Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Ahmad Bukhari SMP Negeri 3 Tanjung Pura, kab. Langkat
Abstract: This study aims to improve student learning outcomes by applying the Group Investigation learning model in mathematics learning in Class VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Subjects in this study were students of Class VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura with a total of 26 students. Based on the result of research, student learning result by applying Group Investigation study model in cycle I showed 46.15% student reach KKM and in cycle II showed 88.46% student reach KKM. Thus there is an increase in student learning outcomes in Mathematics subjects in class VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura T.P. 2015/2016. Keyword: Group Investigation, cube, beam
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran matematika di Kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada siklus I menunjukkan 46,15% siswa mencapai KKM dan pada siklus II menunjukkan 88,46% siswa mencapai KKM. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura T.P. 2015/2016. Kata kunci: Group Investigation, kubus, balok
Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar di SMP Negeri 3 Tanjung Pura, rendahnya aktivitas belajar bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Seperti hal yang terjadi di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura, hanya 16 dari 26 siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada ulangan harian I. Melihat hasil ini
peneliti sebagai guru mencoba menganalisis masalah-masalah yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa siswa yang memiliki masalah hasil belajar, masalah terletak pada cara mengajar guru. Metode pembelajaran yang diterapkan tidak bervariasi sehingga siswa merasa bosan dan
245
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
malas mengikuti pelajaran. Minat siswa terhadap mata pelajaran matematika juga sangat rendah. Siswa tidak pernah mengulang pelajaran di rumah, PR yang diberikan oleh guru juga jarang dikerjakan oleh siswa. Orang tua dan lingkungan siswa yang kurang mendukung, orang tua kurang mengawasi siswa selama dirumah. Selama proses pembelajaran di kelas, siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik. Masalah di atas harus ditangani dengan serius sehingga peneliti sebagai guru bertanggung jawab penuh untuk memperbaiki masalahmasalah yang timbul dalam pembelajaran. Oleh karena itu peneliti akan melakukan perubahan strategi belajar mengajar di kelas. Peneliti ingin menerapkan inovasi pembelajaran (perubahan positif) pada pembelajaran yang akan peneliti bawakan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) dalam pembelajaran matematika di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Model GI mengharuskan guru menyiapkan terlebih dahulu masalah untuk sekelompok siswa pada jenjang kemampuan tertentu. Siswa menghadapi masalah yang kemudian diarahkan kepada menemukan konsep atau prinsip. Karena siswa secara bersama-sama menemukan konsep atau prinsip, maka diharapkan konsep tersebut tertanam dengan baik pada diri siswa yang pada akhirnya siswa menguasai konsep atau prinsip yang baik pula. Sehingga keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
dapat ditangani dengan baik. Model pembelajaran GI, para guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Penerapan model pembelajaran GI, guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa. Dalam model ini guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator sehingga siswa dapat berfokus pada materi yang menurut mereka menarik.
METODE Lokasi penelitian ini dilakukan SMP Negeri 3 Tanjung Pura, Jln. Terusan Desa Lalang No. 148, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura dengan materi pokok Kubus dan Balok. Waktu pelaksanaannya pada bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016. Subjek dalam penelitian ini sebanyak satu kelas yaitu kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Banyak subjek penelitian yakni 26 orang siswa. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan berganda dan observasi. Tes hasil belajar ini digunakan untuk
246
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama menerapkan model pembelajaran GI. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas aktivitas belajar siswa dan ketercapaian hasil belajar siswa. Keberhasilan penelitian yang ditetapkan adalah jika telah tercapai 85% siswa dalam kelas mendapatkan nilai hasil belajar mencapai KKM sebesar 70.
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
terlebih dahulu di adakan pretes untuk menguji kemampuan awal siswa. Soal tersebut akan diujikan kembali setelah berakhirnya siklus I dan II. Data Siklus I Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 1 dan 2 untuk KBM 1 dan 2, soal tes hasil belajar untuk Pretes dan formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Sebelum memulai kegiatan penelitian, peneliti dan guru mitra (observer) berdiskusi untuk membuat skenario pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data dilakukan dua Siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Selama kegiatan belajar mengajar diterapkan model pembelajaran GI. Pada model pembelajaran GI siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya terhadap masalah apa yang sulit dipahami. Siswa akan memiliki pemahaman dan penguasaan pada materi yang lebih baik.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2016, dengan pokok bahasan “Kubus dan Balok” dengan sub pokok bahasan “Unsur-unsur Kubus dan Balok”. Tindakan kedua dilakukan hari Senin tanggal 28 Maret 2016 dengan sub materi pokok “Jaring-jaring Kubus dan Balok”. Alat pengumpul data adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar. Diakhir siklus I dilakukan tes hasil belajar sebagai formatif I. Instrument formatif I adalah bagian dari instrument pretes yang indikatornya diajarkan pada siklus I. Dari tabel 2 diketahui nilai terendah Formatif I adalah 40 sebanyak 4 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 3 orang, dengan 12 orang mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 46%. Dengan nilai standar ketuntasan 85% maka persentase kelulusan klasikal ini
Tabel 1. Distribusi Hasil Pretes Nilai Frekuensi Rata-rata 30 10 40 12 37,69 50 4 Jumlah 26 Penerapan pembelajaran model Group Investigation diharapkan dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatkan keaktifan siswa dan kerjasama kelompok pada mata pelajaran Matematika. Sebelum memulai siklus I maka
247
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Siklus I No Aktivitas Jumlah Rata-Rata Persentase 1 Menulis,membaca 66 16,5 37% 2 Mengerjakan 41 10,25 23% 3 Bertanya pada teman 26 6,5 14% 4 Bertanya pada guru 23 5,75 13% 5 Yang tidak relevan 24 6 13% Jumlah 100% meningkat menjadi 46% siswa lulus KKM tetapi peningkatan belum seperti yang diharapkan peneliti karena belum mencapai 85%. Hal ini di karenakan sebagai berikut: a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan ataupun memberi pendapat pada sesi tanya jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanyak jawab sulit dilakukan dan kurang menyenangkan siswa. c. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat belajar dan belajar secara aktif di kelas. d. Masih banyak siswa yang kurang percaya diri sehingga mereka malu/takut membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dengan melakukan tindakan-tindakan. Peneliti kemudian berdiskusi dengan teman sejawat peneliti (yang mengajar
Tabel 2. Distribusi Hasil Formatif I Nilai Tuntas Nilai f RataKelas Rata 40 4 60 10 80 9 35% 68,46 100 3 11% Jumlah 26 46% berada di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas walaupun nilai rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pretes yaitu 68,46. Rendahnya hasil belajar siswa diatas juga di pengaruhi rendahnya aktivitas belajar siswa. Skor aktivitas belajar diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam satu siklus. Refleksi dan Tindakan Perbaikan Setelah siklus I dengan 2 KBM dilaksanakan, maka peneliti melakukan refleksi. Dari hasil tes belajar siswa terjadi peningkatan. Pada pretes tidak seorangpun siswa lulus KKM yang ditetapkan, tetapi pada siklus I
248
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
mata pelajaran yang sama) serta dengan guru sejawat yang menjadi observer. Adapun tindakan-tindakan perbaikan yang diterapkan pada pelaksanaan siklus II dari hasil refleksi dan diskusi peneliti dengan teman sejawat yakni sebagai berikut: a. Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI peneliti memberikan pengarahan secara detail kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan penerapan model pembelajaran GI serta tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah untuk mengikuti pembelajaran. b. Guru memaparkan nilai yang diperoleh oleh siswa yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. c. Guru lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam diskusi d. Melakukan patokan pada format analisis yang mengarahkan pada kesimpulan sehingga siswa dapat melakukan pengambilan kesimpulan secara runtun dan sistematis.
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 April 2016 dan 18 April 2016 dengan sub pokok bahasan “Luas Permukaan Kubus dan Balok” untuk KBM III dan “Volume Kubus dan Balok” untuk KBM IV. Alat pengumpul data adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa yang diamati oleh Ibu Murni Hati Sembiring, S.Pd dan Bapak Sukri Karnedi, S.Pd dan tes hasil belajar tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok. Setelah berakhirnya pembelajaran siklus II maka siswa diberikan tes yang merupakan bagian dari pretes yang sesuai dengan indikator yang dipelajari di siklus II. Tabel 4. Distribusi Hasil Formatif II Nilai Tuntas Nilai f RataKelas Rata 60 3 80 15 15 83,85 100 8 8 Jumlah 26 23 Tabel 4. tersebut, nilai terendah Formatif II adalah 60 sebanyak 3 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 8 orang, dengan ketuntasan klasikal adalah sebesar 88%. Dengan nilai standar ketuntasan 85% maka persentase kelulusan klasikal ini berada di atas kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM siklus II sudah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas dengan nilai rata-rata kelas yaitu 83,85. Tabel 5 diperoleh aktivitas siswa yang paling dominan adalah
Data Siklus II Perencanaan Tindakan Sebelum memulai Tindakan Siklus II, peneliti berdiskusi dengan guru sejawat untuk membuat skenario pembelajaran dengan Model Pembelajaran GI. Peneliti pun membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 3 dan 4, soal formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I.
249
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
Tabel 5. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Siklus II No Aktivitas Jumlah Rata-Rata Persentase 1 Menulis,membaca 38 9,5 24% 2 Mengerjakan 63 15,75 39% 3 Bertanya pada teman 28 7 18% 4 Bertanya pada guru 25 6,25 16% 5 Yang tidak relevan 6 1,5 4% Jumlah 100% aktivitas mengerjakan LKS yakni sebesar 39%, membaca dan menulis yakni sebesar 24%, bertanya kepada teman yakni sebesar 18%, diskusi bertanya pada guru sebesar 16% dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4%. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Hal ini dapat dibuktikan dengan menyusutnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM yang pada siklus pertama persentasenya 13% menjadi 4%.
24%, bertanya kepada teman yakni sebesar 18%, bertanya pada guru sebesar 16% dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4%. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Hal ini dapat dibuktikan dengan menyusutnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM yang pada siklus pertama persentasinya 13% menjadi 4%. Berdasarkan data di atas, dapat di simpulkan terjadi peningkatan aktivitas yang bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Secara klasikal siswa yang lulus KKM juga sudah di atas 85%. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran juga berjalan dengan baik, oleh karena itu tidak perlu banyak tindakan perbaikan. Guru harus pintar memanajemen waktu, agar seluruh rancangan pembelajaran yang telah di rancang dapat dilaksanakan dengan baik.
Refleksi dan Tindakan Perbaikan Merujuk pada tabel-tabel hasil tes yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat baik nilai rata-rata tes siswa maupun ketuntasan klasikalnya mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siklus I dan siklus II tersebut juga telah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan. Dengan demikian KBM siklus I dan KBM siklus II telah berhasil memberikan ketuntasan belajar secara kasikal. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matematika pada materi pelajaran Kubus dan Balok yang paling dominan adalah aktivitas mengerjakan LKS yakni sebesar 39%, membaca dan menulis yakni sebesar
Pembahasan Penelitian ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai di atas KKM, dan ini menunjukkan siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Rendahnya nilai formatif I, disebabkan hal-hal sebagai berikut: a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka
250
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan ataupun memberi pendapat pada sesi tanya jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanyak jawab sulit dilakukan dan kurang menyenangkan siswa. c. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat belajar dan belajar secara aktif di kelas. d. Masih banyak siswa yang kurang percaya diri sehingga mereka malu/takut membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Secara keseluruhan hasil belajar siswa meningkat dari pretes, formatif I, sampai formatif II. Namun peningkatan yang terjadi baik pada siklus I maupun pada siklus II masih meninggalkan beberapa siswa yang belum tuntas hasil belajarnya. Kodisi ini muncul karena berbagai kendala yang muncul dari beberapa siswa tersebut dalam pembelajaran. Hasil belajar siklus II cukup memuaskan dan berhasil meski masih meninggalkan lima orang siswa dengan nilai tidak tuntas. Beberapa data hasil observasi aktivitas dapat menjadi pembanding data hasil belajar tersebut diantaranya: 1. Aktivitas individual menulis dan membaca mulai dapat ditekan pada siklus I sebesar 37% menjadi 24%, namun persentasenya masih tinggi.
2.
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
Aktivitas kerja dalam kelompok mengalami peningkatan yang cukup berarti pada siklus I sebesar 23% menjadi 39% yang menunjukkan siswa lebih aktif mengerjakan LKS dan berdiskusi dari pada membaca, hal ini mengindikasikan siswa telah memiliki persiapan sebelum mengikuti pelajaran di sekolah. 3. Aktivitas ketergantungan dengan bertanya pada guru mengalami peningkatan dari 13% menjadi 16%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah berani bertanya dan mengemukakan pendapat pada guru. 4. Bertanya pada teman meningkat dari 14% menjadi 18%. Peningkatan aktivitas bertanya pada teman sesuai dengan harapan peneliti. Peningkatan aktivitas bertanya pada teman mengindikasikan bahwa siswa lebih mampu berpikir secara mandiri dan sudah lebih kooperatif dalam diskusi. 5. Aktivitas tidak relevan dengan KBM mengalami penurunan, pada siklus I sebesar 13% menjadi 4% pada siklus II. Secara keseluruhan pembelajaran Matematika di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura dengan menerapkan model pembelajaran GI mengalami peningkatan hasil dan aktivitas belajar. Sehingga mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan mampu memberikan ketuntasan secara klasikal untuk hasil belajar siswa.
251
Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 245 – 252 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
pada siklus I antara lain aktivitas menulis/membaca sebesar 37%, berdiskusi dan mengerjakan LKS sebesar 23%, bertanya pada teman sebesar 14%, bertanya pada guru sebesar 13%, yang tidak relevan dengan KBM sebesar 13%. Sedangkan rata-rata aktivitas siswa menurut kedua pengamat pada Siklus II antara lain aktivitas menulis/membaca sebesar 24%, berdiskusi dan mengerjakan LKS sebesar 39%, bertanya pada teman sebesar 18%, bertanya pada guru sebesar 16%, yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4%. Dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura T.P. 2015/2016.
SIMPULAN Setelah data-data tes hasil belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada siklus I menunjukkan 12 siswa mencapai KKM dengan kelas tidak tuntas dan pada siklus II menunjukkan 23 siswa mencapai KKM dengan kelas tuntas. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VIII-3 SMP Negeri 3 Tanjung Pura T.P. 2015/2016. 2. Analisis data rata-rata aktivitas siswa menurut kedua pengamat
DAFTAR PUSTAKA
Dris, J., & Tasari. 2011. Matematika Jilid 2 untuk SMP dan MTs Kelas VIII, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Lie, A. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Marsigit, dkk. 2011. Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta: Quadra Inti Solusi. Sani, R.A. dan Sudiran. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media Perintis
Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
252
ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694
Jurnal Pena Edukasi Vol. 4 No. 2, Maret 2017
253