INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH ?
Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga.
?
Pertumbuhan bulanan tertinggi terjadi pada ekspor besi & baja, sedangkan penjualan minyak diesel mengalami kontraksi terbesar.
?
Secara kumulatif dalam periode Januari-Juli 2010, hampir seluruh indikator ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami peningkatan kecuali ekspor besi & baja yang masih mengalami kontraksi . Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Juli 2010
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:
Juli 2009 - Juli 2010 Tertinggi Juli 2010
100
Juli 2009 - Juli 2010 Terendah
50 0
Kunj. Wisman
Tingkat Hunian Hotel - Bali
Tingkat Hunian Hotel - Jkt
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Penjualan Minyak Diesel
Penjualan Listrik u/ Industri
Ekspor Kayu Lapis
Ekspor Kayu Gergajian
Ekspor Besi Baja
(% mtm)
150 Juli 200 9 - Juli 2010 Tertinggi Juli 2010
100
Juli 2009 - Juli 2010 Terendah
50 0
Hotel Occupancy Bali
Hotel Occupancy Jkt
Kunj. Wisman
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Penjualan Minyak Diesel
Penjualan Listrik u/ Industri
Ekspor Kayu Gergajian
Ekspor Kayu Lapis
Ekspor Besi Baja
Produksi Sepeda Motor
-100
Produksi Kendaraan Niaga
- 50
Produksi Minyak Mentah
? Selama periode Juli 2009 s.d Juli 2010, pertumbuhan tertinggi dan terendah samasama terjadi pada indikator ekspor besi & baja dimana kenaikan tertinggi sebesar 63,57% pada Juli 2010, dan terendah sebesar -44,30% pada April 2010 (Grafik. 2).
Produksi Sepeda Motor
Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Juli 2010
Bulanan ? Secara bulanan, pertumbuhan indikator aktivitas ekonomi tertinggi terjadi pada ekspor besi & baja (63,57%) sedangkan terendah terjadi pada penjualan minyak diesel (-25,98%).
Produksi Kendaraan Non Niaga
? Selama Juli 2009 s.d Juli 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131, 40% yang terjadi pada Januari 2010. Sementara itu, ekspor besi & baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 2009 (Grafik. 1).
Produksi Kondensat
-100
Produksi Kendaraan Niaga
-50
Produksi Kendaraan Non Niaga
? Pada Juli 2010, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator produksi kendaraan niaga (109,18%) diikuti oleh produksi kendaraan non niaga (64,10%) dan ekspor besi & baja (57,52%). Sebaliknya, indikator migas mengalami kontraksi, produksi kondensat (-1,50%) dan produksi minyak mentah (-0,18%).
(% yoy)
150
Produksi Minyak Mentah
Tahunan
Produksi Kondensat
Juli 2010
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-Juli 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya kecuali ekspor besi & baja yang masih mengalami penurunan sebesar -3,79%. Indikator yang tumbuh diatas 50% berasal dari industri otomotif yaitu: produksi kendaraan niaga (92,69%) dan produksi kendaraan non niaga (58,09%) (Tabel 1). Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai Sektor Pengangkutan & Transportasi khususnya Subsektor Pengangkutan Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2009 Indikator
Satuan
Jul
Agt
2010
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Pertumbuhan (%) Mei
Jun
Jul
Agt
Juli 2010 y-o-y
mtm
ytd*
Migas - Produksi Minyak Mentah
ribu barel
25,498
25,290
24,534
25,644
24,882
25,944
25,390
23,399
26,005
25,339
26,272
25,186
25,451
n/a
-0.18
1.05
0.34
- Produksi Kondensat
ribu barel
3,847
3,776
3,846
3,697
3,587
3,740
3,878
3,402
3,795
3,633
3,806
3,625
3,790
n/a
-1.50
4.54
3.30
- Produksi Kendaraan Non Niaga
unit
28,623
32,250
26,254
35,630
32,722
46,053
36,693
34,428
40,371
41,598
37,813
45,528
46,969
n/a 64.10
3.17
58.09
- Produksi Kendaraan Niaga
unit
9,941
9,403
7,130
11,592
9,869
10,295
12,877
14,081
16,851
17,575
17,570
19,770
20,795
n/a 109.18
5.18
92.69
- Produksi Sepeda Motor
unit
547,582
627,831
422,272
624,823
556,670
539,594
515,962
528,302
628,967
650,001
635,723
664,767
695,974
733,021 27.10
4.69
38.77
- Ekspor Besi dan Baja
ton
82,911
107,825
108,894
111,534
114,774
102,281
133,171
125,175
149,053
83,018
102,624
79,845
130,601
142,163 57.52
63.57
-3.79
- Konsumsi Semen
ton
3,362,322 2,989,762 3,386,321
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
- Ekspor Kayu Lapis
ton
139,328
143,045
118,391
175,465
147,061
153,304
165,928
207,430
195,985
162,841
170,098
168,424
152,141
160,511
9.20
-9.67
36.48
- Ekspor Kayu Gergajian
ton
31,678
32,905
25,653
37,473
32,891
36,203
33,068
31,777
36,847
39,323
36,821
36,393
40,841
40,004 28.93
12.22
36.50
- Penjualan Minyak Diesel
kiloliter
11,126
12,750
10,776
12,525
12,244
10,678
10,524
14,571
11,857
13,944
11,378
15,737
11,648
n/a
4.69
-25.98
26.87
- Penjualan Listrik ke Sektor Industri
ribu KWH 4,015,933 4,083,537 4,157,200 3,388,036 4,204,706 4,047,214
4,144,546 4,262,799 3,896,798 4,424,119 4,302,270 4,356,099 4,302,342
n/a
7.13
-1.23
14.63
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
ribu KWH 1,958,602 1,955,457 1,977,683 1,877,291 2,003,566 1,980,942
2,061,203 2,001,441 1,937,729 2,085,629 2,183,609 2,146,246 2,116,648
n/a
8.07
-1.38
11.64
- Penjualan Listrik Total
ribu KWH 11,490,339 11,496,453 11,642,951 10,821,866 11,865,882 11,710,115
11,986,552 11,685,755 11,200,232 12,305,835 12,427,240 12,529,922 12,335,889
n/a
7.36
-1.55
11.76
586,530 27.79
7.34
33.63
Non Migas
3,512,245 3,565,168 2,545,349 3,793,505 3,542,132 3,825,165
- Kunjungan Wisman
orang
515,265
487,365
417,376
468,251
445,892
521,630
511,314
523,135
594,242
555,915
600,031
613,422
658,476
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta
persen
57
57
47
55
55
55
53
47
54
58
59
58
61
50
6.83
5.17
5.36
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
persen
62
66
63
64
55
60
53
57
59
59
60
65
66
61
7.77
2.60
3.50
243 69.59
Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia
ribu ton
170
233
195
229
350
221
305
222
287
296
200
180
289
- Batubara
ribu ton
22,935
20,862
20,062
23,459
20,668
27,072
24,318
23,676
26,185
23,231
21,070
24,605
23,105
60.87
5.93
0.74
-6.10
38.49
- Biji Tembaga
ribu ton
206
149
238
204
119
349
102
188
308
143
242
150
262
131 27.20
74.47
-1.67
- Peralatan Listrik
ribu ton
61
66
54
70
64
57
62
60
69
65
62
64
67
72
9.88
3.95
26.57
- Makanan Olahan
ribu ton
218
218
122
197
185
177
139
126
140
135
- Karet Olahan
ribu ton
247
218
191
227
182
211
207
214
253
244
127
141
189
192 -13.19
34.09
3.90
246
252
261
248
5.68
3.56
18.99
- Bahan Kertas dan Kertas
ribu ton
502
515
472
588
529
605
477
520
587
608
552
513
464
599
-7.66
-9.61
-1.23
- Tekstil dan Produk Tekstil
ribu ton
158
157
130
154
140
169
152
158
- Alat Angkutan dan Bagiannya
ribu ton
32
27
29
63
71
50
53
48
173
165
159
163
181
185 14.34
10.63
13.84
61
40
38
136
52
69 64.70
-61.58
6.13
- Minyak Nabati
ribu ton
1173
2161
1487
1957
1524
2601
980
1339
1490
992
1235
1314
1243
-5.39
-8.47
23,453
2463
5.96
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama ) mulai ditambahkan ke dalam publikasi IAE sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember 2008. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PENGANGKUTAN)
Subsektor pengangkutan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pengangkutan & komunikasi dengan pertumbuhan yang relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan (2001 s.d 2009) hanya sebesar 6,01%. Subsektor pengangkutan memiliki share terhadap total PDB lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi. Peranan/share sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB secara rata-rata tahun 2001-2009 sebesar 6,10%, yang berasal dari subsektor pengangkutan sebesar 3,73% dan subsektor komunikasi sebesar 2,37%. Meskipun pangsa/share subsektor pengangkutan lebih tinggi dibandingkan subsektor komunikasi, kontribusi subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan kontribusi subsektor komunikasi yaitu hanya sebesar 0,22%. Kredit yang diterima subsektor pengangkutan tercermin dari kredit pada kelompok pengangkutan umum, kelompok biro perjalanan, dan kelompok pergudangan. Rata-rata pangsa kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi relatif kecil. Apabila dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor pengangkutan & komunikasi hanya sebesar 3,55%, dimana sebesar 1,96% merupakan pangsa dari subsektor pengangkutan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB
? Subsektor pengangkutan memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peran subsektor pengangkutan cukup penting dan menjadi indikator kemajuan suatu negara. Subsektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor pengangkutan terdiri atas: jasa angkutan jalan rel; angkutan jalan raya; angkutan laut; angkutan sungai, danau, & penyeberangan; angkutan udara; dan jasa penunjang angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang & barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti : terminal, pelabuhan, pergudangan, dll (BPS, 2005).
