e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TEMA TEMPAT TINGGALKU Ni Made Indah Kemalayanti1, Ni Wayan Suniasih2, Ni Nyoman Ganing3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA pada kompetensi sikap, meningkatkan hasil belajar IPA pada kompetensi pengetahuan, dan mendeskripsikan hasil belajar IPA pada kompetensi keterampilan siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman melalui penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman berjumlah 31 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA meliputi kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA, dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Metode penggumpulan data yang digunakan adalah metode observasi untuk menggumpulkan data kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA dan metode tes untuk menggumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif, dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan melalui penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter dapat menumbuhkan sikap dalam belajar IPA, hal ini teramati dan bertambahnya kuantitas siswa dari siklus I dan siklus II yang mencapai indikator kompetensi sikap yang telah ditetapkan. Pada kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I sebanyak 77,83% dan meningkat pada silus II menjadi 87,09% dengan predikat sangat baik. Terjadi perubahan kuantitas siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dari siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata Kunci : model pembelajaran discovery, karakter, hasil belajar IPA
Abstract This research aims to describe the results of a study on the competency of the attitude in learning science, enhance the results of the study on the competency of knowledge science, and describes the results of a study on the competency of skills in learning science fourth graders students of Public Elementary School 6 Kesiman through the application of character-based discovery learning. This research is a classroom action research with the subjects in this study were fourth graders students of Public Elementary School 6 Kesiman totaling 31 people. This research is implemented in 2 cycles. The object in this research is the results of learning science covers competency of the attitude in learning science, competency of knowledge science, and competency of skills in learning science. The method of collecting data used are observation methods for collecting data on attitudes and skills competency in learning science and test methods to collecting data for competence of knowledge science. The data were analized use analysis statistics descriptive, analysis descriptive quantitative, analysis descriptive qualitative. The results of research showed through the application of character-based discovery learning can foster
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
an attitude in learning science, it is observed and the increase of the quantity of students from cycle I and cycle II who reached the indicator of competence defined attitude. On competency of knowledge science in cycle I as much as 77,83% and increased in cycles II to 87,16% with predicate wery good. There is a change in the quantity of students who meet the competency indicators skills in learning science from cycle I and cycles II. Thus it can be concluded that through the application of character-based discovery learning may improve the results of the study of science of fourth graders students of Public Elementary School 6 Kesiman academic year 2015/2016. Keywords: discovery learning, character, results study of science.
PENDAHULUAN Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Implikasi diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ialah perubahan model pendekatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan pembelajaran tematik terpadu atau yang seringkali disebut sebagai tematik integratif. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi pada peserta didik secara menyeluruh (Rusman, 2015:1). Pembelajaran tematik terpadu yaitu pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema. Pendekatan pembelajaran ini digunakan untuk seluruh kelas pada sekolah dasar. Pembelajaran dengan pendekatan tematik ini mencakup seluruh kompetensi mata pelajaran yaitu: PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya dan Prakarya kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Pendekatan ini dimaksudkan agar peserta didik tidak belajar secara parsial sehingga pembelajaran dapat memberikan makna
yang utuh pada peserta didik seperti yang tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Selain menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu, pada kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan saintifik pada setiap kegiatan pembelajarannya. Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pada penerapan kurikulum 2013 juga di sekolah lebih menekankan pada pentingnya pembentukan karakter pada diri siswa di sekolah terutama pada pendidikan dasar. Standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 secara umum mencakup sikap spiritual dan sosial adalah pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitarnya. Pendidikan karakter terkandung di dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Unsurunsur pendidikan karakter telah dirumuskan di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Selama penerapan kurikulum 2013 masih terdapat permasalahan yang dihadapi sekolah seperti yang teramati di kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman terdapat beberapa masalah ditemukan, diantaranya pada aspek sikap spiritual siswa ada beberapa siswa yang saat berdoa atau sembahyang masih bermain-main dengan siswa lainnya. Masalah lain ditemukan pada aspek sikap sosial siswa diantaranya sikap bertutur kata santun yang kurang pada diri siswa dan kurang disiplinnya pada saat mengikuti pembelajaran. Selain pada aspek sikap, aspek kognitif terutama kompetensi pengetahuan IPA siswa, menurut informasi guru pada konsep belajar muatan materi IPA kurang dipahami oleh siswa. Pada aspek keterampilan, dilihat pada pembelajaran didominasi pada keterampilan mengamati dan mengomunikasikan, sedangkan di keterampilan abstrak terdapat lima kemampuan belajar yang seharusnya dimunculkan pada saat kegitan pembelajaran di kelas seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Perlu adanya perbaikan dan peningkatan dalam belajar siswa dan pembentukan karakter dengan cara melakukan perbaikan dan menerapkannya suatu model dalam pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang efektif, menarik, dan menyenangkan diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas guru kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman terutama pada muatan materi IPA. Muatan materi IPA dalam pembelajaran bertujuan untuk menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang melek sains dan teknologi, serta menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pada penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SD adalah model pembelajaran discovery. Kosasih (2015:83) menyatakan bahwa, model pembelajaran discovery merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang menerapkan model pembelajaran discovery berbasis karakter diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dan membentuk karakter pada diri siswa. Salah satu keunggulan dari model pembelajaran discovery (Kurniasih dan Sani, 2014:66) adalah membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan prosesproses kognitif. Selain dapat meningkatkan kognitif dan keterampilannya, karakter siswa dapat dibentuk melalui kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam kurikulum 2013. Dengan menerapkan model discovery berbasis karakter di sekolah dasar maka siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna saat belajar IPA dan juga karakter-karakter yang terbentuk pada diri siswa sehingga diperoleh hasil belajar sesuai harapan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbasis Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tema Tempat Tinggalku
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Siswa Kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman Tahun Ajaran 2015/2016.
pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan pada gambar berikut.
METODE Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009:26). Di dalam penelitian ini digunakan pola kolaboratif. Pada pola kolaboratif yang melakukan perencanaan dan pelaksanaan adalah guru bersama peneliti yang berkeinginan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Tindakan dalam peneltian ini dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman yang berjumlah 31 orang siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA mencakup tiga aspek yaitu kompetensi sikap dalam belajar IPA, pengetahuan IPA, dan keterampilan IPA. Kompetensi sikap dalam belajar IPA yaitu secara operasional dapat dijelaskan seperti berikut mencakup tujuh sikap yang terdapat pada KI 1 dan KI 2, meliputi: sikap spiritual, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri. Kompetensi pengetahuan IPA mencakup tahap berpikir menggingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis, serta dimensi faktual, konseptual. Kompetensi keterampilan IPA meliputi: keterampilan abstrak merujuk pada pendekatan saintifik yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Model Lewin menjadi acuan pokok atau dari dasarnya model penelitian tindakan yang dilakukan peneliti. Konsep pokok penelitian model Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3)
Acting
Planning
Observing
Reflecting
Gambar 1. Gambar Konsep Pokok Penelitian Tindakan Kelas Model Lewin (dalam Uno, 2011:86). Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Untuk menggumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu : metode tes dan metode non tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA siswa. Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Uno, 2011:104). Metode non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika pengamat melihat situasi penelitian (Uno, 2011:90). Untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA instrumen yang digunakan adalah berupa butir-butir soal tes objektif bentuk pilihan ganda biasa yang berjumlah 20 butir yang akan divalidasi secara teoritik meliputi validitas isi yang selanjutnya akan dikonsultasikan dengan dosen pengampu mata kuliah dan guru.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalis data pada penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis deskriptif kualitatif, dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti : distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean, dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Metode analisis deskriptif
kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum.” Metode analisis deskriptif kuantitaif digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam hasil belajar IPA siswa yang dapat dikategorikan menurut kriteria penilaian acuan patokan (PAP). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mencari presentase rata-rata (M%) (Agung 2014: 110). Tingkatan hasil belajar IPA siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata presentase maka hasilnya dikonversikan ke dalan tabel PAP skala seratus sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar.
Tabel 01. Pedoman Kategori PAP Skala Seratus Kompetensi Pengetahuan IPA Nilai
Predikat
86-100 71-85 56-70 ≤ 55
Sangat Baik (A) Baik (B) Cukup (C) D (Perlu Bimbingan)
HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap siklus dilaksanakan empat kali pertemuan. Tema yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Tema 8 pada kelas IV yaitu tema Tempat Tinggalku. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas baik pada perencanaan maupun proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data mengenai hasil belajar IPA siswa yang meliputi kompetensi pengetahuan IPA, kompetensi sikap dalam belajar IPA, dan kompetensi keterampilan IPA dengan penerapan model pembelajaran discovery. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Siklus I dilaksanakan pada hari selasa sampai dengan hari jumat (15-18
Maret 2016). Siklus ini dilaksanakan selama empat kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan model pembelajaran discovery. Data tentang kompetensi sikap dalam belajar IPA diperoleh melalui kegiatan pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Untuk kompetensi sikap spiritual teramati sudah 31 atau 100% siswa yang berdoa sebelum maupun setelah kegiatan pembelajaran, namun teramati kekhusukannya dalam berdoa masih sangat kurang. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 02. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Spiritual Ketaatan Beribadah a. Berdoa sebelum kegiatan pembelajaran b. Berdoa setelah kegiatan pembelajaran 2. Kekhusukkan a. Memejamkan mata saat berdoa b. Tidak mengganggu siswa lain saat berdoa c. Tidak menoleh kanan kiri saat berdoa
Banyaknya Siswa
Persentase
1.
Untuk kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA pada siklus I. berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi
31
100%
31
100%
20 29
64,51% 93,54%
28
90,32%
Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I.
Tabel 03. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus I. Kompetensi Sikap Sosial
Banyaknya Siswa
Persentase
1. Cermat
30
96,77%
2. Rasa Ingin Tahu
2
6,45%
3. Teliti
25
80,64%
4. Santun dan Percaya Diri
6
19,35%
Data hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman pada siklus I diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus I. Berdasarkan pencapaian hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa yang telah dijelaskan maka persentase rata-rata hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I adalah 77,83%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala seratus maka persentase pencapaian hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus I berada pada tingkat persentase 71-85
dengan predikat baik (B) dan ketuntasan klasikal siswa 58,06% belum mencapai 80% dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil siklus I, terlihat bahwa kriteria keberhasilan belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Data mengenai kompetensi keterampilan dalam belajar IPA diperoleh melalui pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 04. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus I Kompetensi Keterampilan 1. 2. 3. 4. 5.
Banyaknya Siswa
Persentase
30 2 23 25 6
96,77% 6,45% 74,19% 80,64% 19,35%
Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Menalar Mengomunikasikan
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan, bahwa tindakan pada siklus I pada kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan belum berjalan dengan maksimal. Maka peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II. Sama halnya dengan siklus I, siklus II dilaksanakan dengan empat tahap dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II dilaksanakan dengan tiga kali pertemuan pelaksanaan tindakan
dan satu pertemuan untuk tes hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA. Adapun hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut mengenai kompetensi sikap dalam belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh melalui pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus II.
Tabel 5. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Spiritual dalam Belajar IPA pada Siklus II. Kompetensi Sikap Spiritual
Banyaknya Siswa
1. Berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan a. Berdoa sebelum kegiatan 31 pembelajaran b. Berdoa setelah kegiatan 31 pembelajaran 2. Kekhusukkan a. Memejamkan mata saat berdoa 27 b. Tidak mengganggu siswa lain 30 saat berdoa c. Tidak menoleh kanan kiri saat 29 berdoa Untuk kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA pada siklus I. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi
Persentase 100% 100%
87,09% 96,77% 93,54%
Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus II.
Tabel 06. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Sikap Sosial dalam Belajar IPA pada Siklus II.
1. 2. 3. 4.
Kompetensi Sikap Sosial
Banyaknya Siswa
Persentase
Cermat Rasa Ingin Tahu Teliti Santun dan Percaya Diri
31 7 31 6
100% 22,58% 100% 19,35%
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Data hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman pada siklus II diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus II. Berdasarkan pencapaian hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa yang telah dijelaskan maka persentase rata-rata hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II adalah 87,16%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala seratus maka persentase pencapaian hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa
siklus II berada pada tingkat persentase 86100 dengan predikat sangat baik (A) dan ketuntasan klasikal siswa 87,09%. Dari hasil siklus II, terlihat bahwa kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang ditetapkan. Data mengenai kompetensi keterampilan dalam belajar IPA diperoleh melalui pengamatan pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini Tabel Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II.
Tabel 07. Kuantitas Siswa yang Memenuhi Indikator Kompetensi Keterampilan dalam Belajar IPA pada Siklus II. Kompetensi Keterampilan 1. 2. 3. 4. 5.
Mengamati Menanya Mengumpulkan Informasi Menalar Mengomunikasikan
Hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA, berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus II sudah dilaksanakan dengan baik. Kriteria ketuntasan yang diharapkan sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang sudah mencapai 80%. Sehingga ini dapat dinyatakan telah berhasil. Walaupun masih terjadi kendala namun, hal tersebut tidak terlalu menghambat proses penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter. Hal tersebut karena terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada siklus II. Kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II dan hal ini membuktikan penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter berhasil meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman sehingga pelaksanaan siklus dihentikan pada siklus II. Penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran discovery berbasis karakter dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan, yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi jadi terdapat
Banyaknya Siswa
Persentase
31 7 3 31 6
100% 22,58% 100% 100% 19,35%
4 kali pertemuan dalam 1 siklus. Pelaksanaan tindakan tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Dalam penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter guru lebih berperan sebagai motivator yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada siswa serta sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga di dalam kelas tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen, 1 kelompok terdiri dari 6 orang dan 5 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh setelah dilaksanakannya penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II secara umum dapat membentuk kompetensi sikap dan keterampilan siswa dalam belajar IPA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut teramati dari bertambahnya kuantitas siswa yang
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mencapai indikator kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA. Selain itu penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA, dimana 87,09% dari 31 orang siswa telah mencapai nilai dengan predikat sangat baik (A). Pada siklus II hasil belajar kompetensi
pengetahuan IPA telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Berikut ini tabel rekapitulasi indikator pencapaian data hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman pada siklus I dan siklus II.
