II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Sardiman (2003 : 100) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : -
-
-
-
-
Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, musik. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. Emotional ectivities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari berbagai jenis aktivitas belajar di atas, jenis aktivitas yang akan di jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:
2
- Oral activities, seperti : bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi. - Mental activities, seperti : mengambil keputusan. Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori” Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Aktivitas belajar dapat digolongkan menurut tingkatannya sesuai dengan nilai kriteria. Menurut Suharsimi Arikunto kriteria aktivitas belajar dapat digolongkan seperti Tabel. 2 di bawah ini :
Tabel 2. Kriteria Aktivitas Belajar Siswa.
3
No
Kriteria (%)
Tingkatannya
1 1.
Lebih dari 75
2 Baik
3
2.
56 – 75
Cukup baik
3.
40 – 55
Kurang baik
4.
Kurang dari 40
Tidak baik
Sumber Suharsimi Arikunto (2006 : 210) Berdasarkan tabel di atas kriteria aktivitas belajar siswa dapat digolongkan menurut tingkatannya sesuai dengan nilai kriteria yaitu : -
Baik : apabila aktivitas belajar siswa mencapai lebih dari 75%
-
Cukup baik : apabila aktivitas belajar siswa mencapai antara 56 – 75%
-
Kurang baik : apabila aktivitas belajar siswa mencapai antara 40 – 55%
-
Tidak baik : apabila aktivitas belajar siswa mencapai kurang dari 40%.
2. Hasil Belajar Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila indikatornya dapat tercapai. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006 : 107), keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: - Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. - Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (75% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. - Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa. - Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
4
Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di SD. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di SD. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Depdiknas (2008 : 147) 4. Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Oemar Hamalik ( 2001 ). 5. Metode Inkuiri Metode Inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Wina Sanjaya (2008: 196)
Menurut Wina Sanjaya (2008: 201), Secara umum langkah-langkah proses pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Orientasi, yaitu mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. 2) Merumuskan masalah, yaitu langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. 3) Merumuskan hipotesis, yaitu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dengan berlandaskan pada berfikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis. 4) Mengumpulkan data, yaitu aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5
5) Menguji hipotesis, yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Roestiyah (2008: 75), Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di dalam kelas dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. 2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. 3) Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, 4) Kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Menurut Wina Sanjaya (2008:208), keunggulan strategi pembelajaran inkuiri adalah; a. Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. b. Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Menurut Roestiyah (2008: 76-77), keunggulan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut : a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. d. Mendorong siswa untuk berfikir inkuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i. Siswa dapat menghindari belajar secara tradisional. j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
6
6. Kerangka Pikir Penelitian Metode inkuiri dapat menjadi salah satu alternative dalam pembelajaran IPA. Dalam inkuiri, siswa bertindak sebagai ilmuwan dan melakukan eksperimen.
Aktivitas dan hasil belajar IPA rendah
Menggunakan metode inkuiri
Aktivitas dan hasil belajar IPA meningkat
7. Hipotesis Jika pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri di kelas VI.b SD Negeri 1 Kotakarang Bandar Lampung dengan langkah-langkah yang tepat maka, aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.