1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP CAHAYA Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi konsep cahaya dengan menggunakan model experiential learning dan respon siswa terhadap model experiential learning. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cibiru 08 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 33 siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain model John Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, yang terdiri dari tiga tindakan pada setiap siklusnya. Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar evaluasi, lembar angket dan dokumentasi foto. Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, kuantitatif, dan triangulasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melaksanakan penelitian tindakan kelas telah dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,02, siklus II sebesar 67,51, dan pada siklus III sebesar 76,82. Respon siswa terhadap model experiential learning pada pembelajaran IPA pada materi konsep cahaya pun sangat tinggi dan positif. Maka dari itu, peneliti menganjurkan penerapan model experiential learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA.
Kata Kunci
: Experiential Learning, Hasil Belajar, IPA dan SD.
²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Penerapan Model Experiential Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Cahaya| 2
EXPERIENTIAL LEARNING MODEL APPLICATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES ON THE CONCEPT OF THE LIGHT Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] ABSTRACT ABSTRACT: This study aims to determine the learning outcome of students in science learning in the material concept of light using a model of experiential learning and the students' response to the model of experiential learning. This research was conducted in the SD Negeri Cibiru 08 Cileunyi Bandung District. The subjects 33 students in V. The method used in this research is the Classroom Action Research (PTK) using the design model of John Elliot. This research was conducted in three cycles, which consists of three actions on each cycle. In this study using research tools such as observation sheets, evaluation sheets, sheet questionnaires and photo documentation. The research data were analyzed qualitatively, quantitatively and triangulation. Based on the results obtained during the performance of classroom action research have been described and analyzed so that it can be concluded that the model of experiential learning can improve student learning outcomes. It can be seen from the increase in the average value of student learning outcomes in each cycle. In the first cycle, at 61.02, the second cycle of 67.51, and the third cycle of 76.82. The students' response to the model of experiential learning in science learning in the material concept of light is very high and positive . Therefore, the researchers recommend the application of models of experiential learning as an alternative learning models to improve student learning outcomes, especially in science learning .
Keywords
: Experiential Learning, Learning Outcomes, Science and Elementary School.
3|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Hasil observasi yang telah peneliti
Juni 2016
pemerolehan
pengetahuan
lakukan di Sekolah Dasar Negeri Cibiru
diciptakan
08 menunjukan bahwa pembelajaran
pengalaman.
masih bersifat teacher centered guru
menekankan pada pemberian pengalaman
masih mendominasi kegiatan belajar
secara langsung dan diarahkan untuk
mengajar banyak dari mereka memilih
mencari
metode ceramah yang mengakibatkan
menambah pemahaman yang lebih dalam
kegiatan belajar mengajar membosankan,
tentang alam sekitar dan juga dapat
monoton,
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
tidak
menarik
dan
tidak
melalui
yang
transformasi
Pembelajaran
tahu
juga
berbuat
karena
akhirnya
seseorang terlibat dalam pengalaman
tercapaian
tujuan
ketidak
pendidikan
terjadi
hanya
untuk
melibatkan siswa secara aktif yang menyebabkan
belajar
IPA
jika
dan
dengan cara yang berarti (Beard &
berdampak negatif pada hasil belajar
Wilson dalam Dobos, 2014). Merril
siswa khususnya dalam pembelajaran
(dalam Suyono dan Hariyanto, 2014,
IPA masih tergolong rendah. Hal ini
hlm.
dibuktikan dari data hasil observasi yang
“pengetahuan dikonstruksikan melalui
diperoleh yaitu terdapat 33 siswa didalam
pengalaman dan belajar adalah sebuah
kelas namun hanya 9 sampai 11 siswa
proses
saja atau sekitar 33,33% dari jumlah
dikembangkan
siswa
pengalaman”. Menurut Rustaman, dkk.
keseluruhan
yang
baru
bisa
106)
mengemukakan
aktif
bahwa
dimana
makna
berlandaskan
mencapai nilai standar kriteria minimal
(2014)
(KKM) yaitu 70,00 kebanyakan dari
pembelajaran
IPA
sebaiknya
siswa hanya dapat menjawab soal-soal
menggunakan
sebuah
rangkaian
berbentuk hapalan namun pada saat
pengalaman nyata yang bersifat rasional
dihadapkan dengan soal-soal berbentuk
atau dapat dimengerti siswa dan dapat
penerapan
membuat siswa terlibat dalam sebuah
konsep
sains
pada
yang
terjadi
dalam
permasalahan kehidupan
sehari-hari
mengemukakan
bahwa
interaksi sosial.
