INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga.
Sementara secara bulanan, ekspor kayu lapis mengalami pertumbuhan tertinggi dan penjualan listrik ke sektor industri menunjukkan kontraksi terbesar.
Secara kumulatif, kecuali ekspor besi & baja, indikator ekonomi migas dan non migas terpilih lainnya mengalami peningkatan. Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Maret 2010
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:
Mar 2010 Mar 2009 - Mar 2010 Terendah
50 0 -50
Kunj. Wisman
Penjualan Listrik Total
Penjualan Minyak Diesel
Ekspor Kayu Gergajian
Ekspor Kayu Lapis
Ekspor Besi Baja
Konsumsi Semen
Produksi Sepeda Motor
Produksi Kendaraan Niaga
-100 Produksi Kendaraan Non Niaga
Selama Maret 2009 – Maret 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131,40% yang terjadi pada Januari 2010. Sementara itu, ekspor besi dan baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 2009 (Grafik. 1).
Mar 2009 - Mar 2010 Tertinggi
100
Produksi Kondensat
•
Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas tumbuh positif. Produksi kendaraan niaga mengalami peningkatan tertinggi (94,81%), sementara ekspor besi & baja mengalami kontraksi terbesar (-20,30%).
Produksi Minyak Mentah
•
(% yoy)
150
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Tahunan
Penjualan Listrik u/ Industri
Maret 2010
Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Maret 2010
Bulanan •
(% mtm)
150
Secara bulanan, ekspor kayu lapis menunjukkan pertumbuhan tertinggi (32,99%). Disisi lain, penjualan listrik ke sektor industri mengalami kontraksi terbesar (-8,59%).
Mar 2009 - Mar 2010 Tertinggi Mar 2010
100
Mar 2009 - Mar 2010 Terendah
50 0 -50
Kunj. Wisman
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Penjualan Listrik u/ Industri
Penjualan Minyak Diesel
Ekspor Kayu Gergajian
Ekspor Kayu Lapis
Ekspor Besi Baja
Konsumsi Semen
Produksi Sepeda Motor
Produksi Kendaraan Niaga
Produksi Kendaraan Non Niaga
-100 Produksi Kondensat
Selama periode Maret 2009 – Maret 2010, pertumbuhan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator ekonomi yang sama yaitu ekspor besi & baja. Indikator ini tumbuh sebesar 73,55% (Maret 2009) dan kontraksi sebesar -47,04% (April 2009) (Grafik. 2).
Produksi Minyak Mentah
•
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-Maret 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dua diantara indikator tersebut mengalami pertumbuhan lebih dari 50%, yaitu produksi kendaraan niaga (81,17%) dan produksi kendaraan non niaga (54,80%). Satu-satunya indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas yang mengalami pertumbuhan negatif adalah ekspor besi & baja (-13,64%). Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai Sektor Pertambangan dan Penggalian khususnya sub sektor Penggalian. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PENGGALIAN)
Rata-rata pertumbuhan subsektor penggalian selama tahun 2001-2009 sebesar 6,97%, atau pertumbuhan tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertambangan & penggalian. Sementara itu, rata-rata share terhadap total PDB adalah sebesar 1,07%. Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi dan share/distribusi terhadap total PDB tersebut, subsektor penggalian memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,06% terhadap PDB. Meskipun subsektor penggalian tersebut memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor ini relatif kecil sebagaimana terlihat dari rata-rata pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB
Subsektor penggalian adalah salah satu subsektor dalam sektor pertambangan & penggalian dengan pertumbuhan yang relatif tinggi. Subsektor penggalian merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada tahun 2001 subsektor penggalian tumbuh sebesar 4,57%, dan terus mengalami perkembangan yang positif hingga mencapai 7,04% pada tahun 2009. Dalam kurun waktu 2001-2009, subsektor penggalian pernah mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,53% pada tahun 2007 (Tabel 1). Komoditi yang tercakup dalam subsektor penggalian terdiri atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti pasir, karang, tanah uruk, tanah liat, batu, kerikil dan jenis penggalian lainnya. Pertumbuhan subsektor penggalian tertinggi dibandingkan pertumbuhan subsektor lain dalam sektor pertambangan dan penggalian. Secara rata-rata (2001-2009) subsektor penggalian tumbuh sebesar 6,97%, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan subsektor pertambangan non migas (5,80%), dan subsektor pertambangan migas (-2,26%). Pertumbuhan subsektor penggalian tersebut bahkan jauh diatas pertumbuhan sektor pertambangan & penggalian yang hanya sebesar 0,82%. Pada triwulan I-2010 subsektor penggalian tumbuh sebesar 6,83% (yoy), atau mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (6,24%; yoy) (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan, Distribusi, dan Kontribusi Subsektor dalam Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) RINCIAN
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Rata-rata Q1-2010 (2001-2009)
a. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian
0,33
1,00
(1,37)
(4,48)
3,20
1,70
1,93
0,68
4,37
0,82
3,54
1) Minyak dan gas bumi
(4,87)
(2,98)
(4,66)
(4,32)
(1,77)
(1,07)
(1,15)
0,45
0,07
(2,26)
(0,18)
2) Pertambangan tanpa migas
14,70
9,72
3,96
(7,96)
12,24
4,84
5,27
(1,10)
10,56
5,80
8,36
4,57
5,48
6,08
7,46
7,69
8,33
8,53
7,51
7,04
6,97
6,83
11,05
8,83
8,32
8,94
11,14
10,98
11,15
10,92
10,54
10,21
11,22
1) Minyak dan gas bumi
7,01
5,11
4,73
5,16
6,40
5,99
5,93
5,70
4,51
5,61
4,62
2) Pertambangan tanpa migas
3,19
2,81
2,65
2,84
3,77
3,91
4,06
3,95
4,54
3,52
5,09
3) Penggalian
0,85
0,91
0,95
0,94
0,97
1,07
1,17
1,27
1,49
1,07
1,50
0,04
0,12
(0,15)
(0,48)
0,31
0,16
0,18
0,06
0,36
0,07
0,29
3) Penggalian b. Distribusi/Share thd PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian
(0,41)
(0,23)
(0,34)
(0,28)
(0,11)
(0,06)
(0,06)
0,02
0,00
(0,16)
(0,01)
2) Pertambangan tanpa migas
0,41
0,30
0,13
(0,26)
0,35
0,15
0,16
(0,03)
0,29
0,17
0,23
3) Penggalian
0,04
0,05
0,05
0,06
0,07
0,07
0,08
0,07
0,07
0,06
0,07
1) Minyak dan gas bumi
Sumber : BPS diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Subsektor penggalian merupakan subsektor dengan share terkecil pada sektor pertambangan dan penggalian terhadap total PDB, dan mengalami pergerakan yang relatif stabil. Rata-rata share/distribusi subsektor penggalian terhadap total PDB tahun 2001-2009 adalah sebesar 1,07%, atau merupakan share terendah dibandingkan share subsektor pertambangan migas (5,61%) dan subsektor pertambangan non migas (3,52%). Pada triwulan I-2010, share subsektor penggalian sebesar 1,50% (yoy), atau lebih besar dibandingkan rata-rata share selama 2001-2009 (1,07%) (Tabel 1). Subsektor penggalian memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana subsektor tersebut memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,06%. Secara rata-rata tahun 20012009, subsektor penggalian memberikan kontribusi/sumbangan terhadap pertumbuhan PDB sebesar 0,06%. Kontribusi tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata kontribusi subsektor pertambangan migas (-0,16%), namun sedikit dibawah kontribusi