Dengan membandingkan pertumbuhan pada September 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama September 2010 s.d September 2011, sebanyak 20 (dua puluh) indikator memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya (Grafik 1).
Bulanan Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2011, sebanyak 56,7% indikator tercatat tumbuh positif secara bulanan (mtm) lebih banyak dari 31,0% indikator pada bulan sebelumnya. Mulai meningkatnya aktivitas ekonomi pada periode ini merupakan siklus musiman yang lazim terjadi pasca Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor besi & baja (26,61%), diikuti oleh ekspor makanan olahan (21,06%), ekspor bahan kertas dan kertas (14,11%), produksi kendaraan non niaga (13,89%),produksi kondensat (12,92%) dan penjualan kendaraan non niaga (10,31%). Meskipun demikian, sebanyak 43,3% indikator tumbuh negatif pada September 2011 (mtm). Tiga diantaranya yang tumbuh paling rendah adalah penjualan minyak diesel (-44,81%), ekspor alat angkut & bagiannya (-39,28%) dan ekspor biji tembaga (-37,46%). Selama periode September 2010 s.d September 2011, mayoritas indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor biji tembaga (11,82%), diikuti oleh ekspor minyak nabati (10,37%), ekspor makanan olahan (4,65%) dan ekspor alat angkut & bagiannya (4,59%). Sementara itu,hanya dua indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut yaitu produksi minyak mentah(-0,40%), dan ekspor tekstil dan produk tekstil (-0,36%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan September 2011 memiliki kinerja diatas rata-rata selama September 2010 s.d September 2011 terutama pada ekspor besi & baja dan ekspor makanan olahan. Namun demikian sebagian indikator lainnya memiliki kinerja yang jauh dibawah rata-ratanya seperti penjualan minyak diesel, ekspor alat angkut & bagiannya, ekspor biji tembaga dan ekspor minyak nabati (Grafik 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
September 2011
Peralatan Listrik
Alat Angkutan dan Bagiannya
Besi & Baja
Karet Olahan
Kayu Gergajian
Bahan Kertas dan Kertas
Kayu Lapis
Minyak Nabati
Tekstil dan Produk Tekstil
Makanan Olahan
Barang dari Logam Tidak Mulia
Batubara
Biji Tembaga
Kunjungan Wisman
Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
Ekspor Utama
Penjualan Listrik ke Industri
Produksi Sepeda Motor
Penjualan Sepeda Motor
Produksi Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Niaga
Produksi Kendaraan Non Niaga
Penjualan Kendaraan Non Niaga
Non Migas
Konsumsi Semen
Migas
Penjualan Minyak Diesel
Produksi Minyak Mentah
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
Produksi Kondensat
(%, mtm)
September 2010 s.d September 2011 (rata-rata)
Kumulatif
Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari ekspor makanan olahan (29,38%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-32,62%).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2010
Indikator
Satuan
Sep
2011 Des
Apr
Mei
Jun
Pertumbuhan Jul*
Agt*
Sep*
September
yoy
mtm
ytd1)
Migas - Produksi Minyak Mentah
ribu barel
24.800
24.570
23.707
24.716
23.640
24.731
24.786
24.347
-1,82
-1,77
-4,59
- Produksi Kondensat
ribu barel
3.574
3.678
3.509
3.335
3.111
3.241
3.455
3.901
9,15
12,92
-7,47
kiloliter
13.143
12.769
13.592
16.034
8.813
12.121
16.246
8.967
-31,77
-44,81
-1,76
- Penjualan Minyak Diesel
Non Migas - Konsumsi Semen
ribu ton
2.556
3.907
3.734
4.083
4.101
4.378
3.603
3.843
50,34
6,64
16,30
- Produksi Kendaraan Non Niaga
unit
31.273
45.391
34.919
34.984
44.236
55.651
47.967
54.628
74,68
13,89
17,26
- Penjualan Kendaraan Non Niaga
unit
34.789
49.647
39.504
39.783
48.103
59.637
50.795
56.031
61,06
10,31
14,09
- Produksi Kendaraan Niaga
unit
12.802
16.152
19.503
19.350
20.153
27.552
20.706
22.405
75,01
8,21
27,19
- Penjualan Kendaraan Niaga
unit
12.980
18.458
19.264
19.488
20.212
27.464
20.377
21.670
66,95
6,35
29,10
- Produksi Sepeda Motor
ribu unit
476
513
716
698
646
722
672
713
49,65
6,16
11,88
- Penjualan Sepeda Motor
ribu unit
482
517
709
709
661
740
681
724
50,31
6,23
12,53
- Penjualan Listrik ke Industri
juta KWH
4.290
4.361
4.704
4.557
4.760
4.636
4.796
4.241
-1,15
-11,57
5,72
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
juta KWH
2.250
2.290
2.427
2.338
2.436
2.394
2.384
2.280
1,32
-4,35
10,31
- Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
juta KWH
5.210
5.188
5.250
5.320
5.444
5.506
5.443
5.495
5,48
0,97
7,85
- Penjualan Listrik Total
juta KWH
12.587
12.648
13.223
13.041
13.468
13.369
13.438
12.791
1,62
-4,81
6,21
- Kunjungan Wisman
ribu orang
560
644
608
600
674
745
621
650
16,01
4,67
7,89
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta
persen
48
56
57
57
58
60
51
55
13,98
8,24
4,28
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
persen
62
61
64
63
70
72
63
65
4,75
3,70
8,15
- Batubara
ribu ton
21.371
27.564
25.370
29.669
29.632
31.309
30.595
27.482
28,59
-10,18
17,23
- Biji Tembaga
ribu ton
315
277
67
128
191
184
162
101
-67,82
-37,46
-32,62
- Barang dari Logam Tidak Mulia
ribu ton
173
256
240
224
290
246
204
214
23,37
4,74
-0,28
