1
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Novie Chordiati, YohanesBahari,Sulistyarini PendidikanSosiologiFKIP Universitas TanjungpuraPontianak Email:
[email protected] Abstrack: The problem of the research is “Is with Application Cooperative Learning Make A Match can improve student learning outcome the sociology lesson in class XB High School KatolikTalino ?. This study uses class action research. The subject of this reasearch is students in class XB High School KatolikTalino at the second semester years study 2012/2013. In collecting data using techniques of observation, measuring and documenter study. The results obtained from this study indicated that (1) The Application Cooperative Learning Make A Match technique in the sociology lesson for class XB High School KatolikTalino has appropriated as the steps of Cooperative Learning Make A Match technique. (2) As totally The Application Cooperative Learning Make A Match technique already improved student learning outcome. That proven to be attainment the average value of the students and quantity of the students who achived limit of completeness. In first cyclus the average value is 62,4 that has improved 4,6 before the action 57,8. In the second cyclus that has improved average value of the class as 9 (62,4 from first syclus improved 71,4 in the second cyclus.) Abstrak: Adapun masalah umum penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi di kelas XB Sekolah Menengah Atas Katolik Talino ”. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XB SMA Katolik Talino semester genap tahun ajaran 2012/2013. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik observasi , teknik pengukuran dan studi dokumenter. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Matchdalam mata pelajaran sosiologi di SMA Katolik Talino sudah sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran make a match. (2) Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 62,4 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 4,6 dari sebelum diadakannya tindakan yaitu 57,8. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9 (pada siklus I sebesar 62,4 menjadi 71,4 pada siklus II). Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, make a match, hasil belajar
2
S
osiologi merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah. Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Maka keadaan seperti inilah yang menuntut seorang guru untuk mencari metode yang cocok dalam pembelajaran sosiologi agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan tentunya memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, fakta yang sering terjadi di lapangan adalah dalam pembelajaran sosiologi lebih sering didominasi oleh guru sedangkan siswa hanya duduk, diam, dengar dan mencatat tanpa diberikan kesempatan untuk berperan lebih aktif sehingga mengakibatkan siswa menjadi bosan. Kesalahan dalam metode pengajaran akan membuat siswa mengalami kesulitan yang mengakibatkan rendahnya nilai hasil pembelajaran sosiologi, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Namun di lapangan masih banyak dijumpai tentang lemahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran sosiologi menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa dan terkesan kering akan makna. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman sosiologi oleh siswa diantaranya faktor dari diri siswa seperti minat, intelegensi, dan aktifitas serta faktor dari guru seperti metode dan model pembelajaran yang digunakan. Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran sosiologi karena model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerjasama, sehingga hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi sosiologi yang nantinya akan meningkatkan pemahaman siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa ketika belajar bersama secara kelompok atau belajar dari rekannya. Supratama (2001:22) menyatakan bahwa, ”Dengan pendekatan pembelajaran kooperatif diharapkan anak dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu, sehingga akhirnya merasa senang dan materi yang dipelajari melekat dalam benaknya karena didapatkan melalui pengalaman sendiri”. Dalam pembelajaran kooperatif banyak tipe yang dapat digunakan, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif teknik Make A Match. Make AMatch diartikan sebagai mencari pasangan. Teknik ini mengakomodasi terbentuknya pelajaran yang bermanfaat, efektif dan efisien untuk memfasilitasi kemampuan sosial siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran (student center)
3
sehingga siswa dapat mempelajari konsep dan menyelesaikan soal serta membangunnya dalam suasana yang menyenangkan. Make A Match digunakan pada sesi review dengan menggunakan fasilitas kartu yang satu sisinya berisi soal, sedangkan sisi lainnya berisi jawaban dari soal pada kartu pasangan. Make A Match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Keunggulan Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Anita Lie, 2010:54). Kenyataan berdasarkan pra survei di Sekolah Menengah Atas Katolik Talino Kabupaten Kubu Raya dapat dirasakan bahwa aktivitas siswa kurang maksimal sebab waktu di kelas siswa kurang memperhatikan atau tidak konsentrasi, kurangnya interaksi edukatif antara guru dan siswa, guru kurang tegas terhadap siswa yang tidak disiplin terhadap peraturan yang sudah ada dan kurangnya variasi dalam proses belajar mengajar. Adapun dalam hal pemanfaatan media pembelajaran guru hanya menggunakan media yang tersedia di kelas yaitu papan tulis dan kapur tulis, siswa tidak diberikan buku paket ataupun LKS yang dapat digunakan sebagai media belajar. Selain itu buku-buku yang terdapat pada perustakaan sekolah