Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Dini Octavia Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Pupun Nuryani dan Ade Rohayati1 Abstrak: Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar siswa dengan STAD. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, prosedurnya terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Perencanaan yang dilakukan adalah menyusun kelompok yang heterogen, melakukan kajian terhadap materi, penyusunan RPP dan pembuatan media pembelajaran. Dalam pelaksanaannya terdiri dari lima tahap yaitu: persiapan, presentasi atau penyajian materi, kerja tim, kuis individual dan rekognisi. Hasil belajar yang diperoleh dari setiap siklus mengalami peningkatan terhadap nilai Matematika siswa. Kata Kunci: STAD, pembelajaran matematika, hasil belajar Abstract: The Application of Model Cooperative Learning Tipe STAD on Learning Mathematics to Increase Student’s Learning Achievement. The purpose of this study was to determine how the planning, implementation of learning, and student learning outcomes with STAD. The method used was Classroom Action Research, the procedure consists of: planning, implementation, observation and reflection.Planning to do is compose a heterogeneous group, a review of materials, preparation of lesson plans and instructional media creation. In the implementation consists of five steps: preparation, presentation of materials, teamwork, individual quizzes and recognition. Learn the results obtained from each cycle has increased the value of mathematics students. Keywords : STAD, learning mathematics, learning achevement
1
1
Penulis Penanggung Jawab
Dini Octavia. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN 1 Langensari dipandang sebagai mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar siswa, oleh karena itu antusias siswa terhadap mata pelajaran matematika masih kurang. Menurut hasil tes ulangan tengah semester pada mata pelajaran Matematika kelas IV semester 2 tahun ajaran 2012/2013 SDN 1 Langensari nilai sebagian besar siswa belum mencapai KKM yaitu dinyatakan lulus yaitu 48, 39%, sedangkan sisanya masih dibawah KKM dan dinyatakan tidak lulus yaitu 51, 61% masih di bawah nilai 62. Kegiatan pembelajarannya berpusat pada guru (teacher centered), maksudnya yaitu guru hanya berceramah atau menyampaikan materi sedangkan siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan. Upaya untuk melibatkan siswa kelas IV agar aktif dalam pembelajaran Matematika adalah dengan menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada pembelajaran Matematika.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar dengan menerapkan metode STAD. Pengertian cooperative learning tipe STAD Menurut H. Karli dan Yuliariatiningsih, M.S (Hamdani, 2011: 165), menyatakan: Metode cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. STAD merupakan model cooperative learning yang paling sederhana dan mudah dipahami (Slavin, 2009). Model cooperative learning tipe STAD adalah
salah satu model yang sering diaplikasikan dalam pembelajaran kooperatif, komponen yang terdapat dalam model cooperative learning tipe STAD ada lima, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan invidual dan rekognisi tim. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD ini, semua siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil yang maksimal, dan meningkatkan hasil belajar serta menumbuhkan kreativitas dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sesuai dengan langkah-langkah dalam penggunaan cooperative learning tipe STAD yang dijabarkan oleh Slavin (2009) bahwa guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator dan evaluator. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model cooperative learning tipe STAD (Suwangsih dan Tiurlina: 2006), yaitu: (1) Semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima reward setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran. (2) Semua siswa memiliki kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. (3) Reward yang diberikan kepada kelompok dapat digunakan untuk memberikan motivasi berprestasi kepada semua siswa. Ada beberapa kekurangan model cooperative learning tipe STAD. Dess dalam Hayardin (2013) mengemukakan empat kelemahan model cooperative learning tipe STAD sebagai berikut: 1) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. 