? Subsektor pengangkutan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pengangkutan & komunikasi dengan pertumbuhan relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan selama 9 tahun terakhir (2001 s.d 2009) sebesar 6,01%, atau jauh lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan subsektor komunikasi (22,56%). Memasuki tahun 2010, subsektor pengangkutan pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010 secara tahunan tumbuh masing-masing sebesar 4,78% dan 6,30%.
? Selama 9 tahun terakhir, subsektor pengangkutan mengalami pertumbuhan terendah pada tahun 2008 dengan pertumbuhan sebesar 2,74%. Efek kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 ditengarai berdampak terhadap rendahnya pertumbuhan subsektor pengangkutan. Secara rinci, kelompok angkutan laut merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,05% (Tabel 2). Sementara itu, khusus untuk perlambatan pertumbuhan pada kelompok angkutan udara pada tahun 2008 ditengarai disebabkan berkurangnya supply armada penerbangan sejak tidak beroperasinya perusahaan penerbangan Adam Air pada bulan Maret 2008. Sebaliknya, pertumbuhan kelompok angkutan udara yang cukup signifikan pada tahun 2003 (30,67%) dan tahun 2004 (30,07%) ditengarai sebagai akibat dari murahnya tarif penerbangan.
? Secara rata-rata 9 tahun terakhir, kelompok angkutan rel merupakan kelompok yang mengalami pertumbuhan negatif. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan tahun 2001-2009 sebesar 6,01% (Tabel 2), dimana satu-satunya kelompok pada subsektor tersebut yang mengalami pertumbuhan negatif adalah kelompok angkutan rel (-0,88%). Sebaliknya, kelompok angkutan udara mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan kelompok lain dalam subsektor pengangkutan yaitu sebesar 14,45%. Tingginya pertumbuhan kelompok angkutan udara ditengarai oleh peningkatan permintaan akan jasa angkutan udara.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
? Subsektor pengangkutan memiliki share terhadap total PDB lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi. Peranan/share sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB secara ratarata tahun 2001-2009 sebesar 6,10%, yang berasal dari subsektor pengangkutan sebesar 3,73% dan subsektor komunikasi sebesar 2,37%. Pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010 share subsektor pengangkutan tercatat masing-masing sebesar 3,13% dan 3, 10% (Tabel 2).
? Sumbangan subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi relatif rendah dibandingkan sumbangan subsektor komunikasi. Meskipun pangsa/share subsektor pengangkutan lebih tinggi dibandingkan subsektor komunikasi, kontribusi subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan kontribusi subsektor komunikasi. Hal ini disebabkan pertumbuhan
subsektor
pengangkutan
yang
cukup
rendah.
Rata-rata
sumbangan
subsektor
pengangkutan selama 9 tahun terakhir sebesar 0,22%, lebih rendah dibandingkan sumbangan subsektor komunikasi (0,58%). Pada triwulan I dan II 2010, sumbangan secara tahunan subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi relatif stabil dan tercatat masing-masing sebesar 0,17% dan 0,23% (Tabel 2). Secara rinci, dalam subsektor pengangkutan yang memberikan andil terbesar adalah kelompok angkutan jalan raya dan angkutan udara dimana secara rata-rata memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,08% dan 0,07%.
? Subsektor pengangkutan mendominasi sektor pengangkutan & komunikasi dimana share subsektor pengangkutan mencapai 61,71%. Rata-rata share subsektor pengangkutan terhadap sektor pengangkutan & komunikasi (periode 2001-2009) sebesar 61,71%, atau lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi (38,29%). Pangsa/share subsektor pengangkutan terhadap sektor pengangkutan & komunikasi pada triwulan I-2010 sebesar 50,20% dan triwulan II-2010 sebesar 49,92%. Share subsektor pengangkutan dalam sektor pengangkutan & komunikasi semakin menurun ditengarai oleh semakin berkembangannya subsektor komunikasi. Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) RINCIAN
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Rata-rata (2001-2009)
Q1-2010
Q2-2010
a. Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8,10
8,39
12,19
13,38
12,76
14,23
14,04
16,57
15,53
12,80
11,92
12,91
1) Pengangkutan
6,36
5,36
9,69
8,76
6,25
6,61
2,82
2,74
5,46
6,01
4,78
6,30
12,56
15,73
17,69
22,88
24,58
26,03
28,74
31,04
23,80
22,56
17,03
17,55
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
4,69
5,38
5,91
6,20
6,51
6,93
6,69
6,31
6,28
6,10
6,24
6,22
1) Pengangkutan
3,43
3,63
3,95
3,85
3,97
4,28
3,80
3,46
3,24
3,73
3,13
3,10
2) Komunikasi
1,26
1,75
1,96
2,35
2,54
2,66
2,89
2,85
3,04
2,37
3,11
3,11
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
0,38
0,41
0,62
0,73
0,75
0,89
0,95
1,20
1,24
0,79
1,02
1,13
1) Pengangkutan
0,21
0,18
0,34
0,32
0,24
0,25
0,11
0,10
0,196
0,22
0,17
0,23
2) Komunikasi
0,16
0,22
0,28
0,41
0,51
0,64
0,84
1,10
1,04
0,58
0,85
0,90
1) Pengangkutan
73,16
67,49
66,88
62,06
61,00
61,67
56,75
54,85
51,54
61,71
50,20
49,92
2) Komunikasi
26,84
32,51
33,12
37,94
39,00
38,33
43,25
45,15
48,46
38,29
49,80
50,08
2) Komunikasi b. Distribusi/Share thd PDB
c. Kontribusi
d. Distribusi/Share thd Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sumber : BPS diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
4
B. Keterkaitan dengan Sektor Lain
? Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel input-output (I-O), sektor pengangkutan & komunikasi memiliki indeks daya penyebaran sebesar 1,03 dan indeks derajat kepekaan sebesar 0,88. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat terhadap sektor ekonomi lain dan tidak terlalu tergantung terhadap sektor ekonomi lainnya. Sebagai contoh, perkembangan dalam sektor pengangkutan & komunikasi akan mendorong perkembangan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, & restoran.
? Dalam tabel I-O tahun 2005 subsektor pengangkutan tercermin dari 5 kelompok yaitu kelompok angkutan kereta api, angkutan darat, angkutan air, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. Diantara kelima kelompok tersebut hanya kelompok angkutan darat yang memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih dari 1 yaitu sebesar 1,33. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok angkutan darat merupakan subsektor yang tergantung subsektor lainnya dimana kenaikan 1 unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi akan menyebabkan output kelompok angkutan darat meningkat sebesar 1,33 unit. Sementara itu, hampir semua kelompok dalam subsektor pengangkutan memiliki indeks daya penyebaran lebih dari 1 kecuali kelompok jasa penunjang angkutan. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir semua kelompok dalam sektor pengangkutan sangat berpengaruh terhadap output sektor komoditas ekonomi kecuali kelompok jasa penunjang angkutan dimana setiap kenaikan kelompok tersebut sebesar 1 unit hanya akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya sebesar 0,98 unit. Secara berturut-turut indeks daya penyebaran beberapa kelompok pada subsektor pengangkutan adalah angkutan kereta api (1,27), angkutan darat (1,11), angkutan air (1,04), angkutan udara(1,03), dan jasa penunjang angkutan (0,98). C. Hubungan Dengan Inflasi
? Kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan bagian dari sektor pengangkutan & komunikasi yang memberikan sumbangan terhadap rata-rata inflasi tahunan sebesar 0,39% (rata-rata tahun 2003 s.d 2009), atau dibawah sumbangan kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,04%), kelompok bahan makanan (0,88%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (0,85%).
? Jika dilihat secara subkelompok, subkelompok transport memberikan sumbangan terhadap inflasi rata-rata sebesar 1,12% (tahun 2003-2009). Secara umum, inflasi subkelompok transport cukup tinggi, rata- rata 2003-2008 sebesar 12,06% (yoy) dengan pola yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2005 dan tahun 2008, subkelompok tersebut mengalami inflasi yang cukup signifikan yaitu sebesar 67,78% (yoy) dan 13,61% (yoy) terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga BBM yang cukup signifikan.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
5
Grafik 3. Inflasi dan Share Kelompok Transport, Komunikasi, & Jasa Keuangan Inflasi (%, yoy)
Sumbangan Inf. (%, yoy) 7
70 60
6
50
5
40
4
30
3
20
2
10
1
0 -10
0 2003
2004
2005
2006
Inflasi Kel. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumb. Inf. Subkel. Komunikasi & Pengiriman Sumb. Inf. Subkel. Jasa Keuangan
2007
2008
2009
-1
Sumb. Inf. Subkel. Transpor Sumb. Inf. Subkel. Sarana & Penunjang Transpor
Sumber : BPS diolah
D. Perkembangan Transaksi Ekspor Impor
? Transaksi ekspor dan impor sektor pengangkutan & komunikasi tercatat pada data jasa-jasa (services) pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang terdiri dari transportation; travel; communication services; construction services; insurance services; financial services; computer & Information services; royalties & license fees; other business services; personal, cultural, & recreational services; government services, n.i.e.
? Kelompok jasa-jasa di NPI selama tahun 2004-2009 mengalami defisit rata-rata sebesar USD2,8 miliar dan mengalami trend defisit yang semakin dalam. Pada triwulan II-2010 defisit tercatat sebesar USD3,7 miliar, atau lebih besar dibandingkan defisit periode sebelumnya (USD3,6 miliar). Peningkatan defisit neraca jasa pada periode tersebut disebabkan oleh semakin besarnya pengeluaran jasa transportasi barang impor sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi domestik 1. ? Secara rinci, kelompok jasa transportasi merupakan kelompok dengan rata-rata net outflow terbesar dibandingkan kelompok jasa lainnya yaitu mencapai USD1,7 miliar (rata-rata 20042009). Pada triwulan II-2010 net outflow kelompok jasa transportasi sebesar USD3,3 miliar, atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (USD2,9 miliar). Peningkatan defisit tersebut terutama berasal dari jasa angkut barang (freight) yang bertambah USD2,0 miliar menjadi USD2,2 miliar sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik. Masih berjalannya sejumlah kontrak perusahaan yang meggunakan armada kapal asing untuk mengangkut komoditas di perairan dalam negeri mengakibatkan pelaksanaan asas cabotage 2 kemungkinan baru diterapkan secara menyeluruh di tahun 2012. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap masih cukup besarnya pengeluaran devisa untuk jasa angkutan barang (freight) dalam dua tahun ke depan1.
