Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015
ISSN 0854-2172
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Tukiran SDN Penujah Kd Banteng Tegal Abstrak Tujuan peneliti ini untuk membuktikan baa melalui metode bermain peran ( Role Playing ) dengan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada kelas V SD Negeri Penujah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal semester II tahun 2013/2014. Penelitian dimulai bulan pebruari sampai bulan juni 2014 . Subyek penelitian siswa kelas V SDN Penujah yang berjumlah 14 anak. Analisis dan Prosedur penelitian yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data melaui tes tertulis, observasi langsung, dan Tanya jawab. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian tindakan kelas dengan melaui bermain peran ini dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri Penujah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal semester II tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata kondisi awal 68.00 kemudian pada siklus I meningkat rata-rata menjadi 75,00; dan pada siklus II meningkat sangat signifikan menjadi 82,42. Ternyata pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada materi berorganisasi. © 2015 Dinamika Kata Kunci: Meningkatkan Hasil Belajar, Berorganisasi, Bermain Peran.
PENDAHULUAN Berdasarkan temuan penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata-rata anak dibawah nilai 75 termasuk pada materi berorganisasi. Nilai rata-rata formatif hanya 68 dari 14 siswa hanya 8 siswa, 57% yang memperoleh nilai 75 keatas sedangkan 6 siswa yang lain 43% mendapat nilai dibawah 75. Menghadapi kenyataan tersebut diatas, penulis menerapkan dengan motode bermain peran pada materi berorganisasi dengan harapan terjadi pembelajaran aktif, kreatif dan mengembangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai materi pelajaran. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah-masalah diatas maka yang menjadi focus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn dengan materi berorganisasi? 2. Apakah penerapan metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang berorganisasi? MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Tukiran
55
Dari analisa masalah diatas, peneliti menemukan alternative dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut : a. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang berorganisasi. b. Guru perlu memberi contoh nyata melakukan bermain peran sebagai tokoh dalam berorganisasi c. Guru perlu meberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn tentang berorganisasi Tujuan penelitian yang inin dicapai sebagai berikut : 3. Mencari informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang berorganisasi 4. Mendiskripsikan penerapan metode bermain peran dengan model cooperative learning untuk menngkatkan hasil belajar berorganisasi di SD Negeri Penujah. Menurut penelitian Cogan (1998), ada delapan carakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu : 1. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat sekitar. 2. Kemampuan bekerja sama denga orang lain dan memikul tanggung jawab atas pesan atau kewajiban dalam bermasyarakat. 3. Kemampuan untuk memahami, menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan pendapat. 4. Kemampuan berfikir kritis dan sistematis. 5. Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan. 6. Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana. 7. Memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak-haknya dalam masyarakat. 8. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat (rumusan masalah dan tujuan penelitian berupa kalimat paragraph; sertakan rujukan penjelasan dari variable yang digunakan) Dengan demikian funsi pembelajaran PKn indah hanya sekedar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikapsikap tertentu mengenai yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar merupakan sesuatu yang di peroleh seseorang setelah melakukan belajar. Hasil tersebut berupa perubahan tingkah laku dan kemampuan berfikir atau berkarya. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila telah ada perubahan tingkah laku dalam dirinya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajaran setelah mengalami aktifitas belajar (anni, 2004:4) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan hamzah (2007:21). Menurut Gagne (1985) dalam tuti sukamto menyebutkan adanya lima macam hasil belajar, yaitu : a. Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar diskriminasi, prinsip dan pemecahan masalah, yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah. b. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berfikir. c. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuai dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 56
Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015)
e. Sikap, Yaitu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta factor intelektual (1994 : 30) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan membandingkan hasil belajarnya dengan standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila mampu menguasai kompetensi belajar yang ditetapkan dalam batas waktu tertentu. Apabila dalam batas waktu tertentu tersebut siswa tidak mampu menyelesaikan bahan belajarnya, di katakana siswa tersebut mengalami kegagalan/tidak tuntas. Yang dimiliki siswa, sutantinah tirto negoro yang dikutip sudwihantopo (1999:11) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dan penilaian suatu hasil belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran PKn pada materi berorganisasi, untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan yang diperlakukan aktifitas siswa yaitu dengan melakukan aktifitas lansung dengan bermain peran. Melalui aktifitas tersebut pembelajaran akan lebih bermakna dan mengena pada siswa, selain itu siswa juga perlu berinteraksi dengansiswa lain untuk membuat kesimpulan dengan baik dan benar. Metode Pembelajaran yang diterapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process) bahan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotorik (keterampilan oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Bermain Peran adalah alah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964:171) Melalui metode bermain peran siswa diajak belajar memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok social yang anggotanya teman-temansendiri. Dengan kata lain metode ini membantu individu proses kelompok social. Proses belajar bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang akan dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu kan menetukan. Pemeran melakukan sendiri peranya sesuai dengan daya khayal (imajinasi) tentang pokok yang diperankanya. 1.
