PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI KOMPETENSI DASAR PERILAKU MENYIMPANG PESERTA DIDIK KELAS X-10 SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Briyan Raditya Wardana. K8410015. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki prestasi belajar Sosiologi pada peserta didik X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kelas X-10 yang berjumlah 34 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data keadaan awal peserta didik dan teknik tes untuk memperoleh data prestasi belajar peserta didik pada materi perilaku menyimpang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data sumber. Hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas X-10 dimana pada siklus I nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 77,12 dari nilai rata-rata pratindakan sebesar 69,74. Prosentase tingkat kelulusan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
pratindakan sebesar 47,06%
meningkat menjadi 82,35% pada siklus I. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik dari siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 81,79 dan prosentase tingkat kelulusan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menjadi 91,18%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar Sosiologi peserta didik kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2013-2014. Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, Make A Match, pretasi belajar.
Pendahuluan satu
centered),
sehingga
pembelajaran
Pendidikan merupakan salah
hanya terjadi satu arah. Model
kebutuhan
pembelajaran
penting
manusia
yang
upaya
untuk
pembelajaran kurang bervariasi dan
kesejahteraan
sangat teoritis. Saat pembelajaran
Pengembangan
banyak peserta didik yang tidak
dalam
meningkatkan hidupnya
kelak.
ceramah
kurikulum pendidikan di Indonesia
memperhatikan
yang selalu konsteksual dan inovatif
menerangkan di depan kelas dan
pada gilirannya dapat menjadi upaya
interaksi aktif antara guru dengan
yang positif bagi lembaga-lembaga
peserta didik jarang terjadi.
penyelenggara
pendidikan
dalam
ketika
membuat
Dalam
guru
pembelajaran
menyiapkan generasi muda bangsa
kooperatif dikenal berbagai model
yang benar-benar berkualitas dan
pembelajaran salah satunya adalah
dapat diandalkan. Oleh karena itu
pembelajaran kooperatif tipe Make A
didalam konteks yang lebih spesifik
Match. Tipe ini dikembangkan oleh
penyelenggaraan
pelayanan
Larana Curran pada tahun 1994.
mampu
Keunggulan tipe ini yaitu peserta
pendidikan
harus
menggabungkaan antara teori dan
didik
mencari
pasangan
sambil
praktik secara seimbang.
belajar mengenai suatu konsep dalam
Setelah dilakukan wawancara
suasana belajar yang menyenangkan
dengan guru Sosiologi dan observasi
(Sugiyanto, 2009: 47). Tipe Make a
pra
Match
siklus
keragaman
diketahui kondisi
banyak
pembelajaran
dalam
diharapkan
pembelajaran
dapat
meningkatkan
yang dialami peserta didik kelas X-
ketuntasan belajar kompetensi dasar
10 SMA Negeri 3 Sukoharjo. Dari
perilaku meyimpang pada peserta
hasil observasi pra siklus yang telah
didik kelas X-10 tahun pelajaran
dilakukan di kelas X-10 SMA Negeri
2013/2014.
3 Sukoharjo, diketahui bahwa proses pembelajaran berpusat
pada
Sosiologi guru
Metode
masih (teacher
Arikunto Suyadi
(2012:
(2006) 6)
dalam
menjelaskan
penelitian tindakan kelas secara lebih
pembelajaran yang dikembangkan
sistematis. Penelitian adalah kegiatan
oleh Lorna Curran (1994) dimana
mencermati
dengan
guru menyiapkan kartu-kartu yang
menggunakan cara dan aturan atau
berisi pertanyaan dan kartu yang
metodologi
untuk
berisi jawabannya, setiap peserta
menemukan data akurat tentang hal-
didik mencari dan mendapatkan
hal yang dapat meningkatkan mutu
sebuah kartu soal dan berusaha
objek yang diamati. Tindakan adalah
menjawabnya, setiap peserta didik
gerakan
dengan
mencari kartu jawaban yang cocok
sengaja dan terencana dengan tujuan
dengan persoalannya peserta didik.
tertentu. Dalam penelitian tindakan
Bagi pasangan peserta didik yang
kelas, gerakan ini dikenal dengan
benar mendapat nilai.
