Pengembangan Media Kartu Koloid untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ratna Azizah Mashami1), Yayuk Andayani2), dan Baiq Fara Dwirani Sofia2) 1 Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram 2 Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram E-mail:
[email protected] Abstract: This study was aimed to develop colloid card media and to improve the result of study at colloid concept. Colloid card that has colloid concept was served as a game. This is Research and Design with five steps, that is syllabus analyze, concept analyze, design the colloid card, validation, and testing. Testing was did to know the efficacy of colloid card media in improving the student’s results study using control group posttest only design. Instructional at experimental group uses colloid card media despite at control group without that media. Data was taken using multiple choice test. The result of data analyzing using t-test showed that ttest (1,98) were less than ttable (2,00) at significant level of 5 % so that alternative hyphothesis was rejected. Colloid card media did not affected to student’s results study. This was caused by the time was limited so that the socialization and the student’s skills in using the colloid card media still less. However, colloid card media can attract student’s attention in learning. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu koloid dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok koloid. Kartu koloid memuat konsep-konsep koloid yang dikemas dalam bentuk permainan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Design) dengan lima tahapan, yaitu analisis silabus, analisis materi, desain kartu koloid, validasi, dan uji coba. Uji coba dilakukan untuk mengetahui efektivitas media kartu koloid dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan control group posttest only design. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan media kartu koloid sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran tanpa media kartu koloid. Data diambil menggunakan tes pilihan ganda. Hasil analisis menggunakan uji-t menunjukkan thitung (1,98) lebih kecil dari pada ttabel (2,00) pada taraf signifikan 5 % sehingga hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Media kartu koloid tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh waktu yang tersedia terbatas sehingga sosialisasi dan kecakapan siswa dalam menggunakan media kartu koloid masih kurang. Namun, media kartu koloid dapat menarik perhatian siswa dalam belajar. Kata Kunci: Media Kartu Koloid, Hasil Belajar.
Pendahuluan Dewasa ini terdapat banyak kritik terhadap proses dan hasil pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007), sejumlah kritik terarah pada kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran nampak sebagai ceramah yang di dalamnya pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan prosedur) kimia disampaikan oleh guru tanpa menstimulasi peserta didik untuk berpikir atau bernalar. Sementara itu, sampai saat ini sebagian besar siswa masih menganggap mata pelajaran kimia sangat
© 2014 LPPM IKIP Mataram
sulit. Alasan yang paling utama adalah kebanyakan hal yang dipelajari dalam kimia merupakan sesuatu yang abstrak. Kesulitan dalam memahami materi-materi kimia tersebut menyebabkan siswa tidak menyukai mata pelajaran kimia (Winarti, 2001). Hasil observasi di SMAK Kesuma Mataram menunjukkan hasil belajar kimia kedua kelas XI IPA cukup rendah. Hasil ujian semester ganjil siswa memiliki nilai rata-rata sebesar 42,16 dan 48,28 untuk masing-masing kelas. Ujian blok pada semester tersebut dilaksanakan sebanyak dua kali dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berbeda yakni 72 dan
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
70. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai melebihi KKM. Bila dibandingkan dengan KKM, ketuntasan tertinggi hanya mencapai 67,56 %. Padahal kriteria ideal ketuntasan untuk masingmasing indikator adalah 75 % (Hakiim, 2008). Menurut guru, mata pelajaran kimia diajarkan dengan metode ceramah. Guru memilih metode ini karena lebih praktis baik dari segi persiapan maupun pelaksanaannya bila dibandingkan dengan menggunakan metode lain atau media pembelajaran. Metode ceramah memiliki kelemahan, yaitu dapat menimbulkan kebosanan pada siswa bila diterapkan secara terusmenerus. Seorang guru dalam perannya sebagai fasilitator dapat memfasilitasi siswa agar proses belajar mengajar tetap efektif. Salah satu upaya memfasilitasi siswa adalah menggunakan media pembelajaran yang menerapkan prinsip permainan. Ketertarikan anak usia Sekolah Menengah Atas terhadap permainan masih cukup tinggi sehingga upaya untuk menyajikan permainan yang menarik dan tetap mengandung unsur pembelajaran dapat menjadi pilihan. Salah satu bentuk media ini untuk materi pokok koloid adalah kartu koloid. Media kartu koloid dimainkan seperti permainan kartu domino dengan sedikit modifikasi bentuk dan aturan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Media yang dapat mengeksplorasi kemampuan akan membuat siswa tertantang memahami materi, disamping aspek permainan yang dikaji dalam penelitian ini yang bersifat kompetitif. Media ini memiliki komponen dasar sebagai pembangkit motivasi siswa dan dapat melatih siswa secara mandiri menemukan