sangatlah minim sehingga tidak dapat menunjang dalam proses pembelajaran sosiologi yang dilakasanakan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan prariset ditemukan lebih banyak siswa di kelas XB yang memiliki motivasi belajar yang rendah jika dibandingkan dengan kelas XA yang mana memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Gejalanya seperti sering ribut dikelas, tidak serius dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran, siswa sering keluar masuk kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang mana akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Kenyataan ini didukung dengan nilai ulangan harian semester 1 kelas XB pada mata pelajaran Sosiologi yaitu terdapat 14 siswa yang tidak tuntas dan hanya 6 orang yang tuntas, sementara siswa akan mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah apabila siswa mencapai hasil nilai minimal 65. Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian tindakan dan berkolaborasi dengan guru bidang studi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelasXB Sekolah Menengah Atas Katolik Talinodengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas baik proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham konstruktivisme. Menurut Isjoni (2007:12) “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda”. Johnson, D.W (1994:37) mengatakan bahwa : “Cooperatif learning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.”Artinya pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari
4
siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pembelajaran kooperatif lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama pada suatu tugas secara bersama-sama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya di dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sedangkan struktur tujuan kooperatif terjadi jika tiap-tiap individu dalam kelompok turut andil, bekerjasama mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika siswa yang lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Make a Match dikembangkan oleh Lorna Current (1994). Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan Make a Match ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Agus Suprijono (2010:95) menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaanpertanyaan Anita Lie (2010:55), langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif Make A Match: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, kartu tersebut terdiri dari dua bagian yang satu berisi soal, dan yang kedua berisi jawaban. 2. Guru membagi siswa kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama memegang pertanyaan, kelompok kedua memegang jawaban, dan kelompok yang ketiga yaitu sebagai penilai. 3. Guru menentukan kelompok yang memegang soal dan kelompok yang memegang jawaban, serta kelompok yang dijadikan sebagai penilai. 4. Setiap siswa dari masing-masing kelompok mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dansatu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban. 5. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang . 6. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). 7. Setiap siswa yang sudah mendapatkan soal/jawaban, diharapkan memperlihatkan pertanyaan-jawabannya kepada kelompok penilai. 8. Setelah satu babak kartu di kocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari yang sebelumnya. 9. Setelah selesai tahap itu, guru menyebutkan kembali pembahasan yang ada dalam pertanyaan-jawaban Hasil belajar dapat memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa yang menjadi objek penelitian. Dari hasil semua informasi yang diperlukan untuk
5
melihat keberhasilan siswa, meningkat atau tidak dapat di lihat. Sebagaimana yang dikemukakan Widoyoko, (2009:25) “hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan”. Hasil adalah sesuatu yang diperoleh seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil adalah nilai yang telah diperoleh atau didapat masing-masing siswa dalam mata pelajaran sosiologi. Menurut Jihad dan Harris (2010:14) hasil belajar adalah adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Menurut Arifin (2009:26), hasil belajar siswa merupakan “gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan kekuasaan, kedalaman, kerumitan dan harus digambarkan secara secara jelas”. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Research atau penelitian tindakan pertama kali berkembang pada tahun 1946 oleh seorang peneliti psikolog sosial bernama Kurt Lewin. Kurt Lewin mendefinisikan Action Research dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratatif dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi tindakan. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik diantaranya: a. Teknik Observasi Langsung Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung. Hadari Nawawi (2007:111) mengemukakan bahwa: “Teknik observasi langsung dipergunakan untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala yang tampak yang berkenaan dengan masalah-masalah yang diteliti”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teknik observasi langsung dalam penelitian ini merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan peneliti melalui pengamatan dan pencatatan langsung mengenai aktifitas guru dan siswa dalam mengikuti pembelajaran sosiologi di kelas melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match. b. TeknikPengukuran. Teknik pengukuran adalah pengukuran hasil belajar siswa. Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata dalam bidang tertentu, panjang, berat dan lainlain dibandingkan dengan norma tertentu (Hadari Nawawi, 2007:125). Untuk kegiatan pengumpulan data penelitian, maka teknik yang digunakan adalah
6
c.
