e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA Ni Luh Sri Rahayu1, DB Kt Ngr Semara Putra2, I Wayan Suniasih3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek terteliti siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman Tahun Ajaran 2015/2016 berjumlah 33 orang. Tindakan dilakukan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri atas 4 pertemuan dan siklus II terdiri atas 4 pertemuan. Setiap pertemuan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Objek penelitian adalah hasil belajar IPA meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Metode pengumpulan data digunakan metode observasi untuk mengumpulkan data kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA dan metode tes untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif, dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA, hal ini teramati dari bertambahnya kuantitas siswa dari siklus I sebanyak 76,26% dan siklus II sebanyak 86,86% meningkat sebesar 10,6% yang mencapai indikator kompetensi sikap yang telah ditentukan Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I sebanyak 72,18% dan siklus II menjadi 86,04% meningkat sebesar 13,86% dengan predikat sangat baik. Terjadi juga perubahan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dari siklus I sebanyak 50,9% dan siklus II sebanyak 68,48% meningkat sebesar 17,58%. Dengan demikian disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA tema tempat tinggalku siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : pbm,media konkret, ipa
Abstract This study aims to improve students' science learning outcomes through the application of problem-based learning model aided concrete media. This research is a classroom action research (PTK) with the subject terteliti graders Kesiman IVB Elementary School 6 Academic Year 2015/2016 amounted to 33 people. Actions performed in two cycles. First cycle consisted of 4 meetings and the second cycle consists of 4 meetings. Each meeting starts from planning, implementation, observation, and reflection. The object of research is the result of learning science competencies include attitudes, knowledge competence, and competence skills in learning science. Data collection method used observation method to collect data competence attitudes and skills in learning science and the test method to collect data competence IPA knowledge. Data were analyzed with descriptive statistical analysis, descriptive analysis of quantitative and qualitative descriptive analysis.The results showed that the application of problem-based learning model aided concrete media can foster competence in the attitude to learn science, it is
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 observed from the increased quantity of students of the first cycle as much as 76.26% and the second cycle as much as 86.86% which increased by 10.6% achieve competence indicator predetermined attitude competence IPA knowledge of students in the first cycle as much as 72.18% and 86.04% second cycle be increased by 13.86% with excellent predicate. Occurs also change the quantity of students who meet the indicators of competence in learning science skills of the first cycle as much as 50.9% and the second cycle as much as 68.48% increase of 17.58%. Thus concluded that the application of problem-based learning model aided concrete media to improve learning outcomes IPA theme of my place IVB grade students of SD Negeri 6 Kesiman the academic year 2015/2016. Key word: pbm, concrete media, science.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh. “Pendidikan bukan hanya ditujukan untuk menyiapkan masa depan tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan” (Rusman, 2010:230). Jika pendidikan adalah salah satu sumber instrumen utama pengembangan SDM, maka tenaga pendidik dalam hal ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting didalamnya. Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut siswa lebih berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara tidak langsung pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 berpusat pada siswa (student center). Siswa secara bersama-sama terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya yang akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini perlu adanya minat dan motivasi dari siswa itu sendiri. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa
tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Selain itu siswa didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun kemampuan berpikir kritis (Imas dan Berlin, 2014:7). Selama ini, masih banyak guru yang menerapkan pembelajarannya bersifat konvensional atau berpusat pada guru (teacher center) sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas menjadi pasif. Oleh sebab itu, sangatlah dibutuhkan peran guru dalam menciptakan pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa dan siswa dapat berprestasi secara optimal. Guru harus berusaha semaksimal mungkin kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang aktif di dalam kelas. Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik (Imas dan Berlin, 2014:76). Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam pembelajaran berbasis masalah pusat pembelajaran adalah peserta didik (student centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik).
