Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Erma Yuni Sartika, M. Arifuddin Jamal, Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
[email protected] ABSTRAK: Motivasi mempunyai peranan utama dalam pembelajaran, namun kenyataan pembelajaran konvensional yang diterapkan menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi ajar getaran dan gelombang. Tujuan penelitian secara khusus mendeskripsikan keterlaksanaan RPP, motivasi siswa, hasil belajar, dan keterampilan sosial siswa. Penelitian ini meliputi : permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Temuan penelitian yaitu: (1) keterlaksanaan RPP pada siklus I sebesar 75,9% (baik), siklus II sebesar 84,4% (baik), dan siklus III sebesar 82,2% (sangat baik); (2) motivasi belajar siswa meliputisuka mengambil resiko, memerlukan umpan balik, memperhitungkan keberhasilan, dan menyatu dengan tugas secara umum pada siklus I cukup baik, siklus II dalam kategori baik, dan siklus III dalam kategori sangat baik; (3) hasil belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 84% (tidak tuntas), siklus II 96% (tuntas), dan siklus III 100% (tuntas); (4) keterampilan sosial siswa secara umum pada siklus I sebesar 67,4% (baik), siklus II sebesar 76,3% (baik), dan siklus III sebesar 81,8% (sangat baik). Sehingga diperoleh simpulan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B MTsN Sungai Raya pada materi ajar getaran dan gelombang. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe make a match, motivasi belajar siswa.
Salah satu cara memajukan kecerdaskan
PENDAHULUAN Mohammad
Nuh
bangsa
Menteri
dengan
cara
meningkatkan
Pendidikan dan Kebudayaan pada hari
motivasi siswa yang nantinya akan
Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2013
berdampak pada hasil belajar siswa
mengajak seluruh elemen masyarakat
secara keseluruhan. Kunandar (2011)
mencermati
dalam
terjadi mengemban memajukan
dunia
pendidikan
sekarang. misi
yang
kecerdasan
Guru
Profesional
Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Pemerintah penting
bukunya
Sertifikasi Guru mengemukakan bahwa
untuk
kelayakan
bangsa
guru
dalam
memberikan
Indonesia, menghasilkan anak bangsa
pengajaran dan motivasi pembelajaran
yang berkualitas, dan berakhlak mulia
sangat kurang, sehingga perlu dicermati
(www.kopertis4.or.id/uploadphp.com).
bahwa dalam meningkatkan motivasi
194
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
belajar
siswa
sangat
untuk
hari ini sudah dipelajari di rumah,
diterapkan dalam dunia pendidikan.
hampir seluruh siswa menjawab belum
Oleh
memperlajarinya.
karena
itu,
sulit
pemerintah
Ketika
menghimbau kepada guru agar bisa
menjelaskan
berperan langsung dalam meningkatkan
siswa ada yang tidak memperhatikan
motivasi belajar siswa, dimana salah
penjelasan guru, terutama siswa yang
satunya adalah pada mata pelajaran IPA.
duduk
Mata pelajaran
pembelajaran
guru
paling
belakang.
sebagian
Hal
ini
IPA Terpadu di
menunjukkan bahwa motivasi belajar
SMP/MTsN merupakan mata pelajaran
siswa masih rendah. Penyebaran angket
yang wajib diajarkan dalam KTSP.
yang diberikan kepada siswa kelas VIII-
Pelajaran
ini
B dengan jumlah siswa 25 orang di
digabung 3 mata pelajaran menjadi satu
MTsN Sungai Raya diperoleh data
mata pelajaran, yaitu mata pelajaran
62,5% yang menyatakan tidak senang
biologi, kimia dan fisika. Salah satu
terhadap pelajaran fisika dan hanya
pokok bahasan dalam pembelajaran IPA
37,5% yang senang terhadap pelajaran
Terpadu kelas VIII semeter II ini salah
fisika. Ketidaksenangan mereka dalam
satunya adalah getaran dan gelombang.