2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum. 4) Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama. Model cooperative learning tipe STAD ini diterapkan dalam pembelajaran 2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Matematika pada materi bangun ruang. Bangun ruang merupakan salah satu bidang matematika yang termasuk ke dalam bidang geometri. Suatu bangun ruang tentunya memiliki jaring-jaring yang terbentuk dari bangun datar. Muchtar Abdul Karim, et al. (Karim, 2008: 3.29) menyimpulkan bahwa, “jaring-jaring bangun ruang adalah rangkaian bidang yang dapat membentuk suatu bangun ruang”. Tidak semua bidang dapat membentuk suatu jaring-jaring bangun ruang, kerna setiap bangun ruang memiliki sifatnya masing-masing. Bangun ruang yang akan dipelajari di kelas IV semester 2 adalah kubus, balok, tabung, kerucut dan bola. METODE Penelitian Tindakan Kelas merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini, hal ini berdasarkan pada latar belakang masalah dan tujuan yang ada. Menurut Mills dalam Hopkins (2011: 88), ‘penelitian tindakan merupakan penelitian sistematis yang dilakukan oleh gurupeneliti dengan mengumpulkan informasi tentang...‘. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah mencoba mengatasi kesulitan yang dialami dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan belajar mengajar. Adapun alasan peneliti menggunakan metode ini karena peneliti mendapatkan masalah pada kelas tempat peneliti mengajar. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam siklus PTK terdapat empat tahap, diantaranya: Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Perencanaan adalah tahap awal dimana peneliti menyusun hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan penelitian, seperti pembuatan RPP. Setelah perencanaan maka peneliti melangkah pada tahap pelaksanaan kegiatan, pada saat pelaksanaan penelitian kegiatan observasipun berlangsung 3
dilakukan oleh pengamat atau observer untuk mengamati peneliti dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, selanjutnya adalah refleksi setelah peneliti mendapatkan kekurangan pada saat pembelajaran sesuai dari hasil observasi. Perbaikan dilakukan untuk kegiatan penelitian lanjutan di siklus selanjutnya. Penelitian dikatakan berhasil apabila 75% siswa memiliki nilai postest di atas KKM. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan nontes yaitu observasi dan dokumentasi, untuk instrumen yaitu tes yaitu tes uraian dan nontes yaitu LKS dan lembar observasi. Sedangkan untuk pengolahan data dilakukan untuk data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Analisis Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Langkahlangkah dalam menganalisis data kuantitatif yaitu sebagai berikut. a. Penskoran terhadap jawaban siswa. b. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Nana Sudjana (2009: 109). R=
Keterangan. R : nilai rata-rata ∑X : jumlah semua nilai siswa c.
∑N : jumlah siswa Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus kelas IV dengan rumus.
x 100%
P=
P ΣP
: Persentase : Jumlah siswa yang
ΣN
:
lulus Banyak
siswa 2.
Analisis Data Kualitatif
seluruh
Dini Octavia. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Data kualitatif yaitu berupa hasil observasi. Observasi dalam penelitian ini diberikan skala nilai pada pengamatannya, skala nilai yang digunakan adalah dengan angka 1, 2, 3, 4. Jadi, skor tertinggi adalah 4. Untuk menghitung skor rata-rata dapat menggunakan rumus: Rata - rata = Dikonversikan ke dalam standar 100 adalah Rata-rata =
x 100
Menurut Nana Sudjana (2009: 77), “sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang, kurang, atau baik, sedang, kurang”. Dalam penelitian ini menggunakan kategori baik sekali, baik, sedang dan kurang untuk presentasi penilaian, ketentuannya adalah sebagai berikut: Untuk presentase (%): 10 – 25 = Kurang 26 – 50 = Sedang 51 – 75 = Baik 76 – 100 = Baik Sekali Untuk nilai: 10 – 61 = Kurang 62 – 71 = Sedang 72 – 81 = Baik 82 – 100 = Baik Sekali HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana tindakan pada siklus I dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan dilengkapi dengan lembar kerja siswa (LKS) yang bertujuan untuk membatu siswa dalam memahami materi. Selain itu, untuk pengumpulan data maka disusun postest I, pedoman observasi kegiatan diskusi siswa dan pedoman observasi kegiatan guru dalam pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe STAD.
