PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Arum Rahma Shofiya Universitas Sebelas Maret Surakarta
Arum Rahma Shofiya. K8409010. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2013. Tujuan Penelitian ini adalah perbaikan pembelajaran sosiologi sebagai upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 26 siswa. Sumber data yang digunakan adalah informan, tempat atau lokasi, peristiwa, dokumen atau arsip. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, angket, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Wonogiri mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Hasil ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase motivasi belajar siswa dan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan prosentase motivasi belajar dilihat dari dua aspek yaitu berdasarkan lembar observasi dan angket. Motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 12,3% dari siklus I sebesar 63,85% menjadi 76,15% pada siklus II. Dan motivasi belajar siswa berdasarkan angket juga menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 4,16% dari siklus I sebesar 74,05% menjadi 78,21% pada siklus II. Sedangkan peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata nilai tes evaluasi siswa pada akhir siklus yaitu mengalami peningkatan sebesar 4,85 dari pra siklus dengan nilai rata-rata 71,42 menjadi 76,27 pada siklus I. Setelah dilaksanakan siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 2,38 menjadi 78,65. Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, motivasi belajar, hasil belajar
1
dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
Pendahuluan Pendidikan
adalah
salah
satu
secara
berkelanjutan
disempurnakan
faktor penting dalam perkembangan
untuk meningkatkan mutu pendidikan
suatu negara. Dengan pendidikan yang
dan berorientasi pada kemajuan sistem
lebih baik maka akan mengarah pada
pendidikan
perkembangan suatu negara yang lebih
pelajaran 2012/2013 ini, SMA Negeri 3
baik pula. Dalam Undang-undang RI
Wonogiri
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
kurikulum
Pendidikan
(Kurikulum
Nasional,
tercantum
nasional.
masih
Pada
tahun
mengacu
pada
yaitu
KTSP
2006
Tingkat
Satuan
pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan). Yang mana kurikulum ini
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
siswa diharapkan untuk turut aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator, dan
hanya
pengetahuan berfungsi
sekedar atau
mengembangkan
ini belum terealisasi secara optimal. Lemahnya proses pembelajaran, baik yang dikarenakan guru maupun siswa menjadi salah satu masalah yang tengah
tetapi
dihadapi dunia pendidikan Indonesia
seluruh
saat ini.
potensi yang secara potensial telah
Oleh
dimiliki oleh peserta didik secara utuh
pendidik
untuk
maka guru harus sadar betul dan
penyelenggaraan
berkeinginan untuk mengubah proses
pendidikan di sekolah yang melibatkan sebagai
itu
proses belajar mengajar dapat berhasil,
kehidupan mereka kelak.
guru
karena
mengantisipasi masalah tersebut dan
guna meningkatkan kualitas dan mutu
Dalam
pembelajaran
Namun pada kenyataannya kurikulum
memberikan
nilai-nilai
kegiatan
dipusatkan pada siswa (student center).
Untuk itu pendidikan diharapkan bukan
semua
dan
siswa
sebagai peserta didik, guru seharusnya
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
yang bervariasi
guna
menciptakan iklim pembelajaran yang
dengan sadar merencanakan kegiatan
efektif dan menyenangkan. Selain itu
pengajarannya secara sistematis dan
pada
berpedoman pada seperangkat aturan
2
dasarnya
di
dalam
proses
pembelajaran
siswa
dituntut
untuk
pada peningkatan motivasi maupun
mengikuti pembelajaran secara aktif.
hasil belajarnya. Dengan diterapkannya
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
model
untuk mengajak siswa untuk turut aktif
diharapkan siswa akan lebih mudah
di dalam proses pembelajaran yaitu
dalam memahami dan menerima materi
dengan
pelajaran sehingga akan memperoleh
mengembangkan
interaksi
kooperatif pada diri siswa. diajarkan
untuk
Siswa
pembelajaran
kooperatif
ini
hasil belajar yang maksimal.
menerapkan
Berpijak dari latar belakang di
pengetahuannya, belajar memecahkan
atas,
masalah,
permasalahan pada (1) Apakah dengan
mendiskusikan
masalah
peneliti
model
memfokuskan
dengan teman-temannya, mempunyai
diterapkannya
pembelajaran
keberanian untuk menyampaikan ide
kooperatif tipe Make a Match dapat
atau gagasan, dan berlatih bertanggung
meningkatkan motivasi belajar siswa
jawab terhadap tugasnya.
dalam pembelajaran sosiologi? dan (2)
Untuk itu salah satu model
Apakah dengan diterapkannya model
pembelajaran yang dapat diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe Make a
dalam proses pembelajaran Sosiologi
Match dapat meningkatkan hasil belajar
yaitu model pembelajaran kooperatif
siswa
tipe Make a Match atau mencari
sosiologi?.
pasangan.
Model
kooperatif
merupakan
alternatif
perbaikan
dalam
proses
pembelajaran
pembelajaran salah
satu
Metode
pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan di
melalui kerjasama atau diskusi antar
SMA Negeri 3 Surakarta. Bentuk
siswa
peningkatan
penelitian ini adalah penelitian tindakan
kemampuan siswa dalam memahami
kelas (PTK). Subjek penelitian adalah
materi pembelajaran. Melalui model
siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013
Match ini mendorong siswa untuk
yang berjumlah 26 siswa. Penelitian ini
meningkatkan
dilaksanakan dalam dua siklus tindakan,
sebagai
upaya
keaktifan,
semangat
belajar, penguasaan terhadap materi
dengan
pelajaran serta kerja sama antar siswa
perencanaan,
yang secara langsung akan berpengaruh
observasi, dan refleksi. Data hasil
3
tiap
siklus
terdiri
pelaksanaan
atas
tindakan,
penelitian diperoleh dari hasil observasi selama
kegiatan
Isjoni
pembelajaran
mengemukakan
menggunakan lembar observasi, angket,
dianalisis
dengan
menghitung dari keseluruhan aspek yang diamati. Data yang diperoleh dari tes
dan
angket
dianalisis
dengan
menggunakan triangulasi sumber.
Review Literatur Menurut Joyce dalam Agus Suprijono
(2012:
46)
model
13) juga mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
suatu pola yang digunakan sebagai
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”. 2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab diantara para anggota kelompok. 5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
pedoman merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam dan
untuk
menentukan
perangkat-perangkat
pembelajaran
termasuk
pembelajaran
perangkat
termasuk di dalamya buku-buku, film komputer, kurikulum, dan lain-lain. Slavin
berpendapat
bahwa
“model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana para siswa bekerja
sama
dalam
sebagai
Lungdren dalam Isjoni (2009:
pembelajaran adalah suatu rencana atau
tutorial
pendapat
juga
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan yang lain.
yang diperoleh dari lembar observasi siswa
16)
berikut:
tes, dan dokumentasi atau arsip. Data
belajar
(2012:
kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran” (2009: 4).
4
ketrampilan bekerja sama selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
Model pembelajaran kooperatif
yang memberikan arah pada kegiatan
tipe Make a Match adalah bagian dari model
pembelajaran
struktural,
yang
belajar,
kooperatif
menekankan
menyenangkan.
suasana
Agus
Abdurrahman
jika
merupakan kemampuan yang diperoleh
Suprijono
anak setelah melalui kegiatan belajar” (hlm.37). Sudjana dalam Jihad dan
pembelajaran
Haris (2008: 15) juga menambahkan
dikembangkan dengan teknik Make a Match
adalah
tersebut
terdiri
pertanyaan berisi
dan
jawaban
kartu-kartu. dari
dari
bahwa
Kartu
Sardiman A.M (2012:75)
hanya kognitif
menurut
tertentu,
sekedar saja,
keseluruhan
adalah
diukur
dari
namun yaitu
faktor
mencakup berdasarkan
pengalaman yang diperoleh
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
merupakan
belajarnya. Sehingga hasil belajar tidak
pertanyaan-
belajar
belajar
siswa setelah ia menerima pengalaman
lainnya
pertanyaan tersebut” (2009: 94). Motivasi
hasil
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
pertanyaan-
kartu-kartu
(2003)
mengemukakan bahwa “hasil belajar
yang
menyatakan bahwa “Hal-hal yang perlu dipersiapkan
yang
dapat tercapai.