408
berbagai konsep koloid dengan cara menyusun kartu koloid sesuai dengan aturan permainan. Siswa hendaknya mengolah atau mencerna informasi yang diperoleh saat guru menjelaskan. Kegiatan belajar akan efektif jika siswa melakukan kegiatan seperti mendengar, melihat, mengerjakan, atau bentuk-bentuk perbuatan lainnya. Perbuatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar yang terlihat saat memainkan kartu koloid dapat membantu siswa mencerna informasi. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan bersifat lebih baik dengan adanya media kartu koloid sehingga pengetahuan akan tersimpan dalam ingatan siswa dengan jangka waktu lebih lama. Ketercernaan (accessibility) pengetahuan yang diajarkan menjadi unsur penting dalam upaya memfasilitasi belajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Ketika seorang guru mengajar, ia perlu mengubah pengetahuan ke dalam bentuk tertentu yang mudah dimengerti sehingga tercerna oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu koloid dan mengetahui pengaruhnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis Penelitian dan Pengembangan (Research and Design) dengan beberapa tahapan, yaitu analisis silabus, analisis materi, desain kartu koloid, validasi, dan uji coba. Pengaruh media kartu koloid terhadap hasil belajar diketahui pada tahap uji coba dengan menggunakan control group posttest only design. Populasi dalam
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAK Kesuma Mataram yang tersebar dalam 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebanyak 35 orang dan kelas XI IPA 2 sebanyak 36 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh sehingga seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Data berupa hasil belajar diperoleh dari tes berbentuk pilihan ganda lalu dianalisis menggunakan uji beda (uji-t). Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada tahap pertama dilakukan analisis silabus meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian merumuskan indikator yang merupakan tujuan dari setiap proses pembelajaran. Analisis terhadap materi dilakukan untuk mendapatkan konsep koloid. Berdasarkan konsep-konsep tersebut didapatkan kata-kata yang menjadi kata kunci pada kartu koloid. Kartu koloid dibuat seperti kartu domino dengan beberapa penyesuaian.
Desain kartu dibuat dengan mempertimbangkan beberapa aspek, seperti kejelasan konsep, daya tarik, dan kesesuaian dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kartu koloid berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 x 5 cm dan terdapat sisi atas dan sisi bawah dalam satu kartu. Kartu koloid berisi kata mengenai materi koloid yang akan membentuk suatu konsep bila disusun dengan kata lainnya. Setiap kata dilengkapi dengan gambar untuk memudahkan memahami dan mengingat kata tersebut. Kartu koloid dalam penelitian ini dicetak sebanyak 5 set kartu yang setiap setnya terdiri dari 28 kartu. Satu set kartu terdiri dari 6 kartu yang berisi kata dan gambar yang sama pada kedua sisinya (A), 15 kartu yang berisi kata dan gambar yang berbeda pada kedua sisinya (B), 6 kartu yang berisi kata dan gambar hanya pada satu sisinya (C), dan 1 kartu yang kosong pada kedua sisinya (D). Gambar 1 menunjukkan beberapa contoh kartu koloid.
Gambar 1. Kartu Koloid Media kartu koloid divalidasi dari segi bentuk dan isi oleh dua orang pakar dalam bidang media pembelajaran. Kedua pakar tersebut menyatakan bahwa media kartu koloid valid sehingga dapat digunakan
pada tahap penelitian selanjutnya. Tahap uji coba kartu koloid dilakukan dua kali, yaitu uji coba pertama pada kelompok kecil dan uji coba kedua pada kelompok besar. Uji coba kelompok 409
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
kecil dilakukan kepada 4 orang mahasiswa dan 4 orang siswa. Kartu koloid dapat dimainkan oleh 4 orang. Aturan permainan kartu koloid mengadopsi permainan kartu domino yang telah dimodifikasi. Kesulitan memainkan kartu koloid hanya terjadi pada awal permainan, setelah permainan diulangi kembali, pemain mengakui tidak kesulitan lagi dan permainan berlangsung dengan lancar. Berdasarkan hasil tersebut, kartu koloid dapat digunakan untuk uji coba kedua. Uji coba kedua dilakukan pada siswa kelas XI IPA. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-8 orang yang terbagi menjadi 4 pasang pemain. Kartu koloid diperkenalkan kepada siswa pada saat penjelasan materi dan permainannya dilaksanakan setelah penjelasan materi berakhir pada pertemuan kedua selama 45 menit. Siswa terlihat antusias saat peneliti menjelaskan materi dengan ilustrasi gambar pada kartu. Akan tetapi, siswa mengalami kesulitan saat permainan berlangsung, karena keterbatasan waktu permainan kartu koloid hanya berlangsung satu kali. Tes diberikan pada akhir pembelajaran untuk mendapatkan data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang berupa pilihan ganda telah divalidasi sebelum digunakan. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelas kontrol.