1 2
Sumber : Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II-2010 Kewajiban pengangkutan komoditas domestik dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004
2005
2006
2007
2008*
2010 2009** **
Grafik 4. Perkembangan Jasa Transportasi
(6000)
(5000)
(4000)
(3000)
(2000)
Outflow
(1000)
Inflow
0
1000
2000
3000
4000
Net
Sumber : Bank Indonesia diolah
E. Pembiayaan
? Kredit pada sektor pengangkutan & komunikasi masih relatif rendah. Kredit yang diterima subsektor pengangkutan tercermin dari kredit pada kelompok pengangkutan umum, kelompok biro perjalanan, dan kelompok pergudangan. Rata-rata penyaluran kredit ke sektor pengangkutan & komunikasi selama tahun 2000 s.d. 2009 sebesar Rp27.812 miliar, sedangkan rata-rata kredit yang diterima kelompok pengangkutan adalah sebesar Rp14.193 miliar. Secara umum, kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi masih relatif rendah dibandingkan kredit yang disalurkan pada sektor ekonomi lain. Terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor pengangkutan & komunikasi hanya sebesar 3,55%, dimana sebesar 1,96% merupakan pangsa dari subsektor pengangkutan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. Jika dilihat secara subsektor, kelompok pengangkutan cukup mendominasi kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi dengan rata -rata pangsa mencapai 57,26%. Share tersebut lebih tinggi dibandingkan share kelompok komunikasi (42,74%) (Grafik 4 dan 5).
? Pertumbuhan kredit kelompok pengangkutan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit kelompok komunikasi. Rata-rata pertumbuhan kredit pada kelompok pengangkutan selama 9 tahun terakhir (periode 2001-2009) sebesar 23,50%, atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit kelompok komunikasi sebesar 45,37%.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
7
Grafik 5. Pembiayaan Kredit Kelompok Pengangkutan
Grafik 6. Rata-rata Share Kredit Kelompok Pengangkutan (%) (%)
miliar Rp 80,000
60
70,000
50
60,000
40
50,000
30
40,000
20
30,000
10
20,000
0
10,000
-10
-
2000
2001
2002
Total Kredit Sektor Pengangkutan & Komunikasi
7,193
7,077
12,519
Kelompok Pengangkutan
5,230
4,620
7,176
9,214
10,310 12,697 15,699 18,478 26,910 31,599
-11.65
55.31
28.40
11.90
Growth Kredit Kelompok Pengangkutan
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Kelompok Komunikasi, 42.74
-20
Kelompok Pengangkut an, 57.26
16,119 17,578 19,636 26,306 36,551 62,139 73,002
Sumber: LBU, Bank Indonesia
23.15
23.64
17.70
45.63
17.42
Sumber: LBU, Bank Indonesia
F. Permasalahan3
? Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Beberapa permasalahan terkait transportasi jalan, a.l : a.
Rendahnya kondisi pelayanan prasarana jalan akibat kerusakan jalan, belum terpadunya prasarana jalan dengan sistem transportasi jalan, pelayanan distribusi angkutan jalan, antar kota, perkotaan & pedesaan.
b.
Masih tingginya kerusakan jalan akibat pelanggaran muatan lebih di jalan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.
c.
Masih terbatasnya jumlah prasarana dan sarana penyebrangan dibandingkan kebutuhan berdasarkan kondisi geografis dan jumlah pulau di Indonesia (±17.000 pulau).
? Kendala utama transportasi perkeretaapian antara lain: terbatasnya jumlah armada, kondisi sarana & prasarana yang tidak handal karena perawatan peran dan share angkutan perkeretaapian yang masih rendah, serta masih minimnya peran swasta maupun Pemda dalam pembangunan.
? Permasalahan pada transportasi laut antara lain: terjadinya kongesti pada beberapa pelabuhan utama akibat terbatasnya kapasitas, kurangnya aksesibilitas pada daerah tertinggal & terpencil terutama pada Kawasan Timur Indonesia serta pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran untuk memenuhi kecukupan dan keandalan yang dipersyaratkan secara nasional maupun internasional.