Tujuan Penggunaan Bermain Peran Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut : a. Untuk motivasi siswa b. Untuk menarik minat dan perhatian siswa c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan di lingkungan d. Menarik siswa untuk bertanya e. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa f. Melatih siswa berperan aktif dalam kehidupan nyata
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Tukiran
57
Menurut sumarti (2001) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan social dari pendidikan. Model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia social dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok social. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerja sama untuk menganalisis situasi social terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara-cara yang demokratis bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi masalh bersama B. Langkah-langkah Penerapan Metode Bermain Pembelajaran PKn Shafel dalam bukunya “Role Playing For Social Studies” menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam rele playing yaitu sebagai berikut : 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang METODE PENELITIAN A. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SD Negeri Penujah Kec. Kedungbanteng, Kab. Tegal. Subyek Penelitian adalah siswa kelas V. Letak SD Negeri Penujah ada di jalan raya Slawi - Jatinegara Km.10 di desa penujah jarak ke kota slawi kurang lebih 10km posisinya ada di ujung selatan kec. Kedungbanteng yang berbatasan langsung dengan kec. Pangkah dan Kec. Jatinegara. B. Prosedur Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap. Keempat tahap tersebut adalah : a. Tahap Perencanaan b. Tahap Pelaksanaan Tindakan c. Tahap Observasi d. Tahap Refleksi
1. a. 1. 2.
58
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut : Melakukan identifikasi masalah, Menganalisa masalahdan merumuskan masalah denga bantuan teman sejawat dan konsultasikan pembimbing Menyusun rencana Perbaikan Pembelajaran yang beriksikan sekenario pembelajaran
Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015)
3. 4.
Menyusun alat observasi sebagai panduan bagi pengamat dengan mengamati pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran Merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan , ada 2 kali pertemuan masingmasing 2 jam pelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Guru melakukan apresiasi melalui Tanya jawab dengan soal “Apa yang kalian ketahui tentang organisasi itu?” 2. Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran 3. Guru menyusun/menyiapkan scenario yang akan di tampilkan 4. Guru menunjuk siswa untuk mempelajari scenario dalam waktu beberapa kali sebelum KBM 5. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 4-5 orang 6. Guru menjelaskan tentang kompetensi yang ingin dicapai C. Tahap Observasi 1. Pada tahap observasi ini, observer/pengamat mengamati jalanya proses pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan metode bermain peran (role playing) 2. Pengamat mencatat semua temuan, pada saat proses pembelajaran berlangsung termasuk kegiatan siswa selama proses pembelajaran evakuasi/hasil penilaian Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan pembelajaran siklus I, guru tersebut mengandalkan refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar siswa masih belum memuaskan, walaupun sudah ada peningkatan sedikit dan dirasa masih ada kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
1.