- Makanan Olahan
ribu ton
126
249
153
145
214
244
182
220
74,93
21,06
29,38
- Minyak Nabati
ribu ton
1.410
1.846
1.353
2.069
1.862
910
2.212
1.457
3,31
-34,16
2,75
- Tekstil dan Produk Tekstil
ribu ton
140
176
151
159
164
174
172
161
15,18
-6,37
-0,07
- Kayu Lapis
ribu ton
121
170
167
153
183
147
166
137
13,25
-16,99
-7,39
- Kayu Gergajian
ribu ton
26
43
41
36
36
40
39
32
23,86
-17,62
5,18
- Bahan Kertas dan Kertas
ribu ton
673
746
594
601
565
553
594
678
0,72
14,11
7,11
- Karet Olahan
ribu ton
228
243
280
278
261
282
267
246
7,80
-8,00
9,71
- Besi dan Baja
ribu ton
81
145
138
127
195
116
98
124
53,46
26,61
14,57
- Alat Angkutan dan Bagiannya
ribu ton
69
54
40
43
63
66
75
46
-34,08
-39,28
-14,03
- Peralatan Listrik
ribu ton
62
67
59
64
62
65
67
71
14,80
6,71
-1,96
Ekspor Non Migas Utama
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara memba ndingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH Grafik 3. Produksi Minyak Mentah
Grafik 4. Produksi Kondensat
(% yoy)
8.0 6.0
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
15.0
20.0
15.0
10.0
15.0
10.0
10.0
4.0 5.0
2.0 0.0
0.0
5.0
5.0 0.0
0.0
-5.0
-2.0
-5.0
-5.0 -10.0
-4.0 -10.0
-6.0 -8.0
-15.0
-20.0
2010
2009
2011 yoy
-15.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
-10.0
-15.0
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel
mtm
Grafik 6. Konsumsi Semen
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
120.0
60.0
60.0
60.0
100.0
50.0
50.0
50.0
40.0
80.0
30.0
60.0
40.0
40.0
30.0
20.0
30.0
20.0
40.0
10.0
20.0
10.0
20.0
0.0 -10.0
0.0 -20.0 -40.0
0.0
10.0
-20.0
0.0
-30.0
-10.0
-10.0 -20.0 -30.0
-40.0
-60.0
-50.0
-20.0
2009
2010
2009
2011 yoy
-40.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga
mtm
Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
80.0
80.0
100.0
100.0
60.0
60.0
80.0
80.0
60.0
60.0
40.0
40.0 40.0
40.0
20.0
20.0 20.0
20.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-20.0 -40.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-20.0
-40.0
-40.0
-20.0 -40.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2011 yoy
-20.0
mtm
2010
2011 yoy
mtm
4
Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga
Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
120.0
75.0
140.0
70.0
120.0
100.0 80.0
50.0
50.0
100.0 80.0
60.0 40.0
25.0
30.0
60.0 40.0
20.0 0.0
0.0
10.0
20.0 -10.0
0.0
-20.0
-20.0
-40.0
-25.0
-60.0
-30.0
-40.0 -60.0
-80.0
-50.0
-50.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2009
2010
2010
2011 yoy
2011 yoy
mtm
mtm
Grafik 11. Produksi Sepeda Motor
Grafik12. Penjualan Sepeda Motor
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
80.0
80.0
80.0
80.0
60.0
60.0
60.0
60.0
40.0
40.0
40.0
40.0
20.0
20.0
20.0
20.0
0.0
0.0
0.0
0.0
-20.0
-20.0
-40.0
-40.0
-20.0 -40.0
2010
2009
2011 yoy
-40.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
-20.0
2010
2011 yoy
mtm
Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri
mtm
Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan
(% yoy)
(% mtm)
30.0
60.0
25.0
50.0
20.0
40.0
15.0
30.0
10.0 5.0 0.0
0.0
-5.0
(% yoy)
(% mtm)
25.0
30.0
20.0
24.0
15.0
18.0
20.0
10.0
12.0
10.0
5.0
6.0
0.0
0.0
-10.0
-10.0
-20.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-6.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2011 yoy
-5.0
mtm
2010
2011 yoy
mtm
5
Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
20.0
40.0
20.0
20.0
15.0
30.0
15.0
15.0
10.0
10.0
10.0
20.0 5.0
5.0
0.0
0.0
-5.0
-5.0
(% yoy)
5.0
10.0
0.0
0.0
-5.0
-10.0
-10.0
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2009
2011 yoy
-10.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2010
2011 yoy
mtm
Grafik 17. Kunjungan Wisman
mtm
Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm)
30.0
40.0
64.0
64.0
25.0 30.0 20.0
48.0
48.0
15.0
20.0
10.0
32.0
32.0
16.0
16.0
10.0 5.0 0.0
0.0
-5.0 -10.0
0.0
0.0
-10.0 -15.0
-16.0
-16.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2009
2011 yoy
-20.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2010
2011 yoy
mtm
mtm
Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% yoy)
(% mtm)
25.0
25.0
20.0
20.0
15.0
15.0
10.0
10.0
5.0
5.0
0.0
0.0
-5.0
-5.0
-10.0
-10.0
-15.0
-15.0 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
mtm
6
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERIKANAN)
Sebagian besar wilayah Indonesia yang merupakan wilayah perairan dan menjadi tempat yang potensial bagi subsektor perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, potensi yang besar tersebut belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB yang hanya sebesar 0,12% (rata-rata tahun 2001-2010). Selain itu, pertumbuhan ekspor subsektor perikanan masih relatif rendah ditengarai terkendala masih kurangnya pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan. Belum optimalnya pertumbuhan subsektor perikanan juga tercermin dari pembiayaan sektor perbankan yang masih rendah terhadap subsektor dimaksud dimana pangsa kredit rata-rata pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian sekitar 5% atau hanya sebesar 0,3% terhadap kredit seluruh sektor ekonomi.
