Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Sigit Setiawan, S. Pd. Program Magister Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung E-mail:
[email protected] Abstract This research purposes to improve outcomes and activities learning of students in science subjects. The method used is a Class Action Research (CAR). The research was conducted during two cycles, each cycle consisting of one meeting. The instruments used are tests and observation. Results from this study and the results obtained students' learning activities in science subjects has increased. Completeness student learning outcomes which achieve the minimum completeness criteria (MCC) 20% in pre-cycle, 40% in the first cycle, and 93% in the second cycle. Furthermore, learning activities of students who achieve a minimum category value indicator of success 60% in the first cycle and 93% in the second cycle. Based on the results of this study concluded that learning by using a model of the type of group investigation cooperative learning can improve student’s outcomes and activities learning. Key words : science learning, cooperative learning group type of investigation, learning outcomes, learning activities PENDAHULUAN Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang telibat dalam dunia pendidikan, terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan di tataran pendidikan dasar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru yang berperan sebagai agen pembelajaran harus mampu mengikuti perubahan yang bersifat positif dalam dunia pendidikan. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa di dalam dunia pendidikan di Indonesia masih banyak permasalahanpermasalahan yang harus segera dientaskan. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat, menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011:1).
1155
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Permasalahan pembelajaran tersebut tidak terkecuali pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III di salah satu sekolah dasar di kabupaten Serang, permasalahan pembelajaran IPA yang terjadi di kelas selama ini masih kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran karena cenderung menggunakan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru (teacher center) sehingga pembelajaran IPA bersifat verbalis yang mengakibatkan aktivitas siswa cenderung pasif hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, yang mengakibatkan kurang bermaknanya di dalam proses pembelajaran karena kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi langsung pada benda-benda yang konkret maupun menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik, sehingga hasil belajar kurang memuaskan. Hal ini terbukti pada hasil belajar pada pembelajaran IPA yang diperoleh siswa kelas III sekolah dasar tersebut pada nilai rapor pendidikan semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Dari 15 orang siswa hanya ada 3 orang siswa (20%) yang mendapatkan nilai di atas nilai KKM dan 12 orang siswa (80%) yang mendapatkan nilai di bawah nilai KKM. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, di dalam pembelajaran, guru salah satu yang berperan terhadap keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu seorang guru harus dapat menyajikan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat memeroleh pengalamannya secara langsung untuk membantu dalam proses pencapaian pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA yang disajikan. Sehingga dalam proses pembelajaran sangat diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA yaitu model Cooperative Learning Tipe Group Investigation. Group investigation, yang selanjutnya disingkat GI berasal dari dua kata yaitu group dan investigation. Group berarti kelompok; tim; regu sedangkan investigation berarti penyelidikan, jadi dapat diartikan bahwa GI merupakan kegiatan pembelajaran penyelidikan secara berkelompok. Perlu diklarifikasikan, penyelidikan di sini diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang melakukan penyelidikan atas materi pembelajaran IPA berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan melalui lembar kerja siswa (LKS) agar diselesaikan secara bersama-sama di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan berdasarkan pengalaman (pengetahuan) sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan tiga konsep utama dalam pembelajaran GI, yaitu: inquiry; knowledge; and the dynamics of the learning group. Hal ini juga sejalan dengan strategi pembelajaran MIPA yang dipublikasikan oleh Depdiknas (2008) di mana ada enam pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA, yaitu: (1) Empat
1156
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri (learning to be)); (2) Inkuiri IPA; (3) Konstruktivisme; (4) Sains (IPA), lingkungan, teknologi dan masyarakat; (5) Penyelesaian Masalah; (6) Pembelajaran IPA yang bermuatan nilai. Kegiatan dalam pembelajaran ini akan membuat siswa belajar aktif di dalam kelompoknya dan saling bekerja sama di dalam memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan berdasarkan penemuan sendiri yang didasarkan atas pengalaman sehari-harinya. Jadi dalam hal ini timbul sifat kerja sama, saling menerima, dan menghargai satu sama lainnya. Oleh karena itu, sesuai dengan masalah yang ditemukan maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SDN Pabuaran 3”. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas III SDN Pabuaran 3 pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI? (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas III SDN Pabuaran 3 pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI?. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Pabuaran 3 pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI. (2) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas III SDN Pabuaran 3 pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI. A. Hasil Belajar Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2012: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Selanjutnya, (Suprijono, 2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, dan sikap-sikap serta apersepsi dan keterampilan. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupkan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap (Susanto, 2012:5).
