Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
KARTU KONSEP SEBAGAI INDIKATOR MASTERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Widi Purbo Handayani SMP Negeri 1 Ngetos, Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur
[email protected] ABSTRAK Pembelajaran yang sesuai dengan paradigma baru pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif dan penggunaan kartu konsep untuk menghasilkan mastery learning. Instrumen pene;itian meliputi RPP, LKS, Kartu konsep dan Soal. Penelitian meliputi tahap planing (perencanaan), acting (tindakan), observing (observasi)) dan reflekting (refleksi). Penelitian dilaksanakan di kelasa IX D, SMP N 1 Ngetos, semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Pembelajaran kooperatif yang dipergunakan adalah kooperatif model jig-saw, pada materi Sistem Koordinasi, KKM 69. Analisis data meliputi data hasil validasi instrumen, penggunaan kartu konsep, data ketuntasan kelas, ketercapaian indikator dan ketuntasan individu, dianalisa secara kualitatif. Seluruh instrumen valid. Kartu konsep digunakan untuk mengevaluasi konsep yang telah dikuasai siswa di akhir pembelajaran. Diperoleh hasil pada siklus pertama, konsep tentang sinapsis dan susunan saraf beberapa kali ditnyakan tidak terjawab, maka konsep tersebut diterangkan lagi. Pada siklus dua konsep tentang proses mendengar tidak terjawab beberapa kali (ada 4 tanda silang pada kartu) maka diterangkan ulang. Berdasarkan tes hasil belajar seluruh indikator tuntas, ketuntasan kelasnya pada siklus ke-1 adalah 80%, dan ada 6 individu yang tidak tuntas yaitu no 2 ,6, 12, 16, 24, 27 pada siklus dua ketuntasan kelasnya 96,6%, ada 4 siswa yang tidak tuntas yaitu no.12, 16, 21 dan 24. Dengan adanya kartu konsep maka hasil pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, karena indikator secara keseluruhan tercapai dan hasil belajar siswa sebagian besar mencapai KKM atau mastery learning. Kata kunci: kartu konsep, indiktor, mastery learning
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan dengan berbagai metode sehingga tidak membosankan bagi siswa, begitu juga yang terjadi di SMPN 1 Ngetos. Pembelajaran yang menyenangkan penting untuk motivasi siwa dalam belajar, hal ini dapat dilakukan guru dengan pembelajaran koopetif,contohnya model pembelajaran Jig-Saw. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran koperatif mempunyai keunggulan diantaranya : 1) membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit dan berfikir kritis, 2) mengembangkan ketrampilan sosial siswa, 3) memberi keuntungan pada siswa kelompok atas dan bawah dalam bekerja sama karena bantuan tutor sebaya, 4) mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi (Suparno, 2008) Selain pembelajaran, evaluasi sangatlah penting untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Penilaian proses dlakukan untuk mengetahui bagaimana proses belajar terjadi pada siswa, untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa diadakan evaluasi terhadap ranah kognitif. Penguasaan konsep akan sangat mempengaruhi ketuntasan belajar siswa (masteri learning). Pada proses pembelajaran yang baik dengan menggunakan kooperatif learning, maka diharapkan siswa dapat menuntaskan pembelajarannya untuk KD yang dipelajari.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, dilakukan melalui tes. Penentuan tes didasarkan pada indikator pembelajaran pada kompetensi dasar yang sedang dipelajari. Kuis di akhir pembelajaran dapat dipergunakan untuk mendiagnosa sejauh mana siswa di dalam kelas sudah memahami materi, selain itu juga dapat dipergunakan untuk pemantapan pemahaman siswa sebelum pembelajara ditutup. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis mengembangkan suatu tes kognitif sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan, untuk dijadikan kuis di akhir pembelajaran. Konsep dalam indikator ditulis di kartu dan siswa diminta menjawabnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa pada sat itu, mendiagnose konsep yang belum dipahami siswa, selanjutnya di tindak lanjuti sehingga pada siswa menuntaskan mastery learningnya. Suatu cara untuk mengetahui konsep dan indikator pada KD telah dikuaasai siswa adalah dengan jalan menuliskan konsep-konsep tersebut ke dalam kartu dan dibuat kuis di akhir pembelajaran. Data dari kuis kartu konsep dapat menunjukkan sejauh mana konsep-konsep telah dikuasai siswa sekaligus mengambarkan ketuntasan kelas dan mengetahui konsep konsep yang siswa belum
