Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match………| 1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS IX-G SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 4 KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Reny Yuhana* Abstrak Pembelajaran IPS di SMP Negeri 4 Kota Madiun diharapkan dapat mendorong siswa untuk aktif dan rasa ingin tahu. Dalam pembelajaran aktivitas siswa kurang, guru cenderung monoton, masih menggunakan ceramah sehingga hasil belajar siswa rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dapat meningkat melalui penerapan model Make a Match dalam pembelajaran IPS kelas IX-G SMP Negeri 4 Kota Madiun? Model Make a Match merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas SMP Negeri 4 Kota Madiun melalui penerapan model Make a Match. Model Make a Match dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan memanfaatkan kartu soal dan jawaban sebagai media bermain sambil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas kelas IX-G SMP Negeri 4 Kota Madiun. Teknik pegumpulan data menggunakan tes dan nontes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dan II jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 15 dan 16,6 termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II pertemuan I dan II jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 23,7 dan 27,6 termasuk dalam kategori baik dan sangat baik. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan I sebesar 74 menjadi 77,66 siklus I pertemuan II dan Siklus II pertemuan I 83,24 menjadi 85,69 pada siklus II pertemuan II. Pencapaian hasil belajar klasikal pada siklus II pertemuan II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 89,2% Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Make a Match dinyatakan berhasil. Kata Kunci: Aktivitas siswa, Model Make a Match, Mata Pelajaran IPS Pendahuluan Tujuan
Kurikulum
Pembelajaran
2006
menyatakan
bahwa
Ilmu
pengetahuan sosial bertujuan untuk (1).
Pengetahuan Sosial adalah agar siswa mampu
mengenal konsep-konsep yang berkaitan
mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dengan
dan kemampuan analisis terhadap kondisi
lingkungannya, (2) memiliki kemampuan
sosial
memasuki
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
dinamis.
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
masyarakat
kehidupan
dalam
bermasyarakat
yang
* Reny Yuhana adalah Guru SMP Negeri 4 Kota Madiun
kehidupan
masyarakat
dan
2 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3)
belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 35
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
dan nilai tertinggi 88 dengan rerata kelas
nilai-nilai
(4)
58,6. Dengan melihat data hasil belajar dan
berkomunikasi,
pelaksanaan mata pelajaran IPS perlu adanya
sosial
memiliki
dan
kemanusiaan,
kemampuan
bekerjasama,
dan
berkompetisi
dalam
tindakan
untuk
meningkatkan agar
guru
kualitas
masyarakat yangmajemuk, di tingkat lokal,
pembelajaran,
mampu
nasional dan global.
meningkatkan kreatifitasnya sehingga siswa
Berdasarkan observasi di SMP Negeri
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
4 Kota Madiun menunjukkan bahwa masih
Hal ini sebagai upaya meningkatkan
banyak dijumpai permasalahan pelaksanaan
kualitas pembelajaran mata pelajaran Ilmu
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara
Pengetahuan
lain guru kurang kreatif dalam pembelajaran,
permasalahan yang muncul, maka untuk
guru
model
memecahkan masalah pembelajaran tersebut,
belum
peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk
memanfaatkan media pembelajaran sehingga
meningkatkan kualitas pembelajaran, agar
mengakibatkan siswa pasif
kurang
dapat mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
pembelajaran dan meningkatkan kreativitas
Permasalahan tersebut berdampak pada hasil
guru. Maka peneliti menggunakan salah satu
belajar yang tidak mencapai ketuntasan
model
belajar. Sejarah merupakan pengetahuan
metode make a match.
masa lampau dan dibutuhkan pengajaran
Rumusan Masalah
belum
pembelajaran
bersemangat
menggunakan inovatif
mengikuti
dan dan
Sosial.
pembelajaran
Berdasarkan
kooperatif
dengan
yang rutin dan lamanya jam pelajaran maka
Dari ulasan latar belakang tersebut di
banyak permasalahan yang muncul dalam
atas maka bagaimana Penerapan Model
pelaksanaan pembelajaran IPS Sejarah di
Pembelajaran Kooperatif make a match untuk
dalam kelas.