pembelajaran
Standar kompetensi yang ingin dicapai
beranggapan bahwa fisika itu pelajaran
adalah
IPA
di
SMP/MTsN
memahami
penerapan getaran,
yang sangat sulit dan dipenuhi rumus-
gelombang,
dan
rumus,
sehingga
hari.Kompetensi
fisika.
dasarnya
mendeskripsikan konsep getaran dan serta Sub
mereka
dan
termotivasi
parameternya.
karena
konsep
optika dalam produk teknologi sehari-
gelombang
fisika
pokok
mengikuti
Motivasi
parameter-
mereka
pembelajaran
adalah
berasal dari dalam
kurang
sesuatu
yang
diri seseorang,
bahasan
sebagai daya dorong seseorang untuk
getaran dan gelombang ini adalah
melakukan sesuatu agar bisa mencapai
getaran, gelombang, pemantulan dan
sesuatu
pemanfaatan gelombang.
sangat penting dimiliki oleh seseorang
Fakta empirik yang ditemukan
untuk
yang
diharapkan.Motivasi
melakukan
peneliti pada saat melakukan observasi
kegiatan.Motivasi
secara langsung, ketika guru masuk
dorongan mental yang menggerakkan
kelas keadaan kelas sangat ribut, ketika
dan mengarahkan perilaku manusia,
ditanya
termasuk perilaku belajar (Dimyati &
apakah
mereka
sudah
mempelajari materi yang akan di ajarkan
Mojdiono, 2006).
195
dipandang
sesuatu sebagai
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
Mc
Clelland
2012)
kognitif yang baik pada tingkat satuan
mengemukakan indikator pencapaian
pendidikan maupun pada perguruan
dalam motivasi belajar siswa sebagai
tinggi
berikut; suka mengambil resiko, yang
Taksonomi Bloom. Dimensi Taksonomi
dapat ditunjukkan dengan keberanian,
Bloom dalam proses kognitif dapat
sikap optimis, dan kesiapan dalam
mencakup
pembelajaran; memerlukan umpan balik
mengingat (remember), yaitu menarik
yang segera, yang dapat ditunjukkan
kembali informasi yang yang tersimpan
dengan
dalam memori jangka panjang, (b)
sikap
kesungguhan keuletan,
(Prudjung,
penuh dalam
perhatian, pembelajaran,
suka bertanya,
berlatih;
selama
ini
didasarkan
(Nurnamawi,
memahami
pada
2012):
(understand),
(a)
yaitu
dan suka
mengkonstruksi makna atau pengertian
memperhitungkan
berdasarkan pengetahuan awal yang
keberhasilan, yang ditunjukkan dengan
dimilik,
sikap kerjasama, kreatif/banyak ide, dan
pengetahuan yang baru ke dalam skema
komunikatif,
yang ada dalam pemikiran siswa, (c)
dan;
menyatu
dengan
atau
mengintegrasikan
tugas, yang ditunjukkan dengan sikap
mengaplikasikan
(Apply),
gairah belajar,
penggunaan
preosedur
tidak mudah jenuh
suatu
untuk
terhadap tugas yang diberikan, rasa
menyelesaikan
senang/ceria, dan ingin mengulang tugas
mengerjakan tugas, (d) menganalisis
yang diberikan jika belum berhasil.
(analyze),
yaitu
masalah
yaitu
menguraikan
atau
suatu
Belajar menurut Ratumanan &
permasalahan atau obyek ke unsur-
Laurens (2011), sebagai sebuah aktivitas
unsurnya dan menentukan bagaimana
hidup tentunya dilakukan dengan tujuan
saling keterkaitan antar unsur-unsur
memperoleh
tersebut, (e) mengevaluasi (evaluate),
nilai
pengetahuan,
tambah
keterampilan,
berupa dan
yaitu
membuat
suatu
pertimbangan
sikap.Hasil belajar dapat dipandang
berdasarkan kreteria dan standar yang
sebagai ukuran seberapa jauh tujuan
ada.
pembelajaran telah tercapai.