410
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Aspek Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah siswa 35 36 Nilai tertinggi 86,67 96,67 Nilai terendah 46,67 30 Nilai rata-rata 65,04 70,18 Ketuntasan 22,86 % 61,11 % klasikal
Data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis uji beda (uji-t) diperoleh thitung sebesar 1,98 sedangkan ttabel sebesar 2,00 pada taraf signifikan 5 % (dk = 69). Hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan pada penelitian ini ditolak karena thitung lebih kecil dari pada ttabel. Hal ini berarti bahwa media kartu koloid tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, proses belajar mengajar menggunakan media kartu koloid yang merupakan media pembelajaran baru bagi siswa dan dirancang sendiri oleh peneliti. Media pembelajaran yang baru memerlukan sosialisasi dan kecakapan siswa dalam menggunakannya. Tahap sosialisasi ini dimaksudkan agar saat permainan berlangsung siswa sudah mengenal kata dan gambar yang ada pada kartu. Selain itu, media pembelajaran yang baru harus didukung oleh kecakapan siswa dalam menggunakannya agar bermanfaat secara optimal. Hasil penelitian menyebutkan bahwa media kartu koloid tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor yang bisa jadi menyebabkan hal ini adalah kurangnya sosialisasi kartu koloid kepada siswa karena waktu yang terbatas. Sosialisasi kartu koloid membutuhkan waktu
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
agar siswa mengenal dan mengingat kata dan gambar pada kartu dengan baik serta memahami aturan permainan sehingga mudah saat memainkannya. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007), waktu untuk proses belajar mengajar terbatas disebabkan oleh kurikulum yang sarat materi sehingga jumlah pertemuan untuk setiap materi dibatasi. Sosialisasi kartu koloid telah dilakukan dengan menggunakan kartu tersebut sebagai alat bantu saat menyampaikan materi. Akan tetapi, tahap sosialisasi ini sepertinya kurang berhasil yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami aturan permainan sehingga masih ada siswa yang bertanya mengenai aturan permainan pada saat permainan sedang berlangsung. Faktor lainnya adalah kecakapan siswa dalam menggunakan kartu koloid yang kurang. Kurangnya kecakapan siswa ini berkaitan dengan waktu yang terbatas. Kecakapan siswa dalam menggunakan kartu koloid perlu diasah secara terus-menerus dengan cara memainkan kartu koloid berulang kali. Kecakapan siswa meliputi kesiapan materi dan kemampuan menemukan konsep. Media kartu koloid tidak berperan optimal dalam proses belajar karena menurut Sumiati dan Asra (2008) setiap bentuk media pembelajaran menuntut kecakapan tertentu dalam menggunakannya sehingga media pembelajaran tersebut dapat bermanfaat untuk membantu kegiatan pembelajaran. Siswa tidak terbiasa dengan kegiatan menemukan sendiri suatu konsep melainkan terbiasa dengan menemukan konsep menurut perintah yang ada pada soal seperti di kelas kontrol. Selama permainan berlangsung siswa lebih sering bertanya
kepada guru mengenai kebenaran mereka dalam menghubungkan kata. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menemukan konsep sehingga ketuntasan klasikal kelas eksperimen hanya mencapai 22, 86 %. Berdasarkan hasil permainan kartu koloid tampak bahwa siswa kelas eksperimen mampu menemukan konsep dari kata-kata yang mereka susun walaupun kalimat dalam penulisan konsep tersebut masih belum benar, tetapi konsep yang siswa temukan belum dipahami sepenuhnya sehingga tidak tersimpan dengan baik dalam ingatan mereka. Hal ini menunjukkan kecakapan siswa dalam memainkan kartu koloid masih kurang dan menyebabkan siswa kesulitan mengingat kembali konsep koloid saat tes berlangsung. Selain itu, dari hasil analisis terhadap butir soal, sebagian besar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dapat menjawab dengan benar soal mengenai koloid liofil dan liofob karena pernyataan pada soal tidak terdapat saat permainan ataupun diskusi namun telah disampaikan saat penjelasan materi, sedangkan pada soal tentang adsorpsi perbedaan jumlah jawaban yang benar antara kedua kelas sangat jauh dimana tidak ada siswa yang menjawab benar di kelas eksperimen tetapi ada 14 siswa menjawab benar di kelas kontrol. Siswa kelas kontrol dapat mengembangkan konsep tentang adsorpsi yang terlihat pada hasil diskusi (Gambar 2) siswa menuliskan “adsorpsi adalah kemampuan partikel koloid menyerap ion sehingga koloid memiliki muatan tergantung jenis ion yang diserap”, sedangkan dari kata “partikel koloid-adsorpsi” yang tersusun siswa kelas eksperimen hanya terpaku pada kata tersebut sehingga hanya dapat menuliskan konsep
411
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
“partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion yang disebut adsorpsi” seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Hasil Diskusi Siswa Kelas Kontrol
