Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau, Singapura dan Amerika Serikat (y-o-y)
Perekonomian Kepulauan Riau di awal tahun 2010 semakin memperlihatkan tren ekspansif. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di triwulan I-2010 sebesar 9,34% (year-on-year), yang merupakan level pertumbuhan tertinggi sejak terbentuknya provinsi ini di tahun 2002. Sebelumnya BPS juga merevisi angka pertumbuhan ekonomi di tahun 2009, dari 0,56% menjadi 3,51% (year-over-year). Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan
Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce *) angka sementara
TW‐I
year on year 2009 TW‐IV*
2010 TW‐I**
year over year 2008 2009*
KOMPONEN PENGGUNAAN
Grafik 2 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa
SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 9. Jasa‐Jasa PDRB (termasuk migas)
11.42% 30.78% 7.11% 16.31% ‐2.23% 16.42%
22.99% 21.79% 15.49% 19.60% ‐0.04% 7.72%
# # # # # #
29.66% 4.62% 22.60% 21.93% 3.46% 14.60%
19.03% 13.41% 13.26% 29.38% 6.18% 2.94%
17.37% 23.56% 13.95% 15.14% ‐2.11% 7.59%
‐0.07% ‐0.96% ‐1.16% 0.23% 14.81% ‐0.50% 5.71% 6.12% 8.29%
5.13% 3.45% 7.16% 4.50% 10.68% 10.67% 7.28% 5.88% 7.71%
# # # # # # # # #
4.57% 1.80% 10.01% 6.93% 12.12% 11.81% 7.04% 5.25% 6.89%
3.80% ‐2.71% 4.56% 7.94% 34.26% 7.77% 14.44% 9.71% 15.59%
1.50% 1.10% 2.38% 2.08% 13.36% 3.84% 6.67% 5.50% 8.44%
7.74% #
9.34%
6.65%
3.51%
0.53%
Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara
Potensi peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 Sumber :
Dinas Pendapatan Daerah (diolah)
didukung oleh perkembangan beberapa indikator dini. Pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor pada selama triwulan I-2010 mencatat kenaikan tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jumlah mobil yang terjual selama triwulan laporan sebanyak 1.048 unit, tumbuh 112,6%
Grafik 3 Konsumsi Semen di Kepulauan Riau
dibanding periode yang sama tahun 2009. Sedangkan jumlah sepeda motor terjual tercatat sebanyak 19.395 unit, atau meningkat 62,2%. Sementara Konsumsi semen selama triwulan berjalan mencatat pertumbuhan positif setelah pada tahun lalu mengalami penurunan. Total realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau sebanyak 194.755 ton, atau tumbuh 7,3% dibanding triwulan I-2009. Aktivitas konstruksi termasuk industri properti sangat dipengaruhi oleh membaiknya kondisi daya beli masyarakat di tengah optimisme pelaku usaha yang semakin
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
membaik.