Pelaksanaan pada siklus I berisi kegiatan pembelajaran sub materi sifatsifat bangun ruang kubus dan balok dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD terdiri dari 5 tahap. Tahap yang pertama yaitu persiapan (membentuk kelompok dan menyiapkan materi), penyampaian pokok materi, kerja tim, kuis individual (tes) dan rekognisi tim. Dari hasil tes siswa setelah pembelajaran, diperolehan rata-rata nilai siswa mencapai 64,35 berada di atas KKM yaitu 62 dan dikategorikan sedang serta persentasenya mencapai 67,74% dimana hanya 21 siswa yang mencapai KKM dan 10 siswa belum memenuhi KKM dan dapat dikategorikan baik. Hal ini belum mengindikasikan siklus I berhasil dikarenakan pencapaian dianggap berhasil apabila siswa telah mencapai 75% yang memiliki nilai di atas KKM dan nilai rata-rata siswa berada di atas nilai KKM. Tetapi jika dibandingkan dengan dari nilai pra siklus dengan siklus I mengalami peningkatan. Oleh karena itu, harus ada tindakan untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran selanjutnya. Kegiatan guru ketika menyampaikan pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD diobservasi melalui lima tahap kegiatan, kegiatan guru sesuai dengan tahapan pembelajaran pada model cooperative learning tipe STAD. Tetapi menurut observer masih ada tahap-tahap yang harus diperbaiki agar proses pembelajaran diharapkan lebih meningkat pada pembelajaran selanjutnya. Selain itu juga, terdapat hasil observasi pelaksanaan siklus I. Hasil observasi tersebut ditemukan setelah peneliti dan observer mendiskusikan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Temuan-temuan tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1) Guru memberikan materi pelajaran melebihi alokasi waktu yang direncanakan. 2) Dalam pembentukan kelompok terlalu memakan banyak waktu.
4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
3)
Siswa sulit untuk diatur dalam pembentukan kelompok. 4) Media yang dipersiapkan tidak digunakan karena lupa. 5) Masih ada siswa yang kurang termotivasi untuk menanggapi hasil kerja tim yang sedang presentasi. 6) Pembacaan skor terlalu berteletele. 7) Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP kurang lengkap. Setelah menganalisis hasil observasi maka harus dilakukan refleksi untuk memperbaiki setiap kekurangan yang ada agar tindakan selanjutnya dapat berjalan lebih optimal, analisis refleksi dari siklus I diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Setiap tahapan dari kegiatan yang dilakukan guru harus dimatangkan perencanaan waktunya agar tidak melebihi waktu yang telah ditentukan. 2) Untuk siklus selanjutnya siswa sudah duduk berkelompok yang telah dibuat pada saat pembelajaran dimulai. 3) Guru melakukan pendekatan secara personal bagi siswa yang tidak mau berkelompok dengan anggota yang telah ditentukan. 4) Media yang digunakan harus diperhatikan dan digunakan dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung. 5) Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi ketika memimpin diskusi dalam presentasi. 6) Pembacaan skor hanya skor tim yang telah di kategorikan saja. 7) Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP harus diberi alokasi waktu dan pada langkah kegiatan presentasi, seharusnya siswa bukan hanya mengamati hasil kerja kelompok lain tetapi menanggapi. Perencanaan yang dilaksanakan pada siklus II ini yaitu melihat dari hasil refleksi siklus I sebagai acuan untuk pembuatan RPP siklus II. Hal-hal yang diubah dalam RPP siklus II ini adalah dalam langkah5
langkah pembelajaran pada pembentukan kelompok, siswa sudah duduk sesuai kelompok pada saat pembelajaran dimulai dan menambahkan pada kegiatan penutup berupa pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran. Instrumen yang dibuat pada siklus II ini adalah lembar tes, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar observasi siswa dan guru. Pada pelaksanaan siklus II ini materi pembelajarannya yaitu sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola. Dalam penelitian siklus II ini, ada dua observer yang mengobservasi kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pembelajarannya seperti biasa dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD yaitu meliputi lima tahap, diantaranya: (1) Persiapan, (2) Penyajian materi, (3) Kerja tim, (4) Kuis individual, (5) Rekognisi. Nilai rata-rata kelas kelas di siklus II mencapai 74,19. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 30. Kenaikan nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya. Nilai yang diperoleh belum mencapai di atas KKM. Oleh karena itu, siklus II belum dikatakan berhasil dan akan dilanjutkan ke siklus III. Siswa yang telah mencapai KKM yaitu 23 siswa atau 74, 19% dan yang masih ada di bawah KKM yaitu 8 siswa atau 25,81%. Persentase ketuntasan berdasarkan KKM pun naik sebesar 6,45%. Kegiatan guru ketika menyampaikan pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD diobservasi seperti halnya pada siklus I menyatakan bahwa keenam tahap pembelajaran STAD tersebut terlaksana dengan sangat baik. Dalam tahap ini guru melaksanakan semua tahap yang ada pada lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi setelah pembelajaran siklus II dapat dikatakan berjalan dengan baik dari siklus I. Masih ada beberapa perbaikan dalam proses pembelajaran, tetapi hasil yang didapatkan sudah mendekati harapan. Perbaikan yang
Dini Octavia. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dapat dilakukan di siklus II ini diantaranya : 1) Siswa sudah mengerti proses pembelajaran dengan STAD oleh karena itu siswa sudah berkelompok pada saat pembelajaran dimulai. 2) Nilai rata-rata kelas siswa meningkat dari sebelumnya, hal ini disebabkan oleh siswa yang sudah lebih baik dalam melakukan kegiatan pembelajaran . 3) Guru bisa mengatasi siswa yang bermalas-malasan pada saat kegiatan kerja tim atau diskusi berlangsung. 4) Siswa sudah lebih baik dalam melaksanakan tahapan pembelajaran dengan tipe STAD. 5) Antusias siswa dalam menanggapi hasil kerja tim lain sudah baik, meningkat dari kegiatan sebelumnya. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer, peneliti mengidentifikasi kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk dijadikan refleksi (perbaikan) dalam perencanaan tindakan pembelajaran siklus 3. Hal-hal yang harus diperbaiki dalam siklus III adalah : 1) Guru harus berani menegur kepada siswa tidak menyimak pembelajaran dan memainkan media ajar. 2) Guru harus memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi. 3) Melakukan pendekatan individu terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar dan mau bekerjasama dengan baik. Perencanaan yang dilaksanakan pada siklus III ini yaitu melihat dari hasil refleksi siklus II sebagai acuan untuk pembuatan RPP siklus III. RPP siklus III masih menggunakan sistematika yang sama seperti siklus II, tidak banyak yang diubah, karena pada siklus II RPP yang dibuat sudah baik. Instrumen yang dibuat pada siklus III ini adalah lembar test, Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan lembar observasi siswa dan guru. Pelaksanaan pada siklus III ini seperti biasa meliputi lima tahap yaitu: (1) Persiapan, (2) Penyajian materi, (3) Kerja tim, (4) Kuis individual, (5) Rekognisi. Nilai rata-rata kelas pada siklus III mencapai 80,65 diaktegorikan sangat baik. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 40. Dari data tersebut didapat siswa yang mencapai KKM yaitu 26 siswa atau 83,87% dan yang berada di bawah KKM sebanyak 5 siswa atau 19,35%. Dari perolehan tersebut siklus III dinyatakan berhasil karena telah mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Hasil observasi guru pada siklus III sama halnya seperti hasil pada siklus II. Hasil observasi dari observer menyatakan bahwa kegiatan guru ketika menyampaikan pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD menunjukkan nilai rata-rata 100 sehingga mencapai persentase 100% hal ini menyatakan bahwa kelima tahap pembelajaran STAD tersebut terlaksana dengan sangat baik. Dalam tahap ini guru melaksanakan semua tahap yang ada pada lembar observasi..Berdasarkan hasil observasi setelah pembelajaran siklus III dapat dikatakan berjalan lebih baik dari siklus II. Dari siklus I sampai dengan siklus III didapat hasil yang baik dan mengalami peningkatan setiap siklusnya, peningkatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) RPP yang telah dibuat sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yaitu tahap persiapan, tahap presentasi materi pokok, tahap kerja tim, tahap kuis individual dan terakhir tahap rekognisi tim. 2) Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memenuhi tahaptahap model cooperative learning tipe STAD yang terdapat pada lembar observasi kegiatan guru. 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
3) Meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu berdiskusi dan bertanya serta menanggapi. 4) Hasil tes sebagian besar siswa sudah meningkat dan memenuhi KKM. 5) Siswa sudah benar dalam melaksanakan pembelajaran dengan tahap-tahap model cooperative learning tipe STAD yang tercantum dalam RPP.