subsektor pertambangan non migas (0,17%) (Tabel 1). Jika dilihat secara sektoral, rata-rata pangsa subsektor penggalian terhadap sektor pertambangan & penggalian sebesar 10,52%. Secara rata-rata 2001-2009, pangsa subsektor penggalian terhadap sektor pertambangan & penggalian adalah sebesar 10,52%, atau merupakan pangsa terendah dibandingkan pangsa subsektor pertambangan migas (55,11%) dan subsektor pertambangan non migas (34,37%) (Grafik 3). Grafik 3. Pangsa Subsektor Penggalian Terhadap Sektor Pertambangan & Penggalian 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2000
2001
Penggalian
2002
2003
2004
2005
Pertambangan tanpa migas
2006
2007
2008
2009
Minyak dan gas bumi
Sumber : BPS diolah
B. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Keterkaitan output kelompok penambangan dan penggalian lainnya dengan sektor ekonomi lain relatif rendah. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel I-O, komoditas dalam subsektor penggalian tercermin dari kelompok penambangan & penggalian lainnya. Kelompok tersebut memiliki indeks derajat kepekaan dan daya penyebaran dibawah 1, hal ini mengindikasikan bahwa keterkaitan kelompok baik ke depan maupun ke belakang relatif rendah. Secara rinci, kelompok penambangan & penggalian mempunyai indeks derajat kepekaan sebesar 0,82. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output kelompok tersebut maka dibutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya hanya sebesar 0,82 unit. Sementara derajat penyebaran kelompok penambangan & penggalian lainnya adalah juga tercatat sebesar 0,82 yang berarti bahwa 1 unit output kelompok tersebut akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya sebesar 0,82 unit.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
C. Pembiayaan
Peran perbankan terhadap subsektor penggalian masih relatif kecil. Meskipun subsektor penggalian telah memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor tersebut masih relatif kecil. Secara rata-rata tahun 2000-2009 pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor ekonomi. Rendahnya rata-rata pangsa kredit kepada kelompok pertambangan mengindikasikan bahwa kredit yang diterima kelompok pertambangan penggalian lebih kecil dari rerata tersebut. D. Perkembangan Ekspor dan Impor Data ekspor danimpor subsektor penggalian tercermin dari data ekspor dan impor kelompok SITC 3 digit yaitu kelompok batu, pasir, dan kerikil. 1) Perkembangan Ekspor a. Nilai ekspor subsektor penggalian relatif kecil, atau hanya sebesar 0,10% dari total ekspor non migas. Nilai ekspor subsektor penggalian selama 2000-2009 tumbuh rata-rata sebesar 4,69% dengan pangsa hanya sebesar 0,10% dari total ekspor non migas. Secara rata-rata, nilai ekspor subsektor penggalian selama 2000-2009 adalah sebesar USD61,26 juta. Pada tahun 2009, nilai ekspor mencapai USD 27 juta, atau turun 74,12% dibandingkan nilai ekspor tahun 2008 (USD105 juta) (Grafik 4). b. Tujuan utama ekspor subsektor penggalian adalah negara kawasan Asean. Berdasarkan nilai ekspor tahun 2000-2009, tujuan utama ekspor subsektor penggalian adalah negara-negara di kawasan Asean terutama Singapura dan Malaysia. Adapun komoditi utama ekspor Indonesia ke Singapura berupa batu granit, batu apung, batu vulkan, pasir, dan bebatuan lainnya. Sementara, komoditas ekspor ke Malaysia berupa marmer/pualam, travertine, batuan hasil proses kimiawi, dan bebatuan kapur lainnya. Grafik 4. Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penggalian (juta USD) 120
(%, yoy) 120 100
100
80 60
80
40 20
60
0 ‐20
40
‐40 ‐60
20
‐80 ‐
‐100 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Ekspor