1
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Grafik 4 Pertumbuhan GDP Singapura, Sektor Manufaktur, Konstruksi & Jasa (yoy)
Perkembangan ekonomi eksternal dan domestik yang kian kondusif juga mendorong kegiatan investasi, terutama di sektor manufaktur seperti industri pembuatan/perbaikan kapal, industri mesin-mesin elektrik dan industri barang-barang logam. Kinerja sektor industri pengolahan Kepulauan Riau memanfaatkan momentum pemulihan industri manufaktur Singapura yang naik tajam ke level pertumbuhan 30% di periode ini setelah pada tahun 2009 lalu mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0%. Dampak krisis keuangan global terhadap kinerja ekspor industri
Sumber :
MTI Singapore – April 2010 *) angka sementara
manufaktur berlangsung lebih smooth dari perkiraan semula. Realisasi ekspor di periode ini mencatat kenaikan secara tajam setelah sepanjang tahun 2009 lalu tumbuh negatif. Penguatan ekspor tercermin dari kenaikan cargo loaded tujuan internasional melalui pelabuhan utama FTZ Batam, yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Volume muat kontainer selama triwulan I-2010 sebanyak 19.319 Teus, atau naik 29,2% dibanding triwulan I-2009. Pertumbuhan ekspor terus membaik dimana pada triwulan I s/d triwulan III tahun 2009 mengalami pertumbuhan negatif, dan baru pada triwulan IV-2009 menunjukkan perbaikan di level pertumbuhan 12,4% (y-o-y). Penguatan ekspor industri manufaktur yang semakin merata mendorong peningkatan impor bahan baku dalam rangka memenuhi order produksi dan restocking inventory. Kondisi ekonomi di sisi penawaran juga ditandai dengan semakin membaiknya pertumbuhan sektor-sektor utama lain, seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor bangunan. Perayaan Imlek dan agenda Visit Batam 2010 cukup mendorong aktivitas pariwisata. Sementara daya beli masyarakat yang semakin terjaga memberi stimulus
Grafik 5 Aktivitas Peti Kemas Internasional di Pelabuhan FTZ Batam
permintaan pada sektor perdagangan dan properti. Adapun tingginya kinerja pertumbuhan sektor infrastruktur listrik ditopang oleh lonjakan pemakaian listrik oleh sektor industri pengolahan.
Asesmen Inflasi Secara umum, laju inflasi tahun 2010 diperkirakan mengalami tekanan yang lebih besar dibanding tahun 2009. Kenaikan harga komoditas utama seperti minyak bumi, kelapa sawit dan emas ikut mempengaruhi Sumber
: BP-Batam, Pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil
pergerakan harga di tahun 2010. Aktivitas ekonomi yang mulai pulih di
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Grafik 6 Inflasi Tahunan Kota Batam
tahun 2010 juga akan mendorong daya beli masyarakat sehingga berpotensi memicu kenaikan harga di level distributor dan pengecer. Memperhatikan hal tersebut, inflasi Kota Batam sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan sebesar 4±1%. Sementara untuk kota Tanjung Pinang, tingkat inflasi tahun 2010 diproyeksi sekitar 4,3±1%. Pada Triwulan I-2010, laju inflasi tahunan (head inflation) Kepulauan Riau sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 1,80% menjadi sebesar 2,77% (y-o-y). Meski demikian, angka inflasi
Sumber : BPS, diolah
Kepulauan Riau masih berada di bawah inflasi Nasional yang tercatat sebesar 3,43% pada triwulan laporan. Faktor-faktor yang mendorong laju inflasi tahunan Kepulauan Riau adalah kenaikan harga komoditas dunia, distribusi barang, dan tingginya permintaan masyarakat. Menurut jenis kelompoknya, kenaikan laju inflasi tahunan Kepulauan Riau terutama disebabkan terjadi peningkatan IHK pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Secara tahunan, perkembangan inflasi di Kota Batam pada triwulan laporan menunjukkan arah peningkatan yakni dari 1,88% (yoy) pada akhir tahun 2009 menjadi 2,97% pada triwulan I-2010. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh buruknya cuaca yang mengganggu distribusi barang kebutuhan pokok serta tingginya permintaan di saat perayaan imlek bulan Februari 2010. Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi juga turut memicu naiknya angka inflasi pada triwulan laporan.
Grafik 7 Inflasi Tahunan Kota Tanjung Pinang
Sama halnya dengan Kota Batam, inflasi di Kota Tanjung Pinang juga menunjukkan tren meningkat. Secara tahunan, inflasi pada triwulan I2010 sebesar 1,92% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,43%. Sama halnya dengan Kota Batam, terganggunya distribusi barang kebutuhan pokok seperti beras karena faktor cuaca serta peningkatan permintaan masyarakat telah mendorong laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok , dan tembakau masih relatif besar pada triwulan
Sumber : BPS, diolah
laporan.
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Asesmen Perbankan Pada triwulan I-2010, perkembangan kinerja industri perbankan di
Grafik 8 Pertumbuhan DPK Bank Umum
Kepulauan Riau mulai menunjukkan arah peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator perbankan seperti total aset, dana masyarakat, dan jumlah kredit yang diberikan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit perbankan kepada sektor-sektor produktif mengalami kenaikan yang cukup tinggi menyusul pulihnya aktivitas sektor riil. Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan kredit modal kerja yang cukup tinggi seiring membaiknya daya beli masyarakat secara umum. Di sisi lain, sejalan dengan prospek
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
perekonomian yang semakin membaik, risiko kredit masih berada dalam koridor yang terukur dan fungsi intermediasi perbankan pun berjalan cukup optimal. Secara tahunan, perkembangan DPK bank umum selama triwulan I-2010
Grafik 9 Perkembangan Kredit Bank Umum
mengalami perlambatan. DPK yang berhasil dihimpun bank umum konvensional di wilayah Kepulauan Riau mencapai Rp 17,3 triliun atau
Rp Triliun 14
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
12 10 8 6 4 2 0 TW I
TW II TW III TW IV TW I 2008
pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,62%). Perlambatan ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan baik giro, tabungan maupun deposito dibandingkan dengan triwulan pertama tahun sebelumnya.
TW II TW III TW IV TW I 2009
Kredit
tumbuh 4,19% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan
Perkembangan kredit bank umum konvensional di Kepulauan Riau pada
2010
Growth yoy
triwulan I-2010 menunjukkan kenaikan. Kredit yang berhasil disalurkan pada posisi Maret 2010 adalah sebesar Rp12,98 triliun. Secara tahunan,
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
kredit tumbuh sebesar 16,73% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,69% (yoy). Pertumbuhan kredit yang mulai membaik ini didorong oleh pertumbuhan kredit modal kerja Grafik 10 Perkembangan Indikator BPR
dan konsumsi. Sama halnya dengan tren bank umum, indikator keuangan BPR
Rp Juta 120%
2.000.000 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0
100% 80% 60% 40% 20% 0%
konvensional di Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Melambatnya pertumbuhan ini terlihat dari indikator aset yang turun dari 64,98% pada triwulan IV-2009 menjadi 57,92% pada triwulan laporan, atau mencapai Rp 1,72 triliun.
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2008 Aset
2009 DPK
Kredit
2010 LDR
Demikian juga dengan pertumbuhan DPK yang menurun dari 63,36% menjadi 53,24% atau menjadi sebesar Rp 1,23 triliun. Sebaliknya,
Sumber : Laporan Bulanan BPR
4
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
penyaluran kredit BPR mengalami peningkatan dari 50,62% menjadi Grafik 11 Perkembangan Inflow/Outflow Uang Kartal Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar)
1400
laporan.
Net
1200
juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kenaikan LDR dari 78,60% pada akhir tahun 2009 menjadi 81,34% pada triwulan
1800 1600
68,36% atau menjadi sebesar Rp 998,62 milyar. Fungsi intermediasi BPR
1000 800 600
Asesmen Sistem Pembayaran
400 200 0
Perkembangan aliran uang kartal di wilayah kerja KBI Batam
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TW I 2007
2008
2009
2010
pada triwulan I-2010 mengalami penurunan baik inflow maupun Sumber : Bank Indonesia Batam
outflow. Inflow di wilayah kerja KBI Batam turun sebesar 70,08% (yoy) dan 338,12% (qtq) menjadi Rp 49,50 milyar, sementara outflow di wilayah kerja KBI Batam turun sebesar 12,21% (yoy) dan 67,08% (qtq) menjadi Rp 511,49 milyar. Penurunan inflow dan outflow pada triwulan pertama merupakan siklus musiman yang biasa terjadi di setiap awal tahun. Sebagaimana triwulan sebelumnya, KBI Batam memiliki karateristik net ouflow di mana outflow lebih besar daripada inflow. Secara tahunan net outflow pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 10,73% (yoy). Sementara itu, secara triwulanan net outflow mengalami penurunan sebesar 38,04% (qtq) menjadi
Rp 461,99
milyar. Bank Indonesia senantiasa menjaga kualitas uang kartal yang layak edar dengan menerapkan clean money policy yaitu dengan melakukan pemusnahan atau pemberian tanda tidak berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan I-2010, KBI Batam telah melakukan pemusnahan uang kertas sebanyak 3,56 juta lembar atau Rp 49 Milyar, turun sebesar 30,75%. Berdasarkan denominasi yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp 1.000, Rp 5.000, Rp Grafik 12 Perkembangan PTTB Kantor BI Batam
20.000, Rp 10.000, dan Rp50.000 masing-masing sebesar 31,89%, 19,61%, 17,22%, 16,34%, dan 13,39%.
Rp miliar 80
Asesmen Keuangan Daerah
70 60 50 40
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seluruh kabupaten dan
30 20
kota di provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp
10 0 Tw. I
Tw. II
Tw. III Tw. IV
2008
Tw. I
Tw. II
Tw. III Tw. IV
2009
Tw. I 2010
6,86 triliun atau turun 1,5% dibanding total APBD Kepulauan Riau di tahun 2009. Di sisi penerimaan, penurunan terbesar terjadi pada pos
Sumber : Bank Indonesia Batam
5
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak 1,9% menjadi Rp 1,03 triliun, serta pengurangan alokasi Dana Perimbangan sebesar 0,4% menjadi
Tabel 2 Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepri Realisasi Bulan Berjalan JENIS PENERIMAAN
TARGET TA. 2010
Januari
sekitar Rp 4,07 triliun.
Total Realisasi
Februari (Rp)
Maret
Tw.I‐2010 (Rp)
(%)
Tw.I‐2009 (%)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah ‐ Retribusi Jasa Umum ‐ Retribusi Jasa Usaha ‐ Retribusi Perizinan Tertentu Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah TOTAL PAD
382,664,083,000 1,677,500,000 136,500,000 1,516,000,000 25,000,000 714,000,000 15,828,508,000 400,884,091,000
39,291,743,005 97,951,776 2,563,000 95,388,776 ‐ ‐ 1,038,659,775 40,428,354,556
33,956,126,975 97,321,750 6,667,500 82,904,250 7,750,000 ‐ 673,045,488 34,726,494,213
43,109,551,355 133,225,175 2,820,500 124,904,675 5,500,000 ‐ 1,734,872,223 44,977,648,753
116,357,421,335 328,498,701 12,051,000 303,197,701 13,250,000 ‐ 3,446,577,485 120,132,497,521
30.41% 19.58% 8.83% 20.00% 53.00% 0.00% 21.77% 29.97%
23.67% 20.89% 24.16% 16.14% 0.00% 0.00% 26.70% 23.70%
204,832,837,000 103,950,000,000 27,105,868,000 73,776,969,000 528,715,569,000 338,972,091,000 4,558,900,000 1,077,079,397,000
925,973,104 167,415,389 758,557,715 ‐ ‐ 51,693,640,000 ‐ 52,619,613,104
1,489,111,213 302,263,820 1,186,847,393 ‐ 75,659,589,973 25,846,820,000 ‐ 102,995,521,186
21,215,246,305 340,665,301 2,234,445,011 18,640,135,993 136,572,923,636 25,846,820,000 ‐ 183,634,989,941
23,630,330,622 810,344,510 4,179,850,119 18,640,135,993 212,232,513,609 103,387,280,000 ‐ 339,250,124,231
11.54% 0.78% 15.42% 25.27% 40.14% 30.50%
12.91% 8.82% 9.08% 0.00% 24.69% 33.33%
31.50%
25.32%
20,718,151,000 100.00%
‐
3. LAIN ‐ LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah dari Pemerintah 20,718,151,000 ‐ TOTAL PENERIMAAN DAERAH
tahun 2010 yang diperkirakan sebesar Rp 1,83 triliun alokasi belanja terbesar ditujukan untuk belanja Modal senilai Rp 759,5 miliar atau 41,5% dari total APBD 2010. Selain itu alokasi belanja Barang dan Jasa sebanyak Rp 355,3 miliar juga memegang porsi yang relatif besar
2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak ‐ Bagi Hasil Pajak ‐ Bagi Hasil Bukan Pajak ‐ Pajak Penghasilan Orang Pribadi Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus TOTAL DANA PERIMBANGAN
Khusus pada pemerintahan provinsi Kepulauan Riau, dari total APBD
20,718,151,000 ‐
1,498,681,639,000 93,047,967,660 158,440,166,399 228,612,638,694
480,100,772,752
32.03%
24.90%
mencapai 19,4%. Komposisi ini dinilai cukup ideal untuk menggerakkan roda perekonomian yang manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang. Di sisi penerimaan, pos bagi hasil pajak ditargetkan menyumbang pendapatan sebesar Rp 528,7 miliar atau 35,28%.
