Bab 4
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Tujuan Umum Pada materi indicator keberhasilan pembangunan ekonomi, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan : - Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi - Bahwa indikator keberhasilan pembangunan ekonomi tidak cukup dilihat dari faktor ekonomi saja.
Komptensi Utama - Mahasiswa mampu menjelaskan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi baik dari faktor ekonomi maupun sosial - Mahasiswa mampu membedakan paradigma pembanguna n tradisional dan modern.
Kompetensi Pendukung Mahasiswa mampu menjelaskan strategistrategi pembangunan ekonomi.
Evaluasi Analisis data indikator pembangunan ekonomi di NSB
69
Dwi Susilowati
4.1. SYARAT-SYARAT PEMBANGUNAN EKONOMI Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi tidak begitu saja dapat dilaksanakan, akan tetapi diperlukan beberapa syarat-syarat yang mendukung.
Syarat
utama
dalam
pembangunan
adalah
adanya
Pemerintahan dan Rakyat. Pembangunan tergantung pada Pemerintah dan rakyat. Pembangunan tidak dapat berjalan apabila hanya salah satu yang menjalankan. Sehingga pembangunan pada dasarnya adalah dari rakyat untuk rakyat. Rakyat yang berdaulat, maka sudah sewajarnya rakyat pulalah yang menikmati hasil-hasil pembangunan. Pembangunan yang hanya dijalankan oleh satu pihak atau dipaksakan, artinya tanpa melibatkan rakyat dalam arti sebenarnya bukanlah model pembangunan yang ideal. Pembanguan semacam ini dapat terjadi, namun dalam kondisi dimana sistem Pemerintahannya adalah diktator. Model pembangunan diktator hanya akan melahirkan penderitaan dan kesengnsaraan rakyatnya, oleh karena itu model pembangunan yang seimbang atau ideal adalah model pembangunan dengan melibatkan dan didukung penuh oleh rakyat. Dukungan ini dalam bentuk partisipasi rakyat. Jika pembangunan hanya dilakukan oleh Pemerintah, yaitu mengandalkan sepenuhnya Pemerintah, maka dapat dipastikan pembangunan tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan, oleh karena itu peran serta masyarakat menjadi sangat penting. Penduduk, masyarakat atau istilahnya sumberdaya manusia merupakan aset penting dalam pembangunan, mengingat penduduk sebagai suatu agent of development, sehingga tidaklah berlebihan bila dikatakan berhasil tidaknya pembanguan ditentukan oleh sikap penduduk selama proses pembangunan berlangsung. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan, yaitu : Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
70
Dwi Susilowati
1. Sumber daya alam Sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara merupakan anugerah yang perlu disyukuri, sebab tidak semua negara memiliki kekayaan sumber daya alam
yang melimpah dan lengkap.
Sumberdaya alam seperti hutan dengan segala isinya, hasil pertambangan sudah sewajarnya digunakan untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomis tinggi hendaknya tidak dieksploitasi. Sebab keberadaannya perlu dipikrkan untuk generasi yang akan dating. Jangan sampai hasil hutan dijarah habis sehingga mengakibatkan hutan gundul dan pada
gilirannya
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. 2. Akumulasi modal Modal
atau
kapital
diperlukan
dalam
proses
pembangunan.Modal diperlukan guna membiayai proyek-proyek yang dijalankan oleh pemerintah maupun swasta. Modal dibentuk melalui proses tabungan, investasi dan akumulasi modal. Modal dapat diperoleh dari dalam negri, yaitu melalui penghimpunan tabungan masyarakat maupun dari luar negri melalui bantuan luar negri atau hutang luar negri dan investasi asing. 3. Organisasi Organisasi atau kumpulan sekelompok masyarakat sebagai tempat untuk mengorganisir semua kebutuhan masyarakat. Sehingga melalui organisasi dapat tertampung aspirasi masyarakat yang berkembang terus. Melalui organisasi masalah-masalah pembangunan dapat dipecahkan secara bersama-sama dan lebih demokratis.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dwi Susilowati
71
4. Kemajuan teknologi Teknologi akan selalu mengalami perkembangan terus menerus. Kemajuan di bidang teknologi akan membantu dalam proses pembangunan. Kemajuan di bidang teknologi hanya dimungkinkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia menjadi hal yang penting. Investasi sumberdaya manusia bukanlah investasi jangka pendek tetapi merupkan invesatasi untuk jangka panjang, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat dilihat dalam sekejap. Kemajuan suatu bangsa pada saat ini sangatlah ditentukan oleh kemajaun di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Negaranegara maju mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan karena di negara maju tersedia dana dan sumber daya manusia. Sebaliknya di negara sedang berkembang dana sangat terbatas dan sumber daya manusia yang dimiliki sangat terbatas. 5. Pembagian kerja Sistem pembagian kerja yang dikemukan oleh Adam Smith pada hakekatnya adalah sebagai suatu spesialisasi, dapat meningkatkan kerja atau produkstivitas. Pembagian kerja diperlukan untuk meningkat ketrampilan dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan melalui produktitas yang tinggi. Produktivitas dapat dicapai melalui kerja keras, disiplin dan ulet. Akan tetapi itu semua belum menjamin pada tingkat pendapatan yang tinggi. Sebab profesi atau jenis pekerjaan sangat menentukan tingkat upah yang diterima.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
72
Dwi Susilowati
6. Skala produksi Pembangunan
ekonomi
pada
hakekatnya
adalah
proses
peningkatkan produksi yang dilakukan oleh masyarakat. Kemampuan untuk memproduksi baranga dan jasa sangat tergantung pada skala produksi yang dimiliki oleh suatu negara . 7. Faktor sosial Kehidupan sosial, politik dan kebudayaan masyarakat di negara sedang berkembang tidak dapat dilepaskan daerah kehidupan sosial, politik dan kebudayaan masyarakat internasional, maka sistem sosial dalam negeri saling berhubungan sistem sosial internasional beserta dengan organisasi dan peraturan-peraturan pelaksanaan tentang ekonomi global. Aspek yang terpenting dari kondisi ini adalah munculnya fenomena dominasi dan dependensi atau ketergantungan di antara negara maju dengan negara-negara sedang berkembang. 8. Faktor manusia Sumber daya manusia sebagai agent of development, pelaksanan dan penentu berhasil tidaknya pembangunan. Sumber daya manusia merupakan faktor produksi dalam proses pembangunan, sehingga bentuk dan sstem yang ada merupakan produk dari sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia yang handal merupakan aset dalam pembangunan. Permasalahan muncul apabila sumber daya manusia yang dimiliki sangat terbatas dengan kualitas yang sangat rendah. Di negara sedang berkembang pada umumnya sumber daya manusia yang dimiliki melimpah dengan kualiatas yang rendah. Dengan kondisi seperti ini jelas sangat menghambat proses pembangunan.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dwi Susilowati
73
9. Faktor politik dan administrasi Pengaruh kepentingan dan kekusaan pada masyarakat negara sedang berkembang mempunyai segmen yang berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung pada sisten soisal , ekonomi dan sejarah politik yang dimiliki oleh masing-masing negara sedang berkembang. Pada dasarnya di negara sedang berkembang peran militer dalam negara sangat kuat. Di Amerika Latin, kekuasaan negara terdiri dari militer, industrialis dan pemilik tanah, sedang di Afrika para politikus dan kaum buruh yang berkuasa.