Growth
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2) Perkembangan Impor a. Rata-rata nilai impor Subsektor Penggalian tahun 2000-2009 sebesar USD48,24 juta. Secara rata-rata, nilai impor subsektor penggalian selama 2000-2009 adalah sebesar USD48,24 juta, atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,64% dengan pangsa sebesar 0,12% dari total impor non migas (Grafik 5). Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
4
b. Negara asal impor komoditi subsektor penggalian mayoritas berasal dari negara di kawasan Asean. Berdasarkan nilai impor tahun 2000-2009, negara asal komoditi subsektor penggalian sebagian besar adalah dari negara di kawasan Asean terutama Thailand dan Malaysia. Komoditi utama dalam subsektor penggalian yang diimpor dari Thailand dalam bentuk gypsum dan anhydrite. Sementara komoditi utama yang diimpor dari Malaysia berupa batu koral, kerikil, pecahan batu, dan bermacam bebatuan kecil. Grafik 5. Perkembangan Nilai Impor Subsektor Penggalian (juta USD) 100
(%, yoy) 60
90
40
80 20
70 60
0
50 ‐20
40 30
‐40
20 ‐60
10 ‐
‐80 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Nilai Impor
Growth
Sumber : Bank Indonesia, diolah
3) Perkembangan Neraca Perdagangan Secara rata-rata tahun 2000-2009, neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami net ekspor. Rata-rata dalam 10 tahun terakhir neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami net ekspor sebesar USD13,01 juta. Namun secara rata-rata 2000-2009 neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 42,95% (Grafik 6). Grafik 6. Perkembangan Neraca Perdagangan Subsektor Penggalian (juta USD) 120 100 80 60 40 20 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
(20) Nilai Ekspor
Nilai Impor
Trade Balance
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
5
BOKS : Rencana Strategis Kementrian ESDM (Renstra KESDM) Tahun 2010-2014
1
Sektor Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki sekitar delapan peran penting dalam pembangunan nasional, yaitu: sumber penerimaan negara; penggerak pembangunan daerah (melalui pemberian dana bagi hasil, pengembangan masyarakat, listrik pedesaan, Desa Mandiri Energi, dan penyediaan air bersih); investasi; subsidi energi mendukung daya beli dan aktivitas perekonomian dengan subsidi BBM/LPG dan listrik; penyediaan energi dan bahan baku domestik optimasi produksi energi fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara), pengembangan energi baru terbarukan (panas bumi, surya), serta pasokan mineral domestik; penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan sektor ESDM; neraca perdagangan ekspor komoditas migas, mineral dan batubara; faktor dominan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pergerakan saham perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia. Potensi sektor ESDM meliputi Sumber Daya Alam/SDA energi dan mineral yang berada didalam bumi, antara lain: energi fosil cadangan minyak bumi 8,2 miliar barel, gas bumi 170 TSCF, batubara 21 miliar ton; energi non fosil sumber daya panas bumi 28 GW, tenaga air 75 GW; mineral cadangan nikel 627 juta ton, tembaga 41 juta ton, bauksit 24 juta ton, emas 3 ribu ton, granit 13 juta meter kubik; potensi peningkatan efisiensi, nilai tambah dan konservasi efisiensi energi, pasar energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan nilai tambah dan konservasi energi; sumber daya geologi 15 jalur mineralisasi, 128 cekungan sedimen, 421 cekungan air tanah, 25 sesar aktif, 129 gunung api aktif; sejumlah wilayah kars dan wilayah endapan kuarter berpotensi