447
Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
tuntas. Bila ketuntasan konsep belum terpenuhi, maka idealnya harus dilakukan pemantapan kembali konsep tersebut, hingga pembelajaran menjadi tuntas. Kuis juga dapat menjadi bantuan atau scafolding bagi siswa. Lembaga riset Amerika menyarankan bahwa scafolding diusahakan pada pebelajar untuk membantunya melakukan kegiatan dengan jalan 1).memotivasi minat pebelajar dengan tugas, 2) memberikan arah pncapaian tujuan 3) menyederhanakan tugas sehingga mudah dipahami siswa, 4) mengurangi frustasi dn resiko 5) memodelkan cara melakukan tugas dan ketrampilan (National Research Council, 2004). Albert (2014) mengembangkan beberapa tehnik scaffolding pada lembaga Edutopia seperti mengajak pebelajar untuk menggali pengalaman awal siswa (tap into prior knowledge), tehnik lain adalah “berikan waktu untuk bicara (give time to talk), mengajarkan kosa kata (Pree teach vocabolary) , menggunakan bantuan visual (use visual aids), . Tehnik lain yang disarankan yaitu “jeda “, “ajukan pertanyaan” “ berikan ulasan” Dengan demikian setiap individu terbantu untuk menuntaskan mastery learningnya. Penggunaan kartu konsep memudah identifikasi dan rencana untuk remedial dan pemantapan akan lebih mudah dilakukan sesuai sasaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas IX D SMPN 1 Ngetos tahun ajaran 2014-2015 pada bulan Oktober 2015 Tahap tahap dalam siklus penelitian tindakan kelas seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1. skema langkah PTK Sumber: Hopkin, (1993) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, disusun RPP untuk pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap penyusunan ini indikator pembelajaran dikembangkan menjadi kisi-kisi
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
soal evaluasi dan soal soal yang akan ditulis di kartu konsep. Tabel 1. Indikator pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 Siklus pertama
Siklus kedua
Indikator
Indikator
1) Menjelaskan sistem saraf.
fungsi
2) Menjelaskan fungsi masing masing struktur sel saraf. 3) Membedakan 3 jenis neuron. 4) Menjelaskan hubungan antara sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain dalam bentuk sinapsis. 5) Membeda kan antara gerak refleks dengan gerak biasa. 6) Menjelaskan fungsi saraf tepi. 7) Menganalisis lapisan otak dan fungsinya. 8) Menjelaskan fungsi bagian bagian otak 9) Menjelaskan fungsi sumsum tulang belakang. 10) Membuat bagan atau skema tentang susunan saraf. 11) Mengidentifikasi kelainan pada sistem saraf
1)
Membedakan antara humor vitreus dan humor aqueus. 2) Menganalisa fungsi masing masing struktur mata. 3) Menganalisa reseptor yang terdapat pada retina. 4) Menganalisa poses melihat. 5) Menganalisa tentang kelainan pada mata dan penyebabnya. 6) Menganalisa fungsi masing masing struktur telinga. 7) Membuat diagram terjadinya proses mendengar pada struktur telinga. 8) Menjelaskan proses merespon stimulus pada kulit. 9) Memprediksi disfungsi struktur pada kulit. 10) Menjelaskan proses merespon bau pada hidung.. 11) Menentukan letak reseptor yang merespon stimulan tertentu pada lidah 12) Mengientifikasi kelainan pada indra
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian meliputi 1) RPP : Remcana pelaksanaan pembelajaran dibuat untuk dipergunakan pada dua siklus pembelajaran., 2) Lembar Observasi : lembar observasi dipergunakan untuk pengamatan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan lembar observsi berupa rubrik dipergunakan untuk mengetahui beajar sikap dan ketrampilan siswa saat belajar, 3) Kartu konsep yaitu kartu yang berisi konsep konsep yang harus dikuasai pada KD yang dibahas dan merumuskan soal untuk konsep tersebut, Dimana pada kartu tersebut terdapat lima kotak untuk memberi tanda konsep yang
448
Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
tidak dapat dijawab siswa.. 4) LKS, diperlukan pada sat pembelajaran agar siswa lebih mudah dalam belajarnya. 5) Soal tes : diergunakan setelah divalidasi terlebih dahulu. Teknik Analisis Data Data dianalisis secara kualittif sebagai berikut : 1) Ketuntasan indikator dihitung dengan percentace of agreement atau prosentase (P). rumusnya adalah :