konsep-konsep pembelajaran melalui dengan
tujuan
dikehendaki oleh subjek belajar itu
pada
kerjasama antar siswa dalam memahami
kartu-kartu
sehingga
selama
proses belajar mengajar. Dari hasil
sehingga
belajar
seseorang itu mau dan ingin melakukan
inilah
dapat
diketahui
ketercapaian tujuan pembelajaran.
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia
5
Untuk lebih jelasnya penelitian ini memiliki kerangka berpikir sebagai berikut : Guru belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match
A. B.Kondisi Awal
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Tindakan
kooperatif tipe Make a Match di kelas
Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini
XI IPS 3 SMA Negeri 3 Wonogiri.
terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri 3
kali
dilaksanakan
pertemuan dengan
Motivasi dan hasil belajar siswa meningkat
Meningkatnya hasil dan motivasi belajar Sosiologi siswa
Kondisi Akhir
dari
Motivasi dan hasil belajar siswa rendah
Pelaksanaan
yang
penelitian
ini
dimulai dengan peneliti melakukan
prosedur
observasi
awal
terhadap
kegiatan
penelitian tindakan kelas sesuai dengan
pembelajaran di kelas untuk mengetahui
teori yang ada. Pada penelitian tindakan
secara nyata keadaan yang ada di kelas
kelas ini peneliti melakukan observasi
XI IPS 3 SMA Negeri 3
terhadap
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
minat
observasi peneliti menemukan beberapa
dan hasil belajar siswa dalam
penerapan
metode
pembelajaran
Wonogiri.
permasalahan pembelajaran baik dari segi proses maupun hasilnya. Pada
6
proses pembelajaran guru cenderung
Make a Match, dan pada pertemuan
menerapkan metode ceramah sehingga
terkahir
siswa tampak tidak tertarik mengikuti
melaksanakan tes hasil belajar dan
pembelajaran
pengisian angket motivasi. Namun
di
kelas
yang
digunakan
untuk
mengindikasikan bahwa motivasi siswa
setelah
diterapkan
model
terhadap pembelajaran rendah. Pada
pembelajaran ini masih terdapat
hasil belajar siswa dapat dilihat pada
beberapa kelemahan baik dari diri
nilai rata-rata kelas yang rendah dan
siswa maupun guru. Kelemahan
belum memenuhi KKM. Oleh karena
tersebut adalah sebagai berikut :
itu peneliti mengadakan diskusi lebih
1) Siswa masih kurang memahami
lanjut dengan guru mata pelajaran
langkah-langkah
Sosiologi
pembelajaran kooperatif tipe
untuk
mengatasi
permasalahan yang muncul tersebut dengan
menerapkan
model
Make a Match.
metode
2) Beberapa siswa masih terlihat
pembelajaran kooperatif tipe Make a
kurang aktif dalam mencari
Match.
pasangan
a. Siklus I terdiri dari empat tahap,
jawaban maupun saat diskusi.
yaitu
perencanaan,
kartu
pelaksanaan,
3) Masih
observasi, dan refleksi . Pada siklus
siswa
I pembelajaran dilaksanakan dengan
pertanyaan
3
pendapatnya.
kali
pertemuan,
pertemuan
pada
dipergunakan
awal untuk
4) Siswa
soal
kurangnya dalam
dan
kesadaran mengajukan maupun
masih
mengandalkan
menyampaikan materi yang meliputi
temannya dalam mengerjakan
pengertian kelompok sosial, dasar
soal diskusi maupun evaluasi
pembentuk macam-macam
kelompok kelompok
sosial,
5) Guru kurang dapat menekankan
sosial,
langkah-langkah pembelajaran
dan memberikan contoh macammacam
kelompok
sosial
pada siswa.