4.2. PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI Paradigma pembangunan ekonomi konvensional mengartikan pembangunan ekonomi hanya sekedar kenaikan pendapatan perkapita, sehingga tidaklah mengherankan jika pembangunan ekonomi identik dengan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara sedang berkembang banyak yang terjebak oleh paradigma ini. Hal ini ditandai dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang harus dicapai oleh setiap negara sedang berkembang untuk keluar dari kesengsaraan. Namun dalam kenyatannya paradigma pembangunan ekonomi yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi memberikan dampak tidak seperti yang diharapkan. Kondisi ini dapat dilihat dari keberhasilan negara-negera berkembang dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi-nya, namun tidak diikuti dengan perbaikan tingkat kehidupan masyarakatnya. Artinya pembangunan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat sedang sebagian besar masyarakat yang hidup pada tingkat kemiskinan tidak mengalami perubahan yang berarti. Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
74
Dwi Susilowati
Dengan melihat pengalaman negara sedang berkembang yang mengalami kegagalan dalam mengintegrasikan konsep pembangunan ekonomi, maka
pada saat ini paradigma pembangunan
mengalami
perkembangan yang semakin dapat diterima oleh berbagai kalangan. Konsep tersebut dikembangkan oleh Meir pada tahun 1995 sebagai berikut Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat dalam kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah gari kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Dengan demikian konsep pembangunan ekonomi tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga harus ada perubahan (growth with change). Jadi konsep pembagunan pada saat ini jauh lebih kompleks dan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi saja sehingga indikator keberhasilan pembangunan juga mengalami pergeseran. Adapun perubahan-perubahan tersebut meliputi : 1. Perubahan secara struktural 2. Perubahan secara kelembagaan Perubahan secara strukkural pada umumnya perubahan yang terjadi di bidang struktur secara ekonomi, yaitu dari struktur pertaniaan atau primer ke struktur industri atau sekunder. Sedang perubahan secara kelembagaan melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan.
4.3. INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Kegagalan pembangunan yang dialami Negara-negara sedang berkembang di dunia, menjadi suatu pelajaran sangat berharga untuk Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dwi Susilowati
75
mendata ulang tentang makna atau arti dari pembangunan itu sendiri. Apalah artinya pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi disisi lain masyarakat masih banyak yang tidak bisa ikut merasakan dampak yang positif dari pembanguna itu sendiri.? Dan apalah artinya pembangunan jika pembangunan justru semakin membuat sengsara masyarakatnya ? Tidak mudah memang menjalankan pembangunan di negara sedang
berkembang dengan berbagai macam masalah yang sangat
kompleks. Tantangan pembangunan di negara sedang berkembang tidak sesederhana yang dibayangkan seperti dalam konteks teori. Pandangan para ahli pembangunan dari berbagai belahan dunia, tentu tidak begitu saja mudah diterapkan pada negara sedang berkembang. Suatu teori cocok pada suatu negara belum tentu cocok untuk negara lain. Pendekatan model pembangunan yang lebih mengutamakan pendekatan kuatitatif (seperti, pertumbuhan ekonomi) ternyata sangatlah berbahaya dan menyesatkan. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan peningkatan pendapatan perkapita bukanlah sesuatu yang harus dikejar tetapi lebih dari sekedar itu adalah makna atau arti dari pencapaian tersebut.. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pendapatan perkapita yang selalu meningkat merupakan indikator yang yang bersifat kuantitatif dan paling mudah untuk dilakukan. Padahal pembangunan tidak cukup dengan menggunkan pendekatan kuatitatif saja tetapi juga diperlukan pendekatan-pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang relative rumit dan sulit untuk mengukurnya. Di masa yang akan dating, pembangunan tidak cukup dimaknai secara kuantitatif saja tetapi juga secara lkualitatif. Oleh karena itu makna atau arti pembangunan ekonomi akan selalu berubah atau Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
76
Dwi Susilowati
mengalami pergeseran sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu berubah. Sebagai rumpun dalam ilmu sosial, perubahan makna atau arti pembangunan ekonomi bukanlah sesuatu yang luar biasa dan sangat wajar. Tentu saja perubahan makna ini akan ditanggapi berbeda oleh masing-masing negara khsususnya negara sedang berkembang. 4.3.1. PARADIGMA TRADISIONAL Pembangunan ekonomi pada
tahun 1960 an
mengalami
pergeseran makna dari pandangan tradisional berubah ke pandangan baru atau paradigma baru. Konsep pembangunan yang pada awalnya adalah identik dengan pertumbuhan atau development with growth berubah menjadi pembangunan tidak lagi identik
dengan
pertumbuhan tetapi pembanguan harus diikuti dengan perubahan atau development with change. Konsep pembangunan yang identik dengan pertumbuhan ini merupakan
kajian dari ATHUR LEWIS. Ddalam bukunya yang
berjudul the theory of economic growth, Lewis menyebutkan bahwa tujuan utama pembangunan ekonomi adalah pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara manapun. Kata kunci untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah pembentukan modal. Melalui pembentukan modal maka terciptalah industri-industri yang memberikan nilai tambah tinggi bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi negara sedang berkembang yang sebagain sebagai besar merupakan
negara
miskin,
amatlah
sulit
untuk
melakukan
pembentukan modal, oleh karena itu mengundang investor asing melalui penanaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri tidak dapat dihindarkan. Konsep pembangunan yang mengutamakan Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
77
Dwi Susilowati
pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pengalaman pembangunan di negara-negara EROPA yang disebut dengan Eropa Sentris atau Eurocentrism (Hettne, dalam Mudrajad Kuncoro, 2006) Model pembangunan dengan strategi mengejar pertumbuhan ekonmomi yang tinggi melalui pengembangan industri memunculkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum adalah rusaknya lingkungan, yang ditandai dengan adanya pencemaran atau limbah pembuangan industri, polusi udara dan kerusakan hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari pembangunan industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran lingkungan seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat miskinlah yang menjadi korban. Masyarakat miskin dengan segala keterbatasannya, membuat mereka semakin sulit untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Ketidakmampuan secara ekonomi membuat masyarakat miskin tidak ada pilihan lain untuk sekedar bertempat tinggal yang layak atau berobat ke dokter karena masalah kesehatan. Belum lagi perubahan kawasan pertanian menjadi kawasan industri mendorong masyarakat untuk beralih profesi dari petani atau buruh tani menjadi buruh pabrik atau
sebaliknya
malah
tidak
bekerja
sama
sekali
sehingga
menimbulkan masalah pengagguran. Model pembangunan industri yang lebih banyak bersifat capital intensive daripada labour intensive semakin
memperparah
kondisi
pengangguran
yang
semakin
bertambah. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan negara sedang berkembang semakin sulit untuk maju. Disisi lain laju pertumbuhan Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
78
Dwi Susilowati
ekonomi yang tinggi ternyata juga diikuti dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin tidak merata. Pembagian kue pembangunan yang tidak merata hanya dinikmati oleh kalangan tertentu dalam hal ini pemilik modal atau golongan masyarakat kaya, semakin memiskinkan masyarakat yang memang sudah miskin.. Oleh karena itu makna pembangunan menjadi dipertanyakan, sebenarnya pembangunan itu ditujukan untuk siapa ? Kegagalan pembangunan di berbagai negara sedang berkembang menunjukkan salah satu bukti kegagalan strategi pembangunan yang selama ini diyakini kebenarnya. Hasil pembangunan tidak seperti
yang
diharapkan semakin memperkuat ada yang salah dalam proses pembangunan.
Pembangunan
yang
seharusnya
menyebabkan
perbaikan atau peningkatan kualitas hidup ternyata justru sebaliknya. Pembangunan yang terjadi selama ini lebih benyak menghasilkan masalah-masalah krusial dalam pembangunan, seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan. Konsep trickle down effect (menetes ke bawah) yang selalu di dengung-dengungkan tidak memberikan hasil yang memadai. Pembangunan hanya terpusat pada kelompok dan wilayah tertentu saja, sehingga kue pembangunan tidak bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. 4.3.2. PARADIGMA BARU Menurut Hendra Esmara dan Meier (dalam Mudrajad K, 2006), bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang mutlak diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi. Menurut Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
79
Dwi Susilowati
Meier, pembangunan tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan pada proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan ekonomi tidak cukup dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka panjang saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah jumlah penduduk miskin tidak mengalami peningkatan dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Myrdal menekankan pada pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Dudley dan Seers pada tahun 1973, merujuk 3 (tiga) sasaran utama dari pembangunan, yaitu : 1. What has been happening to poverty ? 2. What has been happening to unemployment ? 3. What has been to inequality ? Myrdal,
Dudley
dan
Seers,
nampaknya
mempunyai
kecenderungan bahwa pembangunan lebih banyak menekankan pada aspek sosial, yaitu pentingnya mengurangi kemiskinan, tingkat pengangguran
dan
ketidakmerataan
distribusi
pendapatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembanguan haruslah ditujukan pada perluasana kesempatan kerja dan pemerataan distribusi pendapatan . Hal inilah yang mendorong munculnya konsep baru dalam memahami makna pembangunan. Terdapat 5 (lima) strategi baru dalam pembangunan ekonomi, yaitu : 1. Strategi pertumbuhan dengan distribusi 2. Strategi kebutuhan pokok 3. Strategi pembangunan mandiri 4. Strategi pembangunan berkelanjutan 5. Strategi pembangunan berdimensi etnik Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
80
Dwi Susilowati
4.3.2.1. STRATEGI PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI Strategi
pertumbuhan
dengan
distribusi
merupakan
strategi pembangunan yang lahir dari kegagalan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi saja tanpa diikuti dengan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti kalau distribusi pendapatan dalam masyarakat timpang. Pengalaman di beberapa negara sedang berkembang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga diikuti dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin lama semakin lebar. Dengan demikian strategi pertumbuhan dan distribusi merupakan strategi pembangunan yang tidak saja mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga memperhatikan distribusi pendapatan masyarakat. Tujuan dari strategi ini adalah mengurangi kesenjangan antara golongan kaya dan miskin supaya tidak semakin timpang. Pembagian
kue
pembangunan
pembangunan
dapat
dinikmati
ini
sangat oleh
penting
semua
agar
golongan.
Implementasi dari strategi pembangunan ini adalah berupa kebijakan antara lain : a. Menciptakan lapangan kerja, b. Perhatian terhadap UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), c. Investasi pada SDM (Sumber Daya Manusia) d. Perhatian terhadap rakyat miskin Kebijakan Pemerintah diarahkan pada kebijakan yang berorinetasi pada masyarakat banyak, oleh karena itu strategi ini dinamakan
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
81
Dwi Susilowati
juga sebagai strategi pembangunan
yang bersifat populis
(POPULISME). 4.3.2.2. SRATEGI KEBUTUHAN POKOK Strategi kebutuhan pokok merupakan strategi pembangunan dengan
berdasarkan
pada
pemenuhan
kebutuhan
pokok
masyarakat. Kebutuhan pokok dapat didefinisikan sebagai kebutuhan yang meliputi pangan, papan, dan sandang, Namun demikian konsep kebutuhan pokok untuk masing-masing negara adalah berbeda, semakin maju dan kaya suatu negara semakin tinggi kebutuhan pokok Pada umumnya kebutuhan pokok meliputi kebutuhan minimum konsumsi (pangan, sandang, perumahan) dan jasa umum (kesehatan, transportasi umum, air, fasilitas pendidikan), Namun menurut Todaro, pengertian kebutuhan pokok jauh lebih luas dari sekedar pemenuhan kebutuhan minimum Todaro kebutuhan pokok manusia mengacu pada 3 (tiga) nilai dasar pembangunan, yaitu : 1. Kemampuan menyediakan kebutuhan dasar (life sustenance) 2. Kebutuhan untuk dihargai (self esteem) 3. Kebebasan untuk memilih (freedom) Dengan demikian kebutuhan pokok menurut Todaro tidak sekedar pemenuhan kebutuhan minimum, tetapi lebih luas lagi sehingga pembangunan dapat dinikmati oleh semua masyarakat. Strategi pembangunan
kebutuhan
pokok
ini
merupakan
strategi
pembangunan dengan pendekatan ekonomi dan sosial.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
82
Dwi Susilowati
4.3.2.3. STRATEGI PEMBANGUNAN MANDIRI Strategi pembangunan mandiri lahir sebagai antitesis dari strategi
dependensia,
yaitu
strategi
pembangunan
yang
berorientasi pada negara donatur sebagai pemasok modal melalui utang luar negeri . Model pembangunan seperti ini sangat rentan karena menggantungkan diri pada negara donatur. Kondisi ini melahirkan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara negara sedang berkembang dengan negara maju. Negara sedang berkembang yang pada umumnya merupakan negara miskin sangat terbatas dalam pemumpukan modal sehingga tidaklah heran banyak negara sedang berkembang yang terjerat dalam lilitan utang luar negeri, termasuk Indonesia. Sebagai pelopor kelahiran strategi pembangunan mandiri adalah negara India pada masa pemerintahan Mahatma Gandhi, Tanzania pada masa pemerintahan Julius Nyerere, Cina pada masa pemerintahan Mao Zedong dan Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno. Pengertian “mandiri” tidak saja mandiri secara ekonomi tetapi juga mandiri dalam segala hal, sehingga strategi pembangunan mandiri pada intinya merupakan strategi pembangunan yang tidak tergantung pada negara lain. 4.3.2.4. STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Strategi
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development), lahir sekitar tahun 1970 seiring dengan merebaknya masalah lingkungan. Kesadaran msyarakat yang sangat tinggi akan petingnya lingkungan hidup, mendorong beberapa negara untuk mengadakan
pertemuan
dan
membahas
tentang
kerusakan
lingkungan yang terjadi.Laporan dari Club of Rome, dengan Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
83
Dwi Susilowati
menggunakan data statistik, menyimpulkan bahwa “bila tren pertumbuhan penduduk, industrialisasi, polusi, produksi makanan, dan deplesi sumberdaya terus menerus tidak berubah, maka batas pertumbuhan atas planet bumi akan dicapai dalam waktu kurang dalam 100 tahun.” Namun demikian ramalan ini tidak terbukti.” Mnurut Lester Brown (1981), konsep
sustainable sendiri
merujuk pada 4 (empat) nilai utama, yaitu : 1. Tertinggalnya transisi energi 2. Memburuknya sisitem biologis utama (perikanan laut padang rumput, hutan, lahan pertanian) 3. Ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrem (polusi, dampak rumah kaca, bencana banjir, musim panas yang sangat panas dan musin dingin yang sangat dingin) 4. Kurangnya bahan makanan Dengan demikian, strategi pembangunan berkelanjutan merupakan
strategi
pembangunan
yang
berorientasi
pada
pentingkan menjaga lingkungan. Pembangunan yang tidak sematamata
mengejar
nilai
ekonomis,
tetapi
disisi
lain
juga
memperhatikan ekologi maupun sosial di masa yang akan datang. Oleh karena itu para ahli pembangunan setuju tentang konsep pembangunan ecodevelopment dimana masyarakat dan lingkungan harus bersama-sama berkembang menuju produktivitas dan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik. Pada program Millennium Development Goals atau MDGs yang disepakati 189 negara, termasuk Indonesia pada konferensi Tingkat Tinggi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2000 merumuskan 8 (delapan) target pembangunan Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
84
Dwi Susilowati
yang harus dicapai pada tahun 2015. Ke 8 (delapan) target pembangunan tersebut adalah : 1. Penghapusan kemiskinan 2. Pendidikan untuk semua 3. Penyetaraan jender 4. Perlawanan terhadap penyakit 5. Penurunan kematian angka anak 6. Peningkatan kesehatan ibu 7. Perlindungan lingkungan hidup 8. Kerjasama Global Program Millennium Development Goals atau MDGs merupakan
salah
satu
program
dunia
tentang pentingnya
pembangunan berkelanjutan. Disamping itu dalam program Millennium Developmenbt Goals atau MDGs terkandung makna pentingnya perubahan dalam memahami makna pembangunan. Pembangunan tidak saja dipandang dari segi ekonomi tetapi juga dari segi ekologi, lingkungan dan sosial. Dampak perubahan iklim sebagai salah satu penyebab pentingnya pembangunan berdasarkan lingkungan sekitar. 4.3.2.5. STRATEGI BERDIMENSI ETNIK Stretegi pembangunan berdimensi etnik (ethnodevelopment) lahir dengan latar belakang konflik antar etnis. Konflik antara etnisi terjadi pada negara yang memiliki berbagai macam etnis, (multietnis) seperti ras, suku dan agama yang beragam (heterogen). Negara dengan multietnis seperti ini sangat rentan untuk terjadinya konflik. Pada negara-negara seperti di Afrika, dan Asia Selatan pada umumnya sering terjadi konflik berupa : Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
85
Dwi Susilowati
1.
Konflik kepemilikan atas tanah
2.
Konflik penguasaan sumberdaya alam
3.
Konflik ketimpangan pembangunan
4.
Konflik penguasaan politik dan ekonomi
Negara
Malaysia
secara
terbuka
memasukan
konsep
ethnodevelopment dalam formulasi kebijakan Ekonomi Baru-nya (NEP) yang dirancang dan digunakan untuk menjamin agar buah pembangunan dapat dirasakan oleh semua warga negara secara adil, baik dari komunitas Cina, India, maupun masyarakat pribumi Malaysia (Faaland, et al, 1990).
4.4. MENGUKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Pembangunan seperti yang sudah ditegaskan diatas, tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi saja tetapi juga dari sisi lainnya. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Dalam bukunya Mudrajad Kuncoro (Ekonomika Pembangunan, 2006) menetapkan ada 2 (dua) indikator utama dalam menentukan keberhasilan pembangunan di negara sedanga berkembang, yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial. Indikator ekonomi meliputi : 1.
Laju pertumbuhan ekonomi
2.
Gross National Product (GNP) perkapita
3.
Gross Domestic Product (GDP) per perkapita dengan Purcashing Power Parity
Indikator Sosial meliputi : 1.
Human Development Index (HDI)
2.