6) Guru dapat mengendalikan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I sampai siklus III dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD maka diperoleh peningkatan nilai hasil tes siswa dari siklus I sampai siklus III yang dituangkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No
Siklus
Rata-rata Hasil Belajar
Persentase memenuhi KKM (%)
Peningkatan Persentase memenuhi KKM (%)
1.
Siklus I
64,35
67,74
2.
Siklus II
74,19
74,19
6,45
3.
Siklus III
80,65
80,65
6,46
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil belajar dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan baik dalam nilai rata-rata kelas yang mencapai nilai di atas KKM dan persentase siswa yang memenuhi KKM. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 64,35 dan meningkat pada siklus II menjadi 74,19 dan siklus III menjadi 80,65. Sedangkan persesntase siswa yang memenuhi KKM meningkat dari siklus I sebanyak 67,74%
menjadi 74,19% pada siklus II dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 80,65%. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe STAD pada pembelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Langensari Kecamatan Lembang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase Pencapaian KKM 7
Dini Octavia. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembahasan mengenai hasil belajar melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat dikaitkan dengan teori yang disampaikan Slavin (2009: 144), “tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pu harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya”. Perencanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD ini dimulai dengan pengumpulan data seperti data prestasi siswa, absensi siswa untuk mengelompokkan siswa yang dilakukan secara heterogen, kemudian membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD, setelah itu menyusun lembar observasi dan instrumen. Perbedaan RPP pada setiap siklus adalah materi ajarnya, siklus I mempelajari sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, siklus II mempelajari tentang sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola, dan siklus III mempelajari jaring-jaring kubus dan balok. Setelah perencanaan selesai maka dilaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu dengan model cooperative learning tipe STAD, pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD meliputi lima tahap yaitu: persiapan, presentasi atau penyajian materi, kerja tim atau diskusi, kuis individual atau tes dan yang terakhir rekognisi tim. Kegiatan diskusi siswa setiap siklus mengalami perbaikan, partisipasi siswa semakin meningkat. Pada akhirnya partisipasi siswa dalam diskusi dikategorikan sangat baik karena sebagian siswa sudah dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik, begitu pula dengan kegiatan guru pada saat mengajar sudah sangat baik, karena sudah menguasai pembelajaran STAD secara keseluruhan. Pembahasan mengenai hasil belajar melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat dikaitkan dengan teori yang disampaikan Slavin (2009: 144),
“tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya”. Perencanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD ini dimulai dengan pengumpulan data seperti data prestasi siswa, absensi siswa untuk mengelompokkan siswa yang dilakukan secara heterogen, kemudian membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD, setelah itu menyusun lembar observasi dan instrumen. Perbedaan RPP pada setiap siklus adalah materi ajarnya, siklus I mempelajari sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, siklus II mempelajari tentang sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola, dan siklus III mempelajari jaring-jaring kubus dan balok. RPP yang dibuat memiliki sesuai dengan langkah-langkah model cooperative learning tipe STAD, yaitu sebagai berikut: a. Persiapan:guru membantuk siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dan menyiapkan media belajat. b. Penyajian materi: materi yang diberikan kepada siswa hanya berupa pokok materi saja. c. Kerja tim: siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya, saling membantu dalam memahami materi yang dipelajari. Siswa yang sudah paham harus membantu temannya yang belum memahami materi d. Kuis individual: siswa mengerjakan tes dengan mandiri, hasil tes setiap anggota sangat mempengaruhi skor tim. e. Rekognisi tim: setiap kelompok memperoleh rewards dari guru setelah melakukan pembelajaran. Setelah perencanaan selesai maka dilaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu dengan metode STAD, menurut Slavin 8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