yang
Berdasarkan pendapat para ahli
membutuhkan penalaran mereka merasa
diatas, maka solusi untuk mengatasi
kesulitan bahkan tidak bisa mengerjakan
permasalahan
yang
soal tersebut.
menggunakan
model
Menurut Kolb (dalam Salavastru, 2014),
belajar
merupakan
proses
ada
yaitu
experiential
learning, experiential learning adalah sebuah model pembelajaran yang mampu
Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Penerapan Model Experiential Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Cahaya| 4 mengaktifkan siswa untuk memperoleh
mengetahui yang sebenarnya terjadi.
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari
Setelah itu, siswa dibimbing untuk
hasil perpaduan antara memahami dan
menarik kesimpulan tentang percobaan
menstranformasi pengalamannya secara
yang telah dilakukan melalui kegiatan
langsung
diskusi.
(Cahyani,
langkah-langkah
2012).
model
Adapun
experiential
learning yaitu sebagai berikut.
Sebagai
langkah
terakhir,
kesimpulan
yang
didapat
siswa
digunakan
sebagai
dasar
dalam
menjawab
pertanyaan
pada
akhir
pembelajaran tentang kejadian lain yang Concrete Experience (1)
berkaitan dengan kejadian sebelumnya. METODE Metode yang digunakan pada
Testing in
Observation
new
and
Situations
Reflection
(4)
(2)
penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK yang dipilih yaitu desain model Elliot karena materi konsep cahaya dapat dibagi kedalam banyak sub bahasan maka dipilihlah
Forming Abstract Concept (3)
desain ini yang menawarkan 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan.
Gambar 1 Langkah-langkah model experiential learning diadaptasi dari Kolb (dalam Munif dan Mosik, 2009, hlm. 80) Tahapan
pembelajaran
dengan
model experiential learning adalah pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan hal yang pernah
dialami
kehidupan
oleh
siswa
sehari-hari
dalam
(pengalaman
siswa). Kemudian, hal yang pernah dialami
oleh
dikonstruksikan percobaan cahaya
siswa dengan
sederhana
dan
sifatnya
tersebut melakukan
tentang
materi
dalam
rangka
Penelitian
ini
mengambil
subjek siswa kelas V di SD Negeri Cibiru 08 yang memiliki jumlah murid 33 siswa yang terdiri dari 18 siswa lakilaki dan 15 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, soal evaluasi untuk memperoleh data hasil belajar, lembar angket untuk memperoleh data respon siswa terhadap model
experiential
dokumentasi
foto.
learning
dan
Penelitian
ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengetahui respon siswa
dengan
menggunakan
model
5|Antologi UPI
experiential
Volume
learning
pada
materi
konsep cahaya di kelas V SDN Cibiru
Edisi No.
Juni 2016
semakin terbiasa untuk lebih disiplin dalam menjawab pertanyaan.
08.
Pada
tahap
pengelompokan,
suasana terlihat tidak kondusif hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian, diperoleh
disebabkan oleh pengkondisian kelas
data hasil belajar pada setiap siklusnya
yang belum maksimal kemudian masih
sebagai berikut.
