PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
JURNAL
Oleh: MIRA LESTINA NIM. F01211008
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Mira Lestina, H. Mashudi, Okianna Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak : The purpose of this research is to help students to cope with their problem in improving learning motivation through cooperative learning type Make A Match. This research was a classroom action research which was conducted on the purpose to solbe the problems that happened in the classroom and to improve the teaching-learning process. The data were collected through achievement test and observation checklist. The use of cooperative learning type Make A Match in improving students’ motivation can be seen in each meeting that was observed. Based on the research findings, cooperative learning type Make A Match which was applied to the subject of research showed the improvement of the students’ motivation and their test score. The data mean score showed that the students motivated were only 32,05 % and the number of students who reach minimum standard score was 26 students (66, 7 %) and got improved at second cycle that was 70, 08 % motivated students and 34 students who reached minimum standard score (87,2 %). Meanwhile, the standard percentage was 70 % of total students in a class and 10 % minimu improvement in each cycle. it means that by using cooperative learning type Make A Match in improving students’ motivation get improved from time to time. Keywords: students’ motivation, cooperative learning, Make A Match Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah mereka di dalam meningkatkan motivasi belajar melalui kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dimana diselenggarakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas dan meningkatkan proses pengajaran-pembelajaran. Data dari penelitian tindakan kelas dikumpulkan dengan teknik observasi langsung di dalam kelas melalui tes dan observasi. Kegunaan dari pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di dalam meningkatkan motivasi siswa dapat dilihat di tiap pertemuan yang telah diobservasi. Berdasarkan temuan penelitian, kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang telah digunakan pada subjek penelitian menunjukkan peningkatan motivasi dan hasil belajar. Data skor rata-rata menunjukkan menunjukkan pada aktivitas pengajaranpembelajaran pertama, siswa yang termotivasi hanya 32,05 % dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 26 siswa (66, 7 %) dan mengalami peningkatan pada aktivitas pengajaran-pembelajaran putaran kedua, yaitu 70,08 % siswa yang termotivasi dan 34 siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (87,2 %). Sementara itu, standar persentase siswa termotivasi adalah 70 % dari total keseluruhan siswa dalam satu kelas dan minimal 10 % peningkatan pada setiap putaran. Ini berarti dengan menggunakan kegiatan pembelajaran tipe Make A Match dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam pembelajaran PKn dapat meningkat dari waktu ke waktu. Kata kunci: Motivasi siswa, pembelajaran kooperatif, Make A Match
2
U
ntuk dapat menguasai konsep dan mencapai ketuntasan belajar, siswa harus termotivasi dalam mengikuti aktivias pembelajaran. Hal ini menjadi perlu dalam proses belajar mengajar PKn. Menurut Sardiman (2003), motivasi akan menunjukkan hasil belajar yang baik sehingga menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. Ini berarti rendahnya hasil belajar yang diperoleh juga disebabkan oleh masih rendahnya motivasi siswa dalam belajar PKn, sehingga siswa tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengalaman di lapangan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IX F SMP Negeri 11 Pontianak diperoleh informasi bahwa rata-rata motivasi belajar siswa masih rendah. Ada siswa yang tidak serius ketika guru menjelaskan, antusiasme siswa sangat kurang (pasif dalam belajar) dan apabila diminta menjawab pertanyaan hanya sedikit yang menjawab sedangkan sisanya menjawab dengan salah atau tidak menjawab sama sekali. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam model pembelajaran ini siswa dilibatkan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal serta membandingkan ide dengan temannya. Menurut Ibrahim (Tarmidzi: 2008), model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Anita, 2003). Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbedabeda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Anita (2000), ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1. Teknik mencari pasangan (Make A Match). 2. Bertukar pasangan. 3. Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think, Pair, Share). 4. Berkirim salam dan soal. 5. Kepala bernomor (Numbered heads). 6. Kepala bernomor terstruktur. 7. Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray). 8. Keliling Kelompok. 9. Kancing gemerincing. 10. Keliling Kelas. 11. Lingkaran kecil-Lingkaran Besar. 12. Tari bambu. 13. Bercerita berpasangan.