suatu
objek
tertentu
yang
dilakukan
siklus-siklus kegiatan untuk peserta
Secara rinci Huda (2013:
didik. Kelas adalah tempat dimana
135)
terdapat sekelompok peserta didik
pembelajaran
yang
mempunyai langkah-langkah sebagai
dalam
waktu
bersamaan
menerima pelajaran dari guru yang sama. dapat
disimpulkan
bahwa
penelitian tindakan kelas
adalah
upaya
memperbaiki
meningkatkan
kualitas
dan serta
kuantitas pembelajaran peserta didik yang dilakukan oleh calon guru dan guru
profesional
mengatasi
berbagai
untuk
dapat
permasalahan
dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Model pembelajaran Make A
Make
model A
Match
berikut : a) Guru
Dari beberapa pendapat di atas
menyebutkan
Match
adalah
suatu
model
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban b) Setiap peserta didik
mendapat satu buah kartu. Sebelum kartu dibagikan kita harus mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa bagian kelompok yaitu yang memegang kartu permasalahan atau soal dan kelompok yang memegang kartu jawaban
c) Tiap
peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
didik kelas X-10 ini terdiri dari 22
d) Setiap peserta didik
total peserta didik sebanyak 34
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban)
peserta didik. Data dan sumber data
e) Setiap peserta didik
keadaan
atau anggota kelompok yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu dan jumlah ketepatan dalam memasangkan kartu yang paling banyak diberi point f) Setelah
satu babak kartu dikocok lagi atau bertukaran antar angota kelompok agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya g) Mengambil
yang
digunakan
untuk penelitian adalah SMA Negeri 3 Sukoharjo kelas X-10 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dimulai dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. Subjek penelitian
tindakan
kelas
peserta didik laki-laki dengan jumlah
yang akan dikumpulkan oleh peneliti adalah seluruh hasil pengamatan pembelajaran
sebenarnya
dan
informasi
yang
mengandung
terhadap
kegiatan
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain dengan menggunakan
observasi
dan
dokumentasi sebagai teknik utama untuk mengumpulkan data, serta dengan
menggunakan
catatan
lapangan sebagai teknik bantu dan tes untuk mengetahui hasil belajar
kesimpulan/penutup Tempat
peserta didik perempuan dan 12
ini
difokuskan pada peserta didik kelas kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014. Peserta
peserta didik. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan 3 siklus. berikut adalah uraiannya Siklus I Perencanaan Pada
tahap
perencanaan
tindakan pertama, peneliti bersama guru skenario
Sosiologi rencana
pembelajaran
mendiskusikan pelaksananaan yaitu
dengan
mempelajari materi bab 5 kelas X
pertama
tentang Perilaku Menyimpang serta
memperbaiki
model pembelajaran Make A Match.
kualitas pembelajaran sebelumnya
Skenario
dengan
rencana
pembelajaran
pelaksanaan
bersumber
dari
(RPP) Guru Sosiologi Kabupaten
Observasi
Sukoharjo
Dari
rencana
dan
usaha
meningkatkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
dari
merupakan
menggunakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
ini
data
nilai
evaluasi
siklus
pelaksanaan pembelajaran peneliti
pertama yang telah diperoleh di atas,
yang telah dikonsultasikan dengan
maka prosentase ketuntasan peserta
dosen pembimbing.
didik dapat digambarkan sebagai
Pelaksanaan
berikut :
Dari tindakan
hasil
yang
pelaksanaan
perencanaan
telah
disepakati,
tindakan
dilaksanakan
siklus
selama
3
I kali
Kriteria
pertemuan, yaitu setiap hari Rabu tanggal 12, 19 dan 26 Februari 2014 di ruang kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo.
Masing-masing
Tuntas Tidak Tuntas Total
Prestasi Belajar Siklus I Jumlah peserta Prosentase didik 28 82,35 % 6
17,65 %
34
100%
Berdasarkan
pertemuan dilaksanakan selama 2 x
tabel
dan
45 menit, sesuai dengan perencanaan
diagram di atas dapat dilihat bahwa
tindakan. Kegiatan pada pertemuan
jumlah peserta didik yang mencapai
pertama
adalah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
secara
berjumlah 28 (82,35%), sedangkan
keseluruhan dan penggunaan model
peserta didik yang belum memenuhi
pembelajaran
Match.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Sementara itu pada pertemuan ketiga
berjumlah 6 (17,65 %). Nilai rata-
akan diadakan tes evaluasi siklus
rata yang diperoleh peserta didik
pertama.
