1
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Materi Menaati Keputusan Bersama Melalui Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD Kelas V SDN 3 Tapa, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Andre Adrian Umar, Elmia Umar, Samsi Pomalingo Jurusan PGSD, Program Studi S1. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Andre Adrian Umar 2013. Skripsi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn melalui model cooperative tipe Stad (Penelitian di kelas V SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango). Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan Model Pembelajaran Cooperative tipe Stad dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi menaati keputusan bersama pada mata pelajaran PKn. Cara pengambilan data dilaksanakan saat pembelajaran telah selesai dengan memeriksa hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan Model Pembelajaran Cooperative tipe Stad dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Hal ini nampak pada hasil siklus dengan rincian pada observasi awal 28,57% (6 orang), pada siklus 1 mencapai 61,90% (13 orang), dan pada siklus II 90,47% (19 orang) dari 21 orang siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative tipe Stad dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Kata Kunci : Hasil Belajar, Cooperative Tipe Stad I. Pendahuluan Pendidikan adalah salah satu faktor yang urgen terhadap pemberdayaan setiap individu dalam menyiapkan diri dengan perkembangan dan dinamika kehidupan pada segala aspek. Dengan berbekal pendidikan setiap individu akan memperoleh wawasan keilmuan yang nantinya digunakan dalam berasimilasi dengan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan sebagai tumpuan penghasil individu-individu yang siap pakai
2
dimanapun ia berada, terus diperbaiki dan mendapat perhatian penting dari pemerintah dalam peningkatan mutu SDM-nya. Mencermati kondisi seperti itu, perlu dilakukan suatu pendekatan pembelajaran yang reaktif dan efektif oleh guru sebagai pendidik dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap realita tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa sebagai cabang dari meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia. Dalam membelajarkan PKn, khususnya di SD belum sepenuhnya disenangi oleh siswa, permasalahan ini terlihat pada rendahnya respon dan partisipasi siswa karena penyajian meteri yang kurang tepat dan cenderung monoton pada metode ceramah. pada observasi awal tersebut menuntut guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih membawa siswa pada situasi belajar yang kondusif
dan
bermakna sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Maka dalam penelitian ini model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Siswa di dalam situasi belajar cooperative learning didorong dan/atau dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama. Menurut Arends ( 2008 :5 ) pelajaran dengan cooperative learning dapat ditandai oleh fitur-fitur, yaitu a) siswa belajar dalam tim untuk mencapai tujuan belajar. b) tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi. c) bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender. d) sistem rewar-nyaberorientasikelompok maupun individu. Menurut Arends (2008 :6 ) model cooperative learning di kembangkan untung mencapai paling sedikit tiga tujuan penting
3
yaitu prestasi akademik, toleransi dan permintaan terhadap keanekaragaman perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial. STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas, Slavin (2008 :143) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antaranya siswa saling memotivasi dan saling membantu pada penguasaan materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru pada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks Arends (2008 :13). 1. Langkah langkah Model Pembelajaran Tipe STAD Slavin (2008 :143-163) Langkah-langkah pada metode pembelajaran kooperatif tipe stad yaitu : 1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang dan dipilih secara hetorogen (prestasi dan jenis kelamin). 2. Guru menyajikan materi pelajaran tentang konsep pkn sederhana melalui demostrasi di depan anak-anak. 3. Guru memberikan tugas berupa lembar kerja kepada kelompok untuk dikerjakan bersama-sama anggota kelompoknya. 4. Guru memberi kuis berupa lembar kerja untuk dikerjakan individu dan siswa menjawab kuis dengan tidak saling membantu. 5. Guru memberikan reward atau penghargaan pada kelompok yang dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik. 6. Guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan bersama anak-anak. 7. Kesimpulan 2.Kelebihan model pembelajaran Tipe STAD
4