Tabel 08. Tabel Rekapitulasi Indikator Pencapaian Data Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman pada Siklus I dan Siklus II. Siklus II Data Siklus I Indikator pencapaian hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA
58,06%
SIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan indikator pencapaian hasil belajar pada kompetensi pengetahuan IPA dari Siklus I dan Siklus II dapat disajikan pada gambar berikut.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran discovery berbasis karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini dapat dilihat dari tiap pertemuan ada peningkatan pada siswa baik dalam hasil belajar IPA pada kompetensi sikap, hasil belajar IPA pada kompetensi pengetahuan, dan hasil belajar IPA pada kompetensi keterampilan. Pada hasil belajar IPA pada kompetensi sikap spiritual terdapat bertambahnya kuantitas siswa yakni seluruh siswa berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Dari 31 siswa terlihat 27 atau 87,09% siswa yang memejamkan mata saat berdoa, 30 atau 96,77% siswa yang tidak
Indikator Pencapaian Hasil Belajar Pada Kompetensi Pengetahuan IPA 100 80
Indikator Pencapaian Hasil Belajar Pada Kompetensi Pengetahuan IPA
60 40 20 0 Siklus 1
87,09%
Siklus 2
Gambar 2. Peningkatan Persentase Indikator Pencapaian Hasil Belajar pada Kompetensi Pengetahuan IPA pada Siklus I dan Siklus II. Dari uraian yang telah dipaparkan, adanya peningkatan dari kompetensi sikap spiritual, sosial, pengetahuan da keterampilan pada muatan materi IPA dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media konkret. Maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dengan empat kali pertemuan dan siklus II dengan empat kali pertemuan sudah berhasil.
mengganggu siswa lain yang sedang berdoa, 29 atau 93,54% siswa yang tidak menoleh kanan kiri. Dalam hasil belajar IPA pada kompetensi sikap sosial terdapat bertambahnya kuantitas siswa yakni 28 atau 90,32% siswa yang bekerjasama dalam diskusi, dan 26 atau 83,87% siswa yang menghargai siswa lain saat berpendapat dalam diskusi ataupun dalam berpendapat di depan kelas, pada saat guru mengajak siswa untuk kegiatan tanya jawab bersama mulai ada peningkatan
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa yang berani menangapi menjadi 11 atau 35,48%. Pada hasil belajar IPA pada kompetensi pengetahuan yakni pada siklus I skor ratarata yaitu 77,83% dengan ketuntasan klasikal 56,08% sedangkan pada siklus II skor rata-rata yaitu 87,16% dengan ketuntasan klasikal 87,09%, sehingga terjadi peningkatan pada kompetensi pengetahuan IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Pada hasil belajar IPA pada kompetensi keterampilan terdapat bertambahnya kuantitas siswa yakni 31 atau 100% siswa mengamati dengan cermat , 7 atau 22,58% siswa bertanya dengan rasa ingin tahu, 31 atau 100% siswa yang mengumpulkan informasi dengan teliti, 31 atau 100% siswa menalar dengan benar, dan 6 atau 19,35% siswa yang mengomunikasikan hasil diskusinya dengan santun dan percaya diri. Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Untuk sekolah, disarankan model pembelajaran discovery berbasis karakter dapat dijadikan salah satu alternatif modifikasi pembelajaran dalam muatan materi IPA di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar. Untuk guru, disarankan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran dan memilih model pembelajaran serta media pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran suasana pembelajaran akan menyenangkan. Untuk peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan berbagai pendekatan atau model pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian penelitian relevan.
Agung,
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Depdikbud. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia pada: http://kemenag.go.id/file/dokumen/U U2003.pdf (diakses tanggal 22 Desember 2015). Kosasih, E. 2015. Strategi Belajar dan Pembelajarn. Bandung : Yrama Widya. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Uno, Hamzah B. 2011. Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA Agung, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
10