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Konsep-konsep dan materi sejarah
Siswa
dalam
Pembelajaran
IPS
Pokok
menuntut siswa untuk banyak membaca
Bahasan Usaha Perjuangan Mempertahankan
berbagai buku referensi, karena sejarah
Kemerdekaan Indonesia Kelas IX-G Semester
bukan
Ganjil SMP Negeri 4 Kota Madiun Tahun
hanya
untuk sekedar
dihafalkan
namun juga harus dipahami. Dari data
Pelajaran 2015/2016.
pencapaian hasil belajar pretes siswa pada
Tujuan Penelitian
mata pelajaran IPS kelas IX-G pada semester
Tujuan
penelitian
untuk
ganjil tahun 2015/2016 nilai siswa masih
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan
yang ditetapkan sekolah yaitu 80. Data hasil
usaha
perjuangan
mempertahankan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match………| 3
kemerdekaan Indonesia kelas IX-G semester
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
ganjil SMP Negeri 4 Kota Madiun Tahun
Hasil Penelitian
Pelajaran 2015/2016 melalui
1. Siklus I Pertemuan I
Penerapan
model pembelajaran kooperatif make a match. Metode Penelitian
Deskripsi Observasi aktivitas siswa Dari hasil observasi aktivitas siswa
Penelitian ini dilaksanakan dengan
dalam pembelajaran IPS melalui penerapan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
model make a match siklus I pertemuan I di
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti
atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 15.
mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 4
Sehingga diperoleh skor rata-rata 1,9 dengan
Kota Madiun, yang beralamat di Jl. Abdul
persentase 52%. Hasil observasi aktivitas
Rakhman Saleh No. 3 Kota Madiun. Penelitian
siswa untuk siklus I pertemuan I masuk
tindakan kelas ini akan dilakukan pada bulan
dalam kriteria cukup.
September sampai bulan Oktober 2015.
Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus I
Subyek pada penelitian ini adalah
Pertemuan I
siswa kelas IX-G semester ganjil SMP Negeri 4
Berdasarkan data yang diperoleh
Kota Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016
bahwa hasil belajar IPS melalui penerapan
berjumlah 28 siswa.
model make a match
Obyek penelitian ini
adalah siswa kelas IX-G dan berbagai kegiatan
diperoleh
yang
selama
pembelajaran siklus I pertemuan I yaitu 74
belajar-mengajar
dengan ketuntasan belajar klasikal 60,7%
meliputi suasana belajar saat berlangsungnya
yaitu 17 siswa tuntas belajar dengan nilai ≥
proses belajar-mengajar, aktivitas belajar
80 dan masih ada 11 atau 39,3% siswa belum
siswa
tuntas. Pada siklus I pertemuan I nilai
terjadi
berlangsungnya
selama
di
dalam proses
proses
kelas
belajar-mengajar,
nilai
siswa kelas IX-G
rata-rata
kegiatan
prestasi belajar siswa. Teknik pengumpulan
tertinggi yaitu 95 nilai terendah 55.
data dilakukan dalam penelitian ini adalah
2. Siklus I Pertemuan II
teknik tes dan non tes.
Deskripsi observasi aktivitas siswa
Teknik non tes meliputi observasi,
Dari hasil observasi aktivitas siswa
dokumentasi dan catatan lapangan. Prosedur
dalam pembelajaran IPS melalui penerapan
penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
model make a match siklus I pertemuan II di
oleh peneliti direncanakan dalam dua siklus.
atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 16,6.
Masing-masing siklus dilaksanakan dalam
Sehingga diperoleh skor rata-rata 2,1 dengan
beberapa tahap yaitu perencanaan tindakan,
persentase 58%. Hasil observasi aktivitas
pelaksanaan
siswa untuk siklus I pertemuan II masuk
tindakan,
observasi
interpretasi serta analisis dan refleksi.
dan
dalam kriteria cukup.
4 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
Deskripsi Hasil Belajar Siswa
model make a match siklus II pertemuan II di
Berdasarkan data yang diperoleh
atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 27,6.
bahwa hasil belajar IPS melalui penerapan
Sehingga diperoleh skor rata-rata 3,5 dengan
model make a match
persentase 97%. Hasil observasi aktivitas
diperoleh
nilai
siswa kelas IX-G
rata-rata
pada
kegiatan
siswa untuk siklus II pertemuan II masuk
pembelajaran siklus I pertemuan II yaitu
dalam kriteria sangat baik.
