Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA Debby May Puspita Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Corresponding author:
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model discovery learning. Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penggunaan Discovery Learning, ingin mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, pembelajaran yang awalnya menggunakan teacher centered menjadi student centered, dan mengubah pengajaran yang menggunakan ekspository learning dimana siswa hanya menerima informasi dari guru saja ke model Discovery learning dimana siswa menemukan informasi sendiri. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Dengan metode penelitian tindakan kelas melalui dua siklus didapatkan data adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 028227 Binjai Selatan dari 60,54 rerata nilai menjadi 94,61, dan dari keterlibatan siswa dalam belajar juga meningkat dari 84,60% menjadi 97,61%, sedangkan aktivitas dalam belajar dalam kegiatan kelompok keterlibatan siswa mengalami peningkatan dari 64,23% menjadi 86,08%. Pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran IPA akan meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar baik secara individu maupun secara kelompok. Meningkatnya aktifitas siswa dalam pembelajaran membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar dan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci : Student Centered Learning, Pembelajaran Discovery Learning, Hasil Belajar Siswa PENDAHULUAN Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI yaitu agar siswa memiliki kemampuan seperti : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingintahun, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses utnuk meyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendiidkan ke SMP/MTs (BSNP, 2006). Ironisnya dalam dunia sains khususnya di Sekolah Dasar, Indonesia berada di posisi ke-3 pada ajang 11th International Mathematics and Sciences Olympiad (IMSO) yang diadakan di Denpasar, Bali pada 5-11 Oktober 2014. Ajang International ini diikuti oleh 14 negara, dan Indonesia juga berada dibawah Singapura di peringkat ke-2 dan Thailand di peringkat pertama (Dikdas Kemendikbud). Firman Jiddan (peserta IMSO) mengaku bahwa soal yang diujikan dalam olimpiade berbeda jauh dengan yang dipelajari di sekolah. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa siswa hanya terbiasa dengan soal yang dikatakan mudah, hanya berada pada tingkat pemahaman dan daya ingat siswa sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal yang mengacuh pada aspek lain, siswa merasa kebingungan. Pengkajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mutu hasil belajar merupakan usaha awal yang seharusnnya dilakukan agar dapat menetapkan langkah dan cara-cara yang tepat dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu hasil belajar. Kualitas lulusan sekolah juga harus diperhatikan, karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Ditinjau dari unsur siswa, masih banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor yang ada dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Kenyataan di lapangan didapat bahwa pembelajaran IPA sudah dilakukan secara aktif namun siswa masih tetap merasa jenuh dikarenakan akhir pembelajaran masih bersifat ceramah. Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran dan pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya. Siswa cenderung menghafalkan fakta-fakta dan konsep-konsep tanpa mengetahui bagaimana fakta dan konsep itu terbentuk yang pada akhirnya membuat kemampuan berpikir siswa hanya terbatas pada kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu mengingat dan memahami, sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diabaikan karena tidak diaktifkan selama kegiatan pembelajaran di kelas. Apriana (2014:38) menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar sebagai dampak dari penggunaan model pengajaran tertentu yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan dan bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Imanita (2014:48) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan proses pembelajaran yang memiliki tingkatan sampai pada level tertinggi dan memberikan beberapa aspek perubahan pada diri siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 217
