PENERAPAN MODEL KOOPERATIFE DEBATE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Asep Awaludin1, Saur Tampubolon 2, Nedin Badruzzaman3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAKUAN ABSTRAK
Asep Awaludin, Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti, observer, dan subyek yang diteliti. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI melalui model pembelajaran Debate. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 yang terdiri dari 40 siswa, dengan komposisi perempuan 18 siswa dan laki-laki 22 siswa. Pelaksanaan penilitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I yaitu 75% dan pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 88,6%. Begitu pula dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan dan kerjasama siswa dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu 7,4 dan siklus pada siklus kedua memperoleh nilai 90. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan Model Pembelajaran debate dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Selain itu, metode pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelaja Kata Kunci : Kooperatife, Debate, Pendidikan Kewarganegaraan
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 3 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2
1
ABSTRACT Asep Awaludin. Improving learning outcomes Students With Learning Model Debate At The subjects of Citizenship Education Six Grade Elementary School District 03 Cileungsi Cileungsi Bogor regency. This research is Classroom Action Research (CAR) conducted collaboratVIely between researchers, observers, and the subject under study. The main objective of this research is to improve the learning outcomes of the Citizenship Education in the fourth grade students through the learning model Debate. The subjects were students of class VI Elementary School Cipeucang 03 which consists of 40 students, with a composition of 18 female and male students 22 students. The studies conducted on the implementation of this semester of academic year 2012-2013. The results of research show that the percentage of mastery learning outcomes in the first cycle to 75% and in the second cycle students' mastery percentage increased to 95%. Similarly, the observation of the behavior of the students showed an increase in the involvement and cooperation of students scoring in the first cycle and the cycle is 7.4 second cycle scored 90. This study concludes that the application of learning models can improve learning outcomes debate on the subjects of Citizenship Education in class VI in Elementary School District 03 Cipeucang Cileungsi Bogor regency. In addition, this learning method can improve the activity and collaboration in the learning process Keywords : Kooperatife, Debate, Pendidikan Kewarganegaraan
PENDAHULUAN Pada kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan lebih diarahkan pada belajar dari pada mengajar karena dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan banyak pengetahuan yang harus dikembangkan, pengembangan tersebut dapat berupa penelitian, eksperimen dan lain sebagainya yang dapat mengembangkan potensi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan. Keadaan ini menempatkan keadaan seorang guru sebagai fasilitator maupun pembimbing bagi peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan peserta didik yang lebih aktif sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi menyenangkan bagi peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik diajak terlibat langsung dengan melakukan pengamatan terhadap objek, melakukan percobaan, maupun eksplorasi tetapi tidak mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sebuah kegiatan pembelajaran masalah yang sering timbul yaitu semangat dalam belajar dan tingkat kejenuhan yang terkadang mempengaruhi penilaian dalam pembelajaran. Di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang pada siswa kelas VI dalam pembelajaran yang berlangsung masih
2
banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu 65. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ini dikembangkan dari taransfer pengetahuan siswa yang berkembang dalam Mata Pelajaran Ilmu Pegetahuan Alam, nilai tersebut dapat dikembangkan menjadi nilai Kriteria Ketuntasan Belajar pada sub bab yang di teliti, sehingga akan di dapat nilai akhir berupa nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Terbukti dalam observasi yang dilakukan saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru kelas tersebut yaitu Karta Wiguna, pemberian materi yang monoton dapat mempengaruhi hasil belajar anak sehingga anak merasa jenuh dan kurang tertarik pada kegiatan yang berlangsung. Dalam penilaian berlangsung pada saat itu dari jumlah siswa sebanyak 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan yang mencapai nilai KKM sebanyak 27 % dan 73 % masih mendapat nilai di bawah KKM dari jumlah siswa sebanyak 39 orang serta pengembangan metode yang digunakan pun masih kurang tepat dalam pembelajaran.