pembelajaran
setelah
pada
pembelajaran kooperatif make a
dan
menjelaskan
yang
kedua materi Make
Kegiatan
dilaksanakan
A
siklus
penerapan
model
match di siklus pertama adalah
dengan
77,12. Dengan demikian maka dapat
kartu
diketahui bahwa setelah penerapan
Namun
ketika
model pembelajaran kooperatif make
pelaksanaan
model
a match, prestasi belajar peserta
pembelajaran,
didik
peserta didik yang masih
mengalami
peningkatan
adanya yang
sebesar 7,38, dari sebelum tindakan
kebingungan
nilai rata-ratanya 69,74 meningkat
kartu-kartu
menjadi 77,12 pada siklus pertama.
Banyak
Analisis dan Refleksi
yang
Berdasarkan hasil analisis yang
kartu-
dibagikan.
banyak dengan tersebut.
peserta kurang
didik dalam
mepresentasaikan
hasil
telah dilakukan oleh guru berserta
diskusi dengan psangan
peneliti diruang piket SMA Negeri 3
pemegang
Sukoharjo pada hari Jum at 28
lain.
Februari 2014 pukul 10.00 WIB, dapat
diketahui
bahwa
masih
terdapat beberapa kelemahan yang terjadi baik dari guru maupun dari peserta
didik.
Berikut
peneliti
b. Peserta
kartu
didik
yang
terlihat
malu-malu
dalam
menemukan
pasangan
jawabannya.
uraikan kelemahan-kelemahannya :
Ketika kartu-kartu sudah
1. Kelemahan peserta didik
diberikan kepada peserta
a. Peserta
didik
memahami
kurang model
pembelajaran make
a
match
didik, peserta
sebagian didik
besar tidak
memperdulikan pasangan yang harus ditemukan, melainkan peserta didik
Penerapan
model
pembelajaran tipe make
kooperatif a match di
kebanyakan
ingin
mengetahui apa isi kartu yang
diterima
oleh
awal pelajaran membuat
peserta didik lain, bukan
peserta
memikirkan
didik
tertarik
pasangan
pasangan
kartu
model
pembelajaran
pertanyaan dan jawaban
kooperataif
yang diharapkan.
match.
c. Ketika evaluasi, peserta
didik belum sepenuhnya mengerjakan
evaluasi
sendiri-sendiri. Ketika
evaluasi
pertama,
peserta
terlihat
yang
Banyak
model
pembelajaran, guru juga bertanya kepada peneliti bagaimana
proses
penerapan
model
didik
belangsung.
Sehingga
diberikan.
peserta
penerapan
itu
soal-soal
tealah
saat
pembeljaran
dalam
mengerjakan
Pada
didik
dalam proses penerapan model make
pembelajaran a match, guru
hanya fokus pada hasil dan
memikirkan
yang kurang kesadaran
kelompok
dalam
akan maju kedepan.
mengerjakan
evaluasi sehingga peserta didik masih banyak yang meminta
jawaban
dari
peserta didik lain. 2. Kelemahan guru a. Guru
memahai
langkah-langkah pembelajaran
model
kooperatif
masih
menekankan
Pada siklus pertama guru canggung
dan
kurang memahami betul
2 yang
kurang adanya
persaingan
dalam
penerapan
model a
match Pada proses penerapan model make
make a match
terlihat
b. Guru
akhir
pembelajaran make
kurang
a
siklus kurang
termotivasi
make
kurang
pembelajaran a match, guru menekankan
adanya persaingan dalam mencari pasangan kartu pertanyaan dan jawaban,
sehingga ada beberapa
4. Guru
harus
tegas
dalam
peserta didik yang hanya
menegur siswa ketika ramai
menunggu pasangan kartu
saat
yang
evaluasi
dipegangnya
ditemukan oleh peserta didik lain.
diskusi ataupun ketika
Siklus 2 Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi di
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
atas, maka dapat dianalisis tindakan
refleksi pelaksanaan siklus I dengan
perbaikan untuk pelaksanaan siklus
penerapan model pembelajaran make
kedua pada pertemuan berikutnya.
a
1. Guru
harus
memberikan
match
berhasil
belum secara
bisa
dikatakan
maksimal.