? Disisi lain, hambatan pada transportasi udara antara lain: masalah keselamatan, keamanan transportasi serta masalah aksesibilitas pelayanan terutama pada pelayanan jasa transportasi di wilayah terpencil dan perbatasan yang belum seluruhnya dapat dijangkau secara memadai. Selain itu masalah daya beli masyarakat yang masih rendah dibandingkan biaya operasional, investasi sarana prasarana transportasi masih memerlukan subsidi operasi, dan dukungan investasi pemerintah dalam upaya menyelenggarakan pelayanan transportasi yang murah dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
3
Kementrian Perdagangan RI, 2010 Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
BOKS: ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMENTRIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-20144 Dalam Rencana Strategis Kementrian Perhubungan Tahun 2010-2014 tercantum arah kebijakan pembangunan Kementrian Perhubungan Tahun 2010-2014 dimana Visi Kementrian Perhubungan adalah “Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing, dan memberikan nilai tambah”. Pelayanan transportasi yang handal , diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah NKRI. Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkat (affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan, dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif. Sementara itu, pelayanan transportasi yang memberikan nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran serta masyarakat, usaha kecil, menegah, dan koperasi, mengendalikan laju inflasi melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh pelosok tanah air sehingga mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja terutama pada sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran pelayanan transportasi. Rincian dari visi tersebut tertuang kedalam misi Kementrian Perhubungan, yaitu: 1.
Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi;
2.
Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah;
3.
Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi;
4.
Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, SDM, dan penegakan hukum secara konsisten;
5.
Mewujudkan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Secara umum tujuan dari Rencana Strategis Pembangunan Transportasi Nasional adalah untuk
mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif fan efisien yang didukung SDM transportasi yang berkompeten guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman, damai serta adil & demokratis. Transportasi yang efektif berkaitan dengan ketersediaan aksesibilitas, optimalisasi kapasitas, maksimalisasi kualitas serta keterjangkauan dalam pelayanan. Sementara itu, transportasi yang efisien berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM transportasi yang berdampak kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban masyarakat. Secara rinci, sasaran pembangunan transportasi nasional Tahun 2010-2014 adalah : 1.
Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal;
2.
Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah;
3.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi;
4
Sumber : Rencana Strategis Kementrian Perhubungan Tahun 2010-2014 Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
4.
Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan & reformasi regulasi;
5.
Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim. Untuk mewujudkan visi, misi, mencapai tujuan dan sasaran pembangunan transportasi nasional maka dibuatlah
Strategi Pokok Pembangunan Perhubungan, yaitu : A. Strategi dan Penataan Penyelenggaraan Perhubungan Diarahkan untuk penataan penyelenggaraan perhubungan dan dilanjutkan dengan penataan Sistem Transportasi Nasional sejalan dengan perubahan lingkungan strategis baik pada skala lokal, regional maupun global. Penataan penyelenggaraan perhubungan dilakukan melalui kegiatan pengembangan sarana prasarana perhubungan diikuti dengan pelaksanaan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan dan peraturan di bidang perhubungan, peningkatan profesionalisme SDM Perhubungan dengan melibatkan peran swasta dalam pengoperasian dan pembangunan infrastruktur perhubungan, serta mereposisi peran pemerintah dari operator & pemilik menjadi regulator & fasilitator. B. Strategi Pembangunan Perhubungan Diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan termasuk keselamatan dan keamanan dalam kerangka penyediaan aksesibilitas jasa perhubungan kepada masyarakat baik domestik maupun mancanegara. Lebih lanjut, Arah Kebijakan Pembangunan Transportasi Nasional 2010-2014, antara lain: I. Transportasi Darat
? Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan muatan lebih secara komprehensif dan melibatkan instansi terkait;
? Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secara komprehensif dan terpadu dari berbagai aspek; ? Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu; ? Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat diantaranya melalui penyediaan pelayanan angkutan perintis pada daerah terpencil. II. Transportasi Sungai, Danau dan Penyebrangan
? Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana serta pengelolaan angkutan ASDP; ? Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan dilintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau dan antar pulau dengan pelayanan point to point sejalan dengan sistem transportasi nasional dan lokal. III. Transportasi Perkeretaapian
? Meningkatkan keselamatan angkutan perkeretaapian melalui perawatan/pemulihan kondisi pelayanan prasarana dan sarana angkutan perkeretaapian termasuk dengan pengujian dan sertifikasi kelaikan prasarana dan sarana serta pelaksanaan penegakan hukum;
? Reaktivasi lintas-lintas potensial yang sudah tidak dioperasikan; ? Meningkatkan kapasitas lintas dan juga kapasitas angkut serta kualitas pelayanan yang perlu dikembangkan di wilayah Jawa, Sumatera, dan pengembangan jalur KA baru di pulau Kalimantan dan Sulawesi;
? Meningkatkan frekuensi dan menyediakan pelayanan angkutan KA yang terjangkau dan ramah lingkungan terutama dalam pengembangan KA perkotaan;
? Melaksanakan audit kinerja prasarana dan sarana perkeretaapian; ? Pengembangan teknologi perkeretaapian nasional diantaranya dengan pengoptimalan peran industri lokal/dalam negeri di bidang perkeretaapian;
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
? Melaksanakan perencanaan, pendanaan dan evaluasi kinerja perkeretaapian secara terpadu, dan berkelanjutan didukung peningkatan dan pengembangan sistem data dan informasi yang lebih akurat berbasis Information Technology. IV. Transportasi Laut Membangun prasarana yang berdampak langsung bagi masyarakat, antara lain:
? ? ? ? ? ?