3
Dari model-model tersebut peneliti memilih model pembelajaran kooperatif Make A Match untuk dijadikan penelitian. Model pembelajaran kooperatif Make A Match telah banyak merubah pembelajaran siswa menjadi aktif dan memotivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Suprijono (2010) bahwa dalam menggunakan Make A Match maka hal yang perlu disiapkan adalah kartu-kartu yang terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu yang lain berisi jawaban. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match adalah sebagai berikut (Lorna Curran, 1994): 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa. 8. Kesimpulan/penutup. Model Make A Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif. Penelitian ini dirancang untuk dua atau tiga kali putaran dengan materi yang berbeda di setiap putarannya. Putaran dihentikan jika telah didapati peningkatan. Berdasarkan permasalahan siswa dalam penguasaan konsep, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dan meningkatkan motivasi belajar mereka melalui penerapan model pembelajaran kooperatit tipe Make A Match. Indikasi peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari persentase keaktifan dan hasil belajar siswa.
METODE Tujuan penelitin ini adalah untuk memecahkan masalah. Perlu adanya untuk menggambarkan rancangan yang akan digunakan ketika penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK). Peneliti menemukan masalah, menganalisa penyebabnya dan memutuskan tindakan apa yang harus diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Prosedur penelitian untuk tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4
Adapun alur tindakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Perencanaan Refleksi (masih ada yang diperbaiki)
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi (sudah jenuh) berhenti sampai disini
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Kemmis dan Taggart (1998)) Secara lebih rinci, prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan (planning) I Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut: a. Menetapkan tujuan pembelajaran; b. Membuat RPP I; c. Membuat kartu soal dan jawaban; d. Membuat LKS untuk membantu keaktifan dan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan; e. Membuat format lembar observasi siswa dan guru serta tes akhir (kuis). 2. Tahap Pelaksanaan (acting) I a. Guru menjelaskan materi sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. b. Kegiatan siswa , yaitu mengikuti semua proses pembelajaran. 3. Tahap Pengamatan (Observing) I a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan meminta bantuan kepada guru mitra (teman sejawat). b. Peneliti mengamati jalannya motivasi belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes.
5
4.
Tahap Refleksi (Reflection) I Tahap ini dilakukan setelah peneliti mengumpulkan hasil observasi dan hasil tes akhir yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran dan dianalisis. Refleksi ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan tindakan I telah sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu juga untuk mengetahui kekurangan atau hal apa yang belum dilaksanakan. Dari hasil refleksi tindakan I ini akan menjadi acuan untuk tindakan selanjutnya. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX F Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 39 orang siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 24 perempuan. Dengan tingkat kemampuan siswa yang heterogen karena terdiri dari siswa yang pernah memperoleh peringkat I sampai dengan peringkat terakhir pada saat duduk di kelas VIII. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengamat, penganalisis data serta sekaligus menyusun laporan hasil penelitan.
A. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data 1. Instrumen atau Alat Pengumpul Data Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006). Adapun instrumen atau alat pengumpul data dalam penelitian ini ada dua, yaitu observasi dan tes. 2. Teknik Pengumpulan Data
No 1.
Sumber Siswa
2.
Guru
3.
Siswa
Teknik Pengumpul Data Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen Jumlah siswa yang Observasi Lembar observasi termotivasi dalam siswa belajar PKn Tindakan guru untuk Observasi Lembar observasi meningkatkan motivasi belajar siswa. 1. Penguasaan 1. Melaksanakan 1. Soal tes konsep belajar evaluasi pada siswa pada siklus tindakan ke-1. ke-1 2. Penguasaan 2. Melaksanakan 2. Soal tes konsep belajar evaluasi pada siswa pada siklus tindakan ke-1. ke-2
6
3.