banyak siswa yang belum terbiasa untuk belajar secara berkelompok terlihat dari
Nilai Rata-rata Hasil Belajar
100 80
76.82
67.51
61.02
respon siswa yang menunjukan kurang antusiasnya
60
dalam
melakukan
40
pembelajaran secara kelompok, masih
20
banyak siswa yang ingin memilih dan
0
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Grafik 1 Peningkatan Hasil Belajar setiap Siklus
memilah walau
teman-teman peneliti
kelompoknya
sudah
menentukan
pembagian kelompok dengan maksud agar siswa terbiasa bekerja sama dengan
Pada pembelajaran siklus 1 pada kegiatan awal selalu diawali dengan sebuah apersepsi yang berkaitan dengan hal yang pernah dialami oleh siswa (pengalaman) maka dari itu membuat siswa
antusias
dalam
menjawab
pertanyaan yang diberikan. Namun, siswa masih banyak sekali yang menjawab secara
serentak
sehingga
membuat
suasana kelas menjadi tidak kondusif. Tindakan yang peneliti lakukan agar kejadian
seperti
ini
tidak
terulang
kembali yaitu selalu mengingatkan siswa agar
sebelum
mengangkatkan
menjawab tangannya
untuk terlebih
dahulu dan menunggu untuk ditunjuk oleh
peneliti
dengan
begitu
siswa
siapapun hal ini disebabkan karena siswa terbiasa belajar menggunakan metode konvensional
yaitu
belajar
secara
individu. Namun pada tindakan 3 siswa sedikit demi sedikit mulai menunjukan respon yang positif terhadap belajar secara berkelompok, artinya siswa sudah mulai terbiasa ketika mereka harus belajar secara berkelompok. Pada tahap percobaan, peneliti disini berusaha untuk mengkonstruksi pengalaman
siswa
sedemikian
rupa
melalui sebuah percobaan agar dapat ditemukan
sebuah
berdasarkan dimiliki
dari
siswa
fakta-fakta
pengalaman dan
dapat
yang
menjadi
pengetahuan yang baru bagi siswa. Hal
Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Penerapan Model Experiential Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Cahaya| 6 ini sejalan dengan pendapat Piaget
dilakukan,
(dalam Siregar dan Nara, 2014, hlm. 39)
sebuah pengetahuan baru bagi siswa yang
bahwa “pengetahuan merupakan ciptaan
nantinya digunakan untuk memecahkan
manusia
dari
permasalahan pada situasi berbeda maka
pembentukan
guru perlu membimbing siswa dengan
yang
dikonstruksikan
pengalamannya,
proses
kesimpulan
ini
menjadi
berjalan terus menerus dan setiap kali
pertanyaan-pertanyaan
terjadi
adanya
dengan yang dikemukakan Gagne (dalam
pemahaman baru”. Namun ketika siswa
Siregar dan Nara, 2014) bahwa dalam
melakukan percobaan banyak hal yang
pembelajaran guru perlu membimbing
belum dipahami oleh siswa sehingga
siswa
membuat siswa kebingungan, kemudian
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun
banyak siswa yang terdapati sedang
alur
mengobrol ketika percobaan berlangsung
pemahaman
sehingga membuat suasana kelas justu
pembelajaran siklus 2 temuan yang
menjadi tidak kondusif.
muncul sudah sedikit berkurang karena
rekonstruksi
Pada menanggapi
karena
tahap
peneliti
siswa yang
memberikan
agar
lebih
memiliki
baik.
melakukan
Pada
perbaikan
berdasarkan temuan-temuan pada siklus
terlihat masih malu dan tidak percaya diri
1. Pengkondisian kelas pun sudah mulai
untuk
kondusif
sehingga
melengkapi,
berpikir
cara
sesuai
siswa
lebih
dan
presentasi,
dengan
arahan
aktif
peneliti
dalam tahap perlu
ini
terlihat
pada
saat
tahap
memberikan
apersepsi siswa sudah mulai terbiasa
motivasi lebih pada siswa karena menurut
untuk mengangkat tangannya terlebih
Winkels (dalam Siregar dan Nara, 2014,
dahulu
hlm. 49), “motivasi adalah penggerak
sebelumnya peneliti memberikan aturan-
dalam diri seseorang untuk melakukan
aturan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
pertanyaan kemudian keaktifan siswa
suatu tujuan tertentu.” Maka peneliti
dalam
disini perlu memberikan motivasi agar
menunjukan peningkatan terlihat dari
siswa lebih terpacu untuk aktif dalam
bertambahnya
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
antusias
Kemudian masuk pada tahap menyimpulkan masih
terlihat
sebelum
pada
saat
proses
ingin
jumlah tahap dan
karena
menjawab
pembelajaran
dalam
menanggapi
menjawab
siswa
mulai
yang
presentasi, melengkapi
pembelajaran,
siswa
dibandingkan pada saat pembelajaran
kebingungan
untuk
siklus 1.
menyimpulkan kegiatan percobaan yang
7|Antologi UPI
Volume
Temuan essensial dalam siklus 2
Edisi No.
Juni 2016
ditemukan temuan berarti yang dapat
yaitu materi pembelajaran yang peneliti
mempengaruhi
berikan, pada tindakan 2 dan 3 yaitu
signifikan, pembelajaran pada siklus 3
materi pemantulan cahaya pada cermin
sudah
cembung dan cekung siswa masih jarang
mungkin
menemuinya dalam kehidupan sehari-hari
experiential learning.