penjelasan secara lebih rinci
pelaksanaan
dan
mengenai
penerapan model pembelajaran make
pembelajaran
a match sudah berjalan dan prestasi
mendalam
model
kooperatif make a match. 2. Guru harus memupuk rasa
percaya diri kepada peserta didik agar tidak malu-malu dalam
menenmukan
pasangan kartu pertanyaan dan jawaban. 3. Guru
belajar peserta didik sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan oleh guru Sosiologi kelas X-10 bersama peneliti, namun secara keseluruhan masih
perlu
perbaikan
untuk
mencapai prestasi belajar peserta didik yang maksimal. Selain itu
menekankan
pasangan
kartu
pertanyaan
dan
antar
jawaban masih ramai dan kurang
karena
bagi
kondusif. Hal tersebut dikarenakan
tercepat
peserta didik terkesan malu-malu
kartu
mencari pasangan pertanyaan dan
jawaban
jawaban kalau berbeda jenis kelamin.
pasangan
yang menemukan
pertanyaan akan
memang
persaingan
pasangan dalam
I
kondisi peserta didik ketika mencari
harus
adanya
siklus
Pada
dana
diberikan
pengahargaan/nilai tertinggi
Ketika
ada
peserta
didik
yang
berpasangan namun berbeda jenis
kelamin
masi
banyak
yang
Dari
hasil
perencanaan
menyoraki dan diejek oleh peserta
tindakan yang telah disepakati guru
didik lain. Oleh karena itu peneliti
bersama
bersama guru Sosiologi kelas X-10
tindakan
merencanakan
rencana
selama 3 kali pertemuan, yaitu setiap
pelaksanaan pembelajaran yang akan
hari Rabu tanggal 5, 12 dan 19
dilaksanakan pada siklus kedua.
MAret 2014 di ruang kelas X-10
Pelaksanaan
tindakan
SMA Negeri 3 Sukoharjo. Masing-
dilaksanakan
selama
kembali
siklus 3
II kali
masing
peneliti, siklus
2
pertemuan
pelaksanaan dilaksanakan
dilaksanakan
pertemuan, yaitu setiap hari Rabu
selama 2 x 45 menit, sesuai dengan
tanggal 5, 12, dan 19 Maret 2014 di
perencanaan tindakan. Kegiatan pada
ruang kelas X-10 SMA Negeri 3
pertemuan pertama dan kedua adalah
Sukoharjo.
menjelaskan
Masing-masing
materi
secara
pertemuan dilaksanakan selama 2 x
keseluruhan dan penggunaan model
45 menit, sesuai dengan perencanaan
pembelajaran
tindakan.
Kegiatan
siklus
Sementara itu pada pertemuan ketiga
pertama
dan
adalah
akan diadakan tes evaluasi siklus 2.
secara
Observasi
menjelaskan
pada
kedua materi
Make
A
Match.
keseluruhan dan penggunaan model
Dari data nilai evaluasi siklus kedua
pembelajaran
match.
yang telah diperoleh di atas, maka
Sementara itu pada pertemuan ketiga
prosentase ketuntasan peserta didik
akan diadakan tes evaluasi siklus
dapat digambarkan sebagai berikut :
make
a
kedua. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus kedua ini
Kriteria
merupakan usaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Pelaksanaan
Tuntas Tidak Tuntas Total
Prestasi Belajar Siklus II Jumlah peserta Prosentase didik 31 91,18 %
Berdasarkan
3
8,82 %
34
100% tabel
dan
diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah peserta didik yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
obsesrvasi yang telah dilakukan,
berjumlah 31 (91,18%), sedangkan
secara
peserta didik yang belum memenuhi
pembelajaran di kelas X-10 sudah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
berjalan dengan baik, begitu pula
berjumlah 3 (8,82 %). Nilai rata-rata
dengan prestasi belajar yang dicapai
yang diperoleh peserta didik setelah
oleh peserta didik namun masih
penerapan
pembelajaran
ditemukan beberapa kelemahan yang
kooperatif make a match di siklus
dilakukan oleh peserta didik maupun
kedua
guru.
model
adalah
demikian bahwa
maka
setelah
81,79.