1157
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Dari pemaparan mengenai pengertian hasil belajar di atas, penulis dapat menarik simpulan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa yang dapat dinyatakan dalam skor/huruf yang diperoleh dari hasil tes baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. B. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah “suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor”. Aktivitas belajar menurut Sardiman (2010:100) yaitu aktivitas yang bersifat fisik maupun mental dan emosional. Sedangkan menurut Hamalik (2010:28) segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam hal ini aktivitas belajar sangat diperlukan guna meningkatkan hasil pembelajaran. Aktivitas belajar di dalamnya terdapat beberapa jenis aktivitas. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010: 101) menggolongkan aktivitas siswa sebagai berikut: 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, meganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
1158
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Jenis-jenis aktivitas belajar siswa di atas, terakomodasikan menjadi indikator-indikator pada lembar instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa yang peneliti susun sebelumnya. C. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam (IPA), dapat diklasifiikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno dalam Susanto (2012: 167) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah. Jadi, dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuwan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta. Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teoriteori IPA. Kedua, IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut keterampilan proses sains (science process skills) adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Ketiga, IPA sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Susanto (2012: 171), dimaksudkan untuk: (1) Memeroleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (4)
1159
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Allah SWT. (7) Memeroleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. D. Model Cooperative Learning tipe GI Dalam pandangan Tsoi, dkk. (Aunurrahman, 2009:151), model GI secara filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, di mana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka. Karena itu model ini sangat sesuai unuk merespons kebutuhan-kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan kemampuan collaborative learning melalui kerja kelompok beranjak dari pengalaman-pengalaman masing-masing siswa guna mewujudkan interaksi sosial yang lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan konsep utama model cooperative learning tipe GI. Dalam pembelajaran model cooperative learning tipe GI terdapat tiga konsep utama (Winataputra, 2001) yaitu: (1) Penelitian (inquiry), suatu proses dinamika siswa memeberikan respons terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. (2) Pengetahuan (knowledge), dimaksudkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. (3) Dinamika kelompok (the dynamic of the learning group), menunujukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses argumentasi. E. Langkah-langkah Pembelajaran (Sintaks) Model Cooperative Learning Tipe GI Pada penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe GI menurut Slavin (2010:218) yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe GI Tahap 1
Sintaks GI Aktivitas GI Mengidentifikasi 1. Siswa diberi pertanyaan tentang topik dan mengatur materi yang akan diajarkan murid dalam 2. Siswa membentuk sub topik kelompok masalah berdasarkan jawaban dari pertanyaan tadi 3. Siswa bersama guru membentuk
1160
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
2
Merencanakan tugas yang akan dipelajari
3
Melaksanakan investigation
4
Menyiapkan laporan akhir
5
Mempresentasikan laporan akhir
6
Evaluasi
kelompok secara heterogen sesuai subtopik yang dipilih 4. Siswa diberi penjelasan tentang materi melalui media gambar 5. Siswa diberi tugas atau masalah dan masing-masing kelompok mendapatkan tugas berbeda 6. Siswa secara kelompok melaksanakan investigasi yang sesuai subtopik yang telah ditentukan 7. Setiap kelompok mendiskusikan masalah dan menyiapkan laporan akhir tentang subtopik dari investigasinya 8. Perwakilan dari setiap kelompok ke depan kelas untuk mempresentasikan laporan akhir 9. Kelompok lain menanggapi, memberi masukan serta memberi pertanyaan, Guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari siswa 10. Guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja dipelajari.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilaksanakan di kelas III pada salah satu sekolah dasar di kabupaten Serang. Subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini berjumlah 15 orang yang terdiri dari 5 siswa dan 10 siswi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu dengan tes dan non-tes. Tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda yang diberikan saat evaluasi atau setiap siklus selesai. Adapun jumlah soal yang akan diberikan berjumlah sepuluh soal yang terdiri dari aspek C1 sampai C3. Teknik non-tes dalam penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi yang berbentuk tabel dengan butir-butir kegiatan yang akan diamati. Aktivitas yang dijaring pada lembar pedoman observasi ini berupa interaksi guru terhadap siswa maupun sebaliknya, guru terhadap proses pembelajaran, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap proses pembelajaran yang diikutinya. Data yang didapatkan diproses melalui empat tahapan penting dalam penelitian tindakan yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi (Arikunto, 2006).
1161
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran pada siklus I yang sudah direncanakan oleh peneliti dan tim kolaborasi sudah dilaksanakan dengan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tersampaikannya semua kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya, namun masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum maksimal. Hal ini berdampak pada aktivitas belajar siswa yang bermuara pada lemahnya hasil belajar siswa yang didapat. Namun, setelah guru memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I, guru lebih berperan aktif dalam membimbing siswa pada siklus II, yakni guru sudah benar-benar memahami konsep tentang penerapan model cooperative learning tipe GI pada pembelajaran IPA. Hal ini berdampak pada aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan dan juga bermuara pada hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel pengamatan aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan diagram hasil belajar siswa. Tabel 2.1 merupakan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru, yakni sebagai berikut: Tabel 2. 1 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru
100% 80%
100%
80%
95% 80%
70%
80% Capaian Persentase
60%
40%
60%
Capaian Persentase
40% Persentase Indikator Keberhasilan
20% 0%
Persentase Indikator Keberhasilan
20% 0%
SIKLUS I
SIKLUS II
Hasil pengamatan aktivitas mengajar pada guru meningkat pada tiap siklusnya yaitu 70% (siklus I) menjadi 95% (siklus II). Selanjutnya hasil pengamatan aktivitas belajar pada siswa dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
1162
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Tabel 2. 2 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa 100%
100% 80% 60%
80%
80%
60% 40%
40% 20%
Ketuntasan Minimal
60%
Ketuntasan Minimal
Tuntas
40%
Tuntas
Belum Tuntas
0%
SIKLUS I
93% 80%
20%
7%
0%
Belum Tuntas
SIKLUS II
Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa meningkat pada tiap siklusnya, yaitu 60% tuntas (siklus I) menjadi 93% tuntas (siklus II). Selanjutnya, hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram 1 berikut ini: Diagram 1. Hasil Belajar Siswa Tuntas KKM
Tuntas KKM
Belum Tuntas KKM
Belum Tuntas KKM
60%
40%
SIKLUS I
7%
93%
SIKLUS II
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I 40% tuntas KKM dengan rata-rata nilai kelas 57, sedangkan pada siklus II 93% tuntas KKM dengan nilai rata-rata kelas 81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI. SIMPULAN Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe GI secara umum berjalan lancar sesuai dengan harapan peneliti. Langkah-langkah pembelajaran dalam setiap siklus dilakukan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, yang komponen penyusunannya terdiri dari
1163
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, proses pembelajaran, model dan metode pembelajaran, media dan seumber pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. RPP dibuat secara kolaboratif oleh peneliti dengan guru kelas III sekolah dasar tersebut. Langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe GI adalah sebagai berikut: Tahap 1
2
3
4
5
6
Sintaks GI Aktivitas GI Mengidentifikasi 1. Siswa diberi pertanyaan tentang topik dan mengatur materi yang akan diajarkan murid dalam 2. Siswa membentuk sub topik kelompok masalah berdasarkan jawaban dari pertanyaan tadi 3. Siswa bersama guru membentuk kelompok secara heterogen sesuai subtopik yang dipilih Merencanakan 4. Siswa diberi penjelasan tentang tugas yang akan materi melalui media gambar dipelajari 5. Siswa diberi tugas atau masalah dan masing-masing kelompok mendapatkan tugas berbeda Melaksanakan 6. Siswa secara kelompok investigation melaksanakan investigasi yang sesuai subtopik yang telah ditentukan Menyiapkan laporan 7. Setiap kelompok mendiskusikan akhir masalah dan menyiapkan laporan akhir tentang subtopik dari investigasinya Mempresentasikan 8. Perwakilan dari setiap kelompok laporan akhir ke depan kelas untuk mempresentasikan laporan akhir Evaluasi 9. Kelompok lain menanggapi, memberi masukan serta memberi pertanyaan, Guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari siswa 10. Guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja dipelajari.
Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada aspek aktivitas mengajar guru meningkat dari 70 % (siklus I) menjadi 95% (siklus II), sedangkan pada aspek aktivitas belajar siswa juga meningkat yaitu 60% tuntas (siklus I) menjadi 93% tuntas (siklus II). Hal ini selanjutnya bermuara pada hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dengan
1164
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
berpatokan KKM sebesar 70, dilihat dari pra siklus sebesar 20%, siklus I sebesar 40% dengan nilai rata-rata 57, dan siklus II sebesar 93% dengan nilai rata-rata 81. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: (1) Bagi Guru; Guru harus peka dalam melihat keadaan siswa dan karakteristik mata pelajaran. Jika guru ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan berinovasi agar proses pembelajaran tidak jenuh, alternatifnya adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe GI. Karena model ini sudah terbukti dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. (2) Bagi Sekolah; Dalam meningkatkan mutu pendidikan, sekolah harus berperan aktif dalam mendorong guru agar berinovasi dan melakukan pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. Salah satu model yang dapat diterima oleh siswa dan berdampak positif dalam peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa adalah dengan penerapan model cooperative learning tipe GI. DAFTAR RUJUKAN Abdulloh, Mohamad Zaky. (2013). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe GI dengan Media CD Pembelajaran pada Siswa Kelas V SDN 01 Kandri Semarang. (Skripsi) tidak diterbitkan. Semarang: UNNES Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Arikunto, Suharsimi. dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara . (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Darmadi, Hamid. (2012). Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA.Jakarta. Depdiknas Tersedia pada Dea S. Adiningsih. 2013. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belasjar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Tentang Materi Wujud Benda dan Sifatnya. (Skripsi) Tidak Diterbitkan Bandung: PGSD UPI. Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara Http://allforedu.blogspot.com/2012/06/kelebihan-dan-kekurangan pembelajaran.html Diakses pada 21 Desember 2014 06.09 Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi (GP Prees Group) Rosidin, Odien dan Jamaludin, Ujang. (2012). Konsep dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Serang: PGSD Untirta Press Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
1165
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Setiawan. (2006). Tersedia pada http://discussionlecture.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekuranganpembelajaran.html Diakses pada 21 Desember 2014 06.15 Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Suhendi . (2014). Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran PKN dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing. (Skripsi) tidak diterbitkan. Serang : PGSD Untirta Sukmadinata, Nana S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. (2011). Belajar dengan pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara Uno, Hamzah B. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Wahyudin, Uyu dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press Winataputra, Udin S. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1. Tersedia pada http://akhmadsudrajat. wordpress. com/2009/06/20/strategipembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation. Diakses pada 2 Pebruari 2015. Pukul 06.35
1166