Bloom
Ranah afektif menurut Syah (2012)
dalam
Arikunto
(2012)
adalah ranah yang berkaitan dengan
menggolongkan hasil belajar
menjadi
nilai dan sikap.Ranah afektif mencakup
tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan
watak perilaku seperti perasaan, minat,
psikomotor.
emosi, motivasi, keterampilan sosial dan
dalam
Ratumanan
&
Laurens
(2011)
nilai. Ranah afektif dibagi ke dalam lima
menyatakan penilaian hasil belajar ranah
jenjang,
196
yaitu:
(a)
receicing
atau
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
attending
(menerima
memperhatikan),
kooperatif
dengan
cara
mencari
responding
pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa
(menanggapi), (c) valuing (menilai atau
yang sudah menemukan pasangannya
menghargai),
organization
sebelum batas waktu akan mendapat
(mengatur atau mengorganisasikan), dan
poin. Pasangan-pasangan yang sudah
(e) characterization by evalue or calue
terbentuk
complex (karakterisasi dengan suatu
pertanyaan-jawaban dan dibacakan di
nilai atau komplek nilai).
depan kelas. Pembelajaran tipe ini
(d)
Ranah ranah
(b)
atau
psikomotor
yang
merupakan
pernah
menunjukkan
diterapkan
dalam
dengan
pembelajaran di MTsN Sungai Raya.
keterampilan (skill) atau kemampuan
Model pembelajaran ini bisa digunakan
bertindak setelah seseorang menerima
dalam semua mata pelajaran dan untuk
pengalaman belajar tertentu.
semua
psikomotor
berkaitan
belum
wajib
adalah
ranah
Ranah
tingkatan
usia.
Dalam
yang
pembelajaran ini siswa bisa bekerja
berhubungan dengan aktivitas fisik,
sama sambil bermain dengan teman
misalnya
mengukur,
yang lain dan
sebagainya
dalam
merangkai,
mempraktekkan
dan
(Arikunto, 2012). Kurangnya pembelajaran
siswa bisa lebih aktif
pembelajaran
yang
dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk variasi
dalam siswa
Langkah-langkah pembelajaran tipe
kurang termotivasi untuk mengikuti
make a match (mencari pasangan)
pembelajaran. Maka, dari sini akan
adalah sebagai berikut (Rusman, 2012):
diterapkan
guru menyiapkan beberapa kartu yang
kooperatif
menyebabkan
mengikuti proses pembelajaran.
model
match.
berisi beberapa konsep atau topik yang
Pembelajaran make a match (membuat
cocok untuk sesi review (sisi kartu
pasangan) merupakan salah satu jenis
berupa kartu soal dan sisi sebaliknya
dari model pembelajaran kooperatif.
berupa
Salah satu keunggulan teknik ini adalah
mendapat satu kartu dan memikirkan
siswa mencari pasangan sambil belajar
jawaban atau soal dari kartu yang
mengenai suatu konsep atau topik,
dipegang, siswa mencari pasangan yang
dalam suasana yang menyenangkan
mempunyai kartu yang cocok dengan
(Isjoni, 2012).
kartunya,
Make
tipe
pembelajaran
a
make
match
a
atau
kartu jawaban), setiap siswa
siswa
yang
dapat
mencari
mencocokkan kartunya sebelum batas
pasangan adalah model pembelajaran
waktu diberi poin, jika siswa tidak dapat
197
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
mencocokkan kartu akan mendapatkan
ada dalam kelas VIII-B MTsN Sungai
hukuman yang telah disepakati bersama,
Raya.
kemudian guru bersama-sama dengan
Subjek
penelitian
yang
diteliti
siswa membuat kesimpulan terhadap
adalah siswa MTsN Sungai Raya di
materi pelajaran.