Sumber : BKKD Pemprov. Kepri
Realisasi penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau selama triwulan I-2010 diperkirakan sebesar Rp 480 miliar atau 32,02% dari target penerimaan tahun 2010 sebesar Rp 1,489 triliun. Pencapaian ini cukup baik jika dibandingkan persentase penerimaan di triwulan I-2009 yakni sebesar 24,9%. Penerimaan pada triwulan I-2010 dari sisi PAD sebagian besar bersumber dari realisasi penerimaan pajak daerah yang diestimasi sebesar Rp 116,4 miliar atau 30,4% dari target penerimaan pajak tahun 2010. Adapun pada pos dana perimbangan, sumbangan penerimaan terbesar dihasilkan dari realisasi dana bagi hasil (DBH) bukan pajak atas pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam sektor perikanan dan sektor Migas yang diperkirakan mencapai Rp 212,2 miliar atau
Tabel 3 Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepri Realisasi Bulan Berjalan JENIS PENGELUARAN/BELANJA
TARGET TA. 2010
Januari
Februari
40,1% target 2010.
Total Realisasi Maret
(Rp)
Tw.I‐2010 (Rp)
Tw.I‐2009 (%)
pada triwulan I-2010 masih belum optimal, namun masih lebih baik dibanding kondisi pencapaian di tahun 2009. Total pengeluaran
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG ‐ Belanja Pegawai 175,410,121,045 ‐ Belanja Subsidi 10,000,000,000 ‐ Belanja Hibah 107,950,000,000 ‐ Belanja Bantuan Sosial 79,832,000,000 ‐ Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Ka 149,766,790,000 ‐ Belanja Bantuan Keuangan 8,500,000,000 ‐ Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000 TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 533,458,911,045
Sementara itu, penyerapan anggaran belanja oleh Pemerintah Provinsi
(%)
5,334,435,171 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 5,334,435,171
20,564,016,367 ‐ 23,750,000,000 809,000,000 ‐ ‐ ‐ 45,123,016,367
35,928,966,088 ‐ 24,512,500,000 9,145,850,000 ‐ ‐ ‐ 69,587,316,088
61,827,417,626 ‐ 48,262,500,000 9,954,850,000 ‐ ‐ ‐ 120,044,767,626
35.25% ‐ 44.71% 12.47% 0.00% 0.00% 0.00% 22.50%
14.74% ‐ 13.37% 16.89% 4.70% 50.00% 0.00% 11.57%
55,950,000 2,635,368,406 ‐ 2,691,318,406
4,608,280,000 16,734,925,273 12,637,144,783 33,980,350,056
13,675,512,820 45,195,486,660 68,624,114,816 127,495,114,296
18,339,742,820 64,565,780,339 81,261,259,599 164,166,782,758
10.09% 18.17% 10.70% 12.66%
5.71% 9.37% 5.53% 6.76%
1,830,000,000,000 8,025,753,577 79,103,366,423 197,082,430,384 284,211,550,384 15.53%
8.00%
pemerintah di periode berjalan diperkirakan sekitar Rp 284,2 miliar, atau baru teralisasi sebesar 15,5% dari target pengeluaran APBD TA.2010 yang ditetapkan sebesar Rp 1,83 triliun. Dari total pengeluaran tersebut,
2. BELANJA LANGSUNG ‐ Belanja Pegawai ‐ Belanja Barang dan Jasa ‐ Belanja Modal TOTAL BELANJA LANGSUNG TOTAL BELANJA DAERAH
181,774,685,598 355,279,279,929 759,487,123,428 1,296,541,088,955
Sumber : BKKD Pemprov. Kepri
penyerapan anggaran pada pos Belanja Tidak Langsung diperkirakan sebesar Rp 120 milyar, atau 22,5% dari target 2010. Sedangkan tingkat penyerapan pada pos Belanja Langsung tercatat lebih rendah, yakni hanya 12,5% dari yang ditargetkan.
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Prospek Ekonomi dan Inflasi Konsensus ekonom dunia semakin memastikan adanya recovery global
Tabel 4 Asumsi Makroekonomi Indonesia Tahun 2010 & 2011
yang berlangsung lebih cepat dari perkiraan. Di satu sisi kondisi ini memicu kekhawatiran diterapkannya exit policy kebijakan fiskal dan
2010*
RPJMN**
2011***
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5.8
6.2
6.3
Inflasi (%)
5.3
6
5.9
Tingkat Bunga SBI 3 bulan (%) Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$)
6.5
7.5
7.3
9,200
9,750
9,750
80
70
83
965,000
970,000
960,000
ICP (US$/barel) Lifting (barel/hari)
Sumber : Kementrian Keuangan, DPR, & RPJMN (Apr-2010) Keterangan: * Kesepakatan sementara pemerintah & DPR ** RPJMN 2011 *** Pagu indikatif
moneter secara serentak sehingga justru menimbulkan shock di sektor riil dan keuangan yang memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dunia. Seluruh negara telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonominya di tahun 2010 menjadi jauh lebih atraktif. Termasuk pemerintah Indonesia yang merevisi angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2010 dari 5,5% menjadi 5,8%. Keyakinan pemerintah dalam menghadapi kondisi perekonomian ke depan tergambar secara jelas dari asumsi makroekonomi yang ditetapkan.
Tabel 5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Year over Year
World Output United States Euro Area Japan United Kingdom China India ASEAN‐5 *) Singapore Hongkong Middle East Indonesia
2008 3.0 0.4 0.6 ‐1.2 0.5 9.6 7.3 4.7 1.1 2.4 5.1 6.1
2009 ‐0.6 ‐2.4 ‐4.1 ‐5.2 ‐4.9 8.7 5.7 1.7 ‐2.0 ‐2.7 2.4 4.5
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan II-2010 diprakirakan masih ekspansif di kisaran 9,38 ± 1% (year-on-year).
Year on Year
Latest Projections 2010 2011 4.2 4.3 3.1 2.6 1.0 1.5 1.9 2.0 1.3 2.5 10.0 9.9 8.8 8.4 5.4 5.6 8.9 6.8 5.0 4.4 4.5 4.8 6.0 6.2
Q4 over Q4 Estimates Projections 2009 2010 2011 1.7 3.9 4.5 0.1 2.8 2.4 ‐2.2 1.2 1.8 ‐1.4 1.6 2.3 ‐3.1 2.3 2.6 10.7 9.4 10.1 6.0 10.9 8.2 5.0 4.2 6.2 4.0 2.6 ‐ ‐ ‐ ‐ 5.4
Q1 over Q1 Estimates 2010 4.5 5.6 ‐ 3.8 1.8 11.9 8.2 6.2 13.1 9.5 ‐ 6.0**
Sumber : IMF, MAS, BI dan BPS (Apr-2010) Keterangan: *Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand & Vietnam; **Proyeksi BPS mendekati 6%
Akselerasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 yang dialami beberapa negara seperti Singapura, Hongkong, Amerika, dan Jepang akan lebih berdampak positif terhadap kinerja sektor industri pengolahan Kepulauan Riau yang diprakirakan tumbuh 10,01% di triwulan I-2010. Pengaruhnya akan konvergen dengan kinerja ekspor yang diprediksi semakin tumbuh membaik di triwulan II-2010. Selain itu juga ditopang oleh perbaikan kinerja konsumsi swasta menjelang pilkada Gubernur Kepulauan Riau yang direncanakan pada bulan Mei 2010. Sementara kinerja investasi diprakirakan tumbuh stabil yang diikuti
Tabel 6 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau berdasarkan Sektoral & Penggunaan
KOMPONEN PENGGUNAAN ‐ Konsumsi Rumah Tangga ‐ Konsumsi Lembaga Swasta ‐ Konsumsi Pemerintah ‐ Pembentukan Modal Tetap Bruto ‐ Ekspor Barang dan Jasa ‐ Impor Barang dan Jasa
year on year 2009 2010 * TW‐II TW‐I** TW‐II(P)
year over year 2008 2009*
14.82% 17.75% 11.69% 11.07% ‐1.84% 3.57%
# # # # # #
26.89% 16.30% 17.66% 21.02% 4.22% 18.70%
19.03% 13.41% 13.26% 29.38% 6.18% 2.94%
17.37% 23.56% 13.95% 15.14% ‐2.11% 7.59%
SEKTOR EKONOMI ‐ Pertanian ‐ Pertambangan & Penggalian ‐ Industri Pengolahan ‐ Listrik, Gas & Air Bersih ‐ Bangunan ‐ Perdagangan, Hotel & Restoran ‐ Pengangkutan & Komunikasi ‐ Keuangan, Persewaan & Jasa P'an ‐ Jasa‐Jasa PDRB (termasuk migas)
0.11% ‐0.12% 1.28% 1.16% 13.65% 1.53% 5.82% 5.46% 9.12% 2.26%
# 4.57% 3.67% # 1.80% 1.87% # 10.01% 10.09% # 6.93% 2.81% # 12.12% 12.39% # 11.81% 11.99% # 7.04% 6.46% # 5.25% 5.28% # 6.89% 6.32% # 9.34% 9.36%
3.80% ‐2.71% 4.56% 7.94% 34.26% 7.77% 14.44% 9.71% 15.59% 6.65%
1.50% 1.10% 2.38% 2.08% 13.36% 3.84% 6.67% 5.50% 8.44% 3.51%
29.66% 4.62% 22.60% 21.93% 3.46% 14.60%
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau ; Keterangan: * Angka sementara; (P) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Batam, Mar-2010
pembenahan berbagai peraturan dan kewenangan di kawasan FTZ Batam-Bintan-Karimun, khususnya terkait dengan arus pemasukan dan pengeluaran barang, serta kelembagaan FTZ yang sejauh ini belum berfungi secara optimal. Adapun kericuhan yang sempat terjadi di Drydocks World Graha pada tanggal 22 April 2010 diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap iklim investasi secara umum. Upaya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batam serta recovery kondisi internal diharapkan dapat membantu perusahaan agar segera beroperasi kembali secara normal guna menghindari adanya delay pekerjaan yang terlalu lama sehingga dapat berimplikasi pada penundaan jadwal pengiriman Rigs.
7
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
Grafik 13 Perkembangan Impor Beberapa Komoditas Utama
Pada bulan Mei 2010, Drydocks World rencananya akan mengirimkan 1 buah Jack Up Drilling Rigs (L-205 Haven) senilai US$ 200 juta atas pesanan Conoco Phillips Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di blok eksplorasi milik Master Marine ASA – Norwegia. Jack Up Rigs ini merupakan Rigs ke-5 yang diselesaikan dari 6 Rigs yang dipesan, dimana
Sumber : DSM-BI (SITC)
Rigs terakhir juga sedang dalam tahap pengerjaan yang rencananya akan dikirim pada bulan September 2010. Adapun 4 Rig sebelumnya telah diselesaikan di tahun 2009 lalu atas pesanan UMW Standard Drilling
Sumber : DSM -BI
yang dioperasikan pada proyek-proyek Petronas di Malaysia. Membaiknya kinerja ekspor di triwulan mendatang akan sejalan dengan peningkatan kapasitas utiliasi produksi di sektor industri pengolahan secara umum, yang diproyeksikan tumbuh stabil di kisaran 10,09 ± 1%. Di samping sektor industri, sektor-sektor utama lainnya juga diprakirakan akan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang. Pertumbuhan sektor bangunan tidak telepas dari adanya proyek-proyek konstruksi besar yang sedang berjalan antara lain pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium (BCC), pusat pemerintahan pulau Dompak, Superblok Grand Quarter, dan beberapa Apartemen baik swasta komersil maupun bersubsidi (rusunawa). Selain itu, peluang meningkatnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung bertumpu pada daya beli masyarakat yang terus membaik serta program Visit Batam 2010. Sementara itu laju inflasi cenderung fluktuatif. Pada bulan April 2010 diprediksi menurun dengan peluang deflasi yang cukup besar. Sementara itu, tekanan inflasi di bulan Mei dan Juni 2010 diprakirakan cenderung meningkat dipicu oleh kenaikan tarif air bersih pada awal bulan Mei dan rencana kenaikan tarif listrik mengikuti kebijakan harga gas pemerintah
Grafik 14 Laju lnflasi Kota Batam
(administered price). Adapun dari aspek distribusi barang (supply) diperkirakan relatif stabil didukung oleh lancarnya arus transportasi laut, baik rute domestik maupun luar negeri. Ditinjau secara triwulan, laju inflasi kota Batam selama triwulan II-2010 diprakirakan relatif menurun di kisaran 0,67±1%, sedangkan selama triwulan I-2010 mengalami inflasi 1,71% (angka kumulatif inflasi bulanan). Sebaliknya, inflasi head secara tahunan diproyeksi justru meningkat dari 2,97% menjadi 4,10±1% (y-o-y). Seperti halnya kota
Sumber : BPS Kota Batam Ket: Apr-Des 2010: Proyeksi BI Batam (Jan-2010)
Batam, kota Tanjung Pinang selama triwulan mendatang diprakirakan
8
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Tw.I-2010
mengalami penurunan inflasi dibanding triwulan sebelumnya, dari 0,8% Grafik 15 Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang
menjadi 0,72±1%. Laju head inflation juga diprediksi meningkat dari 1,92% menjadi 3,41±1% (y-o-y). Penurunan level inflasi triwulan dipengaruhi oleh potensi deflasi yang diprakirakan akan terjadi pada bulan April. Kondisi ini secara umum didukung oleh kondisi tidak adanya shock permintaan serta faktor distribusi barang kebutuhan yang dipasok dari luar daerah semakin lancar memasuki triwulan II-2010. Indikator dini lainnya berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Batam secara mingguan semakin
Sumber : BPS Kota Tanjung Pinang Ket: Apr-Des 2010: Proyeksi BI Batam (Jan-2010)
memperkuat asesmen peluang deflasi yang cukup besar pada bulan April 2010. Hasil SPH sampai dengan minggu ke-4 bulan April 2010 memperlihatkan dominasi penurunan harga komoditas penyumbang inflasi terbesar, seperti beras, minyak goreng, buah-buahan, sayuran, dan beberapa jenis ikan. Sementara itu, kenaikan head inflation kota Batam pada bulan Mei 2010 diprakirakan dipicu oleh kenaikan tarif air bersih sejak 1 Mei 2010. Sedangkan di bulan Juni, potensi inflasi diduga dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat akan rencana kenaikan tarif dasar listrik rata-rata 10% sejak bulan Juli 2010. Kenaikan tarif air ratarata 18% diprakirakan akan berkontribusi mendorong inflasi sekitar 0,27%. Sementara jika terjadi kenaikan tarif listrik yang diasumsikan sebesar 10%, dapat menambah tekanan inflasi sekitar 0,31%.
9