Dari hasil diskusi antara peneliti, teman sejawat, dan pembimbing diperoleh sebagai berikut : Secara garis besar, guru telah menerapkan metode bermain peran dalam proses pembelajaran dengan baik
(Pada Metode penelitian : metode yang digunakan; subyek penelitian, alat dan teknik analisis data) (tidak perlu menjelaskan secara detail langkah-langkah pada metode penelitian) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Siklus I Hasil belajar siswa dapat dilihat dari data hasil pretest dan pst test, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dari hasil belajar siswa selama siklus I dapat dilihat pada table dan gambar berikut ini : Tabel 2. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Siklus I Pretest No Interval Nilai Frekuensi Prosentasi 1 75-100 3 27.5% 2 64-74 7 50%
Posttest Frekuensi 8 4
Prosentasi 57% 28%
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Tukiran
59
3
63-55
4
28.5%
2
14.5%
Gambar 3. Perbandingan Nilai Pretest dan posttest Siklus I Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus yang dimulai dalam dua siklus yang di mulai dari bulan pebruari sampai juni 2014 dengan tempat pembelajaran kelas V SD Negeri Penujah. Lebih lanjut hasil tindakan pada siklus I dapat dilaporkan sebagai berikut : 1. Siswa yang tuntas atau memperoleh skor 70 ke atas sebanyak 10 orang dari 14 siswa dalam satu kelas sehingga dapat menunjukan daya serap klasikal sebanyak 71,42% 2. Siswa yang tergolong tidak tuntas atau memperoleh nilai dibawah 69 sebanyak 4 siswa dalam satu kelas, sehingga dapat menunjukan daya serap klasikal 28,57%. Bila ada kekurangan pemahaman soal disebabkan karena siswa belum begitu memahami dengan jelas tentang materi berorganisasi pada maple PKn tentu saja memberi penjelasan tentang materi berorganisasi dengan bermain peran. B. Hasil Siklus II Tabel 2. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Siklus II Pretest No Interval Nilai Frekuensi Prosentasi 1 75-100 6 42,86% 2 64-74 5 35,71% 3 63-55 3 21,43%
Posttest Frekuensi 10 3 1
Prosentasi 71,42% 21,42% 71,60%
Tujuan pembelajaran disampaikan pada saat siswa betul-betul dalam perhatian penuh dan guru memberikan penekanan agar konsentrasi siswa dalam pembelajaran berorganisasi pada siklus II, setelah guru menerapkan pembelajaran bermain peran dapat diketahui bahwa hasil rata-rata nilai 60
Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015)
pretest dan juga hasil belajar siklus II lebih tinggi dari siklus I. hal ini terbukti dari prosentase peningkatan hasil belajar atau nilai hasil belajar siswa yang tuntas atau memperoleh skor 75 keatas sebanyak 10 dari 14 siswa dalam satu kelas, sehingga dapat menunjukan daya serap klasikal sebanyak 71,42% siswa yang tuntas atau memperoleh skor 64 keatas sebanyak 13 dari 14 siswa sehingga daya serap tuntas secara klasikal 92.84% siswa yang tidak tuntas tinggal satu siswa atau 7.16% Dari data diatas dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran guru sudah cukup dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan bermain peran dan menggunakan model pembelajaran cooperative learning, namun masih ada beberapa siswa yang dalam proses belajarnya belum focus masih suka bermain-main sendiri. Sehingga diadakan suatu tindakan, dengan harapan siswa mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari histogram hasil posttest yang menunjukan siswa tuntas atau memperoleh skor 75 keatas sebanyak 10 siswa sehingga menunjukan daya serap klasikal 57% berarti terjadi peningkatan sebesar 25.5% disbanding dengan pretest yang hanya 21.5%. sedangkan yang tergolong siswa tuntas atau memperoleh skor 70 keatas sebanyak 10 siswa sehingga menunjukan daya serap klasikal sebanyak 71.42% siswa yang tidak tuntas dengan skor dibawah 70 ada 4 siswa sehingga menunjukan daya serap klasikal sebanyak 28,50%. PENUTUP Pada kondisi awal pembelajaran PKn siswa kelas V SD Negeri Penujah Masih rendah karena guru belum menggunakan media atau alat peraga terutama metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative learning Setelah diadakan tindakan melauli 2 siklus melalui metode bermain peran dengan pembelajaran cooperative learning ada peningkatan hasil belajar siswa kelas V untuk mata pelajaran PKn khususnya materi berorganisasi Melalui pembelajaran dengan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada maple PKn, terlihat dari peningkatan aktifitas siswa dalam partisipasi bermain peran (melakukan tokoh), sehingga timbul kemampuan berpikir, juga dapat merangsang perhatian siswa terhadap materi pelajaran dan mudah memahami materi berorganisasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini kami tidak sendirian tapi berkolaborasi dengan teman sejaawat agar pelaksanaan pembelajaran PKn materi berorganisasi dengan metode bermain peran (role playing) dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. DATAR PUSTAKA Anonim, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional, Dirtjend Peningkan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan : Jakarta Anonim, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. FKIP UNMULK : Samarinda Andayani, dkk. 2010. Pemantapan Kemampuan Profesional : Jakarta, Universitas Terbuka Deny, Setiyawan, 2005. Komputer dan media pembelajaran : Jakarta, Universitas Terbuka Gatot, Muh Setyo, , dkk, 2007. Pembelajaran PKn : Jakarta Universitas Terbuka Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research jilid 1. Fakultas Psikologi UGM : Yogjakarta Pranaja. S, dkk, Buku Fokus PKn untuk SD Kelas V : Jakarta Sindestama Sugiono, 1997. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit PT Tarsito : Bandung
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Tukiran
61