A. Peranan terhadap PDB
Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan. Secara rata-rata tahun 2001-2010 subsektor perikanan tumbuh sebesar 5,22% atau mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, diikuti oleh subsektor peternakan (4,24%), dan subsektor perkebunan (3,72%). Pada triwulan III-2011subsektor perikanan tumbuh sebesar 6,11% (yoy), dan dengan trend yang meningkat.
Pangsa subsektor perikanan terhadap total PDB rata-rata sebesar 2,48%,atau dibawah pangsa subsektor tanaman bahan makanan. Secara rata-rata tahun 2001-2010 pangsa subsektor perikanan adalah sebesar 2,48% terhadap total PDB, atau merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan (7,27%). Pangsa subsektor perikanan terhadap PDB tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 3,15% dan terendah terjadi pada tahun 2005 yang hanya mencapai 2,15%.
Pangsa subsektor perikanan terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan rata rata sebesar 17,11%. Jika dilihat dalam lingkup sektoral, subsektor perikanan memiliki pangsa ratarata sebesar 17,11% terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan. Pangsa tersebut merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan yang kontribusinya mencapai 50,06%.
Kontribusi subsektor perikanan terhadap pertumbuhan PDB relatif kecil. Sejalan dengan rendahnya pangsa subsektor perikanan dalam PDB, maka kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB juga relatif terbatas. Rata-rata sumbangan subsektor perikanan terhadap PDB tahun 2001-2010 adalah sebesar 0,12%, atau berada dibawah sumbangan subsektor tanaman bahan makanan (0,22%). Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan
Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB (%, yoy)
(%, yoy) 12
0.8
10
0.7 0.6
8
0.5
6
0.4 4 0.3 2
0.2
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011-Q1 2011-Q2 2011-Q3
0.1
(2)
0.0
(4)
(0.1)
2001
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Kehutanan
Sumber: BPS, diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Perikanan
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Kehutanan
2008
2009
2010
2011-Q1 2011-Q2 2011-Q3
Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Perikanan
Sumber: BPS, diolah
7
Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (%) RINCIAN
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009 *
2010 **
2001 *** Q1
Q2
Q3
Rata-rata 2001 - 2010
A. Distribusi Terhadap PDB (%) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan
15.29
15.46
15.19
14.34
13.13
12.97
13.72
14.48
15.30
15.34
15.79
15.43
15.66
14.52
1) Tanaman bahan makanan
7.92
8.03
7.83
7.21
6.54
6.42
6.71
7.07
7.48
7.53
8.92
7.58
7.40
7.27
2) Tanaman perkebunan
2.32
2.36
2.32
2.16
2.03
1.90
2.07
2.14
1.99
2.11
1.51
2.34
2.73
2.14
3) Peternakan dan hasil-hasilnya
1.84
1.89
1.86
1.77
1.59
1.53
1.55
1.68
1.87
1.85
1.76
1.70
1.70
1.74
4) Kehutanan
1.03
0.97
0.91
0.88
0.81
0.90
0.92
0.82
0.81
0.75
0.61
0.73
0.72
0.88
5) Perikanan B. Distribusi Terhadap Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (%)
2.18
2.21
2.27
2.31
2.15
2.23
2.47
2.77
3.15
3.10
2.99
3.07
3.11
2.48
1) Tanaman bahan makanan
51.82
51.92
51.56
50.30
49.79
49.48
48.92
48.81
48.90
49.08
56.48
49.15
47.26
50.06
2) Tanaman perkebunan
15.16
15.28
15.29
15.08
15.50
14.63
15.07
14.79
13.00
13.73
9.59
15.14
17.43
14.75
3) Peternakan dan hasil-hasilnya
12.02
12.23
12.22
12.35
12.14
11.79
11.32
11.62
12.24
12.09
11.16
11.02
10.88
12.00
4) Kehutanan
6.74
6.25
6.02
6.16
6.20
6.94
6.67
5.63
5.26
4.88
3.85
4.76
4.58
6.08
5) Perikanan
14.25
14.31
14.92
16.11
16.38
17.16
18.03
19.15
20.60
20.22
18.92
19.93
19.85
17.11
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan
3.26
3.45
3.79
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
3.98
2.86
3.69
3.87
2.68
3.45
1) Tanaman bahan makanan
0.20
2.13
3.64
2.89
2.60
2.98
3.35
6.06
4.97
1.81
3.01
2.54
0.19
3.06
2) Tanaman perkebunan
7.82
5.83
4.37
0.40
2.48
3.79
4.55
3.67
1.84
2.51
6.07
6.45
5.74
3.72
3) Peternakan dan hasil-hasilnya
9.51
6.52
4.13
3.35
2.13
3.35
2.36
3.52
3.45
4.06
4.02
4.27
4.41
4.24
4) Kehutanan
2.42
2.31
0.52
1.28
(1.47)
(2.85)
(0.83)
(0.03)
1.82
2.07
(0.41)