yang
6) Guru masih terlalu cepat dalam
relevan dengan keadaan masyarakat
menyampaikan materi
sekitar. Selanjutnya pada pertemuan
7) Guru
kedua mulai untuk menerapkan
masih
kurang
menekankan adanya persaingan
model pmebelajaran kooperatif tipe
7
antar
tim/kelompok
sekali dan suasana pembelajaran
berpasangan.
terlihat semakin kondusif. Adapun
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
pada
penerapan
siklus
model
I
kelemahan yang terjadi pada siklus
melaui
II adalah sebagai berikut :
pembelajaran
1) Beberapa siswa masih terlihat
kooperatif tipe Make a Match,
kurang aktif dalam mencari
tindakan yang telah dilaksanakan
pasangan
pada siklus I dikatakan berhasil
jawaban maupun saat diskusi.
kartu
akan tetapi belum mencapai hasil
2) Masih
yang maksimal. Untuk itu perlu
siswa
dilaksanakan
pertanyaan
langkah
siklus
II
sebagai
perbaikan
proses
3) Guru
Pada siklus II pembelajaran dengan
3
kurangnya dalam
dan
kesadaran mengajukan maupun
pendapatnya.
pembelajaran siklus I.
dilaksanakan
soal
terlalu
cepat
dalam
menyampaikan materi karena
kali
waktu yang agak terbatas.
pertemuan, pada awal pertemuan
Dan berdasarkan hasil analisis pada
dipergunakan untuk menyampaikan
siklus
materi yang meliputi pengertian
diketahui
kelompok sosial, dasar pembentuk
diterapkannya model pembelajaran
kelompok sosial, macam-macam
kooperatif tipe Make a Match
kelompok sosial, dan memberikan
terjadi peningkatan pada motivasi
contoh macam-macam kelompok
dan hasil belajar Sosiologi siswa.
sosial yang relevan dengan keadaan
Dari
masyarakat
observasi, angket maupun nilai tes
sekitar.
Selanjutnya
I dan siklus
II, dapat
bahwa
pengamatan
setelah
hasil
pada pertemuan kedua mulai untuk
evaluasi
menerapkan model pmebelajaran
terjadi peningkatan pada tiap akhir
kooperatif tipe Make a Match, dan
siklus. Uraian hasil peningkatan
pada pertemuan terkahir digunakan
motivasi
untuk
siswa dijelaskan sebagai berikut :
belajar
melaksanakan dan
tes
pengisian
hasil angket
menunjukkan
lembar
maupun
hasil
1) Motivasi belajar siswa
motivasi. Kelemahan yang terjadi pada siklus II ini sangat minim
8
bahwa
belajar
a) Peningkatan
Motivasi
Belajar
sebesar
Berdasarkan
1.
2.
3.
4.
5.
Kesungguh an siswa untuk mengikuti pembelajar an Sosiologi Kemauan bertanya jika menemui kesulitan Keinginan untuk bekerja dan berusaha menyelesai kan masalah sendiri Lingkungan belajar yang kondusif Kegiatan belajar yang menarik Ratarata
Pra Siklus 61,53%
Siklus I 80,77%
b) Peningkatan
88,46%
Capaian Indikator % No 1.
11,53%
30,77%
46,15%
53,84%
76,92%
80,76%
2.
3.
42,31%
69,23%
76,92%
46,15%
61,54%
88,46%
43,07%
63,85%
76,15%
diketahui
Motivasi
Belajar Berdasarkan Angket
Siklus II
4.
5.
Berdasarkan tabel diatas dapat
dari
siklus II.
