MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
MATERI INTI. 5 KARYA TULIS/ILMIAH BIDANG KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT Menulis karya ilmiah merupakan tugas yang tak dapat ditinggalkan oleh seorang pemangku jabatan fungisonal kesehatan. Kepiawaian seseorang dalam menulis dapat terasah bila ia rajin melakukannya. Membuat karya ilmiah pada pemangku jabatan fungsional kesehatan merupakan salah satu kegiatan pokok yang mempunyai nilai kredit yang relatif tinggi. Karya ilmiah yang diciptakan selain dalam bentuk suatu model dan juga harus dituangkan dalam bentuk tulisan atau disebut juga karya tulis. Sebagai seorang profesional tentunya pemangku jabatan fungsional harus memahami berbagai bentuk karya tulis dan terlebih lagi bagi tim penilai jabatan fungsional harus benar-benar memahami apakah tulisan yang dinilai merupakan suatu karya ilmiah yang murni, oleh karena itu pada modul ini akan diawali dengan membahas tentang filosofi ilmu pengetahuan. Berdasarkan filosofi tersebut akan dibahas ciri-ciri berbagai jenis karya tulis baik dalam bentuk resensi, laporan buku, skripsi, tesis, disertasi, artikel, makalah, berita, laporan penelitian dan essei.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN: A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah bidang kesehatan. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan tentang karya tulis dan jenis-jenisnya. 2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ilmiah. 3. Membuat karya tulis/ilmiah bidang kesehatan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 86
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
III. POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut: Pokok bahasan 1. Karya Tulis dan Jenisnya Sub Pokok Bahasan: a. Karya tulis/ilmiah b. Penerjemahan Pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis Sub Pokok Bahasan: a. Prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah b. Teknik penulisan karya ilmiah Pokok bahasan 3.
Teknik penulisan karya tulis
IV. METODE
CTJ Curah pendapat Mind Mapping Latihan menulis karya tulis
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
Bahan tayangan (Slide power point) Laptop LCD Flipchart Whiteboard Spidol (ATK) Contoh-contoh karya tulis/ ilmiah
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 87
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pada sesi “Karya Tulis Bidang Kesehatan”, saudara akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan. Berikut ini merupakan pedoman bagi fasilitator dan peserta dalam melaksanakan pembelajaran. Langkah 1. Kegiatan fasilitator Agar substansi ini dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta ciptakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan serta suasana yang dapat memotivasi peserta untuk mengikuti sesi ini. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada sesi ini dan menggali pengetahuan peserta tentang jenis-jenis karya tulis dan prinsip penilaiannya. Langkah 2. Pokok bahasan 1. Dari 3 pokok bahasan yang direncanakan akan disampaikan kepada peserta terlebih dahulu mempertimbangkan pokok bahasan yang telah dipahami peserta. Untuk pokok bahasan tersebut cukup hanya sekilas saja disampaikan. Tetapi jika sebagian besar peserta belum memahaminya atau mengetahuinya setiap pokok bahasan disampaikan secara menyeluruh. Untuk pokok bahasan definisi dan jenis-jenis karya tulis fasilitator dengan metode brain storming menuliskan apa yang telah diketahui peserta. Di akhir satu pokok bahasan fasilitator hanya melengkapi apa yang telah dikemukakan oleh peserta tentang definisi dan jenis-jenis karya tulis. Untuk mempermudah tayangkan skema jenis-jenis karya tulis yang pada garis besarnya dibedakan dalam 2 klasifikasi, yaitu fiksi dan non fiksi. Langkah 3. Pokok bahasan 2, 3 Peserta adalah pemangku jabatan fungsional yang salah satu butir kegiatannya adalah membuat karya tulis ilmiah. Jadi untuk memberikan masukan pokok bahasan outline dari jenis-jenis karya tulis dan batasan isi tiap jenis karya tulis, peserta dibagi dalam 3 kelompok untuk mendiskusikannya dengan membedakan outline dari jenis karya tulis ilmiah, artikel, resensi dan berita. Setelah seluruh pokok bahasan ini disampaikan peserta diberi tugas untuk membuat dan menilai suatu karya tulis. Tiap 2 orang peserta menilai satu karya tulis dari jenis resensi, laporan, artikel, makalah, berita, buku panduan textbook, buku pegangan dan laporan penelitian. Pada penugasan ini peserta diminta bila menemukan kekurangan atau kebenaran penyusunan karya tulis disebutkan dan bagian mana kekurangannya dan bila menilai baik mengapa saudara menilai baik. Pada langkah ini fasilitator selain memberikan ketrampