“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA” Ripka Sri Agustina, Fitryane Lihawa*, Tirtawaty Abdjul** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidak sesuaian latar belakang pendidikan guru bidang studi dengan mata pelajaran yang harus diberikan khususnya pada mata pelajaran fisika, Model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar khususnya mata pelajaran fisika yang mengakibatkan hasil belajar yang sangat rendah. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran fisika di kelas XB Man Batudaa Kecamatan Batudaa. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model inkuiri. Penelitian ini dilaksanakan disekolah MAN batudaa dan berlangsung dalam 2 siklus. Pada siklus I menunjukan ketuntasan klasikal mencapai 48% sedangkan pada siklus II meningkat lagi dengan ketuntasan klasikalnya mencapai 89%. Hasil belajar siswa ini menunjukan bahwa penggunaan model pembejaran inkuiri secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan materi suhu dan kalor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model inkuiri pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga disarankan agar hendaknya model pembelajaran inkuiri ini dijadikan sebagai salah satu model yang digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan pemahaman siswa dalam belajar. Kata kunci: Model Pembelajaran inkuiri, dan Hasil Belajar I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara
tercermin dari pendidikannya yang maju dan mendapat perhatian secara serius. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia jelas menyatakan bahwa semua masyarakat berhak memperoleh pendidikan yang layak guna memajukan bangsa dan negara. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memegang peran yang penting untuk meningkatkan kualiatas manusia. Dalam peningkatan kualitas, sekolah perlu ditunjang dengan berbagai macam sarana, salah satunya adalah laboratorium yang memadai dalam proses pembelajaran terutama pada pelajaran Fisika. Selain sarana yang diperlukan, sekolah juga memerlukan tenaga pendidik (Guru) yang memiliki keprofesionalan dalam mengajar dan bisa memanfaatkan sarana yang ada. Seorang guru harus kreatif dan memberikan
1
pelajaran-pelajaran yang berkonflik, yang dapat melatih siswa untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah (Ahmadi, 2011). Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Alasan diberikannya fisika ini tentu ada maksudnya. Hal ini telihat pada tujuan umum diberikannya fisika di jenjang pendidikan dasar dan menengah mempersiapkan siswa agar (1) sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur, efektif, dan efisien, (2) dapat menggunakan fisika dan pola pikir fisika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu yang mempelajari fenomena alam berdasarkan fakta. Kenyataan yang terjadi di sekolah MAN Batudaa di kelas XB, pembelajaran IPA (Fisika) masih menyulitkan siswa dalam menguasai konsep yang diajarkan guru karena pembelajaran disajikan tidak nyata dan tidak dipraktekan baik melalui demonstrasi maupun eksperimen. Pembelajaran seperti ini menjadikan siswa pasif dalam proses pembelajaran, akhirnya siswa akan jenuh, mengantuk dan tidak tertarik untuk mempelajari materi yang diajarkan, keadaan seperti ini juga karena tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah, Bagaimana seorang guru dapat mencipkan suatu proses pengajaran yang lebih variatif. Pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam belajar. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan cara mengajak siswa untuk mencari kebenaran, informasi atau pengetahuan bertanya. Siswa diharapkan agar dapat mengumpulkan informasi, data, dengan melibatkan panca indra seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak siswa mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental dengan melakukan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran ini dipandang mampu menciptakan situasi yang kondusif, melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan terkesan menyenangkan. II.
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Model Pembelajaran Inkuiri Inkuiri yang dalam Bahasa Inggris adalah
Inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Sedangkan dalam bahasa latin, Inquiri (in = guarere) artinya mencari atau menanyakan sesuatu dalam mengajar, istilah ini memberikan kesempatan 2
kepada siswa untuk aktif berkreasi melalui proses-proses ilmiah. Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2007: 134), model pembelajaran inkuiri adalah salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi. Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Sedangkan Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya sendiri dengan penuh percaya diri. Inkuiri didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan mengumpulkan informasi dan data dengan melibatkan panca indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium. Inkuiri adalah suatu model yang digunakan dalam pembelajaran baik untuk mata pelajaran fisika dan sains, maupun sosial sains dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari penemuan sendiri. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya dibandingkan bila siswa bekerja sendiri. Guru menggunakan teknik inkuiri ini diwaktu mengajar memiliki tujuan demikian : agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulannya nanti kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Mengajukan pertanyaan atau permasalahan, Merumuskan hipotesis, Mengumpulkan data, Analisis data, dan Membuat kesimpulan. Tujuan utama pembelajaran inkuiri keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar dengan memiliki keunggulan Strategi menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Munandar dalam Trianto (2007: 137) Ciri pengembangan afektif yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk membuat sessuatu misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai 3
tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik oleh siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun orang lain. Adapun ciri-ciri pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan
dapat
menumbuhkan
sikap
percaya
diri (self
belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri dan tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan
berpikir
secara
sistematis,
logis,
dan
kritis,
atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya di tuntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mengevaluasi adalah proses mengukur dan menilai. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sudah tentu memerlukan pengukuran hasil belajar. Dengan mengukur hasil belajar maka seseorang akan dapat diketahui tingkat penguasaan tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hasil dari pembelajaran ini disebut hasil belajar. Menurut
Dimyati (2009.189) Kewajiban dari setiap guru adalah mengevaluasi
pencapaian hasil belajar siswa, Karena siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, tentu mereka mempunyai keinginan untuk mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Bloom dan Kratwohl dalam Dimyati (2009 : 26) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. hasil 4
belajar juga merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari peserta didik yang berwujud angka dari tes standar yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa. Tinjauan Tentang Suhu Dan Kalor Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajad panas dinginnya suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki suhu yang rendah. Kalor merupakan energi panas suatu benda, dimana energi yang ditransfer dari satu benda ke benda yang lainnya disebabkan adanya perbedaan temperatur. Satuan umum untuk kalor sering disebut kalori (kal) dan didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Kisaran temperatur khusus dari 14,5oC – 15,5oC ditentukan karena kalor yang diperlukan sedikit berbeda pada temperatur yang berbeda. Perbedaannya kurang dari 1 persen dalam jangkauan 1-100oC dan sering diabaikan pada sebagian kasus. Yang sering digunakan dari kalori adalah kilokalori (kkal), yang besarnya 1000 kalori. Percobaan yang dilakukan oleh seorang ilmuan Inggris, James Prescott Joule (1818-1889) membuktikan secara kuantitatif bahwa kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. Sehingga dapat dituliskan: 4,186 J = 1 kal 4,186 x 103 J = 1 kkal. Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke benda yang lainnya melalui tiga cara, yaitu secara konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran). Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi bila ada perbedaan suhu. Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa kecepatan hantaran kalor melalui benda yang sebanding dengan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya. Kecepatan hantaran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran kalor melalui sebuah benda pada gambar di bawah ini.Besarnya kalor Q tiap selang waktu
DT tertentu dirumuskan sebagai berikut: Q = k. A Dt l Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan benda A yang bersentuhan, koefisien konveksi h, waktu t, dan beda suhu ∆J antara benda dengan fluida. Banyaknya kalor yang dihantarkan secara konveksi dapat dihitung dengan persamaan berikut.
5
H =
Q hADT t
atau
Q = hAtDT
Nilai h bergantung pada bentuk dan kedudukan permukaan yang bersentuhan dengan fluida. Radiasi dari Matahari terdiri dari cahaya tampak ditambah panjang gelombang lainnya yang tidak bisa dilihat oleh mata, termasuk radiasi inframerah (IR) yang berperan dalam menghangatkan Bumi. Kecepatan atau laju radiasi kalor dari sebuah benda sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak (µ ∝ T4) Dengan demikian, kecepatan radiasi kalor meninggalkan sumber tiap selang waktu tertentu (Q/Δt ) dirumuskan:
Q = e s A DT 4 , atau Dt
(
Q = e s A T14 - T24 Dt
)
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) bersiklus, yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar mengajar, hasil evaluasi siswa belum memenuhi ketuntasan belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Batudaa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XB semester II dengan jumlah siswa 27 orang sebagai subyek penelitian. Data hasil belajar siswa diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan. Tujuan pemberian tes tertulis berupa soal uraian dengan menggunakan batas skor berdasarkan prosentase. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan menggunakan analisis prosentase. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas bersiklus yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar mengajar hasil belajar siswa belum tuntas belajarnya, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya lagi. peneliti melakukan dua jenis kegiatan yakni pemantauan dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar tersebut tetap seperti perolehan hasil pada siklus-siklus yang telah dilaksanakan. Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti menggunakan alat atau instrumen yaitu berupa tes hasil belajar. Pada tahap analisis dan refleksi ini akan disesuaikan dengan hasil yang di dapatkan dari pemantauan dan evaluasi, ini akan dianalisa dan direfleksi apakah sudah sesuai dan
6
sudah memenuhi kriteria dan apakah masih terdapat kelemahan-kelemahan pada tindakan yang dilaksanakan pada siklus I akan di perbaiki pada siklus berikutnya. Dalam proses penelitian tindakan kelas analisis data merupakan hal yang penting. Analisis data ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir siklus. Data yang di analisis meliputi data hasil pengamatan kegiatan guru dan data aktifitas siswa serta data hasil belajar siswa. Data diperoleh secara kualitatif, dan di analisis dengan menggunakan tekhnik analisis data IV.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Hasil Penelitian Subyek yang dikenal tindakan dalam penelitian ini adalah kelas XB MAN Batudaa sebanyak 27 orang yang terdiri dari laki-laki 11 orang dan perempuan 16 orang, dibelajarkan dengan materi pokok yang diajarkan adalah suhu dan kalor. peneliti menggunakan model pembelajaran Inkuiri. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran ini, karena dapat memotivasi keaktifan dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran Fisika. Dalam proses penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan dan perencanaan yang maksimal agar data yang diperoleh benar-benar bersifat original. Persiapan dan perencanaan tersebut harus disiapkan oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu pembelajaran dengan pembelajaran Inkuri dan hasil belajar fisika. variabel penelitian sebagai berikut: Variabel Input yaitu siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, proses evaluasi, dan lingkungan belajar, Variabel Proses yaitu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri danHasil belajar siswa baik individual maupun kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas bersiklus yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar mengajar hasil belajar siswa belum tuntas belajarnya, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya lagi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena pada siklus I hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan. Disamping itu masih ada aspek-aspek pengelolaan kegiatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I yang masih berada dalam kriteria cukup, maka perlu dilanjutkan pada siklus II. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri Pada Siklus I Pengamatan aktivitas guru pada siklus I dilakukan sebanyak 2 kali, sesuai dengan jumlah rancangan pembelajaran atau sebanyak 2 kali pertemuan. Kegiatan atau aktivitas guru selama kegiatan belajar berlangsung dipantau dan dinilai dengan menggunakan lembar 7