1.38
1.06
0.52
5) Perikanan
4.94
3.42
5.05
5.56
5.87
6.90
5.39
5.07
4.16
5.87
5.57
6.02
6.11
5.22
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan
0.51
0.54
0.58
0.43
0.41
0.49
0.49
0.67
0.54
0.39
0.50
0.53
0.38
0.50
1) Tanaman bahan makanan
0.02
0.17
0.28
0.22
0.19
0.21
0.23
0.41
0.34
0.12
0.23
0.17
0.01
0.22
2) Tanaman perkebunan
0.18
0.14
0.11
0.01
0.06
0.09
0.10
0.08
0.04
0.05
0.09
0.14
0.15
0.09
3) Peternakan dan hasil-hasilnya
0.17
0.13
0.08
0.07
0.04
0.06
0.04
0.06
0.06
0.07
0.07
0.07
0.07
0.08
4) Kehutanan
0.03
0.03
0.01
0.01
(0.02)
(0.03)
(0.01)
(0.00)
0.01
0.02
(0.00)
0.01
0.01
0.01
5) Perikanan
0.11
0.08
0.11
0.12
0.13
0.15
0.12
0.11
0.09
0.13
0.12
0.13
0.13
0.12
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan
C. Pertumbuhan (%, y oy )
D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (%, y oy )
Sumber: BPS, diolah
B. Produksi Subsektor Perikanan
Produksi komoditas subsektor perikanan terbagi atas produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap antara lain terdiri atas komoditi udang, tuna, cakalang, tongkol, ikan lainnya, sementara produksi perikanan budidaya antara lain patin, rumput laut, nila, gurame, bandeng, lele, kerapu, ikan mas, udang dan kakap. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2010 total produksi subsektor perikanan mencapai 10,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 10,66% dari produksi tahun sebelumnya. Trend produksi subsektor perikanan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun (Grafik 22) meskipun sempat melambat pada tahun 2008. Secara rinci, pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya masing-masing tercatat sebesar 5,38 juta ton dan 5,48 juta ton per tahun, atau mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,42% dan 16,34%. Perkembangan perikanan budidaya cukup pesat dari tahun ke tahun bahkan sekarang (data tahun 2010) pangsa produksi subsektor perikanan budidaya lebih besar daripada pangsa perikanan tangkap. Sementara jika dilihat dari nilai produksi, total nilai produksi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp102,8 triliun atau naik 14,90% dari nilai produksi tahun sebelumnya. Secara rinci, nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp53,9 triliun dan perikanan budidaya sebesar Rp40,6 triliun.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
Grafik 22. Perkembangan Produksi Komoditas Perikanan (Ribu Ton)
Grafik 23. Perkembangan Nilai Produksi Komoditas Perikanan
6,000
(%, yoy) 12
5,000
10
(%, yoy)
(Juta Rupiah) 70,000
25.00
60,000 20.00 50,000
4,000
8
3,000
6
2,000
4
15.00
40,000 30,000
10.00
20,000
1,000
5.00
2
-
10,000
0 2005
2006
2007
Perikanan tangkap
2008
2009
Perikanan budidaya
0
2010*)
2006
2007
Perikanan tangkap
Growth
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014
0.00 2005
2008 Perikanan budidaya
2009
2010*) Growth
Ket : Data nilai produksi perikanan budidaya tahun 2010 belum tersedia Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014
Jika dilihat dari angka Nilai Tukar Nelayan (NTN)1, sampai dengan data Agustus 2009 nilainya semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan telah dapat menyimpan hasil pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya. Grafik 24. Perkembangan Nilai Tukar Nelayan (indeks) 108 106 104 102 100
98 96 94 1
2
3
4
5
6
7
2008
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
2009
Sumber : Badan Pusat Statistik
C. Perkembangan Harga Komoditi Perikanan
2
Rata-rata harga per unit price produk perikanan domestik tahun 2005-2009, untuk komoditi perikanan tangkap sebesar Rp9,3 juta/ton dan untuk perikanan budidaya sebesar Rp9,2 juta/ton. Trend perkembangan harga komoditi perikanan tangkap mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan harga komoditi perikanan budidaya yang cukup fluktuatif (Grafik 25). Sejak tahun 2007 harga perikanan tangkap yang sebelumnya lebih rendah dibandingkan harga perikanan budidaya terus meningkat dan akhirnya jauh melebihi harga perikanan budidaya. Pada tahun 2009 harga komoditas perikanan tangkap mencapai nilai Rp10,6 juta/ton sedangkan harga komoditi perikanan budidaya sebesar Rp8,6 juta/ton.