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa secara optimal dan baik pada aspek kognitif, maka diperlukan perubahan serta inovasi dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang mampu menaungi semua karakteristik tersebut adalah model discovery learning. Model discovery learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam model ini, guru bukan hanya manager di dalam kelasnya, namun terlebih lagi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Pemecahan masalah bukan hanya dilakukan secara kelompok dan diskusi semata namun terlebih lagi menekankan pada kegiatan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Dari model pembelajaran ini, siswa akan mengembangkan pengalaman belajar dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya dan mengembangkan sikap kritis siswa (Saefuddin, 2014). Model discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Discovery learning merupakan model pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran (Mulyasa, 2014:134).. PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri 028227 Binjai Selatan yang berjumlah 33 siswa, siswa laki laki berjumlah 16 dan siswa perempuan 17 dengan pokok bahasan alat pencernaan manusia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Arikunto, 2006:96). Menurut Sunardi (2010), penelitian tindakan kelas adalah penyelidikan secara sistematis dan terencana yang dilakukan guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelasnya dengan jalan mengadakan perbaikan dan mempelajari akibat yang ditimbulkan. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan dua siklus. Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengadakan tes pendahuluan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan discovery learning, siswa diberi tes akhir I untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dan digunakan sebagai acuan perbaikan untuk melaksanakan siklus II. Setelah dilaksanakan siklus II, siswa diberi ters Akhir II untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dan akan dijadikan perbandingan antara siklus I dan siklus II. Penerapan pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas V SD berjalan dengan baik, siswa termotivasi dan tertarik dalam mengikuti pelajaran sehingga aktifitas siswa cukup kondusif di dalam kelas. Peneliti dibantu oleh observer (teman sejawat) dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa belajar dalam kelompok. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 6 atau 7 siswa. Setelah siswa menempati posisinya, guru meminta salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mengambil LKS serta alat dan bahan yang telah disiapkan oleh guru. Guru menjelaskan pada siswa cara pengerjaan LKS dan meminta siswa utuk berdiskusi dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya guna memecahkan persoalan yang ada dalam LKS. LKS ini diberikan untuk mempermudah siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan menerapkan Discovery Learning. Dalam kelompok siswa diharapkan bisa memahami tentang alat pencernaan manusia. Siswa melakukan diskusi dengan bimbingan guru. Kegiatan selanjutnya yaitu presentasi yang dapat melatih siswa untuk berani tampil di depan teman-temannya dalam mempresentasikan hasil diskusinya. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes akhir. Pada pembelajaran yang pertama masih ada beberapa kendala. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran discovery learning. Pada siklus pertama hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Sehingga peneliti melanjutkan pada siklus berikutnya. Siklus ke-2 dilaksanakan dengan baik, proses pembelajaran dilakukan sama dengan siklus yang pertama. Pada siklus ke-2 siswa sudah mulai memahami materi. Siswa sudah terbiasa belajar dalam kelompok. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus ke-2 hasil belajar siswa kelas V mengalami peningkatan dan sudah memenuhi KKM SD Negeri 028227 Binjai Selatan, sehingga tidak perlu melaksanakan siklus berikutnya. Dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa utuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan sendiri. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini yaitu meliputi, aktivitas menggunakan alat peraga, aktivitas melakukan kerjasama dalam kelompok, aktivitas presentasi dan aktivitas bertanya. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 218
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa No
Aktivitas Siswa
Siklus I (%)
Siklus II(%)
1. 2. 3 4
Menggunakan alat peraga 62,53 84,89 Melakukan kerjasama 84,60 97,61 Presentasi 64,23 86,08 Bertanya 61,88 82,64 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, yaitu: aktivitas menggunakan alat peraga 62,53%, aktivitas melakukan kerjasama dalam kelompok 84,60%, aktivitas presentasi 64,23% dan aktivitas bertanya 61,88%, sehingga diperoleh persentase aktivitas belajar secara klasikal sebesar 68,61% dan tergolong dalam kategori sedang. Sedangkan pada siklus yang ke II, aktivitas menggunakan alat peraga 84,89%, aktivitas melakukan kerjasama dalam kelompok 97,61%, aktivitas presentasi 86,08% dan aktivitas bertanya 70,70%, sehingga diperoleh persentase aktivitas secara klasikal mencapai 82,64%. Sehingga aktivitas siswa secara klasikal meningkat sebesar 19,49%. Peningkatan Aktivitas siswa disajikan dalam diagram berikut :
Gambar 1. Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam penelitian ini siswa diberikan 3 kali tes, yaitu tes pendahuluan (Pra Siklus), tes Akhir siklus I dan tes Akhir Siklus II. Bentuk soal dari masing – masing tes adalah tes uraian. Masing – masing tes terdiri atas empat soal, dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100. Hasil belajar siswa pada penelitian ini mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 2. Peningakatan hasil belajar siswa Pra No
Kategori Hasil Belajar
1.
Tuntas, memenuhi KKM (≥ 65) dari
2.
skor maksimal 100 Tidak Tuntas, Tidak memenuhi KKM (≤ 65) dari skor maksimal 100 Total
Siklus I
Siklus II
Siklus
(%)
(%)
60,54
73,25
94,61
39,46
26,75
5,39
100
100
100
Berdasarkan tabel persentase hasil belajar siswa di atas, diketahui bahwa hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori tuntas pada tes pendahuluan hanya 60,64% (17 Siswa), siklus I sebesar 73,25% (20 Siswa) sedangkan pada siklus II mencapai 94,61% (30 Siswa), dengan demikian kategori hasil belajar siswa yang tergolong tuntas mengalami peningkatan sebesar 33,97%. Hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori tidak tuntas pada siklus I sebesar 39,40% (13 Siswa) sedangkan pada siklus II sebesar 9,10% (3 Siswa) dengan demikian kategori hasil belajar siswa yang tergolong tidak tuntas mengalami penurunanan sebesar 34,07%. Berikut ini grafik peningkatan hasil belajar siswa. http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 219
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Discovery Learning, aktivitas siswa selama penerapan Discovery Learning, dan bagaimana hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan Discovery Learning. Berdasarkan data yang diperoleh, maka akan dibahas penerapan pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa selama penerapan Discovery Learning. Penerapan Discovery Learning berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi namun hambatan tersebut dapat diselesaikan pada pertemuan selanjutnya. Dalam penerapan Discovery Learning pada siklus 1 dapat dikatakan berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa kendala diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Pada awal pembelajaran agak sedikit ramai dalam mencari kelompoknya, bahkan ada yang kurang setuju dengan anggotanya dikarenakan kurang akrab, (2) Aktivitas siswa dalam berinovasi, presentasi dan bertanya masih rendah, (3) Beberapa siswa kurang teliti dalam menjawab soal sehingga banyak kesalahan yang terjadi, dan (4) Guru mempersilakan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya namun banyak diantara mereka yang malu dan takut hal ini mungkin dikarenakan kebiasaan mereka pada kegiatan sebelumnya yang pasif dalam pembelajaran. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi pada siklus 2, yaitu: (1) siswa sudah mulai menerima dan mulai akrab dengan aggota kelompoknya, (2) memberikan bimbingan dan motivasi yang dilakukan oleh peneliti mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, hal ini diperoleh dari meningkatnya persentase dari setiap siklus, (3) guru memberikan perpanjangan waktu agar siswa lebih teliti dalam menjawab soal latihan, dan (4) guru memberikan reward pada siswa agar siswa tidak lagi malu atau takut dalam melakukan presentasi. Aktivitas siswa pada siklus I, yaitu: aktivitas menggunakan alat peraga 62,53%, aktivitas melakukan kerjasama dalam kelompok 84,60%, aktivitas presentasi 64,23% dan aktivitas bertanya 61,88%, sehingga diperoleh persentase aktivitas belajar secara klasikal sebesar 68,31% dan tergolong dalam kategori Sedang. Sedangkan pada siklus yang ke II, aktivitas menggunakan alat peraga 84,89%, aktivitas melakukan kerjasama dalam kelompok 97,61%, aktivitas presentasi 86,08% dan aktivitas bertanya 82,64%, sehingga diperoleh persentase aktivitas secara klasikal mencapai 87,81%. Sehingga aktivitas siswa secara klasikal meningkat sebesar 19,50%. Hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 63,25%, dapat dikatakan tuntas secara klasikal karena telah memenuhi KKM SD Negeri 028227 yaitu terdapat minimal 75% yang telah mencapai nilai ≥ 60, dengan 20 siswa tuntas dan 13 siswa yang belum tuntas. Siklus 2 dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada pembelajaran siklus 2 hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 60,54% yaitu dari 73,25% menjadi 94,61%, dalam hal ini dari 33 siswa yang mengikuti pembelajaran terdapat 30 siswa yang tuntas dan 3 siswa yang belum tuntas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Discovery Learning pada pembelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 028227 Binjai Selatan. SIMPULAN Dari hasil analisa data dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa beberapa kemajuan yang dicapai selama pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Maka hasil penelitian tindakan kelas ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA; b) Pembelajaran Discovery Learning aktifitas siswa dalam belajar baik secara individu maupun secara kelompok; c) Meningkatnya aktifitas siswa dalam pembelajaran membuat siswa semakin; d) bersemangat dalam belajar dan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa temuan lain yang diperoleh adalah munculnya kreatifitas siswa dalam melakukan percobaan, banyaknya pertanyaan yang diajukan siswa, adanya tanggung jawab menyelesaikan tugas, hilangnya keluhan bosan, bahkan siswa lebih senang menyelesaikan tugas daripada beristirahat.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 220
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
REFERENSI Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Apriana. 2014. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa Kelas V SD Negeri 101777 Saentis T.P.2014/2015. Tesis tidak diterbitkan. Medan. PascaSarjana Universitas Negeri Medan. Kemendikbud. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015. Jakarta: Kemendikbud. Mulyasa. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2000. Penelitian Ilmiah. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Saefuddin, Asis. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya. Sunardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas dalam Modul Bidang Studi Guru Kelas SD. Jember : Universitas Jember. Supriyadi, Agus. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Metode Pembelajaran IPA Kelas IV SDN. 03 Sungai Ambawang Kubu Raya. Skripsi tidak diterbitkan. Pontianak. Universitas Tanjung Pura.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 221