77,66 dengan ketuntasan belajar klasikal
Deskripsi Hasil Belajar Siswa
64,2% yaitu 18 siswa tuntas belajar dengan
Berdasarkan data yang diperoleh
nilai ≥ 80 dan masih ada 10 atau 35,8% siswa
bahwa hasil belajar IPS melalui penerapan
belum tuntas. Pada siklus I pertemuan II nilai
model make a match siswa kelas IX-G
tertinggi yaitu 96 nilai terendah 58
diperoleh
3. Siklus II pertemuan I
pembelajaran siklus II pertemuan II yaitu 85,7
Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa
dengan ketuntasan belajar klasikal 89,2%
Dari hasil observasi aktivitas siswa
yaitu
25
nilai
rata-rata
siswa
tuntas
pada
kegiatan
belajar
dengan
dalam pembelajaran IPS melalui penerapan
mendapatkan nilai ≥ 80 dan masih ada 3 atau
model make a match memperoleh jumlah
10,8%
keseluruhan yaitu 23,7. Sehingga ndiperoleh
pertemuan II nilai tertinggi yaitu 97 nilai
skor rata-rata 3 dengan persentase 83%. Hasil
terendah 77.
observasi aktivitas siswa untuk siklus II pertemuan I masuk dalam kriteria baik. Deskripsi Hasil Belajar Siswa
model make a match diperoleh
nilai
siswa kelas IX-G
rata-rata
pada
kegiatan
pembelajaran siklus II pertemuan I yaitu 83,24
dengan ketuntasan belajar klasikal
71,4% yaitu 20 siswa tuntas belajar dengan nilai ≥ 80 dan masih ada 8 atau 28,6% siswa belum tuntas. Pada siklus II pertemuan I nilai tertinggi yaitu 98 nilai terendah 70. 4. Siklus II pertemuan II Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan
belum
tuntas.
Siklus
II
Pembahasan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Bila ditinjau dari hasil observasi,
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hasil belajar IPS melalui penerapan
siswa
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model Make a Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan I dan II jumlah skor ratarata aktivitas siswa 15 dan 16,6 termasuk dalam
kategori
cukup.
Pada
siklus
II
pertemuan I dan II jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 23,7 dan 27,6 termasuk dalam kategori baik dan sangat baik. Pada siklus I pertemuan I jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 15 dan siklus I pertemuan II jumlah skor
rata-rata
aktivitas
siswa
16,6.
Peningkatan terjadi karena pada siklus I
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match………| 5
pertemuan II banyak siswa yang telah belajar
telah mengikuti pembelajaran dengan tertib.
sebelumnya
menanggapi
Namun ada beberapa indikator yang jumlah
apersepsi dengan menjawab pertanyaan dari
skor rata- ratanya mengalami penurunan
guru. Dalam mengikuti permainan Make A
yaitu
Match siswa telah mengikutinya dengan
pelajaran, mengerjakan tugas/ evaluasi. Hal
tertib,
kerja
ini dikarenakan siswa tidak mengerjakan
dengan
evaluasi secara individu. Kesiapan siswa
menyampaikan
dalam mengikuti pelajaran siklus I pertemuan
sehingga
dan
ketika
kelompok
yaitu
pasangannya
dapat
melaksanakan berdiskusi
siswa telah
pendapatnya dengan tepat. skor
siswa
dalam
mengikuti
I memperoleh skor 1,7 pertemuan II skor
Namun ada beberapa indikator yang jumlah
kesiapan
menurun,
meningkat menjadi 3,3 dan pertemuan II
diantaranya yaitu: kesiapan siswa dalam
memperoleh skor 3,7. Sebagian besar siswa
mengikuti pelajaran, memperhatikan media
telah duduk di tempat duduk masing- masing,
pembelajaran berupa gambar, dan keaktifan
membawa
siswa
sebelumnya. Kegiatan siswa ini sesuai dengan
dalam
rata-ratanya
meningkat menjadi 1,9. Siklus II pertemuan I
pembelajaran.