Gambar 3. Konsep yang Ditemukan Siswa Kelas Eksperimen Permainan yang semula direncanakan sebanyak dua kali hanya berlangsung satu kali. Permainan kartu koloid menuntut siswa secara mandiri menemukan berbagai konsep koloid tetapi siswa tidak dapat menemukan berbagai konsep koloid hanya dalam satu kali permainan. Waktu selama 45 menit tidak efektif untuk suatu permainan terlebih lagi permainan yang baru bagi siswa. Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim dan Nana (2003) bahwa salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar dengan menggunakan media pembelajaran adalah kurangnya waktu yang tersedia. Sumiati dan Asra (2008) menambahkan betapapun baiknya media pembelajaran yang ada, jika
412
penggunaannya memerlukan waktu yang tidak sesuai dengan waktu yang tersedia dapat mengganggu keberhasilan belajar. Kartu koloid memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar siswa tetapi tetap ada pengaruh positif penggunaan media ini yakni dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada saat memberikan pelajaran guru tidak hanya berceramah, melainkan juga sambil menunjukkan media pembelajaran sehingga akan menarik perhatian siswa. Siswa di kelas eksperimen terlihat antusias menyimak penjelasan guru. Antusias siswa ini terlihat dari keaktifan siswa saat menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang ada pada kartu. Selain itu, rasa ingin tahu siswa mengenai kata atau gambar pada kartu sangat besar sehingga siswa berinisiatif bertanya. Antusias siswa seperti ini tidak terlihat pada siswa di kelas kontrol karena penjelasan materi tanpa menggunakan kartu koloid. Menurut Slameto (2003) penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi belajar serta membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Kartu koloid dalam penelitian ini merupakan media visual yang memiliki beberapa fungsi seperti yang diungkapkan oleh Arsyad (2004). Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks bergambar. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Fungsi atensi dan fungsi afektif kartu koloid dapat dilihat dari antusias siswa pada saat guru menyampaikan materi. Fungsi kompensatoris terlihat dari nilai terendah yang diperoleh siswa kelas eksperimen (46,67) lebih tinggi dari pada nilai terendah yang diperoleh siswa kelas kontrol (30). Fungsi media kartu koloid sebagai media visual yang tidak tercapai pada penelitian ini hanya fungsi kognitif. Media pembelajaran ini tidak dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat konsep mengenai koloid sehingga prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap. Menurut Sumiati dan Asra (2008), ketika penjelasan guru telah selesai, bukan berarti semua siswa yang telah mempelajari dapat secara otomatis menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Di akhir proses pembelajaran ada suatu tahap yang dinamakan tahap tindak lanjut yang bertujuan untuk memberi penguatan (reinforcement) materi pembelajaran kepada siswa. Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan permainan kartu koloid sebagai bentuk penguatan sedangkan di kelas kontrol dilakukan dengan mendiskusikan soal-soal. Baik kartu koloid maupun soal memuat konsep yang sama yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Permainan kartu
koloid dan diskusi soal berlangsung dengan alokasi waktu yang sama tetapi hasil yang diperoleh kedua kelas berbeda. Siswa di kelas kontrol mampu mendiskusikan semua soal dan membahasnya dengan guru sehingga konsep-konsep mengenai koloid dapat mereka pahami secara utuh. Penguatan yang diterima oleh siswa kelas kontrol jauh lebih baik dari pada siswa kelas eksperimen sehingga prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan prestasi belajar siswa kelas kontrol. Bila permainan kartu koloid berlangsung dengan waktu yang cukup maka media kartu koloid akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan pembahasan sebelumnya bahwa kartu koloid dapat meningkatkan atensi, motivasi, rasa ingin tahu, dan keterampilan bertanya siswa. Namun, waktu yang terbatas dalam penelitian ini menjadi kendala utama untuk mencapai kondisi yang diharapkan. Simpulan dan Saran Media kartu koloid telah dikembangkan mengadopsi permainan kartu domino yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Satu set kartu koloid terdiri dari 28 kartu. Kartu koloid dinyatakan valid berdasarkan hasil validasi dan uji coba pada kelompok kecil. Uji coba di SMAK Kesuma Mataram menunjukkan media kartu koloid tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena keterbatasan waktu. Namun, kartu koloid dapat meningkatkan atensi, motivasi, dan rasa ingin tahu siswa. Media kartu koloid dapat digunakan sebagai media pembelajaran apabila waktu yang tersedia cukup banyak.
413
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
Daftar Pustaka Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA. Winarti, Atiek. 2001. Pembelajar Ilmu Kimia dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Intelektualitas. Jurnal kependidikan dan kebudayaan vidya karya. Volume 2: 109.
414