Capaian Indikator % Indikator
yaitu
63,85% menjadi 76,15 pada
Lembar Observasi No
12,30%
Indikator Kesungguh an siswa untuk mengikuti pembelajar an Sosiologi Kemauan bertanya jika menemui kesulitan Keinginan untuk bekerja dan berusaha menyelesai kan masalah sendiri Lingkungan belajar yang kondusif Kegiatan belajar yang menarik Ratarata
Pra Siklus 61,53%
80,77%
88,46%
11,53%
30,77%
46,15%
53,84%
76,92%
80,76%
42,31%
69,23%
76,92%
46,15%
61,54%
88,46%
43,07%
63,85%
76,15%
Siklus I
Siklus II
bahwa
penerapan model pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas dapat
kooperatif tipe Make a Match
diketahui
dapat meningkatkan
motivasi
model pembelajaran kooperatif
belajar
tersebut
tipe
terbukti
siswa.
Hal
dengan
adanya
bahwa
Make
a
penerapan
Match
dapat
meningkatkan motivasi belajar
peningkatan rata-rata prosentase
siswa.
sebesar 20,78% dari 43,07%
dengan
pada pra siklus menjadi 63,85%
prosentase sebesar 13,84% dari
pada siklus I. Selanjutnya pada
60,21% pada pra siklus menjadi
siklus I mengalami peningkatan
74,05%
rata-rata
Selanjutnya
prosentase
yaitu
9
Hal
tersebut
adanya
pada pada
terbukti
peningkatan
siklus siklus
I. I
mengalami
peningkatan
Sebagai
penunjang
data
hasil
prosentase yaitu sebesar 4,16%
belajar siswa berikut ini juga
yaitu dari 74,05% menjadi 78,21
disajikan
pada siklus II.
belajar
prosentase siswa
peningkatan
Hasil analisis data dari masing-masing
siklus
setelah
diterapakan
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
model pembelajaran kooperatif
Krite ria
a
meningkatkan
Match hasil
dapat
Tunta s 73100 Belu m Tunta s 0-72
belajar
Sosiologi siswa kelas XI IPS 3 SMA
mengalami
pada siklus I dan siklus II.
menunjukkan bahwa penerapan
Make
yang
model pembelajaran Make a Match
2) Hasil Belajar
tipe
ketuntasan
Negeri
3
Wonogiri.
Peningkatan hasil belajar siswa
Pra Siklus Jml Prosensiswa tase
Siklus I Jml Prosen siswa tase
Siklus II Jml Prosen siswa tase
12
46,15%
20
76,92%
22
84,62%
14
53,85%
6
23,08%
4
15,38%
26
100%
26
100%
26
100%
adanya
Berdasarkan gambar dan tabel di
peningkatan rata-rata nilai test
atas dapat diketahui bahwa nilai
kognitif pra siklus, siklus I, dan
rata-rata
siklus II. Peningkatan tersebut
ketuntasan
dapat digambarkan pada grafik
sampai
berikut ini :
menunjukkan
dibuktikan
dengan
maupun siswa
prosentase dari
akhir
awal siklus adanya
peningkatan. Dari gambar dapat dijelaskan bahwa pada awal
Peningkatan RataRata Hasil Belajar Siswa 100 80 60 40 20 0
siklus sebelum diterapkannya model pembelajaran Make a Match rata-rata hasil belajar
71,42 76,27 78,65
siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Nilai RataRata
Minimal
(KKM)
yaitu sebesar 71,42. Namun setelah
Pra Siklus Siklus Siklus I II
pada
diterapkannya siklus
I,
model
mengalami
peningkatan sebesar 4,85 dari
10
awal siklus yaitu menjadi 76,27.
Berdasarkan
data
yang
Selanjunya pada siklus II juga
diperoleh setelah pelaksanaan tindakan
mengalami peningkatan rata-rata
pada siklus I dan siklus II membuktikan
sebesar
bahwa penerapan model pembelajaran
2,38
yaitu
menjadi
78,65.
kooperatif tipe Make A Match dapat Selanjutnya jika dilihat
meningkatkan
motivasi
dan
hasil
dari prosentase ketuntasan, hasil
belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA
belajar siswa dari awal siklus
Negeri 3 Wonogiri. Pernyataan ini dapat
sampai
juga
dibuktikan dengan adanya peningkatan
menunjukkan peningkatan yang
motivasi dan hasil belajar siswa pada
cukup signifikan. Pada awal
keseluruhan
siklus
ketuntasan
Hasil penelitian motivasi membuktikan
siswa jauh dibawah indikator
baik dari hasil observasi maupun angket
ketercapaian yaitu hanya sebesar
mengalami
46,15%.