Physical Quality Life Index (PQLI) Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
86
Dwi Susilowati
4.4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator ekonomi yang paling utama dalam menilai keberhasilan pembangunan. Sebelum makna pembangunan mengalami perubahan, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang mutlak harus dicapai oleh negara sedang berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dianggap ” DEWA” dalam pembangunan, sehingga
target pertumbuhan
ekonomi yang tinggi adalah suatu keharusan. Tabel 4-1 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dlm persen)
Total Konsumsi - Konsumsi Swasta - Konsumsi Pemerintah Investasi - Permintaan Domestik - Net Ekspor Ekspor Barang & Jasa Impor Barang & Jasa PDB Sumber : BPS, 2009
2004
2005
2006
4,9 5,0 4,0 14,7 5,4 - 19,5 13,5 26,7 5,0
4,3 4.0 6,6 10,8 5,3 13,6 16,4 17,1 5,7
3,9 3,2 9,6 2,9 3,3 15,6 9,2 7,6 5,5
4.4.2. Pendapatan Nasional Perkapita (Income Perkapita) Untuk memperoleh data perhitungan pendapatan nasional perkapita suatu masyarakat ini dapat diperoleh dengan cara menghitung pendapatan nasional atau GNP (gross national product) suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk. Perhitungan pendapatan perkapita suatu masyarakat pada umumnya dilakukan tiap satu tahun sekali. Dari data yang diperoleh ini dapat diambil manfaat antara lain :
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
87
Dwi Susilowati
a. Dengan adanya data pendapatan perkapita suatu masyarakat dari tahun ke tahun ini dapat memperlihatkan perkembangannya dari tahun ke tahun. b. Dengan tersedianya data di masa lalu ini dapat digunakan sebagai suatu acuan dalam mengambil kebijakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu perhitungan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara adalah sangat perlu dan penting mengingat besar sekali manfaat yang diperoleh. Di samping itu untuk menganalisa ada tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara dapat dilihat secara sekilas dari data tersebut. Selain itu data perkembangan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun akan dapat memberikan suatu gambaran mengenai antara lain : 1. Laju perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara. 2. Perubahan
dalam
corak
perbedaan
tingkat
kesejahteraan
penduduk suatu negara. 3. Dapat meramalkan tingkat pendapatan perkapita penduduk suatu negara untuk masa yang akan datang. Dengan adanya data mengenai tingkat pendapatan nasional dan jumlah penduduk dari tahun ke tahun maka bisa dilihat laju pertumbuhan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Dengan demikian maka dapat dibandingkan keadaannya. Karena tingkat pendapatan nasional sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan, dengan demikian tingkat kesejahteraan penduduk bisa juga dilihat dari tahun ke tahun apakah selalu mengalami kenaikan, penurunan ataukah tetap.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
88
Dwi Susilowati
Untuk menghitung tingkat pendapatan nasional, peran dari masing-masing sektor dalam perekonomian akan terlihat. Bila hasil perhitungan ini sudah ada maka akan nampak sumbangan sektor mana yang paling besar terhadap tingkat pendapatan nasional, apakah sektor pertanian, sektor industri atau jasa. Masing-masing sektor akan memberikan sumbangan yang berbeda dari tahun ke tahun tetapi bisa saja juga sama, dalam arti tidak mengalami perubahan, namun kemungkinan ini kecil sekali. Untuk negara sedang berkembang sumbangan yang terbesar masih didominasi pada sektor pertanian yaitu sekitar 60 persen. Hal ini berbeda sekali dengan keadaan di negara maju dimana sumbangan yang terbesar pada pendapatan nasionalnya adalah pada sektor industri. Semakin maju suatu negara sumbangan pertanian akan semakin berkurang. Apabila data pendapatan nasional sudah tersedia, maka dari data yang ada bisa digunakan untuk meramalkan keadaannya di masa yang akan datang. Prediksi ini hanya berdasarkan dari data yang tersedia yang tentu saja disertai dengan penggunaan asumsi-asumsi. Sampai saat ini penggunaan tolak ukur pendapatan nasional perkapita suatu masyarakat sebagai indeks tingkat kesejahteraan masih tetap digunakan. Dengan demikian maka apabila ingin mengetahui tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya ini. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita
suatu
masyarakat
maka
akan
semakin
sejahtera
masyarakatnya.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
89
Dwi Susilowati
4.5. KELEMAHAN PENGUKURAN PENDAPATAN PERKAPITA Data mengenai pendapatan perkapita yang digunakan sebagai indeks atau tolak ukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat pada kenyataannya kuranglah relevan, dalam arti data tersebut kurang mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan kurang mewakili. Oleh karena itu tidaklah mengherankan hingga saat ini banyak para ahli ekonomi yang masih tetap menyangsikan keabsahan dari data tersebut. Sebenarnya banyak sekali tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, tidak hanya dilihat dari faktor ekonomi saja tetapi juga meliputi faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial, politik dan kebudayaan. Karena sifatnya yang sangat kompleks ini, maka untuk mengukur tingkat kesejahteraan tidaklah mudah tidak hanya dilihat secara materi atau lahiriah saja, tapi haruslah
melibatkan
keduanya.
Dengan
demikian
kesejahteraan
mempunyai konotasi atau bersifat sangat relatif sekali atau adanya unsur subyektivitas yang mendukung di dalamnya. Oleh karena itu sejahtera secara materi belum tentu sejahtera secara lahiriah dan sebaliknya sejahtera secara lahiriah belum tentu sejahtera secara materi. Masalah ini akan selalu terkait di dalam membicarakan masalah kesejahteraan dan sulit untuk melepaskannya. Namun demikian sampai saat sekarang ini yang digunakan sebagai standar oleh suatu negara untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara dan belum ditemukan suatu tolak ukur lain yang secara materi dapat memuaskan semua pihak. Dari uraian diatas, maka tidak pelak lagi penggunaan tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan pendapatan perkapita ini masih menjadi perdebatan para ahli ekonomi dan mendapat Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
90
Dwi Susilowati
kencaman/ kritikan disana-sini. Terlepas dari itu semua yang jelas sampai saat ini penggunaan tolak ukur ini belum ada yang menggantikan. Apabila mengacu dari adanya kelemahan-kelemahan dari penggunaan tolak ukur ini pada hakekatnya dapat digolongkan menjadi dua: 1. Kelemahan kesejahteraan
yang
bersumber
penduduk
dari
bukan
saja
kenyataan, ditentukan
bahwa
tingkat
oleh
tingkat
pendapatannya, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. 2. Kelemahan-kelemahan yang bersumber dari ketidak sempurnaan dalam menghitung tingkat pendapatan perkapita. Sejak lama masyarakat punya persepsi atau penilaian bahwa untuk tingkat kesejahteraan penduduk ditentukan oleh besarnya pendapatan yang diperolehnya. Orang dengan tingkat pendapatan yang tinggi dapat dikatakan bahwa mereka kaya dan mereka makmur atau sejahtera. Penilaian ini tidaklah salah dan juga tidaklah mutlak benar, sebab pada dasarnya orang hanya bisa menilai pada sesuatu yang dapat dilihat saja. Secara umum haruslah diakui bahwa tingkat pendapatan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan penduduk. Dengan tingkat pendapatan yang dimiliki penduduk bisa memenuhi segala yang diinginkan. Sebab itu tidaklah mengherankan bagi mereka yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dapat memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan. Sebab tidak semua keinginan dapat dipenuhi secara bebas/ gratis lebih-lebih pada saat sekarang ini banyak sekali pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan barang dan jasa.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
91
Dwi Susilowati
Jika dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan berbagai negara maka akan terlihat bahwa kehidupan penduduk suatu negara banyak sekali corak ragam dan aneka kehidupan yang berbeda antara negara satu dengan negara lain sebagai contoh misal antara penduduk Indonesia dengan penduduk Malaysia tentu berbeda adat istiadatnya. Dengan demikian faktor non ekonomi akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk. Faktor non ekonomi yang lain seperti keadaan alam, keadaan lembaga yang ada dalam masyarakat, kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan sebagainya juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara. Di samping itu yang tidak kalah penting adalah masalah distribusi pendapatan dalam masyarakat, untuk melihat sejauh mana terjadinya
ketimpangan-ketimpangan
dalam
masyarakat.
Namun
demikian bukan berarti bahwa tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan distribusi pendapatan yang merata atau sebalinya. Kelemahan-kelemahan dari perhitungan pendapatan nasional terutama disebabkan dengan terbatasnya data yang ada, lebih-lebih untuk negara berkembang. Sumber data yang tersedia seringkali tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk menghitung tingkat pendapatan nasional banyak sekali ditemui hambatan-hambatan dalam memperoleh data, seperti data pendapatan penduduk yang masih banyak sekali kelemahan-kelemahan dalam cara perhitungan, data mengenai jumlah penduduk dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak terlepas dari keterbatasan petugas di lapangan dan juga terbatasnya biaya. Hal ini akan berbeda sekali keadaannya bila dibandingkan dengan negara-negara maju.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
92
Dwi Susilowati
Dari uraian diatas, didukung juga dari adanya suatu kesepakatan oleh para ahli ekonomi pembangunan, bahwa pendapatan nasional perkapita (GNP perkapita) ini memang tidak dapat dijadikan suatu ukuran dalam menilai keberhasilan pembangunan walaupun ukuran ini masih terus dipakai oleh banyak negara di negara berkembang. Adapun alasan yang dapat dikemukakan adalah, bahwa ukuran ini
tidak
dapat
menunjukkan
bagaimana
pendapatan
nasional
didistribusikan dan siapa yang sebetulnya menikmati pertumbuhan ekonomi. Sebab dapat saja pertumbuhan pendapatan nasional dan pendapatan nasional perkapita menyembunyikan kenyataan, bahwa posisi ekonomi golongan miskin tidak bertambah baik atau malah bertambah buruk bersamaan dengan bertambah lebarnya jurang perbedaan di antara yang kaya dengan yang miskin.
4.6. CARA BARU MENGHITUNG PDB (Produk Domestik Bruto) Cara menghitung produk domestik bruto yang banyak menghadapi kelemahan-kelemahan, maka para ahli ekonomi pada tanggal 12 Juli 1995 mengadakan diskuksi panel di Jakarta mengenai Taking Nature Into Account, yaitu memasukkan factor kerusakan lingkungan ke perhitungan produk domestik bruto. Indonesia diwakili oleh mantan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup, Prof. Dr. Emil Salim, mengemukakan, bahwa perhitungan produk domestik bruto dan produk nasional bruto yang sudah lama menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara dan mempengaruhi pengambilan keputusan ternyata mengalami dua kekeliruan prinsip yaitu : 1) tidak memasukkan
perhitungan
penipisan
sumberdaya
alam,
dan
perhitungan limbah tidak masuk dalam PDB (Kompas, 15 Juli 1995). Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
2)
93
Dwi Susilowati
4.6.1
Sejarah sistem PDB
Pada mulanya, sistem perhitungan pendapatan nasional yang konvensional diawalli dengan sebuah seminar tentang statistik ekonomi, yang diorganisasikan oleh
Liga Bangsa-bangsa (LBB)
pada tahun 1928. Tujuan penyelenggaaraan seminar itu adalah untuk mendorong negara-negara agar mengumpulkan data tentang aktivitas ekonominya dengan suatu standar internasional, yang dapat diperbandingkan. Maka pada tahun 1939, untuk pertama kalinya dipublikasikan data tentang pendapatan nasional di 26 negara, untuk periode 1929 – 1938. Hanya separuh dari negara-negara tersebut yang pencatatan statistik ekonominya dilakukan oleh pemerintah, selebihnya dikerjakan oleh lembaga swasta atau perguruan tinggi. Pada Desember 1945, sebuah Komite Ahlli Statistik LBB berhasil menyelesaikan sebuah laporsan yang kemudian menjadi cikal bakal sistem perhitungan pendapatan nasional yang kita kenal sekarang ini. Tahun 1950, kantor statistik PBB (UNSO), mulai mengumpulkan data estimasi pendapatan nasional dari 41 negara, untuk periode 1938 – 1948. Pada tahun 1953, PBB berhasil membakukan
sistem
perhitungan
ini,
sehingga
sejak
1958
diterbitkanlah data tahunan tentang pendaptan nasional, yang semula mencakup 70 negara dan wilayah. Modifikasi ringan terhadap sistem ini, yang teruutama menyangkut perbaikan sistematikanya, pernah dilakukan pada tahun 1960 dan 1964. Hasilnya, sistem 1953 kemudian direvisi oleh komisi stastistik PBB menjadi sistem 1968. Sistem bakku 1968 ini kemudian menjadi standar yang berlaku secara internasional selama 25 tahun. Selanjutnya pada tahun 1993 dilakukan reformasi terhadap Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
94
Dwi Susilowati