pengamatan yang telah di susun oleh peneliti. Adapun pengamatan kegiatan guru lebih diarahkan pada 11 aspek. Bagi guru, hasil pembelajaran yang telah diuraikan dan dilihat pada tabel aktivitas guru pada siklus I, tampak bahwa persentase rata-rata kegiatan guru pada pertemuan pertama memperoleh kriteria sangat baik (9%), baik (54%) , dan kriteria cukup (39%), sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh kriteria sangat baik (18%), baik (63%) dan kriteria cukup (18%). Rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru tampak bahwa kriteria sangat baik (14 %), baik (59%), cukup (27%). Dari data tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar siswa di kelas dengan model inkuiri belum maksimal, karena masih terdapat kualifikasi cukup. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Inkuri Pada Siklus I Pengambilan data ini dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dan pengamat. Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dilakukan sebanyak 2 kali. Adapun yang menjadi objek dalam kegiatan siswa ini yaitu untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pengamatan aktivitas siswa lebih diarahkan pada 11 aspek kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil aktivitas siswa pada tabel yang telah diuraikan tampak bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan 1 yang memperoleh kriteria sangat baik (9%), baik (45%) dan kriteria cukup (45%), sedangkan pada pertemuan 2 yang memperoleh kriteria sangat baik (27%), baik (55%) dan kriteria cukup (18%). Setelah keduanya dirata-ratakan tampak bahwa yang masuk kriteria sangat baik (18%), baik (50%), dan cukup (32%). Dari data tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar siswa di kelas dengan model inkuiri belum maksimal, karena masih terdapat kualifikasi cukup. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Inkuiri Pada Siklus I Untuk melihat ketuntasan belajar siswa atau daya serap siswa pada mata pelajaran fisika, maka pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian tertulis dengan menggunakan soal essay. Soal pada siklus I berjumlah 8 butir soal essay dengan skor maksimal yang dapat dicapai siswa adalah 100. Berdasarkan analisis hasil penilaian diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut :
8
Tabel I. Hasil belajar siswa siklus 1 Rentang skor
Banyak siswa
Persentase
81 – 100
3
11
75 – 80
10
37
61 – 74
11
41
41 – 60
3
11
0 – 40
0
0
Jumlah
27
100
nilai rata - rata = =
jumlah nilai jumlah siswa
1970 = 73 27 jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75 x100 % jumlah siswa keseluruha n 13 = x100 % = 48 % 27
ketuntasan klasikal =
Skor rata-rata
GRAFIK RANAH KOGNITIF NITIF SIKLUS I 100
77,03
53,91
79,8 79,81
50
C1
0
C2 C1
C2
C3
C3
RANAH KOGNITIF
Gambar 1. Grafik rata-rata rata ranah kkognitif siklus I Berdasarkan tiga aspek ranah kognitif, ppersentase yang dicapai siswa ditiap tiap-tiap soal pada siklus I yaitu aspek pengetahuan(C1) sebesar 77,03%, aspek pek pemahaman (C2) sebesar 53,91%, dan aspek pek penerapan (C3) sebesar 79,81%.. Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1 di atas. Refleksi Kegiatan Guru, Kegiatan Siswa dan Hasil Belajar Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus I Refleksi dilakukan dengan guru pengamat, tujuanya adalah untuk mendapatkan suatu gambaran apakah pakah tindakan yang dilaksanakan telah menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Refleksi pada siklus I dilakukan melalui diskusi dengan guru yang bertindak selaku pengamat dalam proses balajar mengajar 9
di kelas. Refleksi tersebut untuk memperoleh suatu gambaran apakah tindakan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan dan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Dari refleksi yang telah dilaksanakan melalui diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan, sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I masih terdapat beberapa aspek kegiatan, baik kegiatan guru maupun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Aspek-aspek tersebut antara lain : Pemberian motivasi kepada siswa belum maksimal, Pengaturan waktu selama proses pembelajaran belum maksimal, Membimbing siswa menarik kesimpulan sendiri Kemudian menyangkut aktivitas belajar siswa masih terdapat aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang belum optimal, yaitu Kemampuan siswa dalam merespon pendapat guru, Presentase hasil belajar kelompok belum maksimal, Siswa belum berani mengemukakan ide atau pendapat, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan , sehingga harus dilanjutkan pada siklus II. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pada Kegiatan Mengajar Siklus II yang akan dilaksanakan ini merupakan penyempurnaa tindakan pada siklus I. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka guru harus melakukan penyempurnaan tindakan pada pada aspek-aspek kegiatan belajar mengajar, yaitu: Membimbing siswa agar Kemampuan siswa dalam merespon pendapat guru lebih baik dari sebelumnya, Membimbing siswa dalam Presentase hasil belajar kelompok dan Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berani dalam mengemukakan ide atau pendapat pada waktu diskusi. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Model Inkuiri Pada Siklus II Dalam pengamatan kegiatan guru pada siklus II ini sama halnya yang telah dilakukan pada siklus I, tapi hanya satu kali pertemuan. Adapun pengamatan kegiatan guru lebih diarahkan pada 11 aspek. Berdasarkan Tabel yang telah di uraikan, tampak bahwa presentase rata-rata aktivitas guru yang memperoleh kriteria sangat baik (27%), baik (73%). Hal ini sesuai dengan yang diharapkan dari 11 aspek karena semuanya memenuhi kriteria baik dan sangat baik. Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri Pada Siklus II Pengambilan data ini dilakukan seperti yang telah dilakukan pada siklus I yaitu secara bersama-bersama dilaksanakan antara peneliti dan pengamat. Adapun yang menjadi objek 10
dalam kegiatan siswa ini yaitu untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pengamatan aktivitas siswa lebih diarahkan pada 11 aspek kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa yang memperoleh kriteria sangat baik (36%), baik (64%) dan kriteria cukup (45.45%). Hal ini sesuai dengan yang diharapkan dari 11 aspek karena semuanya memenuhi kriteria baik dan sangat baik. Dari data tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar siswa di kelas dengan model pembelajaran inkuiri sudah maksimal, karena tidak terdapat kualifikasi cukup dan kurang. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siklus II Untuk melihat ketuntasan belajar siswa atau daya serap siswa pada mata pelajaran fisika, maka pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian tertulis dengan menggunakan soal essay. Soal pada siklus II berjumlah 5 butir soal essay dengan skor maksimal yang dapat dicapai siswa adalah 100. Berdasarkan analisis hasil penilaian diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut : Tabel 9. Hasil belajar siswa siklus 1I Rentang skor
Banyak siswa
Persentase
81 – 100
16
59
75 – 80
8
30
61 – 74
3
11
41 – 60
0
0
0 – 40
0
0
Jumlah
27
100
nilai rata - rata = =
jumlah nilai jumlah siswa
2266 = 84 27
ketuntasan klasikal = =
jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75 x100 % jumlah siswa keseluruha n 24 x100 % = 89 % 27
11
GRAFIK RANAH KOGNITIF NITIF SIKLUS II
Skor rata-rata
90 85 80 75 70
88,58
85,19 76,92
C1 C2
C1
C2
C3
C3
RANAH KOGNITIF
Gambar 2. Grafik rata-rata rata ranah kkognitif siklus I Berdasarkan gambar 2 pada grafik tersebut terlihat ada tiga aspek ranah kognitif, persentase yang dicapai siswa ditiap tiap-tiap soal pada siklus II yaitu aspek pengetahuan(C1) sebesar 88,58%, aspek pek pemahaman (C2) sebesar 85,19%, dan aspek pek penerapan (C3) sebesar 76,92%. Refleksi Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siklus II Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus sebelumnya, tujuannya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dari aspek aspek-aspek aspek yang belum tercapai atau yang belum tuntas pada siklus sebelumnya. Refleksi tindakan pada akhir siklus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang dilaksa dilaksanakan nakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan refleksi tersebut, maka hasil yang diperoleh telah mencapai target yang diharapkan sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnnya. Walaupun hasil belajar siswa telah mencapai kriteria yang diharapkan namun guru masih perlu menindak lanjuti beberapa hal terutama siswa yang hasil belajarnya belum maksimal (nilai kurang dari 6,7), harus diberikan bimbingan perorangan sampai siswa tersebut berhasil dengan memperoleh hasil yang ditentukan oleh ssekolah. Pembahasan Menurut Gagne dalam Agus (2013. 2) belajar adalah perubahan kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan kemampuan tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Kegiatan pembelajaran seperti ini ternyata memberikan dampak belajar yang baik bagi siswa, siswa akan terlibat secara aktif dalam proses penemuan konsep. Dalam proses belajar mengajar yang berkualitas menunjukkan adanya keterlaksanaan oleh siswa dalam mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru, semua siswa juga harus turut serta melakukan kegiatan belajar, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar (bertanya kepada siswa lain ) harus ada, dan terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau antar siswa dengan siswa. Proses belaj belajar ar mengajar yang dilakukan 12
telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, dimana siswa terlibat langsung dan berperan aktif sehingga siswa selalu merasa tertarik untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan oleh guru. Dalam penelitian ini bertujuan untuk proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri. Hasil yang dicapai akan terlihat dari perubahan kemampuan dalam menguasai materi tersebut. Aktivitas guru Pengamatan aktivatas guru pada Siklus I dari 11 aspek aspek yang di amati belum mencapai kriteria ketuntasan yang di harapkan. Di mana hanya mencapai ketuntasan 73% dan masih terdapat kriteria cukup. Hal ini disebabkan kurangnya persiapan guru dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga pengelolaan pembelajaran menjadi kurang optimal. Aspekaspek yang belum optimal ini diadakan perbaikan pada pembelajaran pada Siklus II. Pada Siklus II yang tuntas mencapai 100% sehingga hasil yang di peroleh terdapat peningkatan kegiatan guru pada siklus I ke siklus II. Berdasarkan hal tersebut untuk pengamatan aktivitas guru sudah berhasil dan telah mencapai kriteria yang di tentukan. Aktivitas siswa Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I masih rendah disebabkan karena siswa tidak mengikuti dengan baik seluruh pengarahan guru, dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Di mana ketuntasan pada Siklus I hanya mencapai 68% belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, sehingga perlu diadakan pada siklus perbaikan pada Siklus II . pada Siklus II pengamatan aktivitas siswa telah mengalami peningkatan di mana ketuntasan pada Siklus II telah mencapai 100%. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada Siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan pada Siklus berikutnya. Hasil belajar Pada hasil belajar siswa pada siklus I di peroleh melalui tes uraian dengan 8 butir soal yang di berikan oleh guru belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Dari 27 siswa yang dikenai tindakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pada materi suhu dan kalor dengan KKM 50 hanya sebanyak 13 siswa atau sebesar siswa 48 % yang di nyatakan tuntas, dan 14 siswa lainnya atau sebesar 52% dinyatakan tidak tuntas sedangkan pada Siklus II menunjukan bahwa terjadi peningkatan siswa yang tuntas menjadi 24 orang atau sebesar 89% dan yang tidak tuntas menurun menjadi 3 orang atau sebesar 11%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka jelas bahwa melalui model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika, 13
karena model inkuiri ini memiliki keunggulan yaitu menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga belajar lebih bermakna dan dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Kesimpulan dari penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini pada mata pelajaran fisika khususnya materi suhu dan kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa V.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan pada bab IV, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa: melalui model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika. Hal ini dapat di peroleh dari evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa ini ditunjang dengan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang terus meningkat pada saat pelaksaan tindakan. Hasil evaluasi pada siklus ini dilakukan di akhir pembelajaran dari 27 siswa yang dikenai tindakan sebanyak 13 siswa atau sebesar siswa 48 % yang di nyatakan tuntas, dan 14 siswa lainnya atau sebesar 52% dinyatakan tidak tuntas sedangkan pada Siklus II menunjukan bahwa terjadi peningkatan siswa yang tuntas menjadi 24 orang atau sebesar 89% dan yang tidak tuntas menurun menjadi 3 orang atau sebesar 11%. Saran Agar pembelajaran di dalam kelas dapat membangkitkan motivasi dan semangat belajar siswa, maka seorang guru seharusnya menggunakan model pembelajaran inkuiri khususnya pada mata pelajaran fisika sebagai salah satu model pembelajaran disekolah, Guru dapat membiasakan siswa dalam berfikir dan memecahkan suatu masalah pada materi yang diajarkan, Hendakanya guru memperhatikan karakter masing-masing siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, menguasai materi dan bahan ajar. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. Amri dan Elisah, 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasi Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan Metode “Discovery” dan ”Inquiry”. Jurnal, Jakarta : Depdikbud. Dimyati, 2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta Douglas C. Giancoli. 1999.fisika Edisi Kelima. Jakarta : Gelora Aksara Pratama Hamzah B. Uno, 2011. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara 14
Mustaqim, 2010.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Reneka Cipta Rasyid. Harun dan Mansyur.2008.Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima Risal,Olahmuh.2012:Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada knsep getaran dan glombang dgn menggunakan strategi pmbelajaran inkuiri. Universitas Negeri Gorontalo. Roestiyah N.K, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem).Yogyakarta : Pustaka Belajar Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Zainal Arifin,2011. Evaluasi Pembelajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya Igrisa, Zurni.2011: upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X7 pada meteri protista melalui model pembelajaran inkuiri (inquiri) di Sma tilamuta kabupaten boalemo. Universitas Negeri Gorontalo.
15
16