Pencapaian dari konsep-konsep yang telah diberikan sangat penting untuk menghasilkan hasil belajar siswa yang memuaskan, ada banyak model yang dikembangkan dan digunakan oleh guru dalam rangka tercapainya suatu hasil belajar dan tujuan pembelajaran, setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu model pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta materi pembelajaran dan karakteristik siswa harus sesuai dengan perkembangan siswa. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut peneliti akan menerapkan model pembelajaran Debate. Model pembelajaran Debate ini diharapkan dapat membantu siswa lebih termotVIasi dalam proses pembelajaran, serta membangkitkan semangat belajar di rumah maupun di sekolah sehingga dapat membentuk dan menghasilkan siswa yang aktif dan mandiri. Menurut Daryanto (2007:102-104) yang menyatakan bahwa: “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan suatu informasi kepada guru terhadap kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.” Berdasarkan teori di atas dapat disintesiskan bahwa hasil belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dapat diukur kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar melalui tes hasil penilaian/evaluasi dan dapat dinilai dari beberapa seperti kognitif, afektif, dan psikomotor serta dapat dilihat dari sekala nilai. Menurut Subroto (1997:192) debate juga dapat dikategorikan pemahaman kreatif sehingga dapat mendorong siswa lebih aktif dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan guru, tidak hanya itu dengan model pembelajaran kooperatif debate ini dapat membantu siswa dalam mengingat materi yang disampaikan guru. Dengan
3
demikian siswa lebih mudah memahami dan menelaah materi yang di pelajari. Dari pengertian di atas debat pembelajaran debate dapat disintesiskan bahwa Pembelajaran kooperatif debate telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif sebenarnya merangkum banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya pelajar-pelajar dapat bekerjasama dalam kumpulan untuk mempelajari isi kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Menurut Satibi (2008:2) Pendidikan Kewarganegaraan adalah bagian dari pengetahuan sosial yang secara prinsip merupakan pendidikan dalam kerangka pembentukan karakter (character building) dan memiliki sifat mendasar dalam pembinaan umat manusia. Berdasarkan kajian teoritik diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945. METODE PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mengetahui peran Model Pembelajaran dapat menjadi stimulus minat siswa dalam belajar sehingga pembelajaran yang berlangsung bersifat kreatif inovatif dan menyenangkan. Meningkatkan mutu pembelajaran pada setiap mata pelajaran dengan penerapan model-model pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor pada semester 1 tahun pelajaran 2012-2013, yaitu pada tanggal 01-10 Oktober 2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 dengan jumlah 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
DESIN PENELITIAN Tabel 2 Ketuntasan hasil belajar siswa siklus I pertemuan kedua
Refleksi Awal
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan 1
observasi I
evaluasi/re fleksi I
No Perencanaan Tindakan II
Refleksi I
Observasi II
Pelaksanaan Tindakan II
Gambar siklus PTK Model Modifiksi Depdiknas (2010) dari Model Kemmis dan Taggart (1988) Refleksi adalah kegiatan mengulas atau memberikan tes untuk mengetahui dan mendapatkan data awal sebelum penelitian. Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang akan diteliti. Setelah diuji kelayakan masalah yang akan diteliti, kemudian direncanakan tindakan selanjutnya. Pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan melaksanakan apa yang sudah direncanakan dibantu oleh tim kolaborator sebagai observer dan penilai proses pembelajaran di kelas. Kemudian observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. TEMUAN PENELITIAN Temuan penelitian dimulai pada prasiklus, kemudian dilanjutkan siklus I dan siklus II hingga mencapai nilai ketuntasan hasil belajar. Deskripsi hasil penelitian tes awal (Pra Siklus) Tabel 1 Ketuntasan hasil belajar tes awal (Pra Siklus) No 1 2
Keterangan Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Frekuensi
Persentase
6
15 %
34
85 %
40
100%
Tabel satu menunjukan bahwa yang mencapai ketuntasan belajar ada 6 orang atau 15%, sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 34 orang atau 85%.