Hal
ini
di
peralatan,
Diedrich
melalui metode Make A Match dan siswa
persiapan siswa termasuk dalam kegiatan
belum
emosional,
dalam
mencari
pasangannya. Pada indikator memperhatikan penjelasan
guru
tentang
materi
Hamalik,
belajar
karenakan siswa tidak semangat belajar komunikatif
(dalam
sudah
antara
lain
2011:172),
meliputi
minat,
membedakan, berani, tenang.
yang
Menanggapi
apersepsi
dengan
diberikan dan mengerjakan tugas/ evaluasi,
menjawab pertanyaan dari guru siklus I
jumlah skor rata- rata yang diperoleh tidak
pertemuan I memperoleh skor 1,7 pertemuan
berubah.
II skor meningkat menjadi 2,2. Siklus II
Hasil observasi aktivitas siswa siklus
pertemuan I meningkat menjadi 2,5 dan
II pertemuan I memperoleh jumlah skor rata-
pertemuan II memperoleh skor 3,2. Siswa
rata
telah
23,7
dan siklus
II
pertemuan II
memperhatikan
guru,
memperoleh jumlah skor rata-rata 27,6.
apersepsi,
Peningkatan terjadi karena saat menanggapi
diberikan. Rifa’i (2009:82) mengemukakan
apersepsi dengan menjawab pertanyaan dari
bahwa belajar merupakan proses penting
guru,
perubahan
tentang
memperhatikan materi,
penjelasan
memperhatikan
guru media
menjawab
memahami
perilaku
pertanyaan
setiap
yang
orang
yang
mencakup perkembangan, kebiasaan, sikap,
pembelajaran berupa gambar, keaktifan siswa
keyakinan,
tujuan,
kepribadian,
dalam pembelajaran, mengikuti permainan
persepsi
seseorang.
make a match , melaksanakan kerja kelompok
penjelasan
guru
yaitu berdiskusi dengan pasangannya, siswa
diberikan siklus I pertemuan I memperoleh
tentang
bahkan
Memperhatikan materi
yang
6 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
skor 1,9 pertemuan II skor tetap 1,9. Siklus II
pasangan
pertemuan I meningkat menjadi 2,2 dan
menemukan pasangannya masing- masing,
pertemuan II memperoleh skor 3,3.
cepat dalam mencari pasangannya, serta
Sebagian
siswa
telah
berdiskusi dengan pasangannya. Menurut
mendengarkan penjelasan guru secara fokus,
Lorna Curran (dalam Huda, 2011:135), yaitu
berani bertanya tentang materi, tetapi ada
siswa mencari pasangan sambil mempelajari
beberapa siswa belum berani menjawab
suatu konsep atau topik tertentu dalam
pertanyaan
individu.
suasana yang menyenangkan. Model make a
merupakan
match ini bisa diterapkan untuk semua mata
dari
siswa
setiap
telah
Sardiman
besar
sehingga
guru
(2011:20)
secara
belajar
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian
seperti
Mengikuti permainan Make A Match
membaca, mengamati, mendengarkan, dan
siklus I pertemuan I memperoleh skor 2
meniru. Memperhatikan media pembelajaran
pertemuan II skor meningkat menjadi 2,3.
berupa
I
Siklus II pertemuan I meningkat menjadi 3
memperoleh skor 2,3 pertemuan II skor
dan pertemuan II memperoleh skor 3,3. Siswa
menurun menjadi 2,2.
dapat
gambar
kegiatan
pelajaran dan tingkatan kelas.
siklus
I
pertemuan
menemukan
pasangannya
sesuai
Siklus II pertemuan I meningkat
dengan waktu yang diberikan karena siswa
menjadi 3,3 dan pertemuan II memperoleh
mencari pasangan secara aktif, tertib, tetapi
skor 3,7. Dalam mengikuti pembelajaran
masih ada beberapa siswa menukar kartunya
sebagian siswa tidak berbicara dengan teman
dalam mengikuti permainan Make a Match .
di dekatnya. Ketika guru menjelaskan aturan
Menurut
main Make A Match
sebagian besar siswa
merupakan perubahan tingkah laku atau
telah paham, siswa semangat belajar melalui
penampilan, dengan serangkaian kegiatan
model Make A Match . Namun ada beberapa
seperti membaca, mengamati, mendengarkan,
yang bermain sendiri. Media pembelajaran
dan meniru. Belajar akan lebih baik jika si
adalah alat/wahana yang digunakan guru
subjek belajar mengalami atau melakukannya.