Teknik Pengolahan Data Untuk pengolahan data yang didapat dari instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut: 3.1 Observasi siswa Menghitung persentase setiap indikator yang menunjukkan siswa sangat aktif, aktif, cukup aktif, dan tidak aktif dengan menggunakan rumus:
P=
x 100 %
Keterangan: P = Persentase siswa dalam suatu indikator F = Banyaknya siswa yang menunjukkan aspek yang diamati N = Jumlah siswa (Ridwan, 2006). 2. Tes 1) Menghitung skor dari setiap jawaban post test; 2) Merubah skor menjadi nilai dengan rumus: N = ( S / SP ) x 100 % Keterangan: N = Nilai siswa SP = Skor yang diperoleh S.maks = Skor maksimal Menghitung persentase ketuntasan siswa (Standar ketuntasan 70) dengan rumus: % Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100 % Jumlah seluruh siswa (Sudjana, 2005)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas IX F SMP Negeri 11 Pontianak dengan jumlah siswa 39 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 24 perempuan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match di kelas IX F SMP Negeri 11 Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap tahapan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan. Siklus I berlangsung dalam 2 kali pertemuan, yakni 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2012 dan 8 November 2012. guru menjelaskan materi sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Setelah itu guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan kemudian guru menyajikan materi pokok bahasan otonomi
7
Persentase Motivasi Siswa
daerah. Ketika proses belajar mengajar berlangsung, interaksi guru dan siswa masih kurang dimana terlihat siswa belum mau bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diberikan. Pertanyaan yang dilemparkan oleh guru, tidak dapat dapat dijawab oleh sebagian besar siswa. Dalam mencari pasangan soal dan jawaban, beberapa orang siswa terlihat tidak serius dan hanya bermain-main main ketika teman-temannya teman temannya yang lain berusaha mencocokkan soal atau jawaban dari kartu yang dipegang. Hal ini mengganggu mengganggu kelancaran proses pembelajaran sehingga guru berulang kali perlu mengingatkan siswa untuk lebih serius. Pada ada siklus I didapat rata-rata rata rata sebesar 32,05% (12 siswa) yang termotivasi dan sebesar 60,27 % (27 siswa) yang tidak termotivasi. Pada siklus I ini ada tidak ada indikator yang menunjukkan siswa yang termotivasi dengan persentase > 60 %. Indikator tersebut, yaitu: siswa yang sangat serius menyimak penjelasan dari guru (30,77 %), siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas (5 (5,13 %), siswa berantusias menjawab pertanyaan setelah mendapat kartu (25,64 %), siswa yang serius menyimak penjelasan dari guru (10,26 %), dan siswa menjawab pertanyaan setelah mendapat kartu (12,82 %).
70 60 50 40 30 20 10 0
60,27 32,05
Termotivasi
Tidak termotivasi
Persentase Motivasi Siswa
Gambar 2. Grafik Persentase Motivasi Siswa Pada Siklus I
80 70 60 50 40 30 20 10 0
70,08
11,54
Termotivasi
Tidak termotivasi
Gambar 3. Grafik Persentase Motivasi Siswa Pada Siklus II
8
Siklus II juga dilaksanakan pada satu kali pertemuan dalam 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 15 dan 22 November 2012. Kali ini terlihat lebih banyak siswa yang mencatat dan memperhatikan penjelasan guru. Ketika guru mengajak siswa untuk terlebih dahulu berdiskusi, lebih banyak siswa yang terlibat. Pertanyaan yang mereka ajukan memang tidak banyak. Pada kegiatan ini terlihat jelas bahwa siswa lebih paham sehingga proses mencari pasangan soal atau jawaban dari kartu yang dipegang dapat terlaksana dengan baik dan tidak memakan waktu yang banyak. Namun demikian, ada 3 orang siswa yang terlihat kesulitan dalam tahap ini dikarenakan kurang percaya diri. Guru pun memberikan dorongan untuk segera melakukan tugas mereka sehingga akhirnya mereka menemukan pasangan kartu mereka. Pada siklus II diperoleh siswa yang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match secara keseluruhan sebesar 70,08 % (27 siswa) yang dinyatakan termotivasi, sedangkan siswa yang tidak termotivasi sebanyak sebesar 11,54 % (12 siswa). Berdasarkan hasil diatas, secara keseluruhan penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi. Pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan baik dari pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru serta motivasi belajar siswa yang juga menyebabkan peningkatan persentase hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IX F SMP Negeri 11 Pontianak adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat suasana belajar menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada mata pelajaran PKn, tingkat motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, siswa yang termotivasi hanya 32,05 % siswa dan 60,27 % siswa tidak termotivasi. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan pada jumlah siswa yang termotivasi, yaitu sebanyak 70,08 % siswa yang termotivasi dan 11,54 % siswa tidak termotivasi. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada mata pelajaran PKn. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 26 siswa (66,7 %), sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas adalah sebanyak 34 siswa (87,2 %). Saran Dengan terbuktinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di kelas IX F SMP Negeri 11 Pontianak, hendaknya dapat dijadikan acuan bagi rekan-rekan guru lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selain itu diharapkan kepada rekan-rekan guru dalam mengajar untuk dapat melakukan variasi, strategi, dan model pemelajaran agar selalu terjadi inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran dan mempertahankan serta berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang selalu kreatif dan menyenangkan.
9
REFERENSI Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Kemmis, S. and McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner, 3rd Edition. Waurn Ponds: Deakin University. Lorna Curran. 1994. Metode Pembelajaran Make a Match. Jakarta: Pustaka Belajar Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sardiman, 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Tirmidzi, Ramadhan. 2008. Pembelajaran Kooperatif Make A Match. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-amatch/
10