teknik pengukuran dengan prosedur tes. Pengukuran yang dimaksudkan dalam penelitian yaitu pemberian tes hasil belajar untuk menguji pengetahuan siswa setelah diberikan perlakuan dengan memberikan post-test. Teknik Studi Dokumenter. Nawawi (2007:101) menjelaskan teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan katagori dan klasifikasi bahanbahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, dan lain-lain. Teknik ini untuk mengumpulkan data hasil belajar dan mendokumentasikan setiap kegiatan dilakukan saat penelitian berlangsung.
Alat Pengumpulan Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: a. Lembar Observasi Langsung Lembar observasi digunakan sebagai alat mengukur atau menilai dalam melakukan pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan model kooperatif Make A Match dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup yang dilakukan oleh peneliti.. b. Tes Hasil Belajar Tes yang dibuat oleh peneliti bersama guru adalah soal-soal yang berhubungan dengan materi yang dibahas bersama siswa, soal-soal tersebut diberikandua kali yaitu: Pre Test dan Post Test. Menurut Nana Sudjana (2005: 35) “tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Jadi tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada pun jenis tes yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tes uraian. c. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpul data berupa dokumendokumen seperti RPP, Silabus, Soal, hasil belajar, foto, dan lain sebagainya yang dapat memperkuat data oleh peneliti dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran model kooperatifteknik Make A Match. HASIL DAN PEMBAHASAN HasilPenelitian Berdasarkan data hasil penelitian pertemuan I mengenai hasil belajar sosiologi materi perilaku menyimpang melalui model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 76, nilai terendah sebesar 32, dan rata-rata hasil belajar sosiologi sebesar 62,4. Selengkapnya dapat dibaca pada tabel hasil belajar sosiologi sebagai berikut:
7
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Tes Pertama I No. NamaSiswa 1. Agon 2. Agustina Noviani 3. Aprida Kalista 4. Basilia Enti 5. Debianus 6. Dody Oktafriyanto 7. Eka Claudia 8. Fanesha Yeyen 9. Febrianus Tariu 10. Friska Dea Pamela 11. Hiasnita Sinta 12. Irfan Anggara 13. Januarius Pius Geri 14. Meri 15. Novia Panca Satriani 16. Ragil 17. Loberto Oval 18. Sindi Fitria Sari 19. Sinta Wulan Sari 20. Stela Ersa NilaiTertinggi NilaiTerendah Nilai Rata-rata
Nilai 56 32 76 60 60 76 56 72 72 72 56 68 72 44 72 68 60 56 60 60 76 32 62,4
Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Ketuntasan : 45%
Berdasarkan hasil tindakan pada pertemuan I menunjukan bahwa hasil belajar yang didapat belum mencapai indikator yang di tentukan untuk hasil belajar ( ≥ 50% dari siswa yang mencapai ketuntasan belajar KKM = 65 pada materi yang disampaikan) dan pada proses pembelajaran masih banyak kekurangan. Siswa yang mengalami ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai ketuntasan 65-100 pada siklus I sekitar 9 siswa dari jumlah keseluruhan dan mendapatkan persentase siswa yang tuntas sebesar45%, berdasarkan hasil kesepakatan antara peneliti dengan guru sosiologi SMA Katolik Talino Kabupaten Kubu Raya, maka diputuskan untuk melanjutkan pada pertemuan II. Setelah pelaksanaan pertemuan I, peneliti memandang perlu untuk melakukan proses penelitian lanjutan dengan melaksanakan pertemuan II. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 62,4. Oleh karena itu, tujuan pelaksanaan pertemuan II ini merupakan usaha untuk lebih meningkatkan nilai ketuntasan siswa yang telah dicapai pada pertemuan I. Penelitian pertemuan II dengan dilakukan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match. Berdasarkan data hasil penelitian pertemuan II mengenai hasil
8
belajar sosiologi materi perilaku menyimpang melalui model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 84, nilai terendah sebesar 52, dan rata-rata hasil belajar sosiologi sebesar 71,4. Selengkapnya dapat dibaca pada tabel hasil belajar sosiologi sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Tes pertemuan II No. NamaSiswa 1. Agon 2. Agustina Noviani 3. Aprida Kalista 4. Basilia Enti 5. Debianus 6. Dody Oktafriyanto 7. Eka Claudia 8. Fanesha Yeyen 9. Febrianus Tariu 10. Friska Dea Pamela 11. Hiasnita Sinta 12. Irfan Anggara 13. Januarius Pius Geri 14. Meri 15. Novia Panca Satriani 16. Ragil 17. Loberto Oval 18. Sindi Fitria Sari 19. Sinta Wulan Sari 20. Stela Ersa NilaiTertinggi NilaiTerendah Nilai Rata-rata
Nilai 72 60 80 80 84 56 76 64 76 80 68 52 80 56 84 72 76 64 80 68 84 52 71,4
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Ketuntasan : 70%
Berdasarkan hasil tindakan pada pertemuan II menunjukan bahwa hasil belajar yang didapat sudah mencapai indikator yang di tentukan untuk hasil belajar ( ≥ 50% dari siswa yang mencapai ketuntasan belajar KKM = 65 pada materi yang disampaikan). Siswa yang mengalami ketuntasan belajar atau yang memperoleh nilai ketuntasan 65-100 pada pertemuan II sekitar 14 siswa dari jumlah keseluruhan 20 siswa dan persentase siswa yang tuntas adalah 70%. Pada proses pembelajaran sudah banyak mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. berdasarkan hasil kesepakatan antara peneliti dengan guru Sosiologi SMA Katolik Talino, maka pertemuan pembelajaran tidak dilanjutkan.
9
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan, yaitu : (1) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Matchdalam mata pelajaran sosiologi di SMA Katolik Talino sudah sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran make a match. (2) Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada pertemuan I nilai rata-rata kelas sebesar 62,4 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 4,6 dari sebelum diadakannya tindakan yaitu 57,8. Pada pertemuan II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9 (pada pertemuan I sebesar 62,4 menjadi 71,4 pada pertemuan II). Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan pada pertemuan I sebanyak 9 siswa atau 45% sedangkan pada pertemuan II jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan sebanyak 14 siswa dari 20 siswa atau sebesar 70% (mengalami peningkatan sebesar 25%) Saran Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada saat penelitian tindakan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Dengan melihat kenyataan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi, diharapkan guru mencoba untuk melaksanakan ragam model pembelajaran yang ada dan sesuai dengan topik atau mata pelajaran agar diperoleh hasil yang memuaskan. (2) Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran serta harus membuka diri dan tidak menganggap pusat informasi adalah guru, namun bisa berasal dari teman, buku, televisi maupun internet. (3) Kepala sekolah dan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan, sebaiknya selalu mendukung setiap kegiatan pengembangan dan penelitian yang akan dilakukan oleh para guru demi untuk memperbaiki kinerjanya dalam proses pembelajaran, dan dapat memberikan solusi dalam mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pelaksanaan tugas seorang guru. DAFTAR RUJUKAN AgusSuprijono. (2010). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arifin. Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ibrahim, M, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa Univercity Press. Isjoni. (2007). Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta
10
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas.. Jakarta : Gaung Persada. Jihad. A & Harris. A. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Lie, Anita. (2010). Cooperatif Learning Mempraktikan Cooperatif Learning Diruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo. Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Gajahmada University Press. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT Grafindo Persada Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Inovatif
Berorientasi
Widoyoko, Eko. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.