MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI LEARNING DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS V SDN SUNGAI LULUT 2 KABUPATEN BANJAR Radiansyah & Adnan Sudrajat Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada materi sistem pemerintahan pusat dengan menggunakan kombinasi model Group Investigation dan Take and Give. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dua pertemuan di setiap siklusnya. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sungai Lulut 2 Kabupaten Banjar tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 31 orang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa setiap akhir pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan 1) keaktifan siswa selalu meningkat hingga mencapai kriteria sangat aktif, 2) hasil belajar siswa terus meningkat hingga mencapai indikator keberhasilan. Kata Kunci: Hasil Belajar, Cahaya, Inquiry Learning dengan Numbered Heads Together masih suka bermain, dan interaksi antara siswa dengan siswa maupun guru masih kurang, padahal guru sudah berusaha untuk memotivasi dan mengajak siswa agar tertarik dengan proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan masih kurangnya minat siswa terhadap pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswapun menjadi rendah. Hal ini berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas V SDN Sungai Lulut 2 Kabupaten Banjar bahwa nilai KKM yang sudah ditetapkan di sekolah adalah 65 untuk pelajaran IPA. Siswa yang mencapai KKM tahun ajaran 2013/2014 hanya 46,4% dari 28 siswa, sisanya 53,6% lagi hasil belajarnya berada dibawah KKM. Dua tahun sebelumnya juga menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu pada tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah 16 orang siswa yang mencapai KKM hanya 56,2%, sisanya 43,8% belum mencapai KKM atau belum tuntas. Pada tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 23 orang siswa yang tuntas hanya 43,5% dan yang belum tuntas mencapai 56,5%. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang dapat meningkatakan intensitas keterlibatan/keaktifan siswa dalam pembelajaran. Salah satu alternatif pemecahannya adalah menggunakan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scintific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
PENDAHULUAN IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Mulyasa, 2010:110). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita yang menentukan hasil belajar adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal, mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa akan kaya dengan teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi dan mudah dilupakan begitu saja pengetahuan yang baru mereka dapat. Selain itu juga, siswa akan menjadi bosan untuk belajar sehingga menurunkan minat siswa dalam belajar. Masalah yang dihadapi disini adalah rendahnya minat belajar dan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran siswa masih belum tertarik untuk belajar dengan serius, ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tidak semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, 61
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 2, Juli 2014 keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2010:111). Gulo menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang mengakibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Trianto, 2007:135). Selain itu, dalam proses pembelajaran akan dibantu oleh model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kagan mengatakan bahwa model Numbered Heads Together ini untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka tentang materi tertentu dengan mengajukan pertanyaan keseluruh kelas (Jufri, 2013:128). Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sifat-Sifat Cahaya Menggunakan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together di Kelas V SDN Sungai Lulut 2 Kabupaten Banjar”.
terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada obyek-obyek konkrit, dan mampu melakukan konservasi. Pembelajaran Bermakna Ausubel berpendapat bahwa pembelajar harus mengembangkan potensi kognitif peserta didik melalui proses pemebelajaran bermakna. Tingkat pemahaman dan penalaran anak akan lebih berarti manakala sudah dimulai sejak pendidikan dasar, peserta didik diajak beraktivitas dan dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran serta banyak memberi kesempatan pada peserta didik untuk berperan aktif, peran pembelajaran berpusat pada peserta didik (Yamin, 2013:133). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, dan 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (Sulistyorini, 2010:40).
TINJAUAN PUSTAKA Teori Belajar Kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integratif, dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotakatik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dpat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan (Rusman, 2014:251-252).
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Suriansyah dkk, 2014:89). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Majid, 2014:174).