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Seperti permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas IVB yang dilaksanakan di SD Negeri 6 Kesiman terdapat salah satu kompetensi pengetahuan siswa yang ditemukan masih rendah pada muatan materi IPA. Diperoleh data bahwa 65% dari siswa yang berjumlah 33 orang masih mendapatkan kompetensi pengetahuan IPA di bawah KKM. Adapun KKM yang ditentukan untuk muatan materi IPA adalah 70,00. Data tersebut diperoleh dari hasil ulangan umum siswa yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa masih rendah. Dan faktor yang menyebabkan kurangnya tingkat pencapaian kompetensi pengetahuan siswa terhadap pembelajaran IPA adalah dalam memahami materi siswa masih bingung karena materi yang luas tanpa diimbangi dengan media yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IVB belum sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga hasil belajar IPA siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena guru sekolah dasar masih belum optimal dalam membelajarkan peserta didik karena dalam pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Menurut Wina Sanjaya (2006:213) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat diartikan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Menurut Wina Sanjaya (2006:220) menyatakan, keunggulan dari Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, lebih menyenangkan dan disukai siswa, dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dengan dunia nyata, dapat mengembangan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi mata pelajaran pokok pada kurikulum di Indonesia di dalam dunia pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar (SD). IPA sangat penting dipahami oleh siswa sebab siswa akan mengetahui atau memahami mengenai alam yang merupakan lingkungan sekitar siswa. Dalam pembelajaran kurikulum 2013, mata pelajaran menjadi tematik integratif yaitu mata pelajaran dengan menggunakan tema dalam berbagai mata pelajaran. Pengetahuan IPA yang dipelajarari tergabung dengan mata pelajaran lain dalam sebuah tema. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan adanya media pembelajaran. Media merupakan alat bagi guru yang digunakan sebagai sarana untuk mempertajam pemahaman siswa terhadap materi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran yang sering digunakan berupa media bersifat nyata, riil atau bisa disebut konkret (Arsyad, 2011:3). Dengan menggunakan media yang bersifat nyata, riil atau konkret, siswa akan menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas karena bila guru menggunakan media konkret siswa dapat langsung melihat secara nyata apa yang dimaksud atau apa yang sedang dijelaskan oleh guru, dan siswa akan lebih cepat memahami pembelajaran. Menurut Muhammad dan Sofan (2013:156) Media pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dirumuskan . Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman, 2012:29). Salah satu media yang tepat untuk melengkapi proses pembelajaran IPA adalah bebantuan media konkret (benda nyata). Berdasarkan uraian tersebut di atas, dilaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tema Tempat Tinggalku Siswa Kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman Tahun Pelajaran 2015/2016”
Gambar 1 Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi, 2009:16) Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data tentang kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan. Untuk mengukur kompetensi pengetahuan yang digunakan adalah metode tes yakni jenis tes pilihan ganda biasa (PGB). Sedangkan untuk mengukur kompetensi sikap dan keterampilan metode yang digunakan adalah metode non tes yaitu observasi dengan instrument lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA instrumen yang digunakan berupa butir-butir tes objektif bntuk pilihan ganda biasa yang berjumlah 20 butir. Sedangkan untuk kompetensi sikap spiritual, sikap sosial dan kompetensi keterampilan menggunakan lembar observasi. Data yang terkumpul dari komptensi pengetahuan maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:142). Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase
METODE Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas. Menurut Sanjaya (2014:149) PTK (penelitian tindakan kelas) adalah pross pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut. Pada penelitian ini terintegrasi dalam proses pembelajaran dan dilakukan secara bersiklus. Rancangan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi. Siklus dalam penelitian adalah sebagai berikut.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).
memperhatikan karakteristik setiap siswa, d) Membuat jadwal pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal muatan materi IPA siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman Dalam pelaksanaan tindakan ini menerapkan kegiatan inti dari PTK. Pelaksanaan pembelajaran di sesuaikan dengan RPP yang telah disusun pra perencanaan tindakan, dimana pada siklus I terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dan satu pertemuan tes akhir siklus penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Dalam pelaksanaan tindakan ini menerapkan kegiatan inti dari PTK dengan langkah-langkah yaitu, a) Apersepsi dilaksanakan pada awal pembelajaran, dimaksudkan menarik perhatian siswa untuk menuju materi yang akan diajarkan, b) Penelitian menyajikan pokok bahasan yang dijadikan objek seperti siswa memberikan contoh dataran rendah, dataran pantai, dan dataran tinggi, c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat/ide-ide yang mereka temukan, d) Menguji beberapa siswa untuk ke depan kelas untuk menyebutkan perbedaan dataran tinggi, dataran rendah dan dataran pantai meliputi ketinggian daerah, kondisi daerah, sumber daya alam yang dihasilkan, kegunaan, dan mata pencaharian masyarakat. Dalam kegiatan observasi dilakukan kegiatan pengamatan atau selama proses pembelajaran dapat dicatat kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung sebagai gambaran mengenai pengelolaan kelas, dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan dan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan berikutnya. Bila dibandingkan dengan sebelum penelitian dilaksanakan, siswa sudah mulai nampak lebih aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini didasarkan pada saat pembelajaran dapat dilihat dari antusias siswa dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas IVB semester 2 SD Negeri 6 Kesiaman, Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2015/2016 dengan banyak siswa 33 orang yang dilaksanakan dari tanggal 15 Maret 2016 s/d 31 Maret 2016. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan, pertemuan pertama, kedua dan ketiga merupakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret, dan pertemuan keempat merupakan tes akhir siklus. Pelaksanaan pembelajaran selama penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret secara umum sudah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tema yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tema Tempat Tinggalku. Tahap penelitian ini disesuaikan dengan prosedur penelitian siklus yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I perencanaan tindakan yang dilaksanakan mencakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan sarana pembelajaran seperti, a) Menganalisis Kompetensi Dasar dan Indikator yang nantinya akan digunakan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Konkret dengan Tema “Tempat Tinggalku” dan Subtema Lingkungan Tempat Tinggalku, b) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA, tes Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA, serta menyiapkan media konkret yang mendukung sesuai dengan materi dalam proses pembelajaran dan berbagai sumber belajar mengenai IPA, c) Merencanakan pengelolaan kelas dengan
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengikuti pembelajaran di pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Kegiatan evaluasi terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dengan memberikan tes. Dan untuk mengetahui tingkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dilakukan pada akhir siklus dengan tes akhir siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran berbasis maslah berbantuan media konkret pada siklus ini, masih diperlukan adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan hasil belajar IPA siswa berada pada kriteria sedang. Data mengenai kompetensi sikap dalam belajar IPA diperoleh melalui pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Untuk kompetensi sikap spiritual teramati sudah 33 atau 100% siswa yang berdoa sebelum maupun setelah kegiatan pembelajaran, namun teramati kekhusukannya dalam berdoa masih sangat kurang. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I.
teman saat berdoa c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa d. Posisi tubuh benar saat berdoa
27
81,81 %
30
90,90 %
Untuk kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA pada siklus I. berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I. Tabel 2 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Sosial 1. Percaya Diri 2. Teliti 3. Cermat
Banyaknya Siswa 3
Persentase
30 27
90,90% 81,81%
9,09%
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret pada siklus I menunjukan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hal tersebut dilihat berdasarkan grafik polygon yang menunjukan Mo < Me < M (64,84 < 71,05 < 72,18), sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman pada siklus I sebagian yang belum tuntas karena gambar grafik polygon menunjukkan kurva juling positif.
Tabel 1 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Banyaknya Perse Spiritual Siswa ntase 1. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan a. Berdoa 33 100% sebelum kegiatan pembelajaran b. Berdoa setelah 33 100% kegiatan pembelajaran 2. Kekhusukan dalam berdoa a. Memejamkan 29 87,87 mata saat % berdoa b. Tidak 30 90,90 mengganggu %
Gambar 2. Gambar grafik Polygon Siklus I Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa Kelas IVB SD Negerri 6 Kesiman
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan, bahwa tindakan pada siklus I pada kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan belum berjalan dengan maksimal. Maka peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II. Sama halnya dengan siklus I, siklus II dilaksanakan dengan empat tahap dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II dilaksanakan dengan tiga kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan satu pertemuan untuk tes hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA. Adapun hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut mengenai kompetensi sikap dalam belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh melalui pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus II.
Frekuensi 15 10 5 0 49
58
67
76
85
94
Frekuensi
Mo = 64,84
M = 72,18 Me = 71,05
Hal tersebut dibuktikan dari persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yaitu 72,18% jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus I berada pada tingkat penguasaan 65% - 79% dengan kategori sedang. Dan ketuntasab klasikal siswa 33,33%. Dari hasil siklus I terlihat bahwa kriteria keberhasilan belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Data mengenai kompetensi keterampilan dalam belajar IPA diperoleh melalui pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I.
Tabel 4 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Banyakn Persent Spiritual ya Siswa ase 1. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan a. Berdoa 33 100% sebelum kegiatan pembelajaran b. Berdoa setelah 33 100% kegiatan pembelajaran 2. Kekhusukan a. Memejamkan 33 100% mata saat berdoa b. Tidak 33 100% mengganggu teman saat berdoa c. Tidak 31 93,93% menoleh kanan kiri saat berdoa
Tabel 3 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I Kompetensi Sikap Sosial 1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengumpulkan Informasi 4. Mengasosiasi 5. Mengomunikasi kan
Banyakny a Siswa 33 2 20
Persenta se 100% 6,06% 60,60%
26 3
78,78% 9,09%
Untuk kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA pada siklus I. berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I.