dalam proses pembelajaran untuk membantu
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
menyampaikan pesan pembelajaran (Sugandi,
berdiskusi dengan pasangannya siklus I
2007:30).
pertemuan I memperoleh skor 1,8 pertemuan
pembelajaran
Keaktifan siklus
siswa I
dalam
pertemuan
Sardiman
(2011:20)
belajar
I
II skor meningkat menjadi 2,2. Siklus II
memperoleh skor 1,6 pertemuan II skor
pertemuan I meningkat menjadi 3,2 dan
meningkat menjadi 2. Siklus II pertemuan I
pertemuan II memperoleh skor 3,4. Setiap
meningkat menjadi 3,1 dan pertemuan II
pasangan sudah berani menyampaikan isi
memperoleh skor 3,4. Dalam mengikuti
kartu di depan kelas, hasil yang disampaikan
pelajaran siswa komunikatif dalam mencari
tepat, dan menggunakan bahasa mudah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match………| 7
dipahami.
Namun
siswa
dapat
activities), memperhatikan penjelasan guru
menyampaikan pendapat dengan suara yang
tentang materi yang diberikan (Listening
keras. Cooperative learning berasal dari kata
activities, Visual activities), memperhatikan
cooperative artinya mengerjakan sesuatu
media pembelajaran berupa gambar (Visual
secara
activities),
bersama-sama
belum
dengan
saling
keaktifan
siswa
dalam
membantu satu sama lain sebagai satu
pembelajaran (Motor activities), mengikuti
kelompok atau satu tim (Isjoni, 2011:15).
permainan Make a Match (Motor activities,
Mengerjakan
I
oral activities), melaksanakan kerja kelompok
pertemuan I memperoleh skor 2 pertemuan II
yaitu berdiskusi dengan pasangannya (Motor
skor tetap 2.
activities),
tugas/evaluasi
siklus
Siklus II pertemuan I meningkat menjadi 3,2 dan pertemuan II memperoleh
mengerjakan
tugas/evaluasi
(Writing activities, Drawing activities). Hasil Observasi Hasil Belajar
skor 3,5. Dalam pembelajaran siswa telah
Hasil belajar siswa pembelajaran IPS
mengerjakan evaluasi sesuia petunjuk, dan
melalui penerapan model make a match,
waktu mengerjakan secara individu. Namun
mengalami peningkatan. Rata-rata nilai siswa
ada beberapa siswa yang masih membuka
meningkat dari siklus I pertemuan I sebesar
buku dan belum mengumpulkan evaluasi
74 menjadi 77,66 siklus I pertemuan II dan
tepat waktu. Menurut Djamarah (2008:113)
Siklus II pertemuan I 83,24 menjadi 85,69
evaluasi dapat memberikan data yang akurat,
pada siklus II pertemuan II. Berdasarkan data
sehingga
dengan
tersebut, pencapaian hasil belajar klasikal
memprogramkan kegiatan belajar mengajar
pada siklus II pertemuan II sudah mencapai
yang baik.
indikator keberhasilan yaitu 89,2% siswa
dapat
ditindak
lanjuti
Aktivitas siswa dalam pelajaran IPS melalui
model
make
a
match
mengalami ketuntasan belajar individual ≥ 80.
dengan
Hasil belajar siswa yang telah dipaparkan
didukung oleh pendapat Paul D. Dierich
diatas didapatkan dari mengerjakan soal
(dalam Hamalik, 2011:89-91) pendidikan
evaluasi yang diberikan oleh guru pada setiap
modern lebih menitikberatkan pada aktivitas
akhir kegiatan pembelajaran.
sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan
bekerja,
pengetahuan,
Menurut Sugandi (2008: 63) hasil
siswa
memperoleh
belajar
pemahaman,
keterampilan
kedalaman,
merefleksikan dan
keleluasaan,
kompleksitas
(secara
sikap dan nilai. Aktivitas siwa tersebut terdiri
bergradasi) dan digambarkan secara jelas
dari:
serta dapat diukur dengan teknik-teknik
kesiapan
siswa
dalam
mengikuti
pelajaran (Emotional activities), menanggapi
penilaian
tertentu.