Karakteristik Anak Sekolah Dasar Menurut Nasution masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira usia 11 tahun atau 12 tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak (Djamarah, 2008:123) Siswa sekolah dasar berada pada periode operasi konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis masih sangat
METODOLOGI Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya (Kunandar, 2012:42). Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif (Mahmud, 2011:200). “secara 62
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 2, Juli 2014 garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi” (Arikunto dkk, 2014:16). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sungai Lulut 2 Kabupaten Banjar tahun ajaran 2014/2015 di kelas V yang berjumlah 31 orang terdiri dari 14 orang perempuan dan 17 orang laki-laki. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together pada konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Sungai Lulut 2 Kabupaten Banjar. Penelitian kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan. Tiap-tiap siklus direncanakan berkesinambungan, artinya proses dan hasil siklus I akan ditindaklanjuti dalam siklus II. Prosedur penelitian tindakan kelas ini setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi Jenis data yang digunakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari kegiatan pembelajaran dan lembar observasi guru dan siswa. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui penskoran dari lembar observasi guru dan siswa. Selanjutnya data aktivitas siswa diambil dengan menggunakan observasi ketika kegiatan pembelajaran, data aktivitas guru diambil dengan mengamati tahapan-tahapan inti kegiatan proses pembelajaran, dan data hasil belajar diperoleh dari tes akhir pertemuan dan tes akhir siklus dengan analisis data menggunakan teknik prosentase dengan kriteria seperti berikut. Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa No 1 2 3 4
Persentase % 82% - 100% 63% - 81% 44% - 62% 25% - 43%
keberhasilan yaitu hanya mencapai 74% yang seharusnya mencapai 80%. Pada siklus II terjadi peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan, pada pertemuan pertama 83%, pada pertemuan kedua terjadi peningkatan lagi hingga mencapai 100% siswa meraih kriteria sangat aktif Pertemuan 1
63%
74%
Siklus I
Pertemuan 2
83%
100%
Siklus II
Gambar 1. Aktivitas Siswa Peningkatan aktivitas siswa ini tidak luput dari strategi yang dilakukan guru untuk memancing para siswa agar lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran ini terbkti mampu memaksimalkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri sebagai salah satu model pembelajaran saintifik di dalam kurikulum 2013 yang memberikan pancingan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuatdengan pendapat Suriansyah, dkk dalam Mahriati (2013:225) bahwa inkuiri adalah prosespembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan sistematis. Oleh karenanya dengan proses mencari dan menemukan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Keberhasilan dalam meningkatkan aktivitas siswa ini juga tidak luput dari kontribusi maksimal dari guru untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan mengorganisasikan proses belajar dengan maksimal. Seperti yang kita ketahui, dalam mengorganisasikan kelas diperlukan pengaturan ruang, pengaturan perlengkapan yang akan dipergunakan, menata siswa di dalam kelompok belajar, serta penggunaan model pembelajaran yang tepat. Hal inilah yang diterapkan oleh peneliti guna memancing partisipasi maksimal dari siswa disertai dengan pemilihan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together dalam proses pembelajaran. Mengingat karakteristik anak sekolah dasar yang senang bergerak dan memperagakan langsung hal-hal yang terkait dengan materi pelajaran, peneliti memilih model Numbered Head Together (NHT) untuk melengkapi model Inquiry Learning sebagai
Kriteria Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif
Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut (1) Aktivitas siswa dikatakan berhasil jika keaktifan siswa berada pada kategori “Aktif dan Sangat Aktif” secara klasikal diperoleh sekurang-kurangnya ≥80%; dan (2) Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila secara individual memperoleh skor ≥70 dan secara klasikal diperoleh ≥80% dari seluruh siswa yang mendapat skor ≥70. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas siswa dalam pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together dari hasil observasi pengamat mengalami peningkatan. Dari siklus I pertemuan pertama mendapat 63% , pada pertemuan kedua mengalami peningkatan namun belum mencapai indikator 63
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 2, Juli 2014 model pembelajaran saintifik. Hal ini ditegaskan pula oleh Rusman dalam Desiana (2011:373) menjelaskan bahwa model NHT digunakan untuk membangkitkan gairah dan motivasi belajar siswa dengan cara melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Untuk melengkapi suasana belajar yang responsif dan menyenangkan, peneliti menambahkan model pembelajaran NHT untuk memberikan sentuhan kemeriahan di akhir proses penyajian materi pelajaran. Hal ini didasarkan pada pendapat Suarjana dalam Eko (2011:Online) menegaskan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan rasa taggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan keterlibatan belajar. Dengan mengombinasikan model tersebut, peneliti berhasil meningkatkan apresiasi, motivasi dan partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran. Pemilihan model-model pembelajaran tersebut diyakini peneliti sebagai salah satu model pembelajaran yang bisa disebut paket komplit karena terdiri atas model pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah melalui studi kasus dan literatur, kerjasama tim, pelibatan gerak fisik dan penglihatan serta mencoba sendiri apa yang sedang dipelajari dan tentunya ditambah dengan model ini di akhir rangkaian kegiatan ini yang menambah kemeriahan proses pembelajaran dan membangkitkan gairah belajar siswa dengan kelengkapan predikat dan penghargaan untuk kelompok terbaik di akhir pembelajaran.