kebencanaan; dan potensi penelitian, pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kemampuan teknologi di bidang energi, diversifikasi energi dan ekstensifikasi energi, konservasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kapasitas sumber daya di sektor ESDM. Selain berperan penting dalam pembangunan nasional dan mempunyai potensi yang relatif banyak, sektor ESDM dalam perkembangannya memiliki beberapa tantangan seperti : bauran energi nasional masih didominasi oleh BBM, belum optimalnya pengembangan energi non fosil khususnya panas bumi, penurunan produksi minyak dan gas bumi nasional, belum optimalnya investasi pengembangan sektor ESDM, harga energi belum mencapai nilai keekonomiannya, pemanfaatan energi belum efisien, nilai tambah industri pertambangan dan local content rendah, belum optimalnya pelaksanaan prinsip good mining practices dan belum terungkapnya seluruh informasi geologi Indonesia. Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2010-2014 ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No. 04 Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010 merupakan dokumen memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi Kementerian ESDM berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014. Renstra KESDM dibuat setiap lima tahun sekali, menjadi acuan perencanaan di seluruh unit lingkungan KESDM dan menjadi bahan masukan bagi seluruh pemangku kepentingan sektor ESDM. Visi Kementerian ESDM tahun 2010-2014 adalah : “Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. Pencapaian visi tersebut akan dilaksanakan melalui misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri 2. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat pada energi, mineral dan informasi geologi 3. Mendorong keekonomian harga energi dan mineral 4. Meningkatkan kemampuan dalam negeri mengelola energi, mineral, dan geologi 5. Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral 6. Meningkatkan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian usaha energi dan mineral 1
Sumber : Dinas Energi Sumberdaya Daya Mineral (http://www.esdm.go.id; 31 Mei 2010) Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
6
7. Meningkatkan kemampuan kelitbangan dan kediklatan ESDM 8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor ESDM 9. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) Dalam rangka mencapai visi tersebut selama 5 tahun ke depan (2010-2015), Kementerian ESDM mencanangkan tujuan dan sasaran strategis, antara lain terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik, terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara, terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah, terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan listrik, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor, dan terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan. Arah kebijakan dan strategi nasional tersebut diproiritaskan pada bidang sarana & prasarana dan bidang SDA & lingkungan hidup. Secara rinci, prioritas bidang sarana dan prasarana adalah untuk mendukung peningkatan daya saing sektor riil dan meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta. Sementara itu, fokus prioritas bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dan peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan. Beberapa kebijakan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, Kemeterian ESDM menerapkan kebijakan utama dan pendukung, yaitu: 1. Kebijakan Utama a.
Menjamin keamanan pasokan energi melalui eksplorasi dan optimasi produksi