kelas VIII-B semester genap tahun
Rumusan masalah dalam penelitian
pelajaran 2012/2013 dengan jumlah
ini adalah bagaimanakah keefektifan
siswa sebanyak 25 orang. Penelitian
model pembelajaran kooperatif tipe
dilaksanakan di VIII-B MTsN Sungai
make a match dalam meningkatkan
Raya yang berlokasi di jalan Hariti, desa
motivasi belajar siswa kelas VIII-B
Batang
MTsN Sungai Raya pada materi ajar
Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai
getaran dan gelombang?.Adapun tujuan
Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan
penelitian secara umum yang ingin
Maret-Juni 2013.
dicapai
adalah
keefektifan
mendekripsikan
penerapan
Kulur
Teknik
Tengah,
yang
Kecamatan
digunakan
untuk
model
mengumpulkan data dalam penelitian ini
pembelajaran kooperatif tipe make a
adalah: soal tes , observasi, angke, dan
match pada materi ajar getaran dan
dokumentasi.
gelombang
untuk
meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VIII-B
HASIL
PENELITIAN
MTsN Sungai Raya.
PEMBAHASAN
DAN
Keterlaksanaan RPP METODE PENELITIAN
Hasil
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas
(classroom
keterlaksanaan
RPP
pembelajaran kooperatif tipe make a
action
match dari siklus I, siklus II, dan siklus
research), karena dalam penelitian ini
III dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
untuk mengatasi adanya masalah yang Keterlaksanaan RPP (%)
100 80
75,8%
84,4%
92,2% Siklus I
60
Siklus II
40
Siklus III
20 0
Siklus Penelitian
Gambar 1 Keterlaksanaan RPP pada siklus I, II, dan III
198
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
Secara keseluruhan pembelajaran
Motivasi belajar siswa merupakan
kooperatif tipe make a match yang
hasil angket yang diperoleh setiap
berlangsung pada siklus I, II, dan III
kegiatan
mencapai kategori sangat baik yang
pertemuan) yang meliputi siswa suka
disertai dengan peningkatan persentase
mengambil resiko dalam pembelajaran,
rata-rata
perlunya ada umpan balik dalam proses
yang
diperoleh
dari
tiap
belajar
(dalam
setiap
siklusnya, yaitu 75,8% pada siklus I,
pembelajaran,
84,4% pada siklus II, dan meningkat
keberhasilan
92,2% pada siklus III. Hal itu berarti
dicapai, dan menyatunya dengan tugas
keterlaksanaan RPP model pembelajaran
memperhitungkan yang
nantinya
akan
yang diberikan.
kooperatif tipe make a match sudah berhasil diterapkan. Motivasi belajar siswa Tabel 1 Peningkatan motivasi belajar siswa persiklus Siklus I Kategori Cukup Baik
Aspek yang Diamati Suka mengambil resiko
Siklus II Kategori Baik
Siklus III Kategori Sangat Baik
Memerlukan umpan balik
Cukup Baik
Baik
Baik
Memperhitungkan keberhasilan
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
Menyatu dengan tugas
Baik
Baik
Baik
Secara keseluruhan pembelajaran
kesungguhan
dalam
pembelajaran,
kooperatif tipe make a match yang
keuletan,
berlangsung pada siklus I, II, dan III
berlatih, memperhitungkan keberhasilan,
mencapai kategori baik. Hal ini sesuai
yang
dengan indikator pencapaian dalam
kerjasama,
motivasi
yang
komunikatif, dan menyatu dengan tugas,
dikemukakan Mc Clelland (Prudjung,
yang ditunjukkan dengan sikap gairah
2012) suka mengambil resiko, yang
belajar, tidak mudah jenuh terhadap
dapat ditunjukkan dengan keberanian,
tugas yang diberikan, rasa senang/ceria,
sikap optimis, dan kesiapan dalam
dan
pembelajaran, memerlukan umpan balik
diberikan jika belum berhasil.