Linda, 1994 (dalam Ibrahim dkk. 2000: 18), beberapa hasil penilitian menunjukan maamfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah, antara lain : 1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2. Rasa harga diri menjadi tinggi. 3. Memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran dan sekolah. 4. Memperbaiki kehadiran. 5. Angka putus sekolah menjadi rendah. 6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 7. Prilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 8. Konflik antar pribadi berkurang. 9. Sikap apatis berkurang 10. Pemehaman yang lebih mendalam. 11. Motivasi lebih besar. 12. Hasil belajar lebih tinggi 13. Retensi lebih lama. 14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 3.Kelemahan Model Pembelajaran Tipe STAD Pada saat guru menerapkan pembelajaran STAD, menurut Nur (2005 : 89-94) ada sejumlah masalah yang dialaminya: 1. Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri. 2.Siswa berprilaku menyimpang. 3.Siswa terlalu gaduh. 4.Ketidak hadiran. 5.Siswa tidak dapat menggunakan waktu latihan tim secara efektif. 6.Rentang tingkatan kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran kelompok. 7.Penggunaan system skor perbaikan individual. Belajar merupakan salah satu proses perubahan, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kegiatan belajar merupakan peristiwa dimana seseorang
5
mempelajari sesuatu dan menyadari perubahan itu melalui proses belajar. Menurut Slameto ( dalam Jihad dan Haris 2008 :2), “Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Yamin dan Ansari (2009: 13) belajar adalah proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dalam pengalaman. Pengertian belajar telah dijelaskan di atas, dan juga beberapa pendapat tentang pengertian belajar menurut para ahli, sedangkan yang dimaksud dangan hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai seseorang berupa kemampuan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta sikap setelah proses belajar. Sudjana ( 2011: 22 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Usman ( dalam Jihad dan Haris 2009: 16-17) kemampuan kognitif ini dibagi atas, pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode, analisa, evaluasi, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengetahuan berarti mengingat tentang hal-hal
yang bersifat
khusus atau
universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap satu pola, struktur atau seting 2. Pemahaman berarti penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mengorganisasikannya secara setingkat tampa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan 3. Aplikasi berarti penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. 4. Analisa berarti menyangkut terutama kemampuan anak dalam memisahmemisah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.
6
5. Sintesa berarti meliputi anak untuk menaruhkan menempatkan bagian-bagian atau element satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren. 6. Evaluasi berarti kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan,ide, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain. Fred Percival dan Henry Ellington ( dalam Hamzah. Uno 2011 :35 ) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang jelas yang menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu. Robert F. Mager ( dalam Hamzah. Uno 2011 :35 ) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
II. METODE PENULISAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Tapa, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, pada semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013. Kelas yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen. Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari minggu kedua bulan mei sampai minggu keempat bulan mei 2013. 1. Siklus I Pada siklus I ini, langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
7
Melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini dengan pendekatan Cooperative tipe STAD adalah sebagai berikut : 1. Pendahuluan -
Menyampaikan salam;
-
Memberikan apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan;
-
Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai;
2. Kegiatan inti 1.
Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang dan dipilih secara hetorogen (prestasi dan jenis kelamin).
2.
Guru menyajikan materi pelajaran tentang konsep PKn sederhana melalui demostrasi di depan anak-anak.
3.
Guru memberikan tugas berupa lembar kerja kepada kelompok untuk dikerjakan bersama-sama anggota kelompoknya.
4.
Guru memberi kuis berupa lembar kerja untuk dikerjakan individu dan siswa menjawab kuis dengan tidak saling membantu.
5.
Guru memberikan reward atau penghargaan pada kelompok yang dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik.
6.
Guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan bersama anak-anak.
7.
Kesimpulan.
3. Penutup -
Menyimpulkan materi dengan memberi penegasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul;
a. Mengevaluasi hasil belajar siswa. b. Memantau kegiatan belajar mengajar dengan unsur-unsur penunjangnya; c. Mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai indikator capaian yang telah dirumuskan pada rencana pembelajaran; d. Menganalisis hasil evaluasi pembelajaran dan menyimpulkan hasil belajar siswa; e. Melakukan refleksi awal.