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus II berapa pada tingkat penguasaan 80% 89% dengan kategori Tinggi. Secara klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II yaitu 84,84%. Dari hasil siklus II terlihat bahwa kriteria keberhasilan sudah tercapai sesuai dengan yang ditetapkan, maka penelitian dinyatakan berhasil. Data mengenai kompetensi keterampilan dalam belajar IPA diperoleh melalui pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II.
Tabel 5 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Sosial 1. Percaya Diri 2. Teliti 3. Cermat
Banyaknya Siswa 8
Persentase
33 33
100% 100%
24,24%
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret pada siklus II menunjukan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hal tersebut dilihat berdasarkan grafik polygon yang menunjukan Mo > Me > M (87,12 > 87 > 86,04), sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika pada siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman pada siklus II sebagian besar yang sudah tuntas karena gambar grafik polygon menunjukkan kurva juling negatif.
Tabel 6 Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II Kompetensi Banyakn Persent Sikap Sosial ya ase Siswa 1. Mengamati 33 100% 2. Menanya 8 24,24% 3. Mengumpulka 33 100% n Informasi 4. Mengasosiasi 33 100% 5. Mengomunika 6 18,18% sikan Penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dilaksanakan dalam dua siklus, yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Pelaksanaan tindakan tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret guru lebih berperan sebagai motivator yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga di dalam kelas tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran guru mengelompokkan
Frekuensi 15 10 5 0 67,5
73,5
79,5
85,5
91,5
97,5
Frekuensi
M = 86,04
Mo = 87,12
Me = 87 Gambar 3. Gambar grafik Polygon Siklus II Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman Hal tersebut dibuktikan dari peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yaitu 86,04% jika
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, 3 kelompok terdiri dari 6 orang dan 3 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh setelah dilaksanakannya penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II secara umum dapat merubah kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam belajar IPA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa yang mencapai indikator kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA. Selain itu penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA, dimana 84,84% siswa telah mencapai nilai dengan predikat sangat baik. Pada siklus II hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Untuk peningkatan indikator pencapaian hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA dari Siklus I dan Siklus II dapat disajikan pada gambar berikut.
dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret. Maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dengan empat kali pertemuan dan siklus II dengan empat kali pertemuan sudah berhasil SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat disimpulankan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA tema tempat tinggalku siswa kelas IVB SD Negeri 6 Keisman. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis. Kompetensi sikap dalam belajar IPA, hal ini teramati dari bertambahnya kuantitas siswa dari siklus I sebanyak 76,26% dan siklus II sebanyak 86,86% meningkat sebesar 10,6% yang mencapai indikator kompetensi sikap yang telah ditentukan Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I sebanyak 72,18% dan siklus II menjadi 86,04% meningkat sebesar 13,86% dengan predikat sangat baik. Terjadi juga perubahan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dari siklus I sebanyak 50,9% dan siklus II sebanyak 68,48% meningkat sebesar 17,58%. Ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I yaitu 69,7% siswa yang tuntas sehingga belum mencapai indikator keberhasilan, meningkat sebesar 24,2% pada siklus II yakni 93,9% siswa yang tuntas sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Berdasarkan simpulan, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1) Kepada guru, disarankan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran dan memilih pendekatan serta media pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran suasana pembelajaran akan menyenangkan.
Indikator Pencapaian hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA 100 80 60
40 20 0 Siklus I
Gambar
4.
Siklus II
Peningkatan Persentase Indikator Pencapaian Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA pada Siklus I dan Siklus II
Dari uraian yang telah dipaparkan, adanya peningkatan dari kompetensi sikap spiritual, sosial, pengetahuan da keterampilan pada muatan materi IPA
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2) Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan berbagai pendekatan atau model pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. 3) Kepada siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran terutama dalam pelajaran IPA dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama siswa untuk saling menghargai, berbagi pendapat dan pengalaman. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Imas & Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Katapena Rahman, Muhammad & Amri, Sofan. 2013. Strategi dan Desaign Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogjakarta: PEDAGOGA
10