Membangun kapal-kapal perintis yang sesuai bagi daerah yang membutuhkan; Membangun/meningkatkan terminal penumpang; Membangun terminal penumpang kapal wisata; Membangun pelabuhan-pelabuhan kecil/perintis bagi daerah-daerah yang membutuhkan; Menyiapkan standar rancangan kapal perintis yang sesuai dengan kondisi pengoperasian di Indonesia; Menyiapkan perencanaan jenis, ukuran, dan jumlah kebutuhan kapal perintis sesuai cakupan wilayah.
V. Transportasi Udara
? Memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan; ? Memperhatikan aspek pemerataan pelayanan diseluruh wilayah, dengan menerapkan prinsip subsidi silang (keseimbangan rute) yaitu perusahaan penerbangan selain menerbangi rute sangat padat dan padat juga menerbangi rute kurang padat dan tidak padat;
? Menerapkan multi airlines system yaitu satu rute penerbangan dilayani lebih dari satu perusahaan untuk menciptakan iklim usaha yang berkompetisi secara sehat dan kondusif;
? Memperhatikan keterpaduan antar rute penerbangan dalam negeri atau rute pene rbangan dalam negeri dengan rute penerbangan luar negeri;
? Meningkatkan iklim investasi di bidang penyelenggaraan angkutan udara dan usaha penunjang penerbangan dengan mendorong peran swasta dan pemodal asing;
? Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengusahaan perusahaan penerbangan dan perusahaan penunjang penerbangan;
? Mengarahkan tarif angkuran udara pada mekanisme pasar; Jika dilihat dari perkembangan subsketor transportasi berdasarkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 20052009 dan pertumbuhan sektor transportasi & komunikasi, maka target pertumbuhan ekonomi tahun 2010-2014 rata-rata 6,3% per tahun. Untuk mencapai target tersebut maka sektor transportasi harus tumbuh rata-rata 9,48% per tahun.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
Tabel 3. Target Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Transportasi Tahun 2010-2014 (Triliun Rupiah) Uraian
2010
PDB Transportasi*
2011
2012
2013
2014
Rata-rata
89.23
97.26
106.60
117.31
129.63
108.00
Pertumbuhan PDB Transportasi (%)
8.25%
9.00%
9.60%
10.05%
10.50%
9.48%
Pertumbuhan PDB Nasional (%)
5.50%
6.00%
6.40%
6.70%
7.00%
6.30%
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
272.02
294.46
320.96
351.77
387.12
325.26
ICOR Pembiayaan transportasi Belanja pemerintah (APBN)
15.83
35.82
42.00
49.87
55.97
39.90
a. Belanja pegawai
1.24
2.14
2.58
3.19
3.83
2.60
b. Belanja barang
2.94
5.84
6.79
8.13
9.37
6.61 30.71
c. Belanja modal (investasi)
11.66
27.86
32.65
38.58
42.81
Investasi BUMN Transportasi
2.03
2.21
2.50
2.96
3.72
2.68
Investasi swasta transportasi
258.33
264.39
285.81
310.24
340.60
291.87
APBN
4.29
9.46
10.17
10.97
11.06
9.19
BUMN
0.74
0.75
0.78
0.84
0.96
0.81
94.97
89.79
89.05
88.19
87.98
90.00
Share pembiayaan (%) :
SWASTA
Sumber : Diolah dari data BPS dan Bappenas 2009, *Harga Konstan tahun 2000 (Renstra Kemenhub)
Pada tabel diatas terlihat bahwa dengan skenario tingkat pertumbuhan sektor transportasi yang sustainable dari 8,25% pada tahun 2010 menjadi sebesar 10,50% pada tahun 2014, maka angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) memiliki kecenderungan tetap, yaitu dari tahun 2010-2014 sebesar 3,3. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat investasi memiliki kecenderungan semakin produktif dan efisien, yaitu dengan input yang sama akan dihasilkan output yang lebih besar, atau dengan tingkat output yang sama dihasilkan oleh input yang lebih kecil. Dari sisi pendanaan, sesuai dengan RPJMN 2010-2014 maka untuk tahun 2010-2014 sektor transportasi mendapatkan alokasi pendanaan APBN sebesar Rp117,7638 triliun dengan perincian sbb: Tabel 4. Alokasi Pendanaan Sektor Transportasi Tahun 2010-2014 No
Kementrian/Sektor
(Rp. Triliun)
1
Transportasi darat
11.8510
2
Perkeretaapian
33.7925
3
Transportasi laut
33.0447
4
Transportasi udara