II mengalami peningkatan dan mencapai target ketuntasan sesuai indikator keberhasilan yaiti pada pertemuan pertama mencapai 80% yang tuntas, dan pada pertemuan kedua mengalami peningkatan lagi menjadi 93%. Pertemuan 1
61%
71%
Siklus I
Pertemuan 2 80%
93%
Siklus II
Gambar 2. Hasil Belajar Siswa Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari peran guru yang memberikan presentasi informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan konsep tertentu dari ilustrasi yang diberikan, sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru. Disamping itu, penggunaan kombinasi model pembelajaran Inquiry Learning, dan Numbered Heads together (NHT) ternyata efektif untuk memicu keterlibatan siswa yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena model yang digunakan dapat dikatakan mencakup berbagai daya tarik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar. Hal ini juga memicu adanya keterkaitan antara motivasi dan hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi siswa untuk mendapatkan sesuatu maka semakin tinggi pula hasil yang akan dicapainya. Keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa juga tidak luput dari peran belajar proses (learning by process) yang dilakukan guru dalam setiap pertemuan. Belajar proses ini ternyata mampu memberikan hasil yang positif dalam penelitian yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suriansya, Aslamiah, Sulaiman dan Norhafizah (2014:219) yang menjelaskan bahwa pembelajaran berlangsung dengan lebih menekankan peserta didik belajar melalui proses (learning by process), bukan belajar berdasarkan hasil/produk (learning by product). Belajar melalui proses dapat emungkinkan tercapainya tujuan belajar pada semua aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (keterampilan). Disamping itu, proses pembelajaran yang
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut, guru melakukan penyempurnaan proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan aktivitas siswa di setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Disamping itu, ketika pembelajaran selesai dilaksanakan guru selalu merefleksi apa saja kekurangan dalam proses pembelajaran hari itu. Hasil refleksi tersebut kemudian dicatat dan diberikan solusi untuk setiap poin kekurangan yang ada dalam pembelajaran pada hari itu. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan guru menjadi lebih sempurna dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model Inkuiri Learning dengan Numbered Heads Together dari hasil observasi pengamat mencapai ketuntasan. Dari siklus I pada pertemuan pertama mencapai 61% ketuntasan, mengalami peningkatan di pertemuan kedua di siklus I mencapai 71% yang mencapai ketuntasan namun belum mencapai target ketuntasan sesuai indikator keberhasilan. Pada siklus 64
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 2, Juli 2014 dilakukan guru di dalam kelas disertai dengan berbagai kegiatan yang menekankan kepada pemecahan masalah dengan melakukan berbagai eksplorasi dan studi kasus melalui bimbingan guru secara maksimal. Hal ini ternyata berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa yang terus mengalami peningkatan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru ini dapat pula dikatakan sebagai pembelajaran bermakna. Terkait dengan pembelajaran bermakna, penggunaan model pembelajaran inkuiri di dalam kombinasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru ternyata juga menyumbangkan kontribusi maksimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditambah dengan partisipasi maksimal dari guru untuk menyukseskan kegiatan pembelajaran melalui bimbingan yang merata kepada seluruh siswa saat mereka melakukan kegiatan eksplorasi pemecahan masalah dalam kelompok. Disamping menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning sebagai salah satu model pembelajaran saintifik, guru juga melengkapi proses pembelajaran dengan memasukkan model pembelajaran Numbered Heads Together yang masuk ke dalam kategori model pembelajaran kooperatif. Sehingga kombinasi dari ketiga model pembelajaran ini memberikan kelengkapan satu sama lain yang memicu keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto dalam Istiqomah (2014:193) bahwa pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Konsep