(2009) pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD meliputi lima tahap yaitu: persiapan, presentasi atau penyajian materi, kerja tim atau diskusi, kuis individual atau tes dan yang terakhir rekognisi tim. Kegiatan diskusi siswa setiap siklus mengalami perbaikan, partisipasi siswa semakin meningkat. Pada akhirnya partisipasi siswa dalam diskusi dikategorikan sangat baik karena sebagian siswa sudah dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik, begitu pula dengan kegiatan guru pada saat mengajar sudah sangat baik, karena sudah menguasai pembelajaran dengan menggunakan STAD secara keseluruhan. Adapun kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD adalah: a. Siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena mendapatkan rewards. b. Siswa dapat lebih menguasai materi karena saling membantu dengan teman sekelompoknya dalam memahami materi yang sedang dipelajari. c. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan untuk kelemahankelemahan dari model cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut: a. Membutuhkan waktu yang banyak dalam pelakasanaan pembelajaran. b. Membutuhkan keterampilan guru yang lebih dalam mengelola kelas. Kelebihan-kelebihan yang ada dalam model cooperative learning tipe STAD yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajarnya meningkat. Hasil belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata-rata kelas sebelum PTK siklus I, siklus II, dan siklus III. Persentase ketuntasan belajar siswa 9
berdasarkan nilai siswa di atas KKM juga mengalami peningkatan, peningkatan ini dapat dilihat dari hasil penelitian siklus III. Berdasarkan teori dan kelebihan dari model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar dan siswa saling membantu dengan teman sekelompoknya sampai semua anggota dapat memahami materi, hal ini mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD ini didukung oleh penelitian lain yang telah dilakukan oleh Hesti Setianingsih dengan skripsinya yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2006/2007”, telah membuktikan bahwa model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu juga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan di SD Negeri 1 Langensari Kecamatan Lembang mengenai penerapan model Cooperative learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika materi Bangun Ruang di kelas IV, yang melalui 3 siklus ini dapat menyimpulkan sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran Matematika materi bangun ruang dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD harus melalui lima tahap pembelajaran yaitu: persiapan (pembentukan kelompok), presentasi (penyajian materi pokok), kerja tim, kuis individual, rekognisi tim (penghargaan tim). Penerapan model cooperative learning tipe STAD pada kelas IV membuat siswa menjadi senang dan tidak jenuh mengikuti
Dini Octavia. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pembelajaran Matematika, siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan bertanya pada saat pembelajaran. Proses pembelajaran terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa yang berupa berani untuk maju kedepan mempresentasikan hasil kerjanya kepada teman di kelasnya, menanggapi hasil kerja dari temannya. Selain itu juga siswa dapat bekerja sama dengan baik dan membantu temannya yang belum memahami materi yang dipelajari untuk menjadi tim yang super. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa dengan menerapkan
model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang di kelas IV SDN 1 Langensari Lembang tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus 1 sebesar 64,35%, siklus II sebesar 74,19% dan siklus III sebesar 80,65%. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat mampu mengolah pembelajaran Matematika menjadi lebik aktif, kreatif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA (Terjemahan: Ahmad Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. (Terjemahan: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismunamto, A., et al. 2011. Ensiklopedia Matematika (Buku Panduan Matematika). Jilid 6 dan 7 Jakarta: Lentera Abadi.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Karso, dkk.(2007). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka
Erna Suwangsih, Tiurlina. (2006). Bahan Belajar Mandiri Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
Karim, Muchtar Abdul. (2009). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mustaqim, Burhan dan Ary Astuty. (2008). Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hayardin. (2013). Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. [Online]. Tersedia: HYPERLINK "http://hayardinblog.blogspot.com/2013/02/kelemahanmodel-pembelajaran-kooperatif-tipestad.html" http://hayardin-
blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan -model-pembelajaran-kooperatif-tipestad.html [Selasa, 27 Mei 2013]. Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas.
Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: Rajawali Pers.
10
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
Ruswandi Hermawan, Mujono, Ayi Suherman. (2010). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press. Setianingsih Hesti. (2007). Skripsi yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2006/2007. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j &q=penerapan model cooperative
11
learning tipe stad dalam pembelajaran matematika. [Jum'at, 17 Mei 2013]. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning. (Terjemahan: Nurulita). Bandung: Nusa Media. Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.