1
Nilai Tukar Nelayan digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan maupun pembudidaya ikan. Selain itu, juga digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya. 2
Harga per unit price dihitung dengan cara membagi nilai produksi dengan volume produksi Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
Grafik 25. Perkembangan Harga Komoditas Perikanan (Juta Rupiah/ton) 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 2005
2006
2007
2008
Perikanan tangkap
2009
2010*)
Perikanan budidaya
Ket : Data perikanan budidaya untuk tahun 2010 belum tersedia Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan
D. Konsumsi Komoditi Perikanan
Penyediaan ikan untuk konsumsi domestik pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan sebesar 1,3% dari 7,75 juta ton pada tahun 2009 menjadi 7,65 juta ton pada tahun 2010. Sementara, jika dilihat dari penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 turun darisebesar 33,51 kg/kap/th menjadi 33,07 kg/kap/th. Meskipun penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 sedikit turun tapi secara umum cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan masih dapat memenuhi kebutuhan domestik. Jika dilihat dari konsumsi ikan per kapita, konsumsi ikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 konsumsi ikan mencapai 30,47 kg/kap/th. Peningkatan konsumsi ikan tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan produk perikanan yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan (capture) maupun budidaya (aquaculture) tersedia dengan baik. Selain itu, peningkatan tersebut juga menggambarkan bahwa kebijakan peningkatan konsumsi ikan nasional, dan berbagai usaha pengembangannya termasuk pemasaran domestik yang kinerjanya cukup bagus. Tabel 3. Penyediaan Ikan untuk Konsumsi Tahun
Rincian 2004 Total (000 Ton) Per kapita (Kg/Kap/Th)
4,901 22.58
2005 5,250 23.95
2006 5,759 25.94
2007 6,381 28.28
2008 7,072 30.95
2009 7,754 33.51
2010*) 7,651 33.07
Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
Grafik 26. Konsumsi Ikan dan Supply Ikan (Kg/kap/th) 40 33.51
35 30
33.07
30.95 28.28 25.94
30.47
29.08
28.00
25
26.00
25.03 20
Konsumsi Ikan 15
Penyediaan Ikan
10 5 0 2006
2007
2008
2009
2010*)
Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka
E. Perkembangan Ekspor Impor Data ekspor impor subsektor perikanan tercermin dari data ekspor impor kelompok ikan, kerangkerangan, moluska dan olahan (Fish,crustaceans,moluscs,and their prep.). a. Rata-rata nilai ekspor tahun 2005-2011 3 sebesar USD2.198 juta. Secara rata-rata nilai ekspor subsektor perikanan selama 2005-2011 dengan pangsa sebesar 2,28% dari total ekspor non migas. Pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai ekspor yang cukup besar mencapai -9,01% dan kembali meningkat pada tahun 2010. Sampai dengan September 2011, total nilai ekspor subsektor perikanan tercatat sebesar USD2.167 juta. b. Rata-rata nilai impor tahun 2005-20113 sebesar USD128 juta. Secara rata-rata nilai impor subsektor perikanan selama 2005-2011sebesar USD128 juta dengan pangsa sebesar 0,15% dari total impor non migas. Pada tahun 2010, nilai impor tercatat sebesar USD217 juta, atau tumbuh sebesar 40,87%, atau relatif meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2011, impor subsektor perikanan mencapai USD120 juta atau tumbuh sebesar 44,59% dibandingkan data s.d September 2010. Grafik 27. Perkembangan Nilai Ekspor (ribu USD)
Grafik 28. Perkembangan Nilai Impor (%, yoy) 20.00
3,000,000
(juta USD)
(%, yoy) 45.00
250,000
40.00
15.00
2,500,000
200,000
35.00
10.00
2,000,000
30.00
5.00
150,000
25.00
1,500,000 1,000,000
15.00
(5.00)
500,000
(10.00)
0
(15.00) 2005
2006
2007
2008
Nilai Ekspor
2009
2010
s.d Sep 2011
Growth
Sumber : Bank Indonesia, diolah
3
20.00
100,000
10.00
50,000
5.00 0
2005
2006
2007
2008
Nilai Impor
2009
2010
s.d Sep 2011
Growth
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Data tahun 2011 adalah data sampai dengan September 2011 Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
F. Perkembangan Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan
Kredit yang diterima kelompok perikanan relatif kecil. Posisi kredit kelompok perikanan hanya sekitar 5% dari total kredit yang disalurkan terhadap sektor pertanian. Pada akhir tahun 2010, posisi kredit sektor pertanian adalah sebesar Rp 91.173 miliar, sedangkan posisi kredit yang diterima kelompok perikanan sebesar Rp 4.484 miliar. Pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian hanya sebesar 4,92% atau relatif kecil dibandingkan pangsa kelompok lain. Jika dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, pangsa kredit kelompok perikanan tahun 2010 hanya sebesar 0,25%. Sementara itu, posisi kredit sektor pertanian pada tahun 2011 (data s.d Oktober 2011) adalah sebesar Rp 104.186 miliar, sedangkan posisi kredit kelompok perikanan sebesar Rp 5.044 miliar atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010. Grafik 29. Share Kredit Tahun 2010-2011 (sd. bulan Oktober)
Grafik 30. Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan (Juta Rp)
0.01 1.07 30.39
3.73
Pertanian
5.13 3.47
40
35 100,000,000
30
Pertambangan 15.70
30.18
(%, yoy)
120,000,000
4.94
Industri pengolahan
15.51 2011
Konstruksi
2010 1.93 3.57
2.63 3.61
25
80,000,000
Listrik,Gas dan Air
20
60,000,000
15
Perdagangan Pengangkutan
10 40,000,000
5
Jasa Dunia Usaha