model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran tentunya tak luput dari anggapan bahwa kegiatan penelusuran masalah secara mandiri tentu akan lebih mendorong siswa lebih aktif dan memiliki motivasi yang lebih daripada pembelajaran yang hanya terpusat pada guru. Ditambah lagi dengan kegiatan eksplorasi dan terjun langsung ke lingkungan untuk memecahkan suatu permasalahan, tentu akan membuat siswa terdorong untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Zahorik dalam Eggen dan Kauchak (2012:75) bahwa kegiatan-kegiatan lapangan adalah cara lain untuk mendorong keterlibatan siswa. Misalnya, saat bergulat dengan manipulative dalam matematika, bahan-bahan konkret dalam sais, peta dan bola dunia dalam geografi atau komputer dalam seni dan bahasa, tingkat minat mereka meningkat secara signifikan. Dalam menyukseskan proses pembelajaran, guru telah melakukan berbagai upaya untuk
menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan serta menumbuhkan minat belajar para siswa. Hal yang dilakukan guru ini merupakan salah satu penerapan kriativitas dalam proses pembelajaran. Hal tersebut secara nyata dipaparkan Hamzah dan Nurdin (2014:162) bahwa guna menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar. Sementara untuk memberikan pengayaan terhadap dirinya, guru dituntut kreatif mengembangkan kemampuan mengajar dan mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Wawasan guru juga diharapkan tidak terjebak pada buku teks semata. Hal inilah yang dilakukan oleh guru sehingga hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan sampai pada akhir pembelajaran mendapatkan hasil yang sangat memuaskan yakni 100% dari jumlah siswa mendapatkan predikat tuntas dalam hasil belajar mereka. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran IPA tentang konsep sifat-sifat cahaya menggunakan model Inquiry Learning dengan Numbered Heads Together pada kelas V SDN Sungai Lulus 2 Kabupaten Banjar, dapat disimpulkan sebagai berikut: Aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah mengalami perbaikan serta telah terlaksana sesuai dengan rencana dari kategori baik menjadi sangat baik. Aktivitas siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran telah mengalami peningkatan sehingga mencapai kategori sangat aktif. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Kepada guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memilih dan menentukan model pembelajaran di kelas sehingga mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan keterlibatan siswa serta kerjasama siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide serta mendapatkan pengetahuan yang utuh dari hasil diskusi sehingga dapat mengaktifkan siswa secara optimal dan pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermakna. Kepada kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pembinaan terhadap kinerja guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA. Kepada peneliti lain, diharapkan hasil 65
Jurnal Paradigma, Volume 9, Nomor 2, Juli 2014 penelitian ini dapat diterapkan dan dikembangkan sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar (SD) khususnya pada mata pelajaran IPA dengan menambahkan variasi model yang lebih variatif.
Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sulityorini, Sri. 2010. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana Suriansyah Ahmad, Aslamiah, Sulaiman, & Noorhafizah. 2014. Strategi pembelajaran. Depok:PT. Rajagrafindo Persada. Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media. Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi
DAFTAR RUJUKAN Arikunto Suharsimi, suhardjono, & Supardi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT Bumi Aksara. Desiana, Helma. 2013. Meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep sifat cahaya dengan model SAVI (somatic, auditory, visualization, intellectually) di kelas V SDN Mali-mali Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin : PGSD Universitas Lambung Mangkurat. Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Belajar Edisi Keenam. Jakarta: PT. Indeks. Eko, Kurniadi Saputra. 2013. Pembelajaran menarik menggunakan model TGT. (Online). http://kurniadiEkoSaputra.wordpress.com/201 3/01/25/pembelajaran-menarik-menggunakanmodel-TGT/. Diakses pada tanggal21 Januari 2015, pukul 16.41 WITA.
66