apabila
dibandingkan
dengan
hasil
berjalan
belajar
dengan
secara
seoptimal
menggunakan
model
materi
Namun secara keseluruhan mulai
pemantulan cahaya cermin datar karena
dari siklus 1 sampai dengan siklus 3
model
lebih
terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
yang
Peningkatan hasil belajar terjadi karena
siswa punyai sejalan dengan pendapat
materi pembelajaran yang dibelajarkan
Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto,
berangkat dari hal yang telah dialami
2014) bahwa pengalaman belajar baiknya
oleh
dekat dengan pengalaman yang diperoleh
pembelajaran menjadi lebih bermakna hal
dalam dunia nyata, sehingga peneliti
ini sejalan dengan pendapat Gagne and
sehingga
mencari
Berliner (dalam Suyono dan Hariyanto,
apersepsi yang pernah dialami oleh
2014, hlm. 13) mengemukakan bahwa
siswa. Pada siklus 3 peneliti membuat
“belajar adalah suatu proses perubahan
pembelajaran menjadi jauh lebih menarik
tingkah
dan menyenangkan dibandingkan dengan
pengalaman”,
pembelajaran-pembelajaran
pengalaman
pembelajaran
menekankan
pada
peneliti
ini
pengalaman
berusaha
pada
siswa
(pengalaman)
laku
yang
muncul
yang tersebut
karena
kemudian dikemas
peneliti
belajar diluar kelas dan membuat sebuah
pembelajaran yaitu model experiential
karya yang mana karya tersebut menjadi
learning. Cahyani (2012) mengemukakan
media pembelajaran bagi siswa itu
model experiential learning yang mampu
sendiri, hal ini terbukti dapat membuat
mengaktifkan siswa secara mandiri untuk
siswa
dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
dan sikap dari hasil memahami dan
Driver and Bell (dalam Suyono dan
menstranformasi
Hariyanto, 2014) yang mengemukakan
Perubahan individu yang disebabkan oleh
bahwa belajar harus mempertimbangkan
pengalaman disini mencakup kemampuan
seoptimal mungkin proses keterlibatan
kognitif siswa yang terlihat melalui
antusias
terlibat
siswa. Dalam pembelajaran siklus 3 tidak
sebuah
oleh
tindakan sebelumnya. Siswa diajak untuk
lebih
melalui
sehingga
model
pengalamannya.
Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Penerapan Model Experiential Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Cahaya| 8 peningkatan hasil belajar dari mulai
fakta-fakta
siklus 1 sampai dengan siklus 3.
pengalaman siswa tersebut.
Peningkatan
terdapat
pada
belajar
Tahap selanjutnya adalah tahap
experiential
reflection and observation, pada tahap ini
learning juga dikarenakan tahap-tahap
siswa diberikan pengalaman langsung
model
siswa
yang peneliti fasilitasi melalui percobaan
kesempatan untuk berpartisipasi aktif
yang berangkat dari pengalaman siswa itu
dalam menemukan sebuah pengetahuan
sendiri. Hal ini sejalan dengan Piaget
secara mandiri dari hasil transformasi
(dalam Cahyani, 2012) yang mengatakan
pengalaman siswa itu sendiri sehingga
bahwa
menjadikan
lebih
kemampuan kognitif perlu diciptakan
bermakna, seperti pada tahap concrete
suatu kondisi yang memungkinkan anak
experience,
peneliti
untuk belajar mencari tahu sendiri,
memberikan apersepsi yang berkaitan
misalnya anak melakukan percobaan,
dengan
karena
diskusi kelompok dan membandingkan
pengalaman siswa itulah yang akan
hasil temuannya dengan teman yang lain,
dijadikan materi pembelajaran yang akan
sehingga
dicari tahu teori-teori yang ada didalam
mencari sendiri fakta-fakta yang terdapat
pengalaman tersebut melalui serangkaian
pada percobaan tersebut.
menggunakan
ini
hasil
yang
model
yang
memberikan
pembelajaran
pada
tahap
pengalaman
ini
siswa
untuk
siswa
mengembangkan
dapat
bekerja
aktif
proses yang bermakna. Hal ini sejalan
Tahap selanjutnya yaitu tahap
dengan Gestalt (dalam Cahyani, 2012)
forming abstract concept, pada tahap ini
yang mengatakan bahwa salah satu
siswa
prinsip
belajar
kesimpulan tentang percobaan yang telah
artinya
dilakukan
belajar
berdasarkan
itu
adalah
keseluruhan
berdiskusi
sehingga
untuk
dapat
menarik
diperoleh
pembelajaran akan lebih bermakna ketika
sebuah teori baru. Hal ini sejalan dengan
dipelajari
bukan
Gestalt (dalam Cahyani, 2012) yang
berangkat dari bagian-bagian maksudnya
mengemukakan bahwa belajar terjadi
belajar
permasalahan
ketika anak menemukan suatu masalah
siswa bukan berdasarkan fakta-fakta.
yang harus dipecahkan, maka dengan
Dalam model experiential learning ini
menemukan masalah tersebut anak akan
yang
mendapatkan
secara
keseluruhan
berangkat
dijadikan
dari
permasalahan
adalah
pengalaman siswa yang harus dicari tahu
pemahaman
hubungan
antar bagian permasalahan tersebut yang akan sangat berguna untuk memecahkan
9|Antologi UPI
Volume
masalah-masalah
selanjutnya.