Dengan
dapat
diketahui
penerapan
model
pembelajaran kooperatif make a match siklus kedua, prestasi belajar peserta didik kembali mengalami peningkatan, dari prestasi belajar peserta didik pada siklus pertama nilai rata-ratanya 77,12 meningkat menjadi 81,79 pada siklus kedua. Analisis dan Refleksi Setelah evaluasi
selesai
siklus
keseluruhan
Berikut
uraikan
terjadi : 1. Kelemahan peserta didik a. Beberapa
pesertadidik
masih malu-malu dalam menemukan jawaban
pasangan dan
mengutarakan pendapat. saat
model
pembelajaran make a match,
peneliti
masih ada beberapa peserta
kemudian
didik yang terlihat malu-malu
mengumpulkan seluruh data yang
dalam menemukan pasngan
diperoleh, baik berupa foto, video,
jawaban
hasil wawancara dengan peserta
ketika pasangan dari kartu
didik dan hasil evaluasi siklus 2.
yang
Setelah berdiskusi dengan guru di
berbeda jenis kelamin. Ketika
ruang
mereka
bersama
kedua,
peneliti
beberapa kelemahan yang masih
Pada melakukan
proses
guru
piket
SMA
Negeri
3
mereka. dipegang mulai
Terlebih mereka bertemu
Sukoharjo, peneliti dan guru menarik
menemukan pasngan kartu
beberapa kelemahan yang masih ada
jawaban dan pertanyaan, ada
di siklus kedua. Berdasarkan hasil
peserta didik yang menyoraki
mereka
sehingga
mereka
terkesan
sungkan
dengan
pasangan
peserta
didik
2. Kelemahan guru
terrsebut. Kejadian tersebut
Pada siklus kedua, secara
membuat proses diskusi yang
keseluruhan kinerja guru
seharusnya berjalan dengan
sudah
mulai
membaik
baik,
dibandingkan
dengan
terganggu karena cemoohan
pelaksanaan
siklus
dari peserta didik lain.
pertama.
materi
menjadi
b. Beberapa
masih aktif
sedikit
peserta didik
terlihat
kurang
dalam
pasangan
mencari
kartu
yang
dipegangnya. Pada
pelajaran
tersampaikan
dengan
baik,
namun
masih ada satu kendala dalam
proses
pembelajaran
model
make
pelaksanaan
Guru
a
match.
Guru
model
kurang menekankan lagi
pembelajaran make a match
adanya persaingan atau
berlangsung,
kompetisi
beberapa
dalam
peserta didik masih terlihat
menemukan
kurang aktif dalam mencari
kartu
pasangan,
jawaban. Terlihat ketika
terlebih
ketika
pasangan
pertanyaan
dan
pasangan kartu yang mereka
beberapa
pegang berbeda jenis kelamin
masih malu-malu dalam
dengan kartu pasangannya.
menemukan
Peserta didik masih terlihat
kartu
menunggu
jawaban
pasangan
kartu
peserta
didik
pasangan
pertanyaan yang
dan cocok,
yang dimilikinya, sehingga
terlebih ketika pasnagan
mereka
kartu
tidak
termotivasi
menemukan pasangan dipegangnya.
jawaban kartu
yang
yang
pegang
berbeda
kelamin.
Guru
menekankan
meraka jenis kurang bahwa
pasangan
kartu
hanya
Perbandingan Hasil Tindakan
untuk
proses
Antarsiklus
pembelajaran,
bukan
untuk hal yang lain. Berdasarkan
hasil
pembelajaran
refleksi
yang telah dilaksanakan oleh peneliti bersma guru, maka analisis tindakan perbaikan yang sapat dilaksanakan pada siklus kedua adalah sebagai berikut : 1. Guru harus menekankan arti
persaingan
pada
model
pembelajaran make a match secara positif. 2. Guru
harus
Penerapan bertujuan
model
make
a
match
meningkatkan
prestasi
belajar peserta didik kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo pada mata pelajaran
Sosiologi.
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh pada siklus I dan Siklus II maka terdapat perbandingan
antar
siklus.