8
Jika pada siklus awal keaktifan belajar belum tercapai seperti apa yang diharapkan, maka penelitian akan dilanjutkan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. 2. Siklus II Pelaksanaan kegiatan pada siklus II dilakukan jika kegiatan pada siklus I belum berhasils. Siklus II ini meliputi perbaikan langkah-langkah dalam pelaksanaan siklus sebelumnya sehingga hasil yang diharapkan tercapai, melakukan evaluasi terhadap tindakan baru dan mengadakan refleksi lanjutan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah : a. Merumuskan tindakan baru, seperti halnya pada siklus I b. Melaksanakan proses belajar mengajar c. Melaksanakan tes akhir d. Melaksanakan analisis dan refleksi a. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, maka peneliti bersama guru mitra sebagai partisipan melakukan pemantauan. Pemantauan akan dilakukan menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi berupa lembar pengamatan untuk menilai kegiatan guru dan kegiatan siswa. Sedangkan untuk tahap evaluasi dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan sementara proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi akhir dilakukan dalam bentuk tes tertulis berupa tes essay. b. Tahap Analisis dan Refleksi Sebelum melakukan analisis data, baik data hasil pengamatan dan data hasil tes terlebih dahulu perlu mengetahui data yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. b. Data hasil belajar siswa. Tahap analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil-hasil pengukuran secara kuantitatif. Selanjutnya hasil analisis menjadi dasar untuk mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil dari refleksi tersebut
9
sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu tidaknya dilakukan siklus berikutnya dalam penelitian ini. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan tindakan kelas ini menyajikan materi menaati keputusan bersama
dengan menggunakan model STAD pada siswa kelas V SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa tahun 2013 mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana terdapat pada lampiran 1 telah berlangsung dalam dua siklus. Siklus II dilaksanakan karena aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I sebagai efek dari tindakan yang dikenakan belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Berikut diuraikan hasil pelaksanaan tindakan pada setiap siklus pembelajaran. Berikut ini merupakan hasil uraian analisis data hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut: Pada siklus I kegiatan pembelajaran dipantau dan dinilai dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa. Hasil dari aspek-aspek yang diamati tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 : Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus I No
Kriteria
Jumlah Aspek
prosentase
1
Sangat Baik (SB)
-
-
2
Baik (B)
12
50%
3
Cukup (C)
10
41,66%
4
Kurang (K)
2
8,34%
Keterangan Total : 24 aspek
Dengan demikian hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I memperoleh 50% aspek yang mendapat kriteria baik, 41,66% aspek yang mendapat kriteria cukup dan 8,34% apek mendapat kriteria kurang.