indikator motivasi belajar yang telah
akhir
siklus
prosentase
Namun
setelah
kegiatan
pembelajaran.
peningkatan
keseluruhan
tiap
diterapkan model pembelajaran
ditetapkan
kooperatif tipe Make a Match
mengalami peningkatan motivasi dari
pada siklus I dan siklus II
pra siklus, siklus I ke siklus II. Dan
prosentase
siswa
peningkatan tersebut telah melebihi
mengalami peningkatan. Pada
indikator ketercapaian (≥75%) dengan
siklus I naik menjadi 76,92%
prosentase sebesar 78,21%. Hal serupa
dan pada siklus II naik menjadi
juga terjadi
84,62%.
yang mengalami kenaikan prosentase
ketuntasan
yaitu
pada
siswa
pada hasil belajar siswa
Hasil
tersebut
membuktikan
ketuntasan sebesar 84,62% pada siklus
bahwa
setelah
diterapkannya
II. Dari prosentase ketuntasan hasil
model pembelajaran kooperatif
belajar
tipe Make a Match, hasil belajar
menunjukkan
siswa mengalami peningkatan
signifikan dan telah melebihi indikator
yang cukup signifikan dan telah
ketercapaian sebesar ≥75%.
mencapai indikator ketercapaian
siswa
Dari
yaitu ≥75%.
siklus
II
peningkatan
keseluruhan
tersebut yang
hasil
penelitian di atas menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar Sosiologi
11
siswa
dalam
mengalami
proses
pembelajaran
peningkatan
dan
bahwa terdapat peningkatan motivasi
telah
dan hasil belajar Sosiologi setelah
memenuhi rata-rata indikator capaian
diterapkan
minimal sebesar 75%.
kooperatif tipe Make a Match pada
Peningkatan
tersebut sesuai dengan teori
model
pembelajaran
yang
siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3
dijelaskan oleh Mulyasa (2006: 101)
Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013.
yang
Adapun penjelasannya akan diuraikan
menyatakan
bahwa
suatu
pembelajaran dapat dinyatakan berhasil
dibawah ini :
dan berkualitas apabila seluruhnya atau
a. Motivasi belajar Sosiologi siswa kelas
setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
XI IPS 3 SMA Negeri 3 Wonogiri
siswa terlibat secara aktif, baik fisik,
mengalami
mental maupun sosial dalam proses
diterapkannya model pembelajaran
pembelajaran.
penetapan
kooperatif tipe Make a Match. Hal
besarnya indikator ketercapaian dalam
tersebut dapat ditunjukkan dari hasil
penelitian
observasi
Dalam
dilakukan
dengan
siswa tersebut adalah sebagai berikut :
angket dan hasil tes kognitif yang subjek
1) Motivasi
penelitian
belajar
siswa
berdasarkan hasil observasi, pada
sebelum tindakan.
siklus I ke siklus II mengalami
Berpijak dari uraian pembahasan
kenaikan sebasar 12,3%, yaitu
di atas maka dapat ditarik kesimpulan
dari motivasi belajar siswa pada
bahwa dengan penerapan pembelajaran
siklus
kooperatif Tipe Make a Match dapat
I
mengalami
meningkatkan motivasi maupun hasil
2) Sedangkan
SMA Negeri 3 Wonogiri.