Sedangkan
pendapat
apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang
Lorna Curran (dalam Huda, 2011:135), yaitu
diberikan oleh guru (Mental activities, oral
siswa mencari pasangan sambil mempelajari
8 | JURNAL AGASTYA VOL 6 NO 2 JULI 2016
suatu konsep atau topik tertentu dalam
aktivitas iswa kelas IX-G SMP Negeri 4 Kota
suasana yang menyenangkan. Model make a
Madiun, hasil belajar siswa meningkat setiap
match ini bisa diterapkan untuk semua mata
siklusnya. Nilai rata-rata siklus I pertemuan I
pelajaran dan tingkatan kelas. Oleh karena itu
yaitu 74 dengan nilai tertinggi 95, nilai
pembelajaran IPS melalui penerapan model
terendah, dan ketuntasan belajar 60,7%,
make a match dapat menjadi salah satu
sedangkan 39,3% tidak tuntas.
alternatif
pembelajaran
yang
diterapkan
Setelah
dilaksanakan
siklus
I
karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas
pertemuan II nilai rata-rata menjadi 77,66
siswa dan hasil belajar siswa.
dengan nilai tertinggi 96, nilai terendah 57, dan ketuntasan belajar 64,2%, sedangkan
Simpulan dan Saran
35,8% tidak tuntas (KKM ≥80). Kemudian
A. Simpulan
pada siklus II pertemuan I ketuntasan belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang
siswa naik menjadi 71,4%, yang tidak tuntas
dilakukan pada siswa kelas IX-G SMP Negeri 4
28,6%
dengan
nilai
tertinggi
96,
nilai
Kota Madiun melalui penerapan model Make
terendah 70, dan nilai rata-rata naik menjadi
a Match dalam pembelajaran IPS untuk
83,24.
meningkatkan aktivitas siswa dan hasil
Selanjutnya siklus II pertemuan II,
belajar, peneliti dapat menarik kesimpulan
89,2% mengalami ketuntasan belajar dan
bahwa penerapan model make a match dalam
hanya 10,8% yang tidak tuntas, dengan nilai
pembelajaran
meningkatkan
tertinggi 97, nilai terendah 77, dan nilai rata-
aktivitas iswa kelas IX-G SMP Negeri 4 Kota
rata 85,69. Berdasarkan simpulan dan hasil
Madiun, aktivitas siswa meningkat setiap
penelitian yang dilakukan, penelitian ini
siklusnya.. Pada siklus I pertemuan I dan II
dinyatakan
jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 15 dan
terpenuhinya indikator keberhasilan yang
16,6 termasuk dalam kategori cukup. Pada
sudah ditetapkan.
siklus II pertemuan I dan II, jumlah skor rata-
B. Saran
IPS
untuk
rata aktivitas siswa 23,7 dan 27,6 termasuk dalam
kategori
baik
dan
sangat
berhasil.
Terbukti
dengan
Saran yang dapat penulis berikan
baik.
adalah sebagai berikut: sebaiknya model
Peningkatan ini terjadi karena guru telah
make a match tidak hanya diterapkan dalam
menggunakan media sesuai kebutuhan siswa
pembelajaran IPS saja melainkan pada mata
sehingga siswa dapat bermain sambil belajar.
pelajaran lainnya. Hal ini dikarenakan selain
Melalui media ini siswa menjadi termotivasi
dapat meningkatkan aktivitas siswa, model ini
mengikuti pembelajaran.
juga dapat meningkatkan hasil belajar. Model
Penerapan model make a match dalam pembelajaran
IPS
untuk
meningkatkan
make a match sebaiknya dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif untuk
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match………| 9
melaksanakan pembelajaran inovatif, agar siswa merasa senang dan lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya Djamarah, Syaiful Bahri. 2008: Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksar Hamid dan Herrhyanto. 2008. Statistika dasar. Jakarta: Universitas Terbuka Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta M. Iskandar, Srini.2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV Maulana Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Slavin, Robert. E.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Usman, Moh. Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya