%$%, 3(1'$+8/8$1 /DWDU%HODNDQJ Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan laju pertumbuhan Produk Regional Domestik Bruto (PDRB). Pada Tabel 1.1 dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali, 2010 – 2014 (%) Pertumbuhan Ekonomi
2010
2011
2012
2013
2014
Pertumbuhan PDRB total nominal
11,45
10,17
13,39
12,64
13,12
Pertumbuhan PDRB total riil
5,64
6,50
6,65
6,06
5,94
Pertumbuhan PDRB riil /kapita
5,04
5,31
5,63
5,40
5,46
Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah
Dalam Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa Provinsi Bali mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang kuat dari tahun ke tahun, baik secara total nominal, total riil, maupun riil per kapita. Apabila diperbandingkan dengan rerata pertumbuhan ekonomi provinsi se Indonesia, dalam Tabel 1.2, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali lebih tinggi dari rerata provinsi di Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat dalam Grafik 1.1 di bawah ini.
1
Tabel 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Riil/Kapita) antara Provinsi Bali dengan Rerata Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 2010 – 2014 (%) Sumber : BPS Provinsi Bali dan BPS Pusat, diolah
Pertumbuhan PDRB Riil / Kapita 2010
2011
2012
2013
2014
Bali
5,04
5,31
5,63
5,40
5,46
Indonesia
4,45
4,64
4,67
4,30
3,81
Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Riil/Kapita) antara Provinsi Bali dengan Rerata Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, 2009 – 2014 (%) 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00
2010
2011
2012
2013
2014
Prov. Bali
5.04
5.31
5.63
5.40
5.46
Indonesia
4.45
4.64
4.67
4.30
3.81
Sumber : BPS Provinsi Bali dan BPS Pusat, diolah
Bahkan, apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsiprovinsi di pulau Jawa, yang dikenal sebagai barometer provinsi – provinsi termaju, dalam Tabel 1.3 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali secara signifikan mampu mengungguli pertumbuhan ekonomi Provinsi Jabar, Jateng, Banten, dan DKI Jakarta meskipun masih kalah unggul dibanding pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal ini juga dapat dilihat dalam Grafik 1.2 di bawah ini.
2
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Riil/Kapita) Provinsi Bali dan Provinsi di Pulau Jawa (%) 2010 – 2014 Provinsi
Pertumbuhan PDRB Riil / Kapita 2011 2012 2013 5,31 5,63 5,40 5,51 5,35 4,96 5,66 5,90 5,37 4,78 4,82 4,70 4,39 4,47 4,31 4,50 4,11 4,25 4,53 4,40 4,76 4,64 4,67 4,30
2010 5,04 4,94 5,80 4,12 5,69 4,18 4,37 4,45
Bali DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Banten Indonesia
2014 5,46 4,84 5,18 4,32 4,60 4,23 4,57 3,81
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Riil/Kapita) Provinsi Bali dan Provinsi di Pulau Jawa (%) 2010 – 2014 7.00
6.00 Bali 5.00
DKI Jakarta Jawa Timur
4.00
Jawa Barat Jawa Tengah
3.00 DI Yogyakarta Banten
2.00
1.00 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Selanjutnya, apabila dilihat lebih mendalam pada pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali, data dalam Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini juga dinikmati secara nyaris merata di kabupaten/kota se Provinsi Bali, dengan Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar
3
dan Kota Denpasar sebagai primadonanya, karena dikenal sebagai pusat tujuan wisata Provinsi Bali. Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi (Pertumbuhan PDRB Total Riil), Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2010 – 2014 (%) Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Provinsi Bali
2010 4,57 5,68 6,48 6,06 5,40 5,10 5,09 5,85 6,57 5,64
2011 5,58 5,82 6,69 6,78 5,81 5,77 5,17 6,10 6,78 6,50
2012 5,94 5,92 7,29 6,79 6,07 6,06 5,75 6,52 7,18 6,65
2013 5,35 6,02 6,41 6,41 5,73 5,55 5,78 6,73 6,53 6,06
2014 5,35 5,73 6,69 6,45 5,64 5,45 5,35 6,15 6,67 5,94
Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah
Data pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pencapaian ekonomi perlu didampingi oleh data Angka Gini, untuk melihat apakah keberhasilan ini juga dinikmati secara merata oleh penduduknya. Angka Gini memiliki angka kisaran dari 0 hingga 1. Nilai 0 menunjukkan distribusi yang merata sempurna, sedangkan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang sempurna.. Dalam Tabel 1.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa distribusi pendapatan di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Bali relatif merata. Hal ini ditunjukan oleh kisaran Angka Gini antara 0.22 hingga 0.42. Selain itu, yang lebih menarik adalah Indeks Gini di Provinsi Bali lebih kecil dibandingkan dengan Indeks gini di Indonesia.
4
Tabel 1.5 Indeks Gini Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2010 – 2014 (%) Kabupaten/Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Provinsi Bali Rerata Indonesia
2010 0,26 0,26 0,29 0,27 0,29 0,22 0,23 0,26 0,30 0,26 0,36
2011 0,40 0,35 0,34 0,33 0,38 0,27 0,29 0,34 0,34 0,34 0,38
Indeks Gini 2012 0,37 0,35 0,33 0,34 0,35 0,31 0,29 0,33 0,42 0,34 0,37
2013 0,37 0,39 0,35 0,33 0,36 0,31 0,33 0,38 0,36 0,35 0,39
2014 0,39 0,40 0,34 0,38 0,35 0,33 0,34 0,34 0,38 0,36 0,40
Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah
Selain itu, yang lebih menarik, dalam Tabel 1.5 diatas juga dapat dilihat bahwa adalah Angka Gini di Provinsi Bali ternyata selalu lebih kecil dibandingkan dengan rerata Angka Gini Indonesia. Kuatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali juga diindikatorkan oleh kesediaan Provinsi Bali untuk menerima Dana Alokasi Umum (DAU) yang lebih sedikit atau lebih kecil dibandingkan dengan provinsi yang lain, sehingga dapat turut membantu meringankan beban bantuan pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dalam Tabel 1.6 di bawah ini, terlihat bahwa jumlah DAU yang diterima oleh Provinsi Bali dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014, jumlahnya lebih rendah dibandingkan rerata jumlah DAU yang diterima oleh provinsi – provinsi se Indonesia. Juga apabila diperbandingkan dengan provinsi dengan kriteria jumlah penduduk dan luas wilayah setara (DI Yogyakarta, NTT dan NTB), jumlah DAU Provinsi Bali selalu lebih rendah. (Tabel selengkapnya ada di lampiran).
5
Tabel 1.6 Dana Alokasi Umum (DAU) Provinsi Bali, 2002 – 2014 Provinsi Bali Rerata DAU Indonesia DI Yogyakarta Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
2002 168.160.000
2004 192.806.000
Dana Alokasi Umum (DAU) (Ribu Rupiah) 2006 2008 2010 2012 353.304.590 448.187.419 489.942.535 694.079.080
209.436.000
256.659.187
441.406.000
543.961.045
583.304.066
829.740.418
1.033.997.956
214.480.000
284.049.000
402.484.080
511.338.131
527.471.247
757.056.696
899.923.550
193.800.000
231.537.000
404.145.050
511.286.478
573.406.755
809.617.715
980.390.340
244.030.000
305.474.000
479.435.760
616.601.854
674.635.569
940.646.764
1.131.687.380
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dari data dan penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali memang pantas dikatakan telah mencapai posisi yang relatif kuat. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana Provinsi Bali mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, melalui penelitian terhadap faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Di antara banyak model pertumbuhan ekonomi yang dapat digunakan, penelitian ini memilih Model Pertumbuhan Ekonomi yang dibuat oleh Mankiw, Romer, dan Weil (1992), yang dikenal dengan Model Pertumbuhan Ekonomi MRW. Model pertumbuhan ekonomi MRW merupakan hasil modifikasi dari model pertumbuhan yang dibuat oleh Solow – Swan, dimana pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan modal saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kualitas tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas modal. Untuk merepresentasikan variabel kualitas tenaga kerja, yang biasa digunakan dalam penelitian – penelitian adalah tingkat pendidikan dari tenaga kerja. Sedangkan untuk menentukan representasi dari variabel pertumbuhan 6
2014 832.297.473
kualitas modal, harus didasarkan pada pemanfaatan modal di daerah yang diteliti. Untuk itu, dengan tujuan mencari variabel kualitas modal yang tepat bagi Provinsi Bali, penelitian ini mengamati peran sektoral ekonomi dalam pembentukan PDRB Provinsi Bali.
Tabel 1.7 Urutan Peringkat Sumbangan Sektoral PDRB Provinsi Bali, 2010 – 2014 (%) No
Sektor
2010
2011
2012
2013
2014
1
PHR
31,88
32,55
32,21
32,24
32,29
2
Pertanian
19,89
19,08
18,52
17,67
18,59
3
Jasa - Jasa
13,80
14,25
14,40
15,05
14,39
4
Angkutan dan Transportasi
11,05
10,99
11,09
11,08
11,07
5
Industri
10,17
9,85
9,79
9,82
9,92
6
Keuangan
7,07
7,05
7,22
7,32
7,19
7
Bangunan
3,97
4,02
4,46
4,47
4,25
8
Listrik, Air dan Gas
1,52
1,53
1,58
1,60
1,55
9
Pertambangan
0,65
0,68
0,73
0.75
0,75
TOTAL
100
100
100
100
100
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
7
Grafik 1.3 Rata – Rata Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Bali, 2010 – 2014 (%)
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
Dalam Tabel 1.7 dan Grafik 1.3 di atas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor penyumbang PDRB, Sektor Pariwisata merupakan penyumbang terbesar yaitu dengan rerata sumbangan sebesar 32,23%. Selanjutnya berturut – turut diikuti oleh Sektor Pertanian dengan rerata sumbangan sebesar 18,75%, Sektor Jasa-jasa dengan rerata sumbangan sebesar 14,38%, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan rerata sumbangan sebesar 11,06%, Sektor Industri Pengolahan dengan rerata sumbangan sebesar 9,91%, Sektor Keuangan dengan rerata sumbangan sebesar 7,17%, Sektor Konstruksi dengan rerata sumbangan sebesar 4,23%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dengan rerata sumbangan sebesar 1,56%, dan Sektor Pertambangan dengan rerata sumbangan sebesar 0,71% (data rerata tahun 2010 – 2014). Kenyataan ini menunjukan bahwa sektor pariwisata memegang peran penting dalam Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. Selanjutnya, data dalam Tabel 1.8 dan Tabel 1.9 di bawah ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor penyerap terbesar modal dan tenaga
8
kerja di Provinsi Bali. Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini memilih sektor pariwisata sebagai andalan variabel kualitas modal yang direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1.8 Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Bali Menurut Sektor (Juta Rupiah) No
SEKTOR
2012
2013
2014
1
Pertanian, Peternakan dan Kehutanan
547.600
332.820
428.190
2
Industri
569.380
241.580
520.710
3
Listrik, Air dan Gas
393.710
195.120
341.330
4
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.865.830
1.479.250
2.368.640
5
Angkutan dan Transportasi
262.480
173.250
235.160
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, Provinsi Bali
Tabel 1.9 Tenaga Kerja di Provinsi Bali Berdasarkan Lapangan Usaha Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi & Usaha Pesewaan Bangunan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
2010 672.204 7.042 303.589 3.952 144.041 571.274 95.202 58.832 321.222
2011 556.615 12.635 290.132 6.859 185.705 596.527 81.744 83.281 391.376
2012 572.685 7.637 311.225 6.347 185.764 625.302 85.711 83.876 390.161
2013 545.827 9.066 320.555 9.155 211.093 628.585 72.764 93.368 383.484
Sumber : Badan Pusat Statistik, Provinsi Bali
Untuk itu penelitian ini menggunakan pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebagai variabel kualitas modal dan laju pertumbuhan tingkat pendidikan sebagai kualitas tenaga kerja dalam Model MRW yang digunakan. Dari uraian penjelasan di atas, penelitian ini mengambil judul “3HQHUDSDQ 0RGHO 3HUWXPEXKDQ 05: 'DODP $QDOLVLV 3HUWXPEXKDQ (NRQRPL GL 3URYLQVL%DOL±”. 9
2014 528.506 9.666 31.598 7.935 205.470 658.312 70.658 82.431 393.056
5XPXVDQ0DVDODK Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, Provinsi Bali merupakan Provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat dan oleh karenanya dikenal sebagai provinsi yang bersedia menerima alokasi DAU yang lebih kecil dari provinsi – provinsi yang lain. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian ini, untuk melihat faktor – faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. Dimana, model pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah model pertumbuhan ekonomi di MRW. Oleh karenanya, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan kualitas tenaga kerja yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan tingkat pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali? 5. Bagaimana pengaruh pertumbuhan kualitas modal yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali?
10
7XMXDQ3HQHOLWLDQ Setelah mengetahui rumusan masalah dari penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan realisasi Penanaman Modal Asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Mengetahui pengaruh pertumbuhan kualitas tenaga kerja yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan tingkat pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 5. Mengetahui pengaruh pertumbuhan kualitas modal yang di dalam penelitian ini direpresentasikan dengan pertumbuhan pangsa sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
11
%DWDVDQ0DVDODK Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Model Pertumbuhan Ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti Model Pertumbuhan Ekonomi MRW (Mankiw, Romer, Weil) (1992), dimana, variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, dan variabel independen yang digunakan adalah Pertumbuhan Modal, Pertumbuhan Kualitas Modal, Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja. 2. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Provinsi Bali dengan periode waktu 1998 sampai dengan 2014. 3. Alat analisis yang digunakan meliputi uji stasionaritas, uji MWD dan regresi OLS. 4. Dalam penelitian data time series berpotensi akan kehadiran peran variabel dummy. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan variabel dummy apabila diperlukan 0DQIDDW3HQHOLWLDQ Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mampu memenuhi tugas akhir yaitu skripsi sebagai syarat kelulusan sarjana S1 Fakultas Ekonomika Bisnis jurusan Ilmu Ekonomi. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.
12
3. Mampu memahami peran dari PMDN, PMA, jumlah tenaga kerja, kulitas tenaga kerja dan kualitas modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Sebagai tambahan sumber ilmu pengetahuan tentang analisis pertumbuhan ekonomi. 0HWRGRORJL3HQHOLWLDQ 0RGHO3HQHOLWLDQ Model ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6, ε) Keterangan: Y adalah pertumbuhan PDRB Total Riil X1, adalah Pertumbuhan PMDN X2 adalah Pertumbuhan PMA X3 adalah Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja X4 adalah Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja X5 adalah Pertumbuhan Kualitas Modal X6 adalah dummy variabel yang penetapan 1 dan 0 berdasarkan scatter plot ε adalah error term Model persamaan regresi jika linier:
13
Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t+ β4 X4t+ β5 X5t + β6 X6t + εt Model persamaan regresi jika non-linier: Y = β0 + X1 β1 + X2 β2 + X3 β3+ X4 β4+ X5 β5 + ε, yang selanjutnya dilinierkan menjadi ln Yt = ln β0 + β1 ln X1t + β2 ln X2t + β3 ln X3t+ β4 ln X4t + β5 ln X5t + β6 X6t + εt Keterangan: β0 = konstanta β1, β2, β3, β4 β5 β6 = koefisien regresi e = error term Dalam penelitian data time series memiliki potensi diperlukannya variabel dummy. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan variabel dummy apabila diperlukan. Penggunaan variabel dummy tersebut akan tepat apabila ada hubungan yang secara statistik signifikan antara variabel dummy tersebut terhadap variabel dependennya. +LSRWHVLV3HQHOLWLDQ Sebagai pedoman dalam penyusunan penelitian, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: 1. Bahwa Pertumbuhan realisasi PMDN diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 2. Bahwa Pertumbuhan realisasi PMA diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
14
3. Bahwa Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 4. Bahwa Pertumbuhan Kualitas Tenaga Kerja diduga berpengaruh signifikan dan positif pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 5. Bahwa Pertumbuhan Kualitas Modal diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 6. Bahwa Variabel Dummy diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. $ODW$QDOLVLV3HQHOLWLDQ Tahapan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Uji Stasionaritas (Unit Root Test) Uji stasionaritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam data variabel yang diteliti mengadung akar unit atau tidak, untuk selanjutnya menjadi dasar penetapatan alat analisis regresi. Uji stasionaritas ini dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). 2. Uji Mackinnon, White, Davidson (MWD) Uji MWD ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pilihan model regresi yang paling tepat antara model regresi linier atau model regresi non-linier. 3. Regresi OLS
15
Pada saat melakukan uji stasionaritas, apabila seluruh variabel dalam penelitian lolos uji akar unit pada tingkatan level, maka alat analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). 4. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. 5. Uji Statistik Uji ini dilakukan untuk melihat valid atau tidaknya hasil dari estimasi (goodness of fit) dengan cara melihat Adjusted R2 dan nilai F-statistiknya. Disamping itu dilakukan uji t untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. 6LVWHPDWLND3HQXOLVDQ Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam pendahuluan ini terdapat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, model penelitian, hipotesis penelitian, alat analisis data dan sistematika penelitian.
16
BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini, berisi tinjauan literatur, tinjauan teoritis, landasan teori pendukung hipotesis dan landasan teori analisis. BAB III : Gambaran Umum Berisi tentang gambaran umum pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. BAB IV : Analisis Data dan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. BAB V : Kesimpulan dan Implikasi Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan implikasi yang dibuat bedasarkan pada kesimpulan.
17