Perbandingan prestasi belajar peserta didik kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo dalam penerapan model pembelajaran make a match pada
menjelaskan
bahwa pasangan pemegang
siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut :
kartu mmodel pembelajaran make
a
digunakan
match untuk
pembelajaran
dan
hanya kegiatan tidak
berhubungan dengan kegiatan lain. 3. Guru
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata prestasi belajar peserta didik kelas X-10 mengalami
peningkatan
penerapan
model
setelah
pembelajaran
menekankan
adanya
kooperatif make a match. Seperti
reward/penghargaan
kepada
pada diagram di atas dapat diketahui
pasangan peserta didik yang
bahwa
menemukan pasangan kartu
tindakan/prasiklus
tercepat.
peserta didik kelas X-10 adalah
Hasil Penelitian dan Pembahasan
69,74,
sebelum
setelah
dilakukan nilai
penerapan
rata-rata model
pembelajaran kooperatif make a
match
pada
meningkat Sedangkan kembali
siklus
pertama
Ketuntasan Minimal (KKM)
menjadi
77,12.
hanya 16 orang dari 34 total
kedua
peserta
didik.
peningkatan
peserta
didik
pada
siklus
mengalami
Prosentase yang
lulus
nilai rata-ratanya menjadi 81,79.
Kriteria Ketuntasan Minimal
Dari diagram di atas dapat diketahui
(KKM) hanya 47,06%, dan
bahwa dengan penerapan model
peserta didik yang tidak dapat
pembelajaran kooperatif make a
melampaui
match terbukti dapat meningkatakan
Ketuntasan Minimal (KKM)
prestasi belajar peserta didik kelas
sebesar
X-10.
nilai Sosiologi pada kegiatan Berdasarkan hasil penelitian
tindakan
kelas
dilaksanakan siklus
I
yang
pada
dan
siklus
telah
pratindakan, II,
dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar Sosiologi peserta didik kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014. Simpulan hasil penelitian yang dilaksanakan pada pratindakan, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: 1. Hasil
Kriteria
52,94%.
pratindakan dengan
Rata-rata
adalah
69.74
nilai batas Kriteria
Kentuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. 2. Setelah
diterapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I, prestasi peserta
belajar didik
Sosiologi
kelas
X-10
SMA Negeri 3 Sukoharjo mengalami Prestasi pada
peningkatan.
belajar
siklus
Sosiologi
I
meningkat
kegiatan pratindakan
dengan
menunjukkan bahwa prestasi
peserta
belajar Sosiologi pada peserta
Kriteria Ketuntasan Minimal
didik kelas X-10 tergolong
(KKM) dari 16 orang menjadi
rendah. Jumlah peserta didik
28 peserta didik. Prosentase
yang
peserta
lulus
Kriteria
ditandai didik
didik
yang
yang
jumlah lulus
lulus
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar
82,35%
dengan rata-rata 77,12. Pada siklus II, prestasi belajar peserta
didik
kembali
meningkat, ditandai jumlah peserta
didik
yang
lulus
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebanyak
31orang
dari jumlah total 34 peserta didik. didik
Prosentase yang
peserta
lulus
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 91,18% dengan ratarata
81,79.
Jadi
dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan
model
pembelajaran make a match dapat meningkatkan prestasi belajar
Sosiologi
peserta
didik kelas X-10 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi dkk. (2006) .Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aunurrahman, (2009). Belajar dan pembelajaran. Alfabeta
Bandung.
Baharuddin, H dan Esa. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. ArRuzz Media. Basrowi dan Suwandi, (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor. Ghalia Indonesia Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memperngaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning Metode, Teknik, dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Idianto
Muin.
untuk
(2013).
SMA/MA
Sosiologi kelas
X.
Jakarta. Erlangga Insani, Khaerul. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan (Make A Match) Pada Siswa Kelas XI Ilmu Sosial 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2010/1011 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik: Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maryati, Kun dan Suryawati. (2001). Sosiologi Untuk SMA dan MA kelas X: Jakarta. Erlangga. Mulyadi Yad dkk. (2012). Panduan Sosiologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Yudhistira Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas: Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nuryanti, B. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS SMA Negeri Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Purwanto,
T.
pendidikan.
(2009).
Psikologi Bandung.
Rosdakarya Slameto. (200)3. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka cipta Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(
Sugiyanto. 2009). Model-model Pembelajaran Inovatif.. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan aplikasinya: Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, Herawati Dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru Dan Calon Guru: Malang: Bayumedia. Suyadi. (2012). Panduan Penelitian Tindakan
Kelas:
Yogyakarta :Diva Press. Tim MGMP Sosiologi Tasikmalaya. (2013). SMA/MA:
Sosiologi Untuk Tasikmalaya:
Esensi. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.(2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Jakarta: Imperial Bhakti Utama. Tirtonegoro, S. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Triyanto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik: Jakarta: Prestasi pustaka