e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA N.Md.Dwi Nanda Aprilia Vena Santi1, Ngr.Wiyasa2, Wyn.Suniasih3 123Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
wyn_suniasih @yahoo.com3 Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kompetensi sikap dalam belajar IPA (2) meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA dan (3) mendeskripsikan hasil belajar pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan melalui penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan yang berjumlah 42 siswa. objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA yang meliputi kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk data kompetensi pengetahuan adalah metode tes dan data kompetensi sikap serta keterampilan menggunakan observasi. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang ditetapkan (2) pada kompetensi pengetahuan IPA terjadi peningkatan ketuntasan klasikal siswa sebanyak 14 siswa (33,33%) pada siklus I dan 42 siswa (100%) pada siklus II (3) bertambahnya kuantitas siswa yang sudah memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dari pra siklus ke siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan tahun ajaran 2015/2016. Kata kunci: Discovery Learning, media audio visual, hasil belajar IPA
Abstract The purpose of this actions research were (1) to describe the attitude competence in science learning (2) to improve learning outcomes in knowledge competence of science and (3) to describe outcomes learning of skill competence in science learning students of fifth grade the application discovery learning model with audio visual media at SD Negeri 12 Peguyangan. The subjects of research were 42 students from fifth grade at SD Negeri 12 Peguyangan. The objects of research were attitude competence in science learning, science knowledge competence, and skill competence in science learning. The data that collected were the outcome of learning science. The method to collect data of knowledge competence was used the test and observation method to collect data attitude competence and skill competence. Data was analyzed by using descriptive statistic analyst method, descriptive quantitative and qualitative. The result of this research was (1) increased quantity of students from pre-cycle to first cycle and second cycle which reached the indicator of attitude competence that have been applied (2) on the competence of science increased knowledge classical completeness of students as many as 14 students (33.33%) in the first cycle and 42 students (100%) in the second cycle (3)
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 increased quantity of students who meet the indicators of competency skills in learning science from the pre cycle to first cycle and second cycle. Based on these results it can be concluded that the application of the model of Discovery Learning to use audio-visual media to improve learning outcomes fifth grade students of SD Negeri 12 Peguyangan the academic year 2015/2016. Keywords: Discovery Learning, audio visual media, science learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan dimana individu itu berada. Pendidikan dapat dipandang bermutu apabila mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat memajukan kebudayaan nasional yang ditandai dengan keberhasilan membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral, berkepribadian, dan beriman. Salah satu piranti mencapai hal tersebut adalah kurikulum. Kurikulum merupakan alat yang penting bagi keberhasilan satuan pendidikan. Saat ini kurikulum yang diterapkan pemerintah adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penilaian pada kurikulum 2013 “menekankan pada keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan” (Permendikbud 2014). Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, seluruh muatan materi pelajaran akan dipadukan secara integratif dalam satu tema menjadi satu kesatuan yang disebut pembelajaran tematik. Guru adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam proses pembelajaran siswa. Guru juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan tugas dan mengatasi segala 1 permasalahan yang muncul. Selain itu guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran khususnya dalam pengelolaan kelas. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaian materi akan berbeda dengan guru yang menganggap
mengajar adalah proses pemberian bantuan kepada siswa Kemampuan dasar siswa dapat dikembangkan, apabila seorang guru mengetahui bagaimana siswa itu belajar, apa kebutuhan siswa, dan apakah minat siswa tersebut. Berdasarkan observasi di lapangan, peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran perlu dimaksimalkan. Kegiatan belajar mengajar di kelas pada umumnya cenderung monoton dan kurang menarik, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar dan hal ini akan menimbulkan materi yang diajarkan oleh guru dianggap sulit oleh siswa. Salah satu materi dalam pembelajaran tematik yang dianggap sulit adalah materi IPA. Tujuan materi IPA dalam pembelajaran di SD menurut Susanto (2013:171) adalah memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari, mengembangkan rasa ingin tahu dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi, mengembangkan keterampilan proses untuk meyelidiki alam sekitar untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta memperoleh bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Berdasarkan observasi di SD Negeri 12 Peguyangan, tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran terdapat beberapa permasalahan, seperti siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat, masih banyak siswa yang bermain-main saat guru menjelaskan, kurangnya sikap kerjasama siswa dalam melakukan tugas berkelompok, kurangnya interaksi siswa dengan guru, saat melakukan persembahyangan siswa masih ada yang
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bermain-main dan cenderung mengganggu temannya, dan pembelajaran masih bersifat teacher centered. Dalam semua permasalahann tersebut menunjukkan keadaan kelas yang kurang kondusif. Selain itu, siswa juga menganggap materi IPA tidak menarik karena kebanyakan menghafal dan sulit dipahami. Hal tersebut berdampak pada nilai ulangan semester ganjil khususnya materi IPA yang belum tercapai secara optimal oleh siswa kelas V. Adapun solusi dari permasalahan tersebut, dalam melakukan proses pembelajaran agar terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif guru dapat menggunakan salah satu model pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang telah disarankan oleh Permendikbud No.103 Tentang Pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang disarankan adalah model Discovery Learning. Model Discovery Learning merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, “Model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya” (Kosasih, 2014:83). Model Discovery Learning menurut Kosasih (2013:83) adalah “Mengajak siswa untuk menemukan pengetahuan baru seperti pengertian suatu konsep atau objek-objek pembelajaran”. Model ini mengajak siswa berperan sebagai seorang ilmuan yang menemukan sesuatu yang sederhana. Jadi, Model Discovery Learning ini sangat tepat digunakan pada materi IPA. Model ini diharapkan siswa tertarik dengan materi IPA dan menganggap bahwa materi IPA bukan pelajaran yang susah. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran membuat siswa akan fokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung, siswa akan memahami konsep dan tidak sekedar menghafal. Siswa dituntut untuk menguasai materi IPA, belajar mandiri, tidak mengandalkan penjelasan, dan perintah dari guru untuk mempelajari suatu materi, karena pada dasarnya materi IPA dapat dipelajari sendiri oleh siswa. Dalam
pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang menjadi pusatnya (student centered). Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi IPA dapat diukur dari pemahaman siswa dalam mempelajari IPA. Pemilihan penggunaan model Discovery Learning ini dikarena selama proses pembelajaran guru di SD Negeri 12 Peguyangan belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning. hal ini mendorong peneliti untuk menerapkan model Discovery Learning. Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dalam prosesnya siswa akan melakukan penemuanpenemuan secara ilmiah. Model Discovery Learning dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi, karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kusuma Dewi (2012) bahwa menerapkan model pembelajaran Discovery Learning menunjukkan peningkatan pada hasil belajar IPA siswa kelas VA di SD No.2 Dalung, Badung. Hasil belajar iswa pada siklus I mengalami peningkatan dari 72,14% menjadi 81,38% pada siklus II. Suasana pembelajaran di kelas akan lebih menarik jika guru menyampaikan materi melalui media pembelajaran. Menurut Aqib (2013:51) “Manfaat media pembelajaran adalah proses pembelajaran lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran lebih interaksi , dapat mengefisienkan waktu, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa”. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yakni media audio visual. Media audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. selain itu, menggunakan media audio visual dapat membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Putra (2015) dengan hasil penelitian menunjukkan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bahwa 1) terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan pembelajaran tematik berbantuan media audio visual terhadap keaktifan belajar siswa, 2) terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan model pembelajaran tematik berbantuan media audio visual terhadap hasil belajar IPA, dan 3) secara simultan, terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran tematik berbantuan media audio visual terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar IPA siswa. Jadi dengan media audio visual diterapkan dalam materi IPA, materi yang disampaikan guru lebih mudah ditangkap oleh siswa dan berakibat hasil belajar siswa menjadi optimal. Berdasarkan uraian tersebut, model Discovery Learning menggunakan media audio visual ada kecenderungan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning Menggunakan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Negeri 12 Peguyangan Tahun Ajaran 2015/2016”
kemampuan berpikir seperti mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Kompetensi keterampilan meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Tindakan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru untuk memperbaiki kinerja siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan model Discovery Learnig menggunakan media audio visual. Penelitian ini disesuaikan dengan model rancangan Arikunto. Setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Perencanaan hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal. Hasil pengamatan awal terhadap proses yang terjadi dalam situasi yang ingin diperbaiki dituangkan dalam bentuk catatan-catatan lapangan lengkap yang menggambarkan dengan jelas cuplikan atau episode proses pembelajaran dalam situasi yang akan ditingkatkan atau diperbaiki. Kemudian catatan tersebut dicermati bersama untuk melihat masalah-masalah yang ada dan aspekaspek yang perlu ditingkatkan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran (Kunandar,2010:71). Pada tahap perencanaan, semua kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran seperti melaksanakan kordinasi dengan wali kelas V SD Negeri 12 Peguyangan, dan menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara berkolaborasi. Menurut Arikunto (2009:17) disebutkan bahwa penelitian tidakan yang ideal dilakukan secara berpasangan atau kolaborasi antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Jadi dalam hal ini, pihak yang melakukan tindakan yaitu peneliti sebagai guru, sedangkan yang diminta untuk melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah guru wali kelas. Pengamatan atau observasi dilakukan saat aktivitas pembelajaran
METODE Penelitian tindakan kelas adalah suatu proses pemecahan masalah proses pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan dengan suatu tindakan melalui kegiatan siklus secara terencana dalam situasi proses pembelajaran kemudian hasilnya dianalisis dan direfleksikan sehingga dapat diketahui pengaruh dari tindakan tersebut (Saefudin, 2012:12) Subjek dalam penelitian ini adalah adalah siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 42 siswa, yakni 16 orang siswa laki-laki dan 26 orang siswa perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA dengan diterapkannya model Discovery Learning menggunakan media audio visual. Hasil belajar terdapat tiga aspek yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi sikap terdapat pada KI 1 dan KI 2 yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Kompetensi pengetahuan meliputi 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
berlangsung. Ada beberapa hal yang menyangkut pada tahapan ini, yaitu mengobservasi secara langsung proses pembelajaran di kelas dengan cara mengamati secara langsung pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selanjutnya mengevaluasi proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learing menggunakan media audio visual yang meliputi tes penguasaan kompetensi IPA dan rubrik penilaian untuk kompetensi keterampilan dan sikap. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yaitu peneliti sebagai guru melakukan penelitian dan meminta bantuan guru mitra untuk melakukan pengamatan terhadap siswa. Refleksi dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari setiap tindakan yang dialami siswa atau guru dalam proses pembelajaran melalui penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual yang diberikan. penelitian tindakan kelas ini, data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA. Adapun hasil belajar IPA meliputi kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Mengumpulkan data hasil belajar IPA siswa menggunakan. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto,2013:67). Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa. Metode non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis (Agung 2014:94). Observasi digunakan untuk mengamati dan menilai kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan siswa. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik yaitu analisis statistik deskriptif, dan metode analisis deskriptif yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan analisi deskriptif kualitatif. Metode analisis statistik deskriptif ialah
suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka ratarata, median, modus, mean, dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Analisis statistik desktiptif untuk menentukan kompetensi pengetahuan IPA yang meliputi mean, median, modus, dan presentase ketuntasan klasikal. Metode analisi deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Data kompetensi pengetahuan digunakan penyekoran dan pemberian predikat menggunakan rentang predikat pada Permendikbud 2015. Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Data yang dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif adalah data kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan dalam hasil belajar IPA siswa kelas V. Indikator keberhasilan merupakan tolak ukur untuk melihat keberhasilan tindakan yang dilakukan. Adapun indikator keberhasilan yang digunakan sebagai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa dalam kelas yakni 42 orang siswa, yang mencapai nilai ≥75-85 predikat B (Baik) pada aspek kompetensi penguasaan pengetahuan IPA di akhir siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan secara umum teramati seluruh siswa berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, namun hanya terdapat 18 siswa atau 42,85% yang khusuk dalam berdoa. Dalam proses pembelajaran masih didominasi oleh keterampilan mengamati, mengumpulkan 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
informasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran muatan materi IPA yang dilaksanakan belum dapat mengoptimalkan keterampilan siswa. Kurangnya interaksi siswa dalam bertanya membuat suasan pembelajaran kurang aktif. Dalam hal mengumpulkan informasi semua siswa dapat melakukannya namun ada siswa yang tidak mau melakukannya dan menunggu pekerjaan temannya. Keterampilan mengomunikasikan hasil pekerjaan masih ada siswa yang tidak mau mengemukakan pekerjaanya serta pendapatnya. Saat guru memberikan pertanyaan hanya 3 siswa atau 7,14% yang berani menjawab pertanyaann tersebut. Pada saat proses pembelajaran tersebut tidak ada pembagian tugas kelompok. Oleh karena itu sikap kerjasama, disiplin, dan tanggung jawab belum diamati. Uraian tersebut dijadikan
bahan refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas secara bersklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual pada muatan materi IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan. Penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual diharapkan dapat membentuk kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan siswa dalam belajar IPA, serta dapat menngkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA. Hasil deskrpsi data kompetensi sikap dalam belajar IPA pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 01. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I Kompetensi Sikap Spiritual 1. Kekhusukan a. Memejamkan mata saat berdoa b. Tidak mengganggu teman saat berdoa c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa d. Posisi tubuh benar saat berdoa 2. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan a. Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran b. Berdoa setelah kegiatan pembelajaran
Banyaknya Siswa
Presentase
36 siswa 35 siswa 35 siswa 37 siswa
85,71% 83,33% 83,33% 88,09%
42 siswa 42 siswa
100% 100%
Tabel 02. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I Kompetensi Sikap Sosial 1. Percaya Diri a. Berani tampil di depan kelas b. Berani mengemukakan pendapat c. Berani menjawab pertanyaan d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan 2. Teliti a. Teliti mengerjakan tugas b. Teliti dalam mengamati 3. Kerjasama a. Kerjasama dalam berdiskusi b. Kerjasama dalam melakukan pengamatan c. Kerjasama dalam menyelesaikan suatu pertanyaan
6
Banyaknya Siswa
Presentase
15 siswa 10 siswa 13 siswa 12 siswa
35,71% 23,80% 30,95% 28,57%
25 siswa 30 siswa
59,52% 71,42%
22 siswa 20 siswa 17 siswa
52,38% 47,61% 40,47%
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 03. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus II Kompetensi Sikap Spiritual 1. Kekhusukan a. Memejamkan mata saat berdoa b. Tidak mengganggu teman saat berdoa c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa d. Posisi tubuh benar saat berdoa 2. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan a. Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran b. Berdoa setelah kegiatan pembelajaran
Banyaknya Siswa
Presentase
41 siswa 41 siswa 40 siswa 42 siswa
97,61% 97,61% 95,23% 100%
42 siswa 42 siswa
100% 100%
Tabel 04. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus II Kompetensi Sikap Sosial 1. Percaya Diri a. Berani tampil di depan kelas b. Berani mengemukakan pendapat c. Berani menjawab pertanyaan d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan 2. Teliti a. Teliti mengerjakan tugas b. Teliti dalam mengamati 3. Disiplin a. Disiplin dalam berdiskusi b. Disiplin dalam membuat laporan pengamatan c. Disiplin saat melakukan pengamatan 4. Tanggung Jawab a. Menyelesaikan tugas yang diberikan b. Mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada teman c. Membuat laporan setelah selesai melakukan kegiatan Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang ditetapkan.
Banyaknya Siswa
Presentase
41 siswa 40 siswa 39 siswa 37 siswa
97,61% 95,23% 92,85% 88,09%
36 siswa 38 siswa
85,71% 90,47%
38 siswa 35 siswa
90,47% 83,33%
39 siswa
92,85%
38 siswa 36 siswa
90,47% 85,71%
37 siswa
88,09%
Hasil deskripsi data kompetensi keterampilan dalam belajar IPA pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 05. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I
1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Sikap Sosial Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasi Mengomunikasikan
Banyaknya Siswa 27 14 29 27 22
7
Persentase 64,28% 33,33% 69,04% 64,28% 55,38%
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 06. Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II
1. 2. 3. 4. 5.
Kompetensi Sikap Sosial Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasi Mengomunikasikan
Banyaknya Siswa 42 37 41 40 30
Persentase 100% 88,09% 97,61% 95,23% 95,23%
kompetensi pengetahuan IPA dengan menggunakan tes akhir. Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan pada siklus I disajikan pada tabel 07 berikut.
Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Peguyangan diperoleh pada pertemuan keempat setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar pada
Tabel 07. Tabel Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 12 Peguyangan pada Siklus I Skor
Nilai
Predikat
29 18 17 16 15 14 13 12 11 10
95 90 85 80 75 70 65 60 55 50
A A B B B C C C D D
Banyaknya Siswa 3 1 3 3 4 4 15 4 2 3
Persentase 7,14% 2,38% 7,14% 7,14% 9,52% 9,52% 35,71% 9,52% 4,76% 7,14%
16
Berdasarkan tabel tersebut dapat dideskripsikan bahwa yang mendapat nilai dengan ≥75-85 sebanyak 14 siswa (33,33%). Analisis data pada siklus I menunjukkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, karena pada siklus I hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA hanya 33,33% yang mencapai ≥75-85 sementara indikator keberhasilannya minimal 80%, mencapai predikat baik, maka dapat ditetapkan bahwa kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Berdasarkan data nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA tersebut dapat disajikan mean, median, modus pada grafik 01 berikut.
14 F 12 r e 10 k 8 u e6 n4 s2 i 0 50
55
Mo=66,77
60
65 70 75 Nilai Tengah
Me=68,1
80
85
90
95
M=70
Grafik 01 Grafik Poligon Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa pada Siklus I Grafik poligon tersebut terlihat bahwa harga statistik Mo<Me<M (66,77<68,1<70) dan tergolong grafik 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
juling positif, maka gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor keaktifan belajar siswa pada siklus I berada pada kategori rendah.
Data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan pada siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 08 Tabel Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 12 Peguyangan pada Siklus II Skor 19 18 17 16 15
Nilai 95 90 85 80 75
Predikat A A B B B
Berdasarkan tabel tersebut dapat dideskripsikan bahwa seluruh siswa (100%) mendapat nilai ≥75-85. Analisis data pada siklus II menunjukkan nilai hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, karena pada siklus II nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai 100% yang mencapai predikat baik, maka dapat ditetapkan bahwa pembelajaran kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V telah tuntas. Berdasarkan data nilai hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA tersebut dapat disajikan nilai mean, median, modus pada grafik berikut.
25 fr e k u e n s i
20 15 10 5 0 75
80
85 Nilai Tengah
M=87,3 5 Me=90,1
90
95
Mo=93,49
Grafik 02 Grafik Poligon Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa pada Siklus II grafik poligon tersebut dapat terlihat bahwa harga statistik M<Me<Mo
9
Persentase Banyaknya Siswa 5 11,90% 20 47,61% 8 19,04% 6 14,28% 4 9,52% (87,35<90,1<93,49) dan tergolong grafik juling negatif, maka gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor keaktifan belajar siswa pada siklus II berada pada kategori tinggi. Pada penelitian tindakan kelas yang menerapkan model Discovery Learning menggunakan media audio visual pada meteri IPA dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning menggunakan media audio visual secara umum telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat peneliti bersama dengan guru kelas dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Dalam proses pembelajaran guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 6 orang siswa. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk bekerjasama dalam mendiskusikan jawaban permasalahan yang diberikan ataupun bekerjasama dalam melakukan percobaan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model Discovery Learning menggunakan media audio visual dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II secara umum dapat menumbuhkan kompetensi sikap dan komptensi keterampilan siswa dalam belajar IPA. Selain itu, penerapan model Discovery Learning menggunakan media audio visual dapat meningkatkan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kompetensi pengetahuan IPA, dimana pada 100% siswa telah mencapai nilai ≥75-85. Peningkatan ini terjadi dari pra siklus ke siklus I dan siklus II. Kompetensi pengetahuan IPA sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II.
alternatif untuk menumbuhkan kompetensi sikap dan terampilan serta meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. Guru dapat berinovasi dalam pembelajaran sebagai pembaharuan guna mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik. (3) Bagi sekolah, model Discovery Learning menggunakan media audio visual dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pengamatan penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan (1) Penerapan model Discovery Learning melalui percobaan dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang ditetapkan, secara umum seluruh siswa memiliki sikap yang baik. (2) Penerapan model Discovery Learning melalui percobaan dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan dalam belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian. Terlihat dari ketuntasan klasikal siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan. Pada siklus I dari 42 siswa terdapat 14 siswa (33,33%) yang tuntas dan pada siklus II seluruh siswa (100%) yang tuntas. (2) Penerapan model Discovery Learning melalui percobaan dapat meningkatkan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari pengamatan yang dilakukan pada setiap siklus terjadi bertambahnya kuantitas siswa dari siklus I ke siklus II yang sudah memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Adapun saran yang dapat disampaikan (1) Bagi siswa kelas V SD Negeri 12 Peguyangan, melalui penelitian ini siswa termotivasi bersikap dan terampilan dalam belajar IPA memanfaatkan media audio visual. (2) Bagi guru dalam kegiatan pembelajaran model Discovery Learning menggunakan media audio visual dapat dijadikan
DAFTAR PUSTAKA Agung, 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing. Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya Arikunto, Siharsimi dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Dewi, Ni Putu. 2012. “Meningkatkan Motivasi Siswa dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas VA SD No. 2 Dalung Badung”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Undiksha. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pendidik Menengah. 2015. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 2014. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saefudin, Aziz.2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru dengan PTK. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Predana Media Group
11