b. Melakukan pengaturan harga energi melalui alokasi subsidi kepada yang berhak c.
Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui diversifikasi dan konservasi energy
2. Kebijakan Pendukung a.
Kebijakan domestic market obligation
b. Peningkatan local content c.
Peningkatan nilai tambah pertambangan
d. Peningkatan investasi. Pelaksanaan kebijakan KESDM ini didukung oleh strategi yang diperinci pada masing-masing sub sektor di KESDM yaitu: sub sektor minyak dan gas bumi; sub sektor listrik dan pemanfaatan energi; dan sub sektor mineral batubara dan panas bumi.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
7
Tabel 2 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Indikator
Satuan
Mar
Apr
Mei
2009 Jul
Jun
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2010 Feb
Jan
Pertumbuhan (%) Mar
Mar-10
y-o-y
mtm
ytd*
Migas - Produksi Minyak Mentah
ribu barel
26.175
24.650
25.579
24.929
25.498
25.290
24.534
25.644
24.882
25.944
25.271
25.547
25.470
-2,69
-0,30
0,66
- Produksi Kondensat
ribu barel
3.551
3.470
3.502
3.510
3.847
3.776
3.846
3.697
3.587
3.740
4.030
4.185
4.340
22,20
3,70
16,56
Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga
unit
40.371
59,90
17,26
54,80
- Produksi Kendaraan Niaga
unit
8.650
8.864
8.978
10.063
9.941
9.403
7.130
11.592
9.869
10.295
12.877
14.081
16.851
94,81
19,67
81,17
- Produksi Sepeda Motor
unit
442.222
25.248
377.877
26.072
455.585
25.240
486.475
27.305
547.582
28.623
627.831
32.250
422.272
26.254
624.823
35.630
556.670
32.722
539.594
46.053
515.962
36.693
528.302
34.428
628.967
42,23
19,05
34,36
- Ekspor Besi dan Baja
ton
188.607
99.889
86.411
98.063
82.911
107.825
108.894
111.534
114.774
102.281
133.171
120.568
150.328
-20,30
24,68
-13,64
- Konsumsi Semen
ton
2.667.435
2.850.306
3.052.917
3.395.717
3.512.245
3.565.168
2.545.349
3.793.505
3.542.132
3.825.165
3.362.322
2.989.762
3.386.321
26,95
13,26
17,71
ton
140.784
150.563
139.328
143.045
118.391
175.465
147.061
153.304
165.928
135.384
180.051
- Ekspor Kayu Lapis - Ekspor Kayu Gergajian - Penjualan Minyak Diesel
126.897
142.630
41,89
32,99
ton
24.222
24.983
29.342
29.303
31.678
32.905
25.653
37.473
32.891
36.203
33.068
31.603
36.659
51,35
16,00
41,60
kiloliter
11.975
6.970
10.527
10.816
11.126
12.750
10.776
12.525
12.244
10.678
10.204
12.136
13.229
10,47
9,00
13,88
49,17
3.423.848
3.741.076
3.776.972
4.022.794
4.015.933
4.083.537
4.157.200
3.388.036
4.204.706
4.047.214
4.144.546
4.262.799
3.896.798
13,81
-8,59
18,97
- Penjualan Listrik ke Sektor Industri
ribu KWH
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
ribu KWH
1.708.986
1.849.339
1.923.924
1.962.235
1.958.602
1.955.457
1.977.683
1.877.291
2.003.566
1.980.942
2.061.203
2.001.441
1.937.729
13,38
-3,18
12,71
- Penjualan Listrik Total
ribu KWH
10.011.438
10.754.268
11.069.647
11.466.428
11.490.339
11.496.453
11.642.951
10.821.866
11.865.882
11.710.115
11.986.552
11.685.755
11.200.232
11,87
-4,15
13,22
434.101
413.051
446.646
472.085
515.265
487.365
417.376
468.251
445.892
521.630
511.314
523.135
594.242
36,89
13,59
37,03
- Kunjungan Wisman
orang
Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia
ribu ton
292
179
179
388
170
233
195
229
350
221
305
218
243
-16,90
- Batubara
ribu ton
14.047
13.407
17.566
27.387
22.935
20.862
20.062
23.459
20.668
27.072
24.235
23.759
25.288
80,03
6,44
89,34
- Biji Tembaga
ribu ton
373
28
253
202
206
149
238
204
119
349
102
104
392
5,07
276,44
11,16
-18,03
0,49
27,65
15,58
29,39
- Peralatan Listrik
ribu ton
49
51
55
56
61
66
54
70
64
57
55
54
63
- Makanan Olahan
ribu ton
143
102
114
178
218
218
122
197
185
177
139
130
140
-2,45
7,31
17,72
- Karet Olahan
ribu ton