Satu indikator dikatakan tuntas apabila persentase (P) yang siswa capai pada indikator tersebut > 75% .(Depdiknas, 2006). 2) Ketuntasan individu siswa adalah siswa telah mencapai KKM atau mastery learning. Ketuntasan belajar siswa mengacu pada soal dan berdasarkan pada indikator, sehingga ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan penghitungan sebagai berikut:
Ketuntasan belajar, atau mastery learnning merupakan juga kriteria ketuntasan minimum atau KKM Pada kompetensi dasar sistem koordinasi, KKM di SMP N 1 Ngetos adalah 69. 3) Ketuntasan kelas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
4) Kuis : hasil dari kuis dianalisa dngan ketuntasan kelasnya untuk masing masing indikator. karena jika diketahui ada indikator yang secara klasikal tidak tutas maka segera dapat diambil tindakan untuk perbaikan. Ketuntasan kelas untuk masing masing indikator dapat menjadi gambaran keberhasilan, sehngga evaluasi yang dilaksanakan akan memperoleh hasil yang baik dan ketuntasan belajar siswa tercapai. Metode untuk mengetahui siswa memahami konsep adalah membacakan kuis di akhir pembelajaran. Kartu konsep berisi satu konsep. dan diberi tanda 5 kotak kecil. Jika soal tidak terjawab, kotak diberi tanda silang, dan dilempar ke siswa lainnya. Jika masih tidak terjawab kotak disilang lagi. Bila sampai siswa ke 5, pertanyaan tidak terjawab maka tanda silangnya ada 4 (XXXX) dan pertanyaan kita ganti dengan kartu yang lain, berarti konsep tersebut belum dikuasai sebagian besar siswa. Jika siswa dapat menjawab tidak diberi tanda silang Kartu tidak bertanda dan kartu yang tanda silangnya sama dikelompokkan dan dianalisa secara kualitatif untuk mengetahui indikator yang perlu
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
dibenahi, dengan demikian pada saat evaluasi diperoleh hasil yang lebih baik dan tuntas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil validasi RPP menunjukkan bahwa RPP kriterianya baik dan reliabel, begitu juga dengan validasi materi nilainya 3,4 kriterianya baik dan reliabilitasnya 0,9 kriteria reliabel, sedangkan validasi soal tes hasilnya adalah rata-rata 4 kriteria baik dan reliabilitasnya 1 atau reliabel. Artinya semua instrumen valid dan laayk digunakan. Observasi dan refleksi Pelaksanaan Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua diobservasi, hasilnya tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 Siklus pertama
Siklus kedua
Pelaksanaan pembelajara
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan mengingatkan peserta didik tentang sel salah satu jenis sel yaitu sel saraf, menarik perhatian siswa dengan mengejutkannya dan menyampaiakan tujuan pembelajaran
Pembelajaran dimulai dengan mengingatkan kembali tentang fugsi saraf pusat, setelah menarik perhatian siswa dengan gambar otak, dan menyampaikan tujuan pembelajaran
Selanjutnya guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok asal terdiri dari 5 orang, dan menerangan bahwa masing masing anggota harus bergabung dengan kelompk ahli dan harus menerangkan kembali di kelompok asal. - Siswa diskusi ;kelompok ahli, dengan bantuan LKS yang diberikuan guru, yaitu ahli sel saraf, ahli snapsis, ahli gerak, ahli susunan saraf dan ahli sarafp usat, sedangkan guru mengamati dan membantu memcahkan kesulitan kelompok
Selanjutnya guru meminta kembali kelompok menjadi 6 kelompok asal da materi dipelajari dalam 5 kelompok ahli. Guru meminta kembali siswa untuk belajar degan model jig saw - Siswa berdiskusi dalam kelomok ahli, yaitu mata, telinga, kulit, hidung dan lidah dengan bantuan LKS. Guru juga menyiapkan LCD untuk tayangan saat presentasi dan siswa dalm kelomok ahli dapat mendiskusikannya pada saat diskusi ahli Siswa kembali ke kelompok asal dan berganian menerangkan
449
Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
- Siswa kembali ke kelompok asal dan masing masing siswa menjelaskan keahliannya pada kelompoknya; Presentasi kelompok dan diskusi kelas, dan guru memberi pemantapan. Pembacaan kuis dan siswa secara individu menjawab pertanyaan dari tiap tiap kartu konsep. Jika sisw salah maka dilemoar ke siswa yang lain. Jika pertanyaan tersebut terjawab langsung maka seluruh kelas akan mengetahui jawaban dan dianggap tuntas.