63,85%
peningkatan
pada
motivasi
belajar
berdasarkan perhitungan angket, pada
Penutup
siklus I ke
mengalami
hasil
sebesar
siklus II menjadi 76,15%.
belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS 3
Berdasarkan
perhitungan
hasil peningkatan motivasi belajar
siklus, capaian awal dari perhitungan
pada
maupun
setelah
angket. Adapun penjelasan mengenai
mempertimbangkan hasil observasi pra
diberikan
peningkatan
analisis
4,16%,
kenaikan
yaitu
dari
penelitian tindakan dari siklus I sampai
belajar siswa
pada
siklus II, maka dapat disimpulkan
sebesar
12
siklus II
74,05%
sebasar motivasi siklus
I
mengalami
peningkatan
pada
siklus
II
Sehingga kualitas pembelajaran
menjadi 78,21%. b. Hasil
belajar
dapat terus meningkat seiring
siswa
mengalami
peningkatan kemampuan yang
peningkatan dari nilai rata-rata siswa
dimilikinya.
prasiklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada
siklus
I
sebesar
d. Guru
76,27
memanfaatkan
mengalami kenaikan hasil belajar
dalam
yang
beberapa
saran
dipergunakan
yang
bahan
dengan baik pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif
1. Bagi Guru
tipe Make a Match atau pada
a. Guru
diharapkan
mengembangkan
dapat
model
saat
dan
mendorong Sosiologi
motivasi siswa
mempermudah
dan meningkatkan keberanianya
dapat
siswa
dalam
dalam
pada
mampu
c. Siswa
metode yang tepat dalam proses
tercapai
diharapkan
dapat
dalam
dalam
belajar
hendakanya saat
dapat diskusi
guru dapat terselesaikan dengan baik. d. Siswa
kemampuannya
mengembangkan
menyampaikan
kegiatan
gagasan
sehingga tugas yang diberikan
dengan baik.
meningkatkan
saat
bekerjasama
pembelajaran sehingga tujuan dapat
maupun
mengajar berlangsung.
memilih dan mengembangkan
pembelajaran
menyampaikan
pertanyaan
memahami materi pelajaran. diharapkan
pembelajaran
b. Siswa hendaknya selalu aktif
belajar
serta
kegiatan
berlangsung.
metode pembelajaran yang dapat
c. Guru
media
a. Siswa hendaknya berkonsentrasi
pertimbangan, antara lain:
b. Guru
pengembangan
2. Bagi Siswa
dapat
sebagai
dan
pembelajaran.
telah dilaksanakan dalam dua siklus, ada
sarana
oleh sekolah sebagai alat bantu
nilai rata-rata siswa menjadi 78,65.
penelitian
dapat
prasarana yang sudah disediakan
pada siklus II sebesar 2,38 dengan
Berdasarkan
diharapkan
materi,
mengelola
hendaknya
tidak
tergantung pada materi yang
dan
diberikan oleh guru saja, tetapi
serta
juga
kelas. 13
lebih
aktif
mencari
informasi materi dari sumbersumber
lain
menambah
sehingga wawasan
dalam
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil
akan
Proses
siswa
pembelajaran
Remaja
Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi
3. Bagi Sekolah
Belajar
Mengajar.
Jakarta Utara : PT Raja Grafindo sekolah
hendaknya
Persada
membuat kebijakan kepada guru untuk
PT
Rosdakarya.
yang dihadapi.
a. Pihak
Mengajar.
Bandung:
menyelesaikan
permasalahan
Belajar
melakukan
Trianto.
penelitian
2012.
Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif:
tindakan kelas dalam rangka
Konsep,
meningkatkan kualitas proses
Implementasinya pada Kurikulum
pembelajaran di kelas dengan
Tingkat
menggunakan
KTSP. Jakarta: Kencana Prenada
model
pembelajaran yang lebih variatif
sekolah
hendaknya
semakin meningkatkan fasilitasfasilitas,
sehingga
mendukung
dapat proses
pembelajaran.
Daftar Pustaka Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas
Satuan
Media Group.
dan inovatif. b. Pihak
Ladasan,
Pembelajaran
Kelompok. Bandung: Alfabeta. Isjoni dan Arif Ismail. 2009. ModelModel Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
14
dan
Pendidikan
PERSETUJUAN
Jurnal yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Kooperatif TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN HASIL
BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ini telah disetujui sebagai syarat ujian Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Slamet Subagyo, M.Pd NIP. 19521126 198103 1 002
Drs. Soeparno,M.Si NIP. 19481210 197903 1 002
15