belajar
siswa
yang segera, yang dapat ditunjukkan dengan
sikap
penuh
suka bertanya,
ditunjukkan
ingin
dan suka
dengan
kreatif/banyak
mengulang
ide,
tugas
sikap dan
yang
Hal ini berarti motivasi belajar siswa
perhatian,
199
selama
penerapan
model
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
pembelajaran kooperatif tipe make a
dapat meningkatkan hasil belajar afektif
match sudah dapat dikatakan baik,
siswa.
walaupun
Hasil Belajar Siswa
secara
tidak
terjadi
signifikan
peningkatan
setiap
siklusnya.
Hasil belajar kognitif siswa adalah
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa
skor yang diperoleh siswa dari tes hasil
kelas VIII-B MTsN Sungai Raya sudah
belajar yang dilaksanakan disetiap akhir
memiliki motivasi belajar yang baik.
pembelajaran (postest), yang dinyatakan
Hasil angket motivasi belajar siswa
dengan kategori tuntas jika memperoleh
terhadap pembelajaran terlihat bahwa
skor ≥ 60% dan tidak tuntas jika
model kooperatif
memperoleh
tipemake a match
Ketuntasan Klasikal (%)
100 80
96%
skor
<60%.
100 %
84%
Siklus I
60
Siklus II Siklus III
40 20 0
Siklus Penelitian
Gambar 2 Ketuntasan Hasil Belajar Klasikal Hasil evaluasi ketuntasan hasil
yang disebabkan oleh siswa yang masih
belajar klasikal pada siklus I yang
bingung tentang materi pembelajaran
mencapai 84% yang masih belum
tetapi malu untuk bertanya kepada guru
mencapai standar ketuntasan minimum
pada saat pembelajaran. Pada siklus II
adalah 85%.Hasil evaluasi ketuntasan
terjadi peningkatan ketuntasan hasil
hasil belajar klasikal pada siklus II
belajar secara klasikal, hal ini didukung
dengan
dengan meningkatnya aktivitas siswa
persentase
yang
mencapai
standar ketuntasan minimum adalah
dalam
96%.Hasil evaluasi ketuntasan hasil
mengarah
belajar klasikal pada siklus III dengan
tipemake a match. Namun, tidak terlalu
persentase
banyak
yang
mencapai
standar
ketuntasan minimum adalah 100%.
KBM pada
yang
sudah
model
mengalami
mulai
kooperatif
peningkatan
dikarenakan materi ajar yang memiliki
Ketuntasan hasil belajar secara
tingkat kerumitan yang cukup tinggi
klasikal yang masih rendah pada siklus I
yaitu tentang gelombang.Pada siklus III
200
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
ketuntasan
hasil
belajar
meningkat
proses pembelajaran kooperatif tipe
secara klasikal, hal ini didukung oleh
make a match yang meliputi aspek
meningkatnya motivasi belajar siswa
bekerja sama, menyampaikan pendapat,
dalam melaksanakan THB terhadap
bertanya, menjadi pendengar yang baik,
kemampuan siswa menguasai materi
dan menanggapi pendapat orang lain.
pembelajaran.
Keterampilan sosial siswa juga salah
Keterampilan Sosial Siswa
satu hasil belajar afektif yang diteliti
Keterampilan sosial siswa adalah
dalam
keterampilan yang dimiliki siswa selama
pembelajaran kooperatif
tipe
make a match ini.