19.5356
5
Badan penelitian dan pengembangan
6
Badan pendidikan dan pelatihan
7
Sekretariat Jendral (+KNKT)
8
Inspektorat Jendral Total kementrian perhubungan
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
0.623 15.938 2.521 0.459 117.7638
12
GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH
Grafik 7. Produksi Minyak Mentah
Grafik 8. Produksi Kondensat
(% yoy)
(% mtm)
24,0
16,0
20,0
12,0
(% yoy)
(% mtm )
20,0
15,0
15,0 10,0 10,0
16,0
8,0
5,0 5,0
12,0 4,0
0,0
8,0 0,0 4,0 0,0
0,0
-5,0
-4,0
- 10,0
-8,0
- 15,0
-5,0
-10,0
-4,0
- 20,0
-8,0
-15,0
-12,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2009
2008
2010
2009
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 9. Produksi Kendaraan Non Niaga
Grafik 10. Produksi Kendaraan Niaga
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
100,0
50,0
80,0
40,0
60,0
30,0
40,0
20,0
40,0
20,0
10,0
20,0
(% mtm)
120,0
80,0
100,0
60,0
80,0 40,0
60,0
20,0 0,0
0,0
0,0
0,0
- 20,0
- 20,0
-10,0
- 40,0
- 40,0
-20,0
- 60,0
- 60,0
-30,0
2009
- 60,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2010 yoy
- 40,0
- 80,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
- 20,0
(% mtm)
(% yoy)
60,0
120,0
50,0
100,0
40,0
80,0
80,0
60,0
30,0
40,0
20,0 20,0
10,0
0,0
-20,0 -40,0
2010
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
100,0 80,0
60,0
60,0
40,0
40,0
20,0 20,0
0,0 -20,0
0,0
-10,0
-40,0
-20,0
-20,0
-60,0
-40,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
(% mtm)
0,0
-30,0
yoy
mtm
Grafik 12. Ekspor Besi dan Baja
(% yoy)
2009
2010 yoy
Grafik 11. Produksi Sepeda Motor
2008
2009
mtm
-40,0
-80,0 - 100,0
-60,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2009
2010 yoy
mtm
mtm
13
Grafik 13. Konsumsi Semen
Grafik 14. Ekspor Kayu Lapis
(% yoy)
(% mtm)
80,0
80,0
(% yoy)
(% mtm)
150,0
100,0
125,0
60,0
60,0
40,0
40,0
20,0
20,0
75,0
100,0 50,0 75,0 50,0
25,0
25,0
0,0
0,0
0,0
-25,0
0,0 -25,0
-20,0
-20,0
-40,0
-40,0
-50,0
-50,0 -75,0
-75,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4*5* 6* 7* 2008
2008
2009
2009
2010 yoy
2010 yoy
mtm
mtm
* data bulan April s.d Juni 2010 belum tersedia
Grafik 15. Ekspor Kayu Gergajian
Grafik 16. Penjualan Minyak Diesel
(% yoy)
(% mtm)
75,0
100,0
50,0
75,0
25,0
50,0
(% yoy) 100,0
(% mtm)
75,0
100,0
50,0
75,0
25,0
50,0
0,0
0,0 25,0 -25,0 0,0
25,0 -25,0 0,0
-50,0
-50,0
- 25,0
-75,0
-75,0
-25,0
-100,0
-50,0
-100,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2009
- 50,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2009
yoy
2010 yoy
2010
mtm
mtm
Grafik 17. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% yoy)
Grafik 18. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% mtm )
25,0
25,0
20,0
20,0
15,0
15,0
10,0
(% yoy)
(% m-t- m )
18,0
12,0
16,0
10,0
14,0
8,0
12,0
6,0
10,0
4,0
8,0
2,0
10,0
5,0
5,0
0,0
0,0
-5,0
-5,0
-10,0
-10,0
-15,0
-15,0
-20,0
-20,0
6,0
0,0
4,0
- 2,0
2,0
- 4,0
0,0
- 6,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2008
2009
2010 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010 yoy
mtm
mtm
14
Grafik 19. Penjualan Listrik Total
Grafik 20. Kunjungan Wisman
(% yoy)
(% mtm )
18,0
15,0
16,0 14,0
(% yoy)
(% mtm )
50,0
40,0
40,0
30,0
30,0
20,0
20,0
10,0
10,0
0,0
10,0
12,0 10,0
5,0
8,0 6,0 0,0
4,0 2,0
-5,0
0,0
0,0
-10,0
-10,0
-20,0
-2,0 -4,0
-10,0
-20,0
2008
2009
2008
2010 yoy
-30,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
2009
2010 yoy
mtm
mtm
Grafik 21. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta
Grafik 22. Tingkat Hunian Hotel - Bali
(% yoy)
(% mtm )
30,0 25,0
(% yoy)
(% mtm )
40,0
40,0
40,0
30,0
30,0
30,0
20,0
20,0
10,0
10,0
20,0 20,0
15,0 10,0
10,0
5,0 0,0
0,0 -5,0
0,0
0,0
-10,0
-10,0
-20,0
-20,0
- 10,0
-10,0 - 20,0
-15,0
-30,0
-20,0
- 30,0
-30,0
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 2008
2008
2009
2010 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010 yoy
mtm
mtm
15