sistem ini. Sistem 1993 pada dasarnya didisain untuk memenuhi empat kegunaan, yaitu : a. Memantau perilaku ekonomi. b. Kepentingan analisis ekonomi. c. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan d. Sebagai dasar perbandingan internasionan 4.6.2. Metode Perhitungan Baru Kelemahan yang melekat pada sistem perhitungan PDB selama ini adalah ketidakmampuannya mengakomodasikan indikatorindikator non-ekonomi (termasuk lingkungan) sebagai determinan penting bagi tingkat kesejahteraan. Ketika angka PDB nominal tidak bisa berbicara mengenai tingkat kesejahteraan riil, maka UNDP (United Nations Development Programme)
mengambil inisiatif
untuk menghitung variable PPP (Puchasing Power Parity), sebagai dasar penetu kamampuan atau daya beli seseorang. Selanjutnya, UNDP juga menyajikan sejumlah indikator sosial (menyangkut aspek pendidikan dan kesehatan), untuk memberi gambaran yang lebih utuh mengenai tingkat kesejahteraan bangsabangsa di dunia. Indikator-indikator tersebut diantaranya adalah tingkat harapan hidup (life expectancy at birth), tingkat kematian bayi (mortality rate), tingkat melek huruf (literacy rate), kemajuan pendidikan yang ditunjukkan scooling years, dan seterusnya. Laporan perkembangan negara-negara tersebut diterbitkan setiap tahun oleh UNDP dalam Human Development Report. Kasus di Inggris, meskipun pendapatan perkapita selalu meningkat sejak tahun 1950-an, nyatanya tingkat kesejahteraannya (yang ditunjukkan oleh Index of Sustanable Economic Welfare) Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
95
Dwi Susilowati
selalu menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya kerusakan lingkungan dan tumbuhnya berbagai persoalan sosial. Biaya untuk meredam polusi air, udara, dan suaru selama periode 1950 – 1990 mencapai 22 milyar poundsterling, atau hampir 6 persen dari PDB Inggris. Persoalan tersebut, menimbulkan kesadaran akan pentingnya melestarikan pendapatan. Artinya, pendapatan yang kita peroleh harus dipertahankan atau diawetkan selama mungkin (income is sustanaible). Pada dasarnnya, filosofi dari
gagasan ini sudah
dilontarkan lama, bahkan sejak J.Hicks menuliskan bukunya yang sangat terkenal, yaitu Value and Capital. Menurut Hicks, tujuan dari perhitungan pendapatan nasional adalah memberi indikasi mengenai seberapa besar masyarakat dapat mengkonsumsikannya tanpa harus memiskinkan dirinya sendiri. Atas dasar itulah, maka lokakarya yang diselenggarakan Bank Dunia di Paris, 21- 22 November 1988, menghasilkan rumusan baru sebagai berikut :
NDP = PDB - konsumsi
Dimana : NDP
= adalah Net Domestic Product atau PDB netto atau PDB dengan perhitungan yang baru.
Konsumsi = dalam hal ini adalah biaya yang mengakibatkan menipisnya sumberdaya alam. Pada konferensi di Brussel 31 Mei – 1 Juni 1995, muncul formulasi sebagai berikut : Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
96
Dwi Susilowati
PDB = Output Total - Input Antara (Intermediate Input) Sehingga : NDP = PDB - Depresiasi modal tetap Pendapatan Nasional Bruto Pendapatan Nasional Bruto = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri Jadi Pendapatan Nasional Neto = NDP + Pendapatan Neto dari luar negri Dengan menggunakan formulasi yang baru ini, maka nilai pendapatan nasional yang sekarang perlu dilakukan revisi. Setelah dilakukan revisi, maka pendapatan nasional yang telah diperoleh akan mengalami pegurangan, seperti di Meksiko pendapatan nasionalnya mengalami pengurangan sebesar 23 persen, sehingga hanya tinggal 77 persen dari nilai nomial yang berlaku. Bagaimana dengan di Indonesia ? untuk kasus di Indonesia, studi yang dilakukan oleh The World Resources Institute, di Washington DC pada tahun 1989 menunjukkan, bahwa pertumbuhan PDB selama periode 1971 – 1984 dengan metode baru (adjusted GDP) ternyata hanya 4 persen. Padahal dengan metode lama angka pertumbuhannya adalah 7,1 persen. Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengurangkan angka PDB konvensional dengan depresiasi, yang ditimbulkan oleh ekstraksi minyak, penebangan kayu, dan pemiskinan kualitas tanah. (R. Repetto dkk, Wasting Assets : Natural Resources in the National Accounts, 1989). Diharapakan dengan metode baru ini dapat mulai diberlakukan pada tahun 2000 untuk semua negara.(Dikutip dari
Kompas, 15 Julil
1995). Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
97
Dwi Susilowati
Tabel 4-2 Perbandingan GNP Perkapita di Beberapa Negara Sedang Berkembang pada tahun 2009 GNP perkapita Negara Argentina Brazil Burundi Cameroon Chile Costa Rica Ghana Guatemala Indonesia Kenya Malawi Malaysia Nicaragua Sierra Leone Sri Lanka Thailand Uganda Venezuela Zambia
Current Prices 7.508 7.737 174 1.095 8.853 6.361 639 2.602 2.224 842 352 7.469 995 342 2.041 3.973 472 12.354 1.027
Purchasing Power Parity 14.126 10.456 401 2.147 14.299 10.572 1.572 4.882 4.149 1.751 881 13.551 2.654 747 4.763 7.998 1.203 12.496 1.544
Sumber : IMF, World Economic Outlook Oktober 2009
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa GNP perkapita dengan Current Prices nilainya adalah lebih rendah dibandingkan dengan nilai bila GNP perkapita dengan Purchasing Power Parity atau PPP. GNP perkpita dengan PPP merupakan perhitungan GNP yang sudah disesuikan dengan kemampuan daya beli di masing-masing negara. 4.7. INDEKS MUTU HIDUP Indeks mutu hidup atau Physical Quality Life Index disingkat PQLI merupakan indeks gabungan dari 3 indikator utama, yaitu : a. Angka harapan hidup pada usia satu tahun Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
98
Dwi Susilowati
b. Angka kematian c. Tingkat melek huruf Untuk masing-masing indikator, kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 hingga 100, dimana nilai 1 merupakan kinerja terjelek dan nilai 100 merupakan kinerja terbaik. Jika kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 – 100 untuk masing-masing indikator tersebut, maka indeks kompositnya dapat dihitung dari rata-rata penilaian atas ke 3 indikator dengan memberikan bobot yang sama untuk masing-masing indikator (Morris D. Morris dalam Mudrajad K, 1997). Tabel 4-3 Physical Quality of Life Index (PQLI) di beberapa negara Negara PQLI Gambia Angola Sudan Pakistan Saudi Arabia India Iraq Qatar Tanzania Zimbabwe Brazil China Sri Langka Singapore Taiwan
20 21 34 40 40 42 48 56 58 63 72 75 82 86 87
Sumber : John P. Lewis and Valeriana Kallab (eds.), US. Foreign Policy and the Third World, Agenda 1983. (New York: Preger, 1983), tab.C-3.Reprinted with. permission dalam Michael .P.Todaro, 2000, hal.72
4.8. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index disingkat HDI dibuat oleh United Nations Development Program atau Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
99
Dwi Susilowati
UNDP. Sama halnya dengan PQLI, HDI mencoba merangking semua negara dalam skala 0 hingga 1. Skala 0 artinya, tingkat pembangunan manusia suatu negara yang paling rendah. Skala 1 artinya, tingkat pembagunan manusia suatu negara yang paling tinggi. Indeks pembangunan manusia diukur berdasarkan 3 tujuan atau produk pembangunan, yaitu : a. Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup b. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-rata tingkat sekolah c. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang masingmasing negara dan asumsi menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat. Tabel 4-4 Ranking Indeks Pembagunan Manusia di beberapa Negara pada tahun 2006-2007 Negara 2006 2007 Indonesia Vietnam Filipina Thailand Malaysia Brunei Singapura Jepang
109 114 102 81 63 27 28 8
111 116 105 87 66 30 23 10
Sumber : UNDP, Human Development Report 2006-2007
4.9. UNSRID Membuat daftar indikator kunci pembangunan sosial ekonomi yang terdiri dari beberapa variabel : 1. Harapan hidup 2. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih 3. Konsumsi protein hewani perkapita perhari Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
100
Dwi Susilowati
4. 5. 6. 7. 8.
Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah rasio pendidikan luar sekolah Rata-rata jumlah orang per kamar Sirkulasi surat kabar per 1.000 penduduk Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dsb Produksi pertanian per pekerja pria di sektor pertanian Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian Konsumsi listrik, kw perkapita Konsumsi baja, kg perkapita Konsumsi energi , ekuivalen kg batubara per kapita Persentase sektor manufaktur dalam GDP Perdagangan luar negri per kapita Persentase penerimaan gaji dan upah terhadap anggota masyarakat
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Tabel 4-5 Nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di Asia berdasarkan data tahun 2007 Harapan hidup sejak lahir (tahun) 82,7
Tingkat melek huruf (%) 99,0
Ratio pendaft aran sekolah (%) 87
Singapura Hongkong
80,2
94,4
Korea
82,2 79,2
Brunei
PDB real per orang
Education Index
Nilai HDI
Peringkat
33.632
0,95
0,960
10
85
40.000
0,91
0,944
23
94,6
74
40.000
0,88
0,944
24
99,0
99
24.801
0,99
0,937
26
77,0
94,9
78
40.000
0,89
0,920
30
Malaysia
74,1
91,9
71
13.518
0,85
0,829
66
Thailand
68,7
94,1
78
8.135
0,89
0,783
87
RR Cina
72,9
93,3
69
5.383
0,85
0,772
92
Filipina
71,6
93,4
80
3.406
0,89
0,751
105
Indonesia
70,5
92,0
68
3.712
0,84
0,734
111
Vietnam
74,3
90,3
62
2.600
0,81
0,725
116
Laos
64,6
72,7
60
2.165
0,68
0,619
133
Kamboja
60,6
76,3
59
1.802
0,70
0,593
137
Myanmar
61,2
89,9
56
904
0,79
0,586
138
0,52
0,541
148
Negara Jepang
PNG
60,7 57,8 41 2.084 Sumber : UNDP, Human Development Report 2007
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dwi Susilowati
101
Dari tabel 4-5 di atas, angka harapan hidup tertinggi dicaapi oleh Jepang, yaitu sebesar 82,7, artinya bahwa rata-rata masyarakat Jepang dapat mencapai umur 82,7 tahun atau mendekati 83 tahun. Demikian pula untuk tingkat melek huruf sebesar 99,0, artinya bahwa hanya 1 persen jumlah penduduk Jepang yang buta huruf sisanya 99 persen sudah melek huruf. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat buta huruf di Jepang sangat rendah. Sebaliknya, untuk Indonesia angka harapan hidup dicapai pada angka 70,5, artinya bahwa masyarakat Indonesia hanya dapat bertahan hidup pada umur 70,5 tahun, bandingkan dengan Jepang yang dapat mencapai umur hampir 83 tahun. Untuk melek hruf Indonesia hanya mencapai 92,0, artinya bahwa tingkat buta huruf di Indonesia adalah sebesar 8,0 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Hanya 92,0 persen saja penduduk Indonesia yang tidak buta huruf. Ranking tertinggi nilai HDI di Kawasan Asia dicapai oleh negara Jepang, yaitu ranking 10 dunia, sedangkan Indonesia ranking 111. Berdasarkan nilai tersebut, maka pembangunan manusia untuk Indonesia termasuk cukup, sebaliknya pembangunan manusia di Jepang termasuk sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa di Jepang, pembangunan sudah berorientasi pada kepentingan manusia. Sumber daya manusia merupakan prioritas utama dalam usaha peningkatan kualitas. Sebaliknya, di Indonesia, perhatian akan manusia dalam proses pembangunan masih rendah, sehingga tidaklah mengherankan apabila kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih rendah.
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Dwi Susilowati
102
LATIHAN SOAL
1. Pembangunan tergantung pada Pemerintah dan rakyat. Pembangunan tidak dapat berjalan apabila hanya salah satu yang menjalankan. Sehingga pembangunan pada dasarnya adalah dari rakyat untuk rakyat. Rakyat yang berdaulat, maka sudah sewajarnya rakyat pulalah yang menikmati hasil-hasil pembangunan. a. Jelaskan pernyataan di atas ! 2. Dalam paradigma baru konsep pembangunan tidak lagi identik dengan pertumbuhan. Pembangunan tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan. a. Jelaskan paradigma baru tersebut ! b. Jelaskan latar belakang mengapa dapat terjadi pergeseran makna pembangunan ? 3. Untuk melihat indikator keberhasilan pembangunan, dapat digunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi dan non ekonomi. Sebutkan dan jelaskan ke 2 (dua) pendekatan tersebut !
Bab 4. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi