PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Muhammad Miftah Farid Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
ABSTRACT All this time learning model that used at SMPN 1 Balongpanggang Gresik especialy at economic subject is conventional learnings that centered teachers. result learn at VII A class told the take place still lower. Researchers try to model type STAD cooperative learning to improve student learning outcomes. The purpose of this study was to determine the activity of teachers and students during the economic lesson of type STAD cooperative learning and learning outcomes as well student opinion after following the economic lessons in the class of VII A SMPN 1 Balongpanggang Gresik. The method used is descriptive quantitative research because the data consist of numbers. The results showed that an increase in the activity of teacher and student activities as well learning outcomes in each cycle and the students are generally happy, interested and more motivated by learning models of type STAD. Key word: Cooperative learning model, STAD type.
ABSTRAK Selama ini model pembelajaran yang digunakan SMPN 1 Balongpanggang Gresik khususnya pada mata pelajaran ekonomi yaitu pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru. Hasil belajar siswa kelas VII A masih rendah. Peneliti mencoba model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pelajaran ekonomi dengan tipe pembelajaran kooperatif STAD dan hasil belajar serta pendapat siswa setelah mengikuti pelajaran ekonomi di kelas dari VII A SMPN 1 Balongpanggang Gresik. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif karena data berupa angka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar pada setiap siklusnya dan siswa pada umumnya senang, berminat dan lebih termotivasi dengan model pembelajaran tipe STAD. Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif, tipe STAD.
Kemajuan dan masa depan bangsa salah
pendidik atau guru bertindak mendidik si
satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya
peserta didik atau siswa. Tindak mendidik
manusianya. Faktor pendukung sumber daya
tersebut tertuju pada perkembangan siswa
manusia
menjadi mandiri. Untuk dapat berkembang
diantaranya
adalah
kualitas
menjadi mandiri, siswa harus belajar.”
pendidikan. Menurut
Dimyati
dan
Mudjiono
Berdasarkan
penjelasan
ini
dapat
(2009:5) “Pendidikan merupakan kegiatan
disimpulkan bahwa meningkatkan kualitas
interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut,
pendidikan salah satu yang terpenting adalah 1
2
dengan meningkatkan kemampuan guru untuk
pembelajaran dengan menggunakan model
berinteraksi dengan siswa pada proses belajar
yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi
mengajar.
materi melalui ceramah, latihan soal kemudian
Guru
harus
mempunyai
pengetahuan yang luas dan pemahaman yang
pemberian tugas.
lebih dalam mendidik siswa. Di samping itu
Penulis ingin mencoba penerapan salah
guru harus mempunyai kemampuan dalam
satu model pembelajaran kooperatif yang
memilih dan menerapkan model pembelajaran
dapat membuat siswa menjadi aktif dalam
yang
proses
tepat
sesuai
dengan
materi
yang
pembelajaran,
mudah
memahami
diajarkan agar siswa menjadi mandiri dan
materi yang disampaikan dan siswa tidak
tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan
merasa
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
mengajar. Salah satu alternatif tersebut adalah
ekonomi pada tanggal 13 Januari 2012
model pembelajaran kooperataif tipe Student
diperoleh
Standart
Teams Achievement Division (STAD) yang
Ketuntasan Minimal (SKM) di SMP Negeri 1
dapat diterapkan untuk menyampaikan mata
Balongpanggang
pelajaran ekonomi khususnya pada materi
informasi
bahwa
adalah
75,
ketuntasan klasikal adalah
sedangkan 80%. Hasil
bosan
dalam
kegiatan
belajar
Perusahaan dan Badan Usaha.
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
Model pembelajaran kooperatif tipe
khususnya kelas VII A dikatakan masih
Student Teams Achievement Division (STAD)
rendah.
diketahui
sangat memungkinkan diterapkan di sekolah
berdasarkan hasil belajar ujian akhir semester
karena STAD merupakan model pembelajaran
ganjil sebelum dilakukan remidial. Hasil yang
kooperatif yang mendorong siswa saling
diperoleh siswa belum maksimal, dari 32
membantu dan memotivasi, serta menjadikan
siswa yang mengikuti ujian hanya 46,88% atau
siswa
sebanyak 15 siswa mendapat nilai di atas
pembelajaran.
Standart
ditempatkan
Hal
tersebut
Ketuntasan
dapat
Minimal
(SKM),
menjadi
aktif
Dalam
dalam
model
dalam
ini,
belajar
proses siswa yang
sedangkan sebanyak 53,12 % atau sebanyak
beranggotakan 4-6 siswa yang merupakan
17 siswa masih dibawah Standart Ketuntasan
campuran menurut tingkat prestasi. Guru
Minimal (SKM).
menyajikan laporan, siswa bekerja dalam tim
Selama berlangsung
ini
pembelajaran
di
SMP
Balongpanggang
khususnya
yang
Negeri pada
pelajaran ekonomi di kelas VII A
1
mereka untuk memastikan seluruh tim telah menguasai pelajaran tersebut.
mata
Model pembelajaran kooperatif tipe
masih
STAD pada materi perusahaan dan badan
menggunakan
model
pembelajaran
usaha
konvensional.
Pembelajaran
konvensional
tingkah laku kooperatif siswa dimana dalam
yang
dimaksud
secara
umum
adalah
materi
dapat
membantu
perusahaan
dan
mengembangkan
badan
usaha
3
mengajarkan pentingnya kerjasama dalam
(4) bagaimana hasil belajar siswa dengan
mencapai tujuan bersama, contohnya dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatife
badan usaha adalah mendapatkan laba. Model
tipe STAD (Student Teams Achievement
pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
Division)?
membantu
siswa
pembelajaran
dalam
akademis
meningkatkan
mereka.
Hal
ini
Hakikat Belajar dan Mengajar
menunjukkan bahwa model ini sangat efektif
Menurut Djamarah (2006:38) bahwa
diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di
“Belajar pada hakikatnya adalah perubahan
kelas VII A SMP Negeri 1 Balongpanggang
yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
agar hasil belajar dapat meningkat.
berakhirnya
melakukan
Sedangkan
menurut
Berdasarkan uraian di atas maka secara langsung sekolah
dalam ini
kegiatan
perlu
pendidikan
dilakukan
di
Penelitian
aktifitas Hamalik
belajar”. (2008:58)
“Belajar adalah suatu proses berbuat, bereaksi, memahami
berkat
adanya
pengalaman,
Tindakan Kelas (PTK). Maka dari itu, penulis
sedangkan pengalaman pada dasarnya ialah
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
interaksi antara individu dengan lingkungan”
judul
Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan
“Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
bahwa
Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil
perubahan
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
mengalami
Materi Perusahaan Dan Badan Usaha Kelas
memahami dengan adanya pengalaman, dan
VII A SMP Negeri 1 Balongpanggang
dapat mengubah tingkah laku seseorang yang
Gresik”.
berkaitan dengan bertambahnya ketrampilan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah (1)
belajar
adalah
dalam proses
diri
terjadinya
suatu
seseorang
yang
berbuat,
bereaksi,
dan pengetahuan. Sudjana
(2004:29)
bagaimana aktifitas guru dalam mengelola
bahwa
kegiatan
dengan
mengatur dan mengorganisasi lingkungan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
tipe STAD (Student Teams Achievement
menumbuhkan serta mendorong siswa untuk
Division)? (2) bagaimana aktifitas siswa
belajar”. Berdasarkan definisi di atas dapat
selama
dengan
diartikan bahwa mengajar menunjuk pada apa
menggunakan model pembelajaran kooperatif
yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
tipe STAD (Student Teams Achievement
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan
Division)? (3) bagaimana pendapat siswa
pelajaran tetapi proses membelajarkan siswa
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Jadi
STAD (Student Teams Achievement Division)?
mengajar adalah suatu proses merencanakan,
belajar
proses
mengajar
pembelajaran
“Mengajar
adalah
mendefinisikan suatu
proses
4
mengorganisasikan lingkungan sekitar siswa
yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial,
sehingga siswa dapat berperan aktif dalam
jenis kelamin yang berbeda, dan kemampuan
pembelajaran.
yang
Menurut
Djamarah
(2006:38)
berbeda
untuk
saling
membantu
menuntaskan materi belajarnya”.
menjelaskan bahwa “dalam kegiatan belajar
Dengan demikian siswa lebih banyak
mengajar, anak adalah sebagai subjek dan
belajar dari satu teman yang lain baik pada
sebagai objek dari kegiatan pengajaran.
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
Karena itu, input proses pengajaran tidak lain
yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
adalah kegiatan belajar anak didik dalam
akademik, dari pada belajar dari guru, metode
mencapai suatu tujuan pengajaran”.
pembelajaran
Sedangkan
menurut
Sardiman
kooperatif
memanfaatkan
kecenderungan siswa untuk berinteraksi.
(2007:14) menjelaskan bahwa “proses belajar
Model pembelajaran kooperatif Menurut
mengajar akan senantiasa merupakan proses
Nur (2001:4) dikembangkan untuk mencapai
kegiatan
unsur
setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran
manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang
yang penting, yaitu: hasil belajar akademik,
belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar,
penerimaan
dengan siswa sebagai subjek pokoknya”.
pengembangan keterampilan sosial.
interaksi
antara
dua
Berdasarkan penjelasan di atas belajar
terhadap
Sedangkan
keragaman, –
langkah
dan
langkah
dan mengajar merupakan dua konsep yang
pembelajaran kooperatif (Ibrahim. 2006: 10)
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dua
yang harus dilakukan oleh guru antara lain (1)
konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
kegiatan yaitu proses belajar mengajar. Jadi
(2) Mempresentasikan materi, (3) Mengatur
proses belajar mengajar merupakan suatu
siswa
proses
serangkaian
Membimbing kelompok bekerja dan belajar,
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
(5) Evaluasi atau umpan balik (feat back) (6)
timbal balik yang berlangsung dalam interaksi
memberi penghargaan.
yang
mendukung
dalam
kelompok
belajar
(4)
edukatif untuk pencapaian tujuan tertentu. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Menurut
Ibrahim
Kooperatif
tipe
(Student
Teams Achievement Division) STAD dkk
(2006:9)
Menurut Nur (2005:20) menerangkan
“pembelajaran kooperatif merupakan suatu
bahwa
model pembelajaran dimana siswa bekerja
kooperatif tipe STAD terdiri dari lima yaitu :
dalam suatu kelompok kecil yang dibentuk
presentasi
dari siswa yang memiliki tingkat kemampuan
perbaikan individu, dan penghargaan tim”.
atau penerimaan yang luas terhadap orang
“Komponen
kelas,
dalam
kerja
tim,
pembelajaran
kuis,
skor
5
Berdasarkan pendapat diatas, dapat
yang ada diluar individu, yang kita sebut
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
faktor sosial atau ekstern. Sedangkan yang
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
termasuk faktor sosial antara lain: faktor
adalah
yang
keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat
heterogen
yang dipergunakan dalam belajar mengajar,
kedalam satu tim dan bekerja sama dengan
lingkungan dan kesempatan yang tersedia,
yang lain untuk memahami materi pelajaran
motivasi sosial. (3) Faktor masyarakat antara
yang pada akhirnya akan diukur dengan
lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
pemberian kuis dan skor.
media,
model
mengelompokkan
pembelajaran siswa
secara
Dalam penerapan model pembelajaran
teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.
kooperatif tipe STAD memiliki tahap-tahap
Dari pendapat diatas dapat diambil
sebagai berikut Dalam penerapan model
pengertian bahwa faktor yang mempengaruhi
pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki
hasil belajar adalah faktor intern, faktor
tahap-tahap antara lain (1) tahap persiapan (2)
ekstern
tahap
demikian, berhasil tidaknya belajar setiap
pembelajaran
(3)
tahap
kegiatan
kelompok (4) tahap evaluasi (5) penghargaan
dan
faktor
masyarakat.
Dengan
individu dipengeruhi oleh tiga faktor tersebut.
kelompok. Aktivitas Belajar Menurut Mulyono (2001:26), aktifitas
Hasil Belajar Menurut Djamarah (2006:23) “Hasil
artinya “kegiatan / keaktifan”. Jadi segala
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
kesan yang mengakibatkan perubahan dalam
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,
diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
merupakan suatu aktivitas.
belajar”. Dari pendapat ini dapat diambil pengertian
bahwa
hasil
belajar
adalah
Menurut Sardiman (2007:95), aktivitas diperlukan
dalam
belajar
sebab
pada
perubahan yang terjadi pada diri seseorang
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat
setelah adanya kegiatan belajar.
untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
Menurut Slameto (2003:34) berhasil
tindakan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
tidaknya belajar tergantung kepada beberapa
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
faktor-faktor, yaitu: (1) Faktor yang ada pada
prinsip yang sangat penting didalam interaksi
diri organisme itu sendiri, yang disebut faktor
belajar mengajar.
individu atau intern. Faktor yang termasuk ke
Montessori (dalam Sardiman, 2007:96)
faktor
menegaskan bahwasannya “anak-anak itu
kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan,
memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang
latihan, motivasi dan faktor pribadi. (2) Faktor
sendiri, membentuk sendiri. Pendidikan akan
dalam
faktor
inti,
antara
lain:
6
berperan sebagai pembimbing dan mengamati
memelihara binatang dan sebagainya. (7)
bagaimana
Mental
perkembangan
anak-anak
actifities
seperti
:
menanggap,
didiknya”. Pernyataan ini disimpulkan bahwa
mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
yang
aktivitas
melihat hubungan, mengambil keputusan dan
didalam pembentukan diri adalah anak itu
sebagainya. (8) Emotional actifities seperti :
sendiri,
menaruh minat, merasa bosan, gembira,
lebih
banyak
sedang
melakukan
pendidik
memberikan
bimbingan dan merencanakan kegiatan yang
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
akan diperbuat oleh siswa. Jadi
peneliti
Dari jenis-jenis aktifitas diatas maka
berkesimpulan
bahwa
peneliti menyimpulkan bahwa jenis jenis
aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang
aktivitas
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD ada enam
siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
jenis yaitu visual actifities, oral actifities,
Aktivitas
listening actifities, writing actifities, mental
yang
dimaksudkan
disini
penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya
aktivitas
siswa
dalam
yang
sesuai
dengan
model
actifities, dan emotional actifities.
proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Kerangka Berfikir
Jenis–jenis aktivitas Menurut Paul B.
Berdasarkan
kenyataan
dilapangan
Diedrich (dalam Sardiman 2007:101), aktivitas
siswa hanya menerima informasi dari guru,
siswa antara lain : (1) Visual activities seperti:
siswa pasif, siswa kurang tertarik pada
membaca,
pelajaran,
memperhatikan:
gambar,
hasil
belajar
siswa
kurang
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
memuaskan karena masih banyak yang belum
dan sebagainya. (2) Oral actifities seperti :
mencapai nilai ketuntasan minimal ≥ 75.
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
Untuk
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
mendapatkan pengetahuan dari kelompok
interview,
dan
belajar mereka sendiri sehingga siswa lebih
sebagainya.(3) Listening actifities seperti:
aktif dan kreatif. Kemudian Hasil belajar siswa
mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
meningkat,
musik, pidato dan sebagainya. (4) writing
ketuntasan minimal ≥ 75.
diskusi,
interupsi
itu
harapannya
semua
siswa
adalah
mencapai
siswa
nilai
actifities seperti : menulis cerita, karangan,
Berdasarkan dari kajian teori dan kajian
laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
empiris bahwa penerapan model pembelajaran
(5) Drawing actifities seperti : menggambar,
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
membuat grafik, peta, diagram, pola dan
hasil belajar siswa sedangkan permasalah
sebagainya. (6) Motor actifities seperti :
dilapangan adalah hasil belajar siswa kelas VII
melakukan percobaan, membuat kontruksi,
A rendah karena siswa yang pasif dan metode
model,
yang digunakan belum bisa meningkatkan
mereparasi,
bermain,
berkebun,
7
pemahaman siswa, maka solusi yang perlu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
dilakukan
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
adalah
melakukan
penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan model
dengan
tujuan
memperbaiki
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
meningkatkan mutu pembelajaran.
atau
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Balongpanggang. Lokasi sekolah
Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Nia Nur yang
tersebut terletak di jalan raya Balongpanggang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
no. 349 Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan
Kooperatife Tipe Student Teams Achievement
pada saat semester genap tahun ajaran
Divisions
2011/2012.
(STAD)
dapat
Meningkatkan
Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa Kelas XII
Subyek dalam penelitian ini adalah (1)
Teknik SMK Pelayaran Indo Baruna Surabaya
Guru
Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasilnya adalah
pengamat data yang diperoleh adalah hasil
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
pengamatan pengelolaan pengajaran yang
Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar
dapat meningkatkan kemampuan apresiasi
mengajar. Peneliti juga sebagai guru yang
puisi siswa kelas XII Teknik SMK Pelayaran
mengajar
Indo Baruna Surabaya tahun ajaran 2010/2011.
kooperatif tip STAD. (2) Siswa kelas VII A
Menurut hasil penelitian Efi Yanti yang
yang siswanya berjumlah 32 siswa. Data yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
STAD
(Student
Team
Mata
Pelajaran
dengan
Ekonomi
model
sebagai
pembelajaran
diperoleh adalah berupa hasil belajar siswa. Obyek penelitian Obyek penelitian ini
Achievement Division) Untuk Meningkatkan
adalah
penerapan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
kooperatif
Ekonomi Kelas X-1 di SMA Negeri Kabuh
Achievement Division) pada materi perusahaan
Jombang”. Hasilnya adalah guru mampu
dan badan usaha.
tipe
model
STAD
pembelajaran
(Student
Teams
menerapkan model pembelajaran kooperatif
Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini
tipe STAD dengan baik, dapat meningkatkan
dilakukan menggunakan dua tahapan siklus.
aktifitas dan hasil belajar siswa, siswa senang
Menurut Arikunto (2008:16) masing-masing
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
siklus terdiri dari atas empat tahapan yaitu
STAD.
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.
METODE PENELITIAN
Instrumen
pembelajaran
yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
silabus, RPP dan LKS. Instrumen penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)
Menurut
lembar
Suharsimi
Arikunto
(2008:58)
pengamatan
yang
terdiri
dari
8
pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Dengan :
(2) lembar angket yang berisi sejumlah
X = nilai suatu butir soal tiap siswa
pertanyaan tertulis yang digunakan peneliti
Y = nilai seluruh butir soal siswa
untuk memperoleh informasi dari siswa yang
rxy = koefisien korelasi antar skor butir soal
berkaitan
dengan
pelaksanaan
penerapan
dan skor total
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
N = jumlah siswa
(Student Teams Achievement Division) di
Harga koefisien korelasi kemudian
kelas. (3) tes dimana jenis tes yang digunakan
ditafsirkan dengan melihat tabel harga kritik r
dalam penelitian ini adalah pretest dan
product moment. Jika harga r lebih kecil dari
posttest.
harga kritik dalam tabel, maka korelasi
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
tersebut tidak signifikan atau tidak valid, begitu juga sebaliknya.
penelitian ini antara lain Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan
2.Reliabilitas
data dalam penelitian ini antara lain yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, angket.
Realibilitas
pada
suatu
pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya
Analisis Instrumen Penelitian
menunjuk
untuk
digunakan
sebagai
alat
Instrumen penelitian yang berupa
pengumpul data karena instrumen tersebut
soal–soal obyektif sebelum digunakan, terlebih
sudah baik. Untuk mengetahui reabilitas hasil
dahulu
tes digunakan rumus sebagai berikut:
diuji
cobakan
untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
r11 =
daya beda. (Arikunto, 2009:93) 1.Validitas
Dengan keterangan :
Data evaluasi yang baik sesuai dengan
r11
kenyataan disebut data valid. Agar diperoleh data yang valid, alat untuk mengevaluasinya harus valid. Untuk mengukur validitas butir tes
= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2
= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
digunakan rumus korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut:
rxy =
N X
3. Tingkat Kesukaran
N XY X Y 2
X N Y 2 Y 2
2
(Arikunto, 2009:72)
Tingkat
kesukaran
merupakan
kemampuan soal dalam mengelompokkan banyaknya subyek yang menjawab benar. Semakin banyak siswa yang dapat menjawab
9
benar suatu butir semakin mudah butir tersebut
Dengan:
dan begitu sebaliknya.
D = Daya beda
Tingkat kesukaran untuk tes obyektif digunakan rumus (Arikunto, 2009:208) :
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang
B p= Js
menjawab soal itu dengan benar (Arikunto, 2009:208)
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
Dengan:
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
P = indeks kesukaran butir soal
PA= Proporsi peserta kelompok atas yang
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu
menjawab benar
dengan betul
BA JA
Js = jumlah seluruh siswa peserta tes
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang Tabel 1 Indeks kesukaran
menjawab benar
Tingkat
BB JB
Penafsiran Butir
Kesukaran P = 0,10-0,30
Butir soal sukar
P = 0,30-0,70
Butir soal sedang
P = 0,70-1,00
Butir soal mudah
Tabel 2 Indeks Deskriminasi Indeks
Penafsiran Daya
Deskriminasi
Beda
(sumber:Arikunto, 2009:210)
D < 0,00
4. Daya Pembeda
Jelek
dan
dibuang
Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa kelompok
0,00 – 0,20
Jelek
pandai (yang diwakili oleh mereka yang
0,20 – 0,40
Cukup
termasuk
siswa
0,40 – 0,70
Baik
kelompok kurang pandai (yang mewakili oleh
0,70 – 1,00
Baik Sekali
kelompok
atas)
dengan
mereka yang termasuk kelompok bawah).
harus
(sumber: Arikunto,2003:218)
Daya pembeda menurut Arikunto (2009:213) : D=
Analisis Aktivitas Guru dan Siswa
B A BB PA PB JA JB
Untuk menganalisis aktivitas guru dan siswa digunakan teknik analisis deskriptif . (Arikunto, 2009:213)
Analisis
terhadap
aktivitas
guru
selama
10
kegiatan belajar mengajar digunakan ketentuan
0% - 20% = sangat lemah
sebagai berikut:
21% - 40% = lemah
1, 00 – 1, 50
= Kurang Baik
41% - 60% = cukup
1, 60 – 2, 50
= Cukup Baik
61% - 80% = kuat
2, 60 – 3, 50
= Baik
81% - 100% = sangat kuat
3, 60 – 4, 00
= Baik Sekali
(Riduwan, 2010:15)
(Kunandar, 2008:235) Pengamatan terhadap aktivitas siswa
Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
selama kegiatan belajar mengajar digunakan
Berdasarkan nilai hasil belajar pada
ketentuan sebagai berikut:
setiap akhir siklus tindakan dapat diketahui
1, 00 – 1, 50
= Kurang Baik
jumlah
1, 60 – 2, 50
= Cukup Baik
belajarnya.
2, 60 – 3, 50
= Baik
Balongpanggang
3, 60 – 4, 00
= Baik Sekali
belajar jika telah memperoleh nilai ≥ 75.
(Kunandar, 2008:234)
siswa
yang
telah
Pada
tuntas
SMP
siswa
dalam
Negeri
dikatakan
1
tuntas
Perhitungan tuntas belajar digunakan rumus: Ketuntasan = Σ jawaban yang benar x 100
Analisis
pendapat
Σ soal seluruhnya
Individual
Analisis Pendapat Siswa siswa
dilakukan
Perhitungan
prosentase
untuk
untuk mengetahui seberapa besar pendapat
ketuntasan secara klasikal
dapat digunakan
siswa terhadap model pembelajaran kooperatif
rumus sebagai berikut :
tipe STAD (Student Teams Achievement
Ketuntasan = Σ siswa tuntas belajar x 100%
Division) yang telah dilakukan. Pendapat
klasikal
Σ siswa seluruhnya
siswa didapat dari angket yang telah diisi oleh siswa. Data pendapat siswa ini dapat dianalisis dengan
menggunakan
prosentase
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan
rumus:
Selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif type
STAD
pengamatan keterangan: P
= Persentase jumlah jawaban responden
F
= Jumlah pendapat siswa
N
= Jumlah siswa
Kriteria presentase pendapat siswa adalah sebagai berikut:
berlangsung,
aktivitas
guru,
dilakukan pengamatan
aktivitas siswa, pemberian pre tes dan post tes untuk
mengukur
hasil
belajar
siswa.
Pengamatan aktivitas dilakukan oleh guru mata pelajaran Ekonomi SMP Negeri 1 Balongpanggang
Gresik
dan
mahasiswa
pendidikan ekonomi koperasi angkatan 2008. Pre tes dilakukan di awal pelajaran sedangkan
11
post tes diberikan di akhir pelajaran. Hasil
belum tercapai karena ketuntasan klasikal
pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa,
yang ditetapkan sekolah yaitu 80%.
serta hasil evaluasi (pre tes dan post tes) adalah sebagai berikut:
Setelah
diterapkannya
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan diberikan postest dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara individual telah dicapai 21 siswa
Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru
dan
siswa
ditemukan
beberapa
dengan nilai ketuntasan belajar dengan
ketetapan
dari
75 sesuai
SMP
Negeri
1
kekurangan yaitu (1) Dalam memotivasi siswa
Balongpanggang.
dan mengaitkan antara pembelajaran dengan
dinyatakan belum tuntas karena nilainya tidak
pengetahuan siswa sudah cukup baik, namun
memenuhi
masih harus memperbaiki lagi karena siswa
Ketuntasan klasikal ini sebesar 65,62%,
masih kurang termotivasi dan masih sulit
dengan demikian ketuntasan klasikal masih
memahami apa yang akan dipelajari pada
belum tercapai karena ketentuan dari SMP
kegiatan belajar mengajar. (2) Guru berkeliling
Negeri 1 Balongpanggang adalah 80%. Oleh
membimbing
karena itu, penelitian perlu dilanjutkan pada
siswa
dalam
berdiskusi
kelompok sudah cukup baik namun masih
Sedangkan
kriteria
11
ketuntasan
siswa
minimal.
pertemuan selanjutnya (siklus II).
perlu diperbaiki karena ada sebagian siswa yang masih bingung untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru. (3) Dalam
Siklus II Berdasarkan
hasil
pengamatan
dalam
pembelajaran
memberikan umpan balik sudah cukup baik,
pengelolaan
namun masih perlu perbaikan karena ada
kooperatif
sebagian siswa yang belum paham dan
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran
meminta penjelasan di ulangi kembali. (4)
pada pertemuan kedua serta hasil diskusi dari
Membimbing siswa menyimpulkan materi
2 pengamat, sudah mengalami peningkatan
yang dibahas sudah cukup baik, namun masih
daripada pertemuan pertama yaitu: (1) Guru
perlu diperbaiki lagi dalam hal penggunaan
mampu dalam hal memotivasi dan mengaitkan
bahasa
dalam
pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa
penggunaan bahasa penyampaian oleh guru
dengan baik sehingga siswa dapat lebih
masih sulit dipahami oleh siswa.
termotivasi dan mudah dalam memahami apa
penyampaian
karena
guru tipe
STAD
dan
pengamatan
Berdasarkan nilai hasil pretest yang
yang akan dipelajari pada kegiatan belajar
didapat masih kurang memuaskan karena
mengajar. (2) Guru berkeliling membimbing
hanya sebanyak 13 siswa yang mencapai nilai
siswa dalam berdiskusi kelompok dengan baik
ketuntasan belajar
75. Ketuntasan klasikal
sehingga tidak ada siswa yang bingung untuk
ini sebesar 40,62%, dengan demikian masih
mendiskusikan masalah yang diberikan oleh
12
guru. (3) Guru mampu memberikan umpan balik dengan baik sehingga tidak ada siswa yang belum paham dan meminta penjelasan di ulangi kembali. (4) Guru mampu membimbing siswa menyimpulkan materi yang dibahas dengan baik dengan penggunaan bahasa penyampaian yang sudah tidak berbeli-belit sehingga
materi
yang
disampaikan
bisa
diterima oleh siswa.
Dari grafik 4.1 dapat dilihat bahwa guru
Berdasarkan nilai hasil pretest yang didapat masih kurang memuaskan karena hanya sebanyak 17 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar
Grafik 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru (Sumber: Data Diolah)
telah melakukan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik dalam setiap tahap pembelajaran yang dilakukan. Hal
75. Ketuntasan klasikal
ini dapat dilihat dari tiap tahap pembelajaran
ini sebesar 53,12% dengan demikian masih
dari kedua pertemuan yaitu skor rata-rata tahap
belum tercapai karena ketuntasan klasikal
persiapan pada pertemuan ke-1 kategori baik
yang ditetapkan sekolah yaitu 80%.
sekali, pada pertemuan ke-2 kategori baik
Setelah diberikan postest pada putaran kedua
diketahui
yang
Pada
tahap
pendahuluan
pada
mencapai
pertemuan ke-1 dengan kategori baik, pada
ketuntasan individu sebanyak 29 siswa dan
pertemuan ke-2 kategori baik sekali. kegiatan
ketuntasan
adalah
inti pada pertemuan ke-1 kategori baik,
90,62% sehingga pada putaran kedua ini
pertemuan ke-2 kategori baik sekali. Penutup
ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh
pada pertemuan ke-1 kategori baik, pertemuan
sekolah sebesar 80% telah tercapai. Maka
ke-2 kategori baik. Suasana kelas pada
penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus
pertemuan
III.
pertemuan ke-2 dengan kategori baik. Alokasi
klasikal
siswa
sekali.
yang dicapai
ke-1
dengan
kategori
baik,
waktu pada pertemuan ke-1 dengan kategori PEMBAHASAN
baik, pertemuan ke-2 dengan kategori baik
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada
sekali, karena pada saat guru mengajar sudah
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
sesuai dengan sintak yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.
13
Berdasarkan grafik 4.3 dari hasil lembar
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada
angket siswa diperoleh data bahwa dari
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
pertanyaan no. 1, 2, 3, 4 dan 5 persentase terbesar adalah Sangat Setuju (SS). Dengan ini dapat
disimpulkan
bahwa
umumnya
senang,
termotivasi
untuk belajar
siswa
pada
dan
lebih
dengan
model
berminat
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk pendapat yang terbesar menjawab sangat setuju yaitu pada butir pertanyaan no. 3 yaitu Grafik 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa (Sumber: Data Diolah)
Saya lebih memahami materi perusahaan dan badan usaha dengan menggunakan model
Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD.
bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran
Pertanyaan tersebut mendapatkan persentase
kooperatif tipe STAD dikatakan sudah baik
sebesar 87,5% dengan kategori sangat kuat.
dalam
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
setiap
tahap
pembelajaran
yang
dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari tiap tahap
pendapat
pembelajaran dari kedua pertemuan yaitu skor
pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
rata-rata tiap tahap pada pertemuan ke-1
kuat.
terhadap
penerapan
model
kategori baik sedangkan pada pertemuan ke-2 kategori baik sekali.
Hasil Belajar Siswa Setelah
diterapkannya
pembelajaran
Hasil Pendapat Siswa Penerapan Model
kooperatif tipe STAD selama dua putaran
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
maka dapat diambil perbandingan hasil belajar siswa selama dua putaran yang diambil dari postest
dari
Pembandingan
siklus ini
I
dan
siklus
dimaksudkan
II.
untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan yang dapat dicapai setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung. Grafik peningkatan hasil belajar siswa selama dua putaran sebagai berikut: Grafik 4.3 Hasil Pendapat Siswa (Sumber: Data Diolah)
14
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menunjukkan
peningkatan
dari
pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke -2 sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa guru mampu menerapkan pembelajaran tersebut, Aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif GrafikDari 4.6 Hasil Postest Siklus Idilihat dan II seberapa grafik 4.6 dapat (Sumber: Data Diolah)
banyak
peningkatan
setelah
pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-2.
diterapkannya model pembelajaran kooperatif
Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui
tipe STAD dalam dua putaran. Pada putaran
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
pertama ketuntasan siswa setelah diberikan
STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa
postest jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
selama
siswa dengan ketuntasan klasikal 65,62%, hal
pendapat siswa terhadap model pembelajaran
ini belum mencapai ketuntasan klasikal.
kooperatif tipe STAD sangat kuat dalam arti
Sedangkan
terjadi
bahwa siswa umumnya senang, tertarik dan
peningkatan sebanyak 8 siswa dari 21 siswa
lebih termotivasi untuk belajar dan Hasil
yang tuntas menjadi 29 siswa yang tuntas
belajar siswa dengan menggunakan model
dengan ketuntasan klasikal 90,62%. Untuk
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
9,38% atau 3 siswa yang tidak tuntas
pelajaran ekonomi materi perusahaan dan
dilakukan remidial sampai nilai ketuntasan
badan usaha mengalami peningkatan. Hal ini
individual
75. Dengan demikian dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya ketuntasan
diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe
belajar secara klasikal pada nilai postes siklus
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
I dan II, sehingga dapat dikatakan ketuntasan
pada
klasikal yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1
mata
pada
siswa
tipe STAD menunjukkan peningkatan dari
putaran
pelajaran
kedua
ekonomi
materi
perusahaan dan badan usaha.
proses
pembelajaran
berlangsung,
Balongpanggang telah tercapai. Pada postest siklus I dari 32 siswa terdapat 21 siswa yang
KESIMPULAN DAN SARAN
tuntas belajarnya artinya ketuntasan klasikal
Berdasarkan hasil dan analisis data
adalah 65,62%. Sedangkan pada postest siklus
yang diperoleh seluruh kegiatan penelitian,
II yang diikuti 32 siswa terdapat 29 siswa yang
maka dapat disimpulkan bahwa model
tuntas
pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
sebanyak 8 siswa dari 21 siswa yang tuntas
efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yaitu
aktifitas
guru
dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar dengan
menjadi
belajarnya.
29
siswa
terjadi
yang
ketuntasan klasikal 90,62%.
peningkatan
tuntas
dengan
15
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
diperoleh maka dapat disarankan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa,
pada
pelaksanaan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebaiknya dalam
mengorganisasikan
siswa
kedalam
kelompok dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung agar semua siswa sudah
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Mulyono, Anton M. 2001. Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Nur, Muhammad. 2001. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. -----------------------. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Ikip Surabaya.
berada dalam kelompoknya pada saat diskusi kelompok,
dan
model
pembelajaran
ini
Nur,
memerlukan waktu yang cukup banyak, untuk itu
sebaiknya
dalam
mengelola
waktu
dilakukan dengan baik agar waktu dapat digunakan secara maksimal.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi VI). Jakarta: Bumi Aksara. --------------------------. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nia. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa Kelas XII Teknik SMK Pelayaran Indo Baruna Surabaya Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: CV Alfa Beta Sardiman, A.M. .2007. Interaksi dan Motvasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Hamalik,
Yanti,
Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Efi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X-1 Di SMA Negeri Kabuh Jombang. Skripsi yang tidak dipublikasikan.