6.16 5.82 9.58
Jasa Sosial Masyarakat
19.10
4.31
10.91
0
20,000,000
-5
Lain-lain
17.96
Tidak terinci
-
-10 2005
4.31
2006
Kredit Perikanan
2007
2008
Kredit Pertanian
2009
2010
s.d Okt 2011
Pertumbuhan Kredit Perikanan
Sumber: LBU, Bank IndonesiaSumber: LBU, Bank Indonesia
G. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Kelompok komoditi dalam subsektor perikanan memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel InputOutput (I-O) Updating 2008, komoditas dalam subsektor perikanan tercermin dari komoditi perikanan. Backward Linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,46. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output komoditi perikanan membutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya sebesar 1,46 unit. Disisi lain, forward linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,67, menunjukkan bahwa 1 unit output komoditi perikanan dapat mendorong output komoditas di sektor ekonomi lainnya sebesar 1,67 unit. Tabel 4. Backward Linkage dan Forward Linkage Subsektor Perikanan
Komoditas Subsektor Perikanan Perikanan
Backward Linkage
Forward Linkage
1.46
1.67
Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
12
Orientasi pasar komoditi perikanan adalah pasar domestik. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia Updating 2008, orientasi penjualan komoditi subsektor perikanan adalah pasar domestik mencapai 99,89%. Sebagian besar produk subsektor perikanan digunakan sebagai input subsektor itu sendiri, namun juga terdistribusi sebagai input sektor lainnya. Jika dilihat dari tabel I-O 2005, subsektor perikanan memberikan input yang cukup besar terhadap pengilangan minyak bumi khususnya kelompok ikan laut & hasil laut lainnya. Sementara itu, output komoditi perikanan sebagian besar digunakan oleh industri pengolahan dan pengawetan makanan (56,75%). Tabel 5. Struktur Permintaan dan Penawaran Subsektor Perikanan
Komoditas Subsektor Perikanan
Pangsa Thd Output Total (%)
Perikanan
Permintaan (%) Pangsa Thd Penawaran (%) Permintaan Akhir Output Permintaan Investasi Perubahan Output Sektor (%) Antara Konsumsi Ekspor Impor (PMTB) Stok Domestik
2.61
16.47
39.62
61.32
-
(2.49)
1.55
99.89
0.11
Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008
Tabel 6. Alokasi Input dan Output Subsektor Perikanan Input Utama Perikanan Pengilangan minyak bumi Industri makanan lainnya Perdagangan Industri alat pengangkutan dan perbaikannya
% 40.50 16.66 13.89 9.40 2.51
Komoditas
Perikanan
Alokasi Output Industri pengolahan dan pengawetan makanan Perikanan Restoran dan hotel Jasa sosial kemasyarakatan
% 56.75 26.90 11.24 3.03
Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008
H. Hambatan dan Pengendalian
Beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh subsektor perikanan antara lain : a. Degradasi sumber daya ikan di perairan Indonesia baik di laut maupun perairan umum, terutama yang berada di perairan umum daratan dan perairan pantai. Penyebab terjadinya hal tersebut termasuk oleh aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran, overfishing, destructive fishing (penangkapan ikan yang merusak lingkungan seperti bahan peledak, racun, listrik dan obat bius, penggunaan alat penangkap ikan yang tidak sesuai dengan izin dan yang tidak berizin, maupun oleh pihak asing yang melakukan praktik-praktik illegal di Indonesia). b. Produktivitas para nelayan Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan armada perikanan yang secara nasional masih didominasi oleh kapal berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5 sampai 3 Gross Tonnage (GT). c. Sarana dan prasarana yang masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya. Sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI), pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang jumlahnya hanya mencapai hampir 600 BBI dan lebih dari 750 unit PPI/TPI di seluruh kabupaten/kota belum diikuti dengan penyiapan dan pemenuhan SDM yang handal. Kondisi sarana dan prasarana pendukung produksi dan pemasaran yang berada di lokasi-lokasi sentra usaha kelautan dan perikanan kurang dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, terbatasnya
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
13
pelabuhan perikanan di daerah menjadi faktor penghambat dalam upaya meningkatkan produksi perikanan yang tinggi. d. Pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan dari Indonesia ke negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Serikat yang selama ini merupakan negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia. e. Terbatasnya sarana dan prasarana pengujian di beberapa Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) dan beberapa diantaranya belum terakreditasi, kurangnya pemahaman pengawas mutu dan stakeholder terkait terhadap ketentuan kebijakan internasional, serta terbatasnya jumlah dan kompetensi inspektur. f. Proses penerbitan health certificate membutuhkan waktu lama, terbatasnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Usaha Penangkapan Ikan (UPI) skala kecil dan terbatasnya surveilensi penerapan pengendalian mutu di UPI dan verifikasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety), serta masih ditengarai adanya penyimpangan pelaksanaan pembuatan sertifikasi ekspor. Kondisi ini menyebabkan beberapa kasus penolakan produk perikanan oleh negara-negara tujuan ekspor.