10
Tabel 4.6 : Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus I No
Kriteria
Jumlah Aspek
Prosentase
1
Sangat Baik (SB)
-
-
2
Baik (B)
7
46,7%
3
Cukup (C)
6
40%
4
Kurang (K)
2
13,3%
Keterangan Total : 15 aspek
Dengan demikian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I memperoleh 46,7% aspek yang mendapat kriteia baik, 40% yang mendapat kriteria cukup, dan 13,3 % yang mendapat kriteria kurang. Tabel 4.8 : Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Nilai
Jumlah
Prosentase
50
2
9,53
55
2
9,53
60
2
9,53
70
2
9,53
75 ke atas
13
61,90
Jumlah
21
100%
Nilai 75 ke atas Daya serap
61,90 % 70 %
Berdasarkan tabel 4.7 ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan total siswa tuntas 13 orang siswa atau 61,90% dan yang tidak tuntas 8 orang siswa atau 38,10%. Dengan demikian penelitian ini menunjukan ke siklus berikutnya yakni ke siklus II. Pembelajaran siklus II merupakan perbaikan tindakan yang terlaksana pada siklus I. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, maka pada kegiatan
11
pembelajaran siklus II, peneliti merencanakan untuk mengadakan penyempurnaan terhadap aspek-aspek kegiatan belajar mengajar yang belum terlaksana secara maksimal pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru dalam membelajarkan materi maupun dari segi kegiatan belajar siswa. Adapun hasil kegiatan guru, siswa, hasil belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 4.9 : Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus II No
Kriteria
Jumlah Aspek
Prosentase
1
Sangat Baik (SB)
3
12,5%
2
Baik (B)
18
75%
3
Cukup (C)
3
12,5,%
4
Kurang (K)
-
-
Keterangan Total : 24 aspek
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa terdapat 24 aspek yang diamati yaitu: Dari 24 aspek yang diamati, diperoleh 3 aspek dengan kriteria sangat baik atau 12,5%, 18 aspek kriteria baik atau 75% dan kriteria cukup 3 aspek atau 12,5%. Tabel 4.10 : Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus II No
Kriteria
Jumlah Aspek
Prosentase
Keterangan
1
Sangat Baik (SB)
4
26,7%
Total :
2
Baik (B)
11
73,3%
15 aspek
3
Cukup (C)
-
-
4
Kurang (K)
-
-
Berdasarkan observasi dan penilaian, dari 15 aspek yang diamati diperoleh 4 aspek (26,7%) dengan kriteria sangat baik, dan 11 aspek (73,3%) dengan kriteria baik. Dengan demikian untuk kegiatan siswa diperoleh prosentase ketuntasan sebesar 100% atau semua aspek yang diamati memperoleh kategori baik dan sangat baik.
12
Tabel 4.12 : Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Nilai
Jumlah( Siswa)
Prosentase
65
1
4,7
70
1
4,7
80
5
23,80
85
6
28,57
90
4
19,5
95
1
4,7
100
3
14,28
Jumlah
21
100%
Nilai 75 ke atas Daya serap
90, 47 % 93 %
Dari hasil analisis tes pada siklus II diperoleh 19 siswa yang mendapat nilai di atas 75 dan 2 siswa mendapat nilai di bawah 75. Refleksi dilakukan pada akhir siklus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang dilaksanakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Refleksi dimaksudkan untuk mengetahui dengan jelas apakah tindakan yang dilaksanakan, dalam hal ini pembelajaran siklus II yang menyajikan materi menaati keputusan bersama dengan model STAD telah sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas V SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. VI. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi menaati keputusan bersama, dapat di lihat dari hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yang tuntas 13 siswa (61,90%), dan diperoleh pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa (90,47%).
13
Dengan demikian, maka model pembelajaran STAD sangat tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Peneliti dan pengamat harus mempunyai
persepsi
yang sama sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran 2. Dalam memilih pendekatan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan dijelaskan, serta karakteristik siswa. 3. Guru harus membiasakan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 4. Hendaknya menghindari model, metode pembelajaran yang berpusat pada guru.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Richard. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar Terjemahan Oleh Soetjipto, Prajitno Helly dan Soetjipto, Sri Mulyani. 2008. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Jihad dan Haris 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo. Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : UNG Press. Muhibbin, Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2011 . Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Slavin, Robert. 2008.Cooperative Learning. Theory, research and practice. Bandung : nusa media. Taniredja, Tukiran (2009). Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, Porwekerto : Alfabeta. Tony. 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Kegiatan Ekonomi Pada Pelajaran IPS Dengan Model Pembelajran Cooperative Tipe STAD di Kelas IV SDN Pembina Mansalean Kecamatan Lobobo Kabupaten Banggai Kepulauan. (Skripsi). Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo Uno. Hamzah. 2011. Perencanaan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2011. Model Pembelajaran menciptakan Prosses Belajar Mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara. Yamin dan Ansari 2009. Taktik Mengembangkan kemampuan individual siswa. Jakarta : Gaung Persada.