Pemahaman hubungan antar bagian disini yang
nantinya
menjadi
Edisi No.
Juni 2016
33 siswa. Berikut skala likert untuk mengukur respon siswa.
sebuah
pengetahuan baru bagi siswa. 1085
Tahap terakhir yaitu tahap testing in new situations, pada tahap ini siswa diberikan sebuah soal berkaitan dengan kejadian yang berbeda namun memiliki keterkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan
sehingga
diketahui sejauh
disini
dapat
mana siswa dapat
Gambar 2 Skala Likert (dalam Sugiyono, 2014) Berdasarkan gambar 2, maka respon siswa termasuk kedalam kategori tinggi dan cenderung positif.
menerapkan pengetahuan baru yang telah mereka dapat pada situasi berbeda. Hal
KESIMPULAN Kesimpulan
ini
(dalam
melakukan penelitian tindakan kelas di
Cahyani, 2012) yang menyatakan bahwa
sekolah SDN Cibiru 08 Kecamatan
prinsip belajar adalah terjadinya transfer,
Cileunyi Kabupaten Bandung serta dari
maksudnya
berhasil
pembahasan yang telah diuraikan pada
menguasai suatu kemampuan dengan
bab IV, adapun kesimpulan tersebut
baik yang diperoleh melalui belajar,
adalah sebagai berikut:
maka kemampuan tersebut dapat mereka
1. Penerapan
sejalan
dengan
setelah
Gestalt
siswa
terapkan dalam situasi lain.
diambil
model
setelah
experiential
learning pada materi konsep cahaya
Setelah semua tindakan telah
di kelas V SDN Cibiru 08 dapat
dilaksanakan, maka peneliti memberikan
meningkatkan hasil belajar siswa
lembar angket pada setiap siswa yang
dengan cukup baik dimulai dari nilai
berisi 10 pernyataan terdiri dari 5
rata-rata kelas pada siklus 1 yang
pernyataan positif dan 5 pernyataan
tidak memenuhi standar nilai KKM
negatif untuk mengetahui respon siswa
hingga akhirnya dapat melebihi nilai
terhadap model experiential learning
KKM
pada materi konsep cahaya, data respon
dibuktikan melalui data hasil belajar
siswa ini diolah menggunakan skala
pada
likert. Jumlah seluruh skor siswa setelah
mengalami peningkatan mulai dari
data respon diolah berjumlah 1085 dari
siklus 1 yang memperoleh nilai hasil belajar
pada
setiap
siklus
siklus
sebesar
3.
Hal
yang
61,02
ini
terus
kemudian
Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana Yunansah³ Penerapan Model Experiential Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Cahaya| 10 terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus 2 menjadi 67,51 dan pada siklus
3
kembali
mengalami
peningkatan hasil belajar menjadi 76,82. 2. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan
model
experiential
learning pada materi konsep cahaya di kelas V SDN Cibiru 08 tergolong tinggi dan cenderung positif dengan skor yang diperoleh yaitu 1085 dari 33 siswa. DAFTAR PUSTAKA Cahyani, I. (2012). Pembelajaran menulis berbasis karakter dengan pendekatan experiential learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI Dobos, A. (2014). Experiential learning for professional depelovment in the civil service. Procedia-Social and Behaviour Science, 116 (2014), hlm. 5895-5090
Munif, I. R. S. & Mosik (2009). Penerapan metode experiential learning pada pembelajaran ipa untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5 (2009), hlm. 79-82 Rustaman, N, dkk. (2014). Materi dan pembelajaran IPA di SD. Banten: Universitas Terbuka Salavastru, D (2014). Experiential learning and the pedagogy of interrogation in the education of adults. Procedia-Social and Behavioral Science, 142 (2014), hlm. 548-552
Siregar, E. & Nara, H. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suyono. & Hariyanto. (2014). Belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.