Untuk mengatasi beberapa permasalah tersebut, upaya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dilakukan, antara lain: melakukan penanggulangan illegal fishing & penyelamatan kekayaannegara, penanganan tindak pidana perikanan, pengelolaan benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam, pengembangan kawasan konservasi perairan, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan dan perikanan.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
14
BOKS: UsahaPerikananTangkap
4
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar.Panjang pantai Indonesia mencapai95.181 km (World Resources Institute,1998) dengan luas wilayah laut 5,4 2
2
jutakm , mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km . Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Usaha penangkapan ikan memiliki pangsa yang lebih tinggi dibandingkan usaha budidaya ikan dalam produksi nasional meskipun pada perkembangannya (tahun 2010) pangsa produksi nasional produksi ikan tangkap sedikit lebih rendah dibandingkan ikan budidaya. Berdasarkan data statistik perikanan menunjukkan bahwa pada tahun 2009 dari total produksi perikanan nasional sebesar 9.816 juta ton, dimana sekitar 52% atau 5,10 juta ton merupakan kontribusi kegiatan penangkapan ikan. Untuk tahun 2010 tercatat produksi penangkapan ikan sebesar 5,38 juta ton atau naik 5,42%. Gambaran Kinerja Usaha Perikanan Tangkap
Secara rata-rata produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan tiap tahun kecuali pada tahun 2008. Mayoritas volume produksi perikanan tangkap berasal dari perikanan laut dimana memiliki pangsa rata-rata sekitar 93,92%. Pada tahun 2010 produksi penangkapan ikan diperkirakan akan mencapai 5,4 juta ton atau naik 5,42% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan jenis komoditi, produksi perikanan tangkap terbesar merupakan berbagai macam ikan, ikan tongkol, ikan cakalang, dan udang. Grafik 31. Produksi Penangkapan Ikan
Grafik 32. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (%, yoy)
(ton)
12.00
6,000,000
10.00
5,000,000
8.00
4,000,000
6.00
4.00
3,000,000
2.00
2,000,000
0.00 2006
1,000,000
2005
2006 Volume Produksi
2007 Perikanan Laut
2008
2009
2009
2010*)
2010*) Volume Produksi
Perairan Umum
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
4
2008
-4.00
-
2007
-2.00
Perikanan Laut
Perairan Umum
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
Jika dilihat dari nilai produksinya, perikanan laut mendominasi usaha perikanan tangkap dimana pada tahun 2010 nilai produksinya mencapai Rp56,3 triliun, sedangkan perikanan umum mencapai Rp4,9 triliun. Nilai produksi perikanan tangkap tahun 2010 tumbuh 13,56% dibanding periode sebelumnya.
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan berbagai sumber lainnya Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
15
Grafik 33. Nilai Produksi Penangkapan Ikan
Grafik 34. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (%, yoy)
(Milyar Rupiah) 70,000
25.00
60,000 20.00 50,000 15.00
40,000 30,000
10.00
20,000 5.00 10,000 -
0.00 2006
2007 Nilai Produksi
2008 Perikanan Laut
2009
2006
Perairan Umum
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
2010*)
2007 Nilai Produksi
2008
Perikanan Laut
2009
Perairan Umum
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
Potensi pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perairan Indonesia diperkirakan mencapai 6,5 juta ton/tahun. Perairan dengan potensi ikan terbesar adalah Laut Cina Selatan (1,059 juta ton/th) diikuti oleh Samudera Hindia (1,056 juta ton/th) dan Selat Makassar Laut Flores (929,7 ribu ton/th).
Sementara jika dilihat dari kelompok ikan, potensi sumberdaya ikan terbesar adalah ikan pelagis kecil (3,64 juta ton/th) diikuti oleh ikan demersal (1,4 juta ton/th) dan ikan pelagis besar (1,1 juta ton/th). Tabel 7. Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI Potensi (000 ton/th)
Kelompok Sumberdaya Ikan
Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal udang Penaeid Ikan Karang Konsumsi Lobster Cumi-cumi Total
Selat Malaka
Samudera Hindia
Selat Teluk Laut Cina Laut Jawa Makasar - Laut Banda Tomini Selatan Laut Flores laut Seram
Laut Sulawesi
S. Pasifik
L. Arafura - L. timor
WPP-571 WPP-572 WPP-573 WPP-711 WPP-712 WPP-713 WPP-714 WPP-715 WPP-716 WPP-717 WPP-718 27.7 164.8 201.4 66.1 55 193.6 104.1 106.5 70.1 105.2 50.9 147.3 315.9 210.6 621.5 380 605.4 132 379.4 230.9 153.9 468.7 82.4 68.9 66.2 334.8 375.2 87.2 9.3 88.8 24.7 30.2 284.7 11.4 4.8 5.9 11.9 11.4 4.8 0 0.9 1.1 1.4 44.7 5 8.4 4.5 21.6 9.5 34.1 32.1 12.5 6.5 8 3.1 0.4 0.6 1 0.4 0.5 0.7 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1 1.9 1.7 2.1 2.7 5 3.9 0.1 7.1 0.2 0.3 3.4 276.1 565.1 491.7 1059 836.6 929.7 278 595.5 333.7 299.2 855.6
Total
1145.4 3645.6 1452.4 98.3 145.3 4.8 28.4 6520.2
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
Kondisi aktual armada penangkapan ikan laut saat ini, sebesar 98,92% masih didominasi oleh usaha penangkapan ikan skala kecil dengan kapal berukuran <30 GT. Kemampuan operasional kapal yang terbatas mengakibatkan terbatasnya jangkauan potensi sumberdaya ikan hanya pada kawasan territorial, belum mencapai ZEEI dan laut lepas. Hal tersebut mengakibatkan inefisiensi dan kurang optimalnya hasil tangkapan ikan.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
16
Tabel 8. Jumlah Kapal Perikanan di Indonesia Berdasarkan Ukuran Kategori dan Ukuran Kapan/Perahu
Tahun 2006
2007
2008
2009
590,317
590,314
596,184
590,352
Perahu tanpa motor
249,955
241,889
212,003
193,798
Perahu motor tempel
185,983
185,509
229,335
236,632
Kapal motor
154,379
162,916
154,846
159,922
106,609
114,273
107,934
105,121
29,899
30,617
29,936
32,214
10-20 GT
8,190
8,194
7,728
8,842
20-30 GT
5,037
5,345
5,200
7,403
30-50 GT
970
913
747
2,407
50-100 GT
1,926
1,832
1,665
2,270
100-200 GT
1,381
1,322
1,230
1,317
367
420
406
348
Total
Ukuran kapal < 5 GT 5-10 GT
> 200 GT
Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010
Dalam rangka meningkatkan akses permodalan bagi usaha penangkapan ikan, Kementrian Kelautan telah mengupayakan penyediaan agunan tambahan untuk membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya, antara lain melalui : a.
Sertifikat tanah nelayan, yang bertujuan untuk memberikan kepastian hokum atas asset nelayan; memberikan jaminan pada nelayan untuk meningkatkan pemukiman yang layak; meningkatkan kepastian usaha nelayan melalui kepemilikan aset yang dapat digunakan sebagai agunan; meningkatkan minat dan
kepercayaan lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit. b. Penyediaan Buku Kapal Perikanan (BKP) dan asuransi kapal perikanan. Untuk menguatkan basis data dan meningkatkan legalitas kepemilikan kapan perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.27/MEN/2009 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan telah mengembangkan penerbitan Buku Kapal Perikanan (BKP) sebagai tanda bukti kepemilikan kapal. Sementara itu, upaya untuk mengasuransikan kapal perikanan perlu dilakukan karena akan dapat digunakan sebagai agunan.
Dalam rangka menyediakan informasi mengenai pola usaha penangkapan ikan, kelembagaan usaha, kebutuhan pembiayaan, analisis kelayakan usaha untuk mendukung akses permodalan bagi perbankan dan lembaga keuangan lain maka telah disusun Buku Panduan Potensi Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan kerjasama antara Bank Indonesia dan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Buku ini bertujuan untuk memperluas informasi untuk membangun image yang lebih baik tentang dunia usaha penangkapan ikan dan memperkuat kelembagaan serta pengelolaan usaha penangkapan ikan khususnya skala kecil agar menjadi usaha yang bankable.
Bank Indonesia bersama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dalam mendorong fungsi intermediasi perbankan untuk sektor kelautan dan perikanan. Terkait dengan sektor perikanan tangkap, Bank Indonesia telah mengatur bahwa kapal laut dapat dijadikan sebagai agunan bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dan PBI No.9/9/PBI/2007 tentang Perubahan atas PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) ditetapkan antara lain adalah pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik, dan wajib (a) Dilengkapi dengan dokumen hukum yang syah; (b) Diikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (c) Dilindungi asuransi yang memenuhi ketentuan yang berlaku
Selanjutnya, untuk menfasilitasi nelayan dalam memenuhi PBI di atas, Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menfasilitasi penerbitan Sehat (Sertifikasi Hak Atas Tanah) nelayan dan BKP (Buku Kapal Perikanan) sehingga diharapkan akan menjadi asset yang dapat dijaminkan dalam pengajuan kredit bagi nelayan.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
17
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
18