4
1 2
Keterangan Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Frekuensi
Persentase
30 10
75% 25%
40
100%
Dari tabel dua dapat diketahui dari 40 siswa terdapat 30 siswa atau 75% yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar atau mencapai nilai KKM yang sebesar 65. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 10 siswa atau 25%. Tabel 3 Ketercapaian Nilai Hasil Belajar pada siklus II No
Keterangan
Frekuensi
Persentase
1 2
Tuntas Belum Tuntas Jumlah
38 2 40
95 % 5% 100%
Tabel ke tiga menjelaskan bahwa dari 40 siswa terdapat 38 siswa atau 95% yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar atau mencapai nilai KKM sebesar 65. Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai di bwah KKM sebanyak 2 orang atau 5%. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dari perolehan hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Debate pada siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 Kabupaten Bogor bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I (pertemuan pertama dan pertemuan kedua) dan siklus II telah menunjukan adanya perbaikan tindakan, baik dari aktivitas guru, maupun aktivitas siswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Debate pada siklus I belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik. Pada siklus I aktivitas guru belum mampu mengkondisikan siswa selama pembelajaran berlangsung, sehingga masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. Pada pertemuan kedua guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik sehingga siswa semakin memiliki motviasi yang tinggi dan mereka terlihat aktif dalam pengerjaan LKS maupun dalam kegiatan debate dan diskusi kelompok. Pengelolaan pembelajaran pada siklus II ini semakin baik. Guru seoptimal mungkin dalam pengelolaan pembelajaran, menumbuhkan motiviasi dan pengelolaan alokasi waktu dalam setiap kegiatan pembelajaran. Usaha guru ini pun membuahkan hasil diantaranya hasil belajar siswa meningkat dari siklus ke siklus. Begitupun dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran telah mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Nilai rata-rata hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diperoleh pada siklus I sebesar 44.32 dan pada siklus II sebesar 82. Selanjutnya untuk mengetahui ketercapaian nilai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diperoleh siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut: No
Siklus
Nilai Rata-rata Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
1
I
44.32
2
II
82
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraanyang diperoleh siswa pada Siklus I sebesar 44.32 dan meningkat kembali pada siklus II sebesar 82. Untuk lebih jelasnya dapat divisualisasikan dalam grafik berikut:
5
100% 80% 60% 40% 20% 0% Tuntas
Belum Tuntas
Gambar Diagram Histogram Ketuntasan Hasil Tes Awal (Pretest) Selanjutnya untuk mengetahui ketercapaian nilai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diperoleh siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Siklus
Pertemuan ke-
Ketercapaian Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (%)
1
I
1
75
2
II
2
95
Berdasarkan tabel di atas, diketahui hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dicapai siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus. Ketercapaian hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 75% dan pada siklus II sebesar 95%. Selanjutnya untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran Debate pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Siklus
Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan(%)
1
I
59
2
II
82
Berdasarkan tabel di atas, diketahui aktivitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan pada tiap siklus. Aktivitas guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada pertemuan pertama (siklus I) memperoleh ketuntasan 59% dengan kategori nilai cukup baik, dan pada pertemuan kedua (siklus II) sebesar 82% dengan kategori sangat berkualitas.
Selanjutnya untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada tiap siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Aktivitas siswa siklus I dan siklus II Kelompok
Siklus I
Siklus II
1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata-rata
50 50 50 55 50 45 300 50
90 85 75 80 80 80 592 82
Berdasarkan tabel di atas, diketahui aktifitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, baik dilihat dari aktivitas setiap kelompok atau aktivitas siswa secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Berdasarkan pembahasan diatas, maka hipotesis yang berbunyi “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Debate dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 Kabupaten Bogor” dapat diterima. Pada diagram di atas, menggambarkan ketuntasan nilai hasil tes awal (pretest) sebesar 15% angka tersebut menunjukan masih rendahnya nilai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Siswa yang tuntas hanya mencapai angka 15%. Sedangkan 85% masih di bawah KKM 65. Yaitu sebesar 85% siswa belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. KESIMPULAN Bedasarkan pembahasan hasil penelitian, ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Debate pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Struktur Akar dan Fungsinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 03 pada semester 1 tahun pelajaran 2012-2013. Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian tentang
6
hasil belajar Nilai rata-rata pra-siklus sebesar 42.32 dengan persentase sebesar 27%, siklus I sebesar 43.32 dengan persentase sebesar 40% dan berhasil pada siklus II sebesar 82 dengan persentse sebesar 89%. Dari simpulan tersebut maka penerapan model pembelajaran Debate dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan aktivitas belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2007. Evaluasi Jakarta: Rineka Cipta
Pendidikan.
Sahrudin, dan Sri Iriani. 2011. Pembelajaran kooperatif model Debate. Bandung: Nusa Media. Sulaeman, Agus. 2010. Majalah Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Tukiran Taniredja, Efi Miftah Farid, dan Sri Harmianto. 2011 Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Hidayat, Otib Satibi. 2008. Bahan ajar Pendidikan Kewarganegaraan PLPG. Jakarta: UNJ Sanjaya. 2006. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suryosubroto. 2009. Proses Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. BIODATA PENULIS Asep Awaludin, lahir di Bogor pada tanggal 26 April 1989, agama Islam anak kedua dari pasangan Bapak H. Akmar dan Ibu H. Siti Hawa. Tinggal di Kp. Cipeucang RT 04/02 Kelurahan Cipeucang Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Pendidikan formal yang ditempuh di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang Bogor tahun 1995 - 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) BPS&K Cileungsi Bogor tahun 2001 - 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA) Nurul Hikmah Alhakim Bogor tahun 2005-2008, kemudian tahun 2008-2012 melanjutkan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pakuan Bogor
7