205
199
227
209
247
218
191
227
182
211
207
214
257
25,24
20,25
28,15
8,26
12,09
- Bahan Kertas dan Kertas
ribu ton
539
517
541
562
502
515
472
588
529
605
478
521
584
- Tekstil dan Produk Tekstil
ribu ton
146
142
159
149
158
157
130
154
140
169
152
158
173
18,82
9,75
19,80
- Alat Angkutan dan Bagiannya
ribu ton
49
57
75
56
32
27
29
63
71
50
53
50
61
26,19
23,56
-11,22
- Minyak Nabati
ribu ton
1383
1329
1825
1133
1173
2161
1487
1957
1524
2601
980
1243
1346
-2,66
8,31
-9,12
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember 2008. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
-3,81
GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH
Grafik 7. Produksi Minyak Mentah
Grafik 8. Produksi Kondensat
(% yoy)
(% mtm) 12,0
24,0
(% yoy)
(% mtm )
30,0
15,0
25,0
20,0
8,0
16,0
10,0
20,0 15,0
5,0
4,0
12,0
10,0
8,0
0,0
0,0
5,0 0,0
4,0
-4,0
0,0
-5,0
-5,0 -10,0
-8,0
-4,0 -8,0
-12,0
2008
2009
-15,0
-20,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
-10,0
-15,0
2007
2010
2008
2009
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 9. Produksi Kendaraan Non Niaga
Grafik 10. Produksi Kendaraan Niaga (% mtm)
(% yoy)
120,0
50,0
350,0
100,0
40,0
300,0
(% yoy)
80,0
30,0
(% mtm) 80,0 60,0
250,0 40,0 200,0
60,0
20,0
40,0 10,0 20,0 0,0
0,0
150,0
20,0
100,0
0,0
50,0 -20,0
-10,0
-20,0
-20,0
-40,0 -60,0
-30,0
0,0
2008
2009 yoy
-60,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
-40,0
-50,0 -100,0
2007
2010
2008
2009
2010
yoy
mtm
mtm
Grafik 11. Produksi Sepeda Motor
Grafik 12. Ekspor Besi dan Baja
(% yoy)
(% mtm)
80,0 60,0
(% mtm)
120,0
140,0
50,0
100,0
120,0
40,0
80,0
100,0
30,0
40,0
(% yoy)
60,0
60,0
80,0
40,0
20,0 10,0
20,0 0,0 -20,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2010
40,0
0,0
20,0
0,0
-20,0
-10,0
-40,0
-20,0
-60,0
-20,0
-30,0
-80,0
-40,0
-40,0
-40,0
60,0
20,0
0,0
-60,0
-100,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009 yoy
2010 mtm
mtm
9
Grafik 13. Konsumsi Semen
Grafik 14. Ekspor Kayu Lapis
(% yoy)
(% mtm)
80,0
80,0
(% yoy)
(% mtm)
150,0
100,0
125,0
60,0
60,0
40,0
40,0
20,0
20,0
75,0
100,0 50,0 75,0 50,0
25,0
25,0
0,0
0,0
0,0
-25,0
0,0 -25,0
-20,0
-20,0
-40,0
-40,0
-50,0
-50,0 -75,0
-75,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2007
2008
2009
2008
2010
yoy
2009
2010
yoy
mtm
mtm
Grafik 15. Ekspor Kayu Gergajian
Grafik 16. Penjualan Minyak Diesel
(% yoy)
(% mtm)
75,0
100,0
50,0
75,0
25,0 50,0
(% yoy) 100,0
(% mtm)
75,0
100,0
50,0
75,0
25,0
50,0
0,0
0,0 25,0 -25,0 0,0
25,0 -25,0 0,0
-50,0
-50,0
-25,0
-75,0
-75,0
-25,0
-100,0
-50,0
-100,0
-50,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009
2007
2008
2010
yoy
2010
yoy
mtm
mtm
Grafik 17. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% yoy)
2009
Grafik 18. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% mtm )
25,0
25,0
20,0
20,0
15,0
15,0
10,0
10,0
(% y-o-y)
(% m-t-m )
18,0
12,0
16,0
10,0
14,0
8,0 6,0
12,0
5,0
5,0
0,0
0,0
-5,0
4,0
10,0
2,0 8,0
0,0
6,0
-2,0
-5,0
4,0
-4,0
-10,0
-10,0
2,0
-6,0
-15,0
-15,0
0,0
-20,0
-20,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009
2010 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-8,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009
2010 yoy
mtm
mtm
10
Grafik 19. Penjualan Listrik Total
Grafik 20. Kunjungan Wisman
(% yoy)
(% mtm ) 15,0
18,0 16,0 14,0
(% yoy)
(% mtm )
50,0
40,0
40,0
30,0
30,0
20,0
20,0
10,0
10,0
0,0
10,0
12,0 10,0
5,0
8,0 6,0 0,0
4,0 2,0
-5,0
0,0
0,0
-10,0
-10,0
-20,0
-2,0 -4,0
-10,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2010
-20,0
-30,0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2007
2008
2009
2010 yoy
mtm
mtm
11