Tabel 2 Keterampilan sosial siswa pada siklus I, II, dan III Keterampilan Sosial Bekerja sama Menyampaikan pendapat Bertanya Menjadi pendengar yang baik Menanggapi pendapat orang lain
Siklus I Kategori Baik Baik Baik Baik
Siklus II Kategori Baik Baik Baik Baik
Siklus III Kategori Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Hasil keterampilan sosial siswa
mengemukakan pertanyaan mereka dan
pada siklus siklus I ke siklus II tidak
menanggapi pasangan soal dan jawaban
mengalami peningkatan yang signifikan,
yang dibacakan temannya di depan kelas
hal
rendahnya
pada saat permainan berlansung. Namun
keterampilan sosial yang dimiliki siswa
secara keseluruhan keterampilan sosial
dalam bekerja sama antara individu
yang dicapai oleh siswa sudah mencapai
yang satu dengan yang lain dalam satu
kategori baik. Hal ini dapat dikatakan
kelompok
bahwa model kooperatif
dikarenakan
masih
atau
dengan
kelompok
tipemake a
lainnya.Hasil keterampilan sosial siswa
match dapat meningkatkan hasil belajar
pada siklus III mengalami peningkatan
afektif siswa dalam segi keterampilan
yang sudah mencapai kategori sangat
sosial.
baik. Tetapi ada beberapa aspek yang SIMPULAN
masih mencapai ketegori baik, yaitu
Simpulan hasil penelitian tindakan
keterampilan bertanya dan menanggapi pendapat orang lain. Hal ini dikarenakan
kelas
siswa
pembelajaran kooperatif tipe make a
masih
dorongan
belum
yang
mempunyai kuat
untuk
ini
adalah
keefektifan
match dalam meningkatkan motivasi
201
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
belajar siswa VIII-B MTsN Sungai Raya
yang
setelah mengikuti pembelajaran pada
menyampaikan
materi ajar getaran dan gelombang
menjadi pendengar yang baik, dan
memiliki kategori efektif. Simpulan
menanggapi pendapat orang lain secara
tersebut
umum yang didapatkan pada siklus I
didukung
penelitian
oleh
sebagai
keterlaksanaan
temuan
berikut:
RPP
diamati
bekerja pendapat,
sama, bertanya,
(1)
sebesar 67,4% (baik), pada siklus II
pembelajaran
sebesar 76,3% (baik), dan pada siklus III
kooperatif tipe make a match mengalami
meningkat sebesar 81,8% (sangat baik).
peningkatan pada siklus I sebesar 75,9% DAFTAR PUSTAKA
(terlaksana baik), pada siklus II sebesar
Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
84,4% (terlaksana baik), dan siklus III mengalami peningkatan sebesar 92,2% (terlaksana sangat baik); (2) motivasi belajar
siswa
setelah
Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe make a
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
match pada aspek yang diamati suka mengambil resiko, memerlukan umpan balik
segera,
memperhitungkan
Isjoni. (2012). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
keberhasilan, dan menyatu dengan tugas didapatkan secara umum pada siklus I
Kunandar. (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
cukup baik, siklus II juga dalam kategori baik, dan siklus III dalam kategori sangat baik; (3) hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran
Nurnamawi. (2012). Taksonomi Bloom Revisi.http://ekokhoerul.wordpress. com /2012/08/11/taksonomibloom-revisi/. Diakses 16 Mei 2013.
kooperatif tipe make a match mengalami peningkatan, persentase
karena ketuntasan
diperoleh siswa
secara
klasikal yaitu sebesar 84% (tidak tuntas) untuk siklus I, 96% (tuntas) untuk siklus
Prudjung, C. (2012). Mc Clelland dan Teori Motivasi Berprestasi.http://www.pmiiumm.c om/2009/11/mc-clelland-dan-teorimotivasi.html. Diakses 15 Mei 2013.
II dan 100% (tuntas) untuk siklus III; (4) keterampilan
sosial
siswa
selama
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a match meningkat pada aspek
202
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
Ratumanan & Laurens. (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan Edisi 2. Surabaya: Unesa University Press.
Syah, M. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ----------. Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tanggal 2 Mei 2013.www.kopertis4.or.id/upload.p hp?kategori.id. Diakses 23 April 2013.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
203