keahliannya dengan
dilanjutkan
presentasi, boleh meggunakan LCD untuk menjeaskan keterangan gambar atau proses. Pembacaan kuis dan siswa secara individu menjawab pertanyaan dari tiap tiap kartu konsep. Jika sisw salah maka dilemoar ke siswa yang lain. Jika pertanyaan tersebut terjawab langsung maka seluruh kelas akan mengetahui jawaban dan dianggap tuntas. Kuis ini juga sebagai penutup pembelajaran.
Kuis ini juga sebagai penutup pembelajaran.
Dalam pembacaan kartu konsep sebagai kuis, siswa sangat antusias berebutan mengangkat tangannya, tetapi guru menunjuk siswa secara bergantian sehingga merata untuk seluruh siswa. Setiap indikator dijabarkan menjadi tiga konsep yang berhubungan dengan tujuan belajar siswa.. Hasilnya kartu konsep yang disilang menunjukkan masih terdapat kesulitan pemahaman siswa tentang konsep tersebutl/ Pada siklus 1 konsep yang belum tuntas adalah kartu nomer 30 tentang susunan sistem saraf dan konsep nomer 12 tentang sinapsis, hal ini disebabkan konsep ini sangat abstrak sehingga siswa kesulitan memhaminarya. Berdasarkan hal tersebut maka mengulang guru mengulang sekali lagi untuk menerangkan konsep tersebut sebelum dilakukan evaluasi. Pada siklus 2 konsep yang belum dipahami banyak siswa adalah konsep nomer 22 yaitu konsep mengenai prroses mendengar, maka konsep tersebut diterangkan sekali lagi agar siswa yang belum paham dapat memahaminya. Ketuntasan indikator. Berdasarkan hasil tes diperoleh data banyaknya siswa yang dapat menjawab soal dengan benar untuk masing masing soal, sehingga ketuntasan indikatornya dapat dihitung, dan tersaji dalam Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Ketuntasan indikator pada siklus 1 dan siklus 2
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dipergunakan LCD sebagai media untuk lebh memudahkan siswa memahami materi agar hasil belajarnya lebih meningkat di siklus kedua. Aktifitas siswa pada saat pembelajaran diamati dengan rubrik, diskusi kelompok asal dan saat presentasi, diperoleh hasil bahwa kelompok yang terbaik adalah kelompok A yang terdiri dari siswa bernomor 7, 8, 9, 10 dan 11. Hasil Penggunaan Kartu Konsep Hasil penggunaan kartu konsep sebagai kuis tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil kuis kartu konsep pads siklus pertamadan siklus kedua.
Berdasarkan data pada Tabel 4 semua indikator tuntas meskipun prosentasenya berbeda beda. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kuis dengan kartu konsep di akhir pembelajaran memberikan efek posiif
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
450
Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
untuk ketuntasan pembelajaran di kelas. Pemberian kuis atau pertanyaan di akhir pembelajaran dapat menjadi bimbingan bagi siswa yang belum mengerti karena pengetahuan yang diulang akan tersimpan lebih baik dalam memori otak. Kuis juga memotivasi siswa dan memantapkan pemahaman siswa didukung oleh pendapat Albert (2014) bahwa mengajarkan kosa kata (Pree teach vocabolary) , menggunakan bantuan visual (use visual aids), .memberikan pertanyaan dan memberikan ulasan adalah salah satu tehnik scaffolding yaitu suatu bantuan
yang diberikan kepada anak yang kurang mampu dalam belaja sehingga anak tersebut akhirnya dapat memahami apa yang dipelajarinya, dengan demikian sangat mendukung ketuntasan indikator pembelajaran. Hasi Belajar. Hasil belajar dianalisis dari hasil tes yang dilaksanakan pada waktu tertentu setelah pembelajaran berakhir, tersaji dalam Tabel 5. Setelah direfleksi dan diadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menggunakan LCD untuk mempermudah pemahaman, maka hasilnya pada siklus kedua.
Tabel 5. Hasil belajar siswa pada siklus pertana dan siklus kedua Siklus Pertama Siswa no Nilai 1 73 2 64 3 73 4 73 5 73 6 55 7 100 8 91 9 91 10 91 11 91 12 55 13 82 14 91 15 91 16 55 17 100 18 82 19 91 20 82 21 73 22 82 23 91 24 64 25 82 26 73 27 64 28 73 29 82 30 91 Σ 79,3 Ketuntasan Kelas
Ketuntasan individu T TT T T T TT T T T T T TT T T T TT T T T T T T T TT T T TT T T T T 80%
Berdasarkan data pada siklus pertama ada enam siswa yang tidak tuntas, tetapi secara klasikal tuntas, maka siswa yang tidak tuntas diremidi pada indikator yang siswa tersebut tidak tuntas. Kartu konsep yang mengacu pada indikator memberi efek positif pada ketuntasan indikator dan ketuntasan kelas yang tinggi pada pembelajaran ini. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 82,5, individu yang tidak tuntas 4 orang kelas dan
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Siklus Kedua Siswa no
Nilai
1 76 2 76 3 76 4 76 5 76 6 76 7 100 8 100 9 100 10 100 11 84 12 68 13 84 14 100 15 100 16 68 17 100 18 84 19 92 20 84 21 68 22 92 23 92 24 60 25 84 26 76 27 74 28 74 29 88 30 92 Σ 82,4 Ketuntasan Kelas
Ketuntasn individu T T T T T T T T T T T TT T T T TT T T T T TT T T TT T T T T T T T 86,7%
ketuntasan indikatornya 86,7%, semuanya meningkat. Hasil ini didukung oleh PMPTK (2008) bahwa kualitas dimulai dari kegiatan belajar mengajar di kelas yang berkualits pula dengan menggunakan berbgai cara. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian tindakan ini diantaranya adalah 1) Kartu konsep yang dibuat
451
Kartu Konsep sebagai Indikator Mastery Learning…
berdasarkan indikator pembelajaran dan ditanyakiman sebagai kuis di akhir pembelajaran, dapat sebagai penguatan, motivasi dan mengetahui konsep yang kurang dipahami, sehingga siswa dapat dibimbing kembali agar memahami konsep tersebut. 2) Hasil belajar siswa dengan penggunaan kartu konsep adalah baik sekali yaitu 80% siswa tuntas dengan nilai rata-rata 79,3 pada siklus 1 serta 87,3*% siswa menuntaskan pembelajarannya dengan nilai rata-rata 82,3 seluruh indikator pembelajaran tercapai.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Kegiatan Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SLTP.
DAFTAR PUSTAKA Albert, R 2014, Scaffolding Strategyies to Use with your students, USA George Lucas Eucational Foundation.
Suparno, Paul (2008) Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
BSNP, 2007. Kriteria Ketuntasan Minimal. Depdiknas.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. National Research Council 1996, National Science Education Standart, Washington DC, National Academy Press. PMPTK, 2008. Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi 2008. Depdiknas.
Wayan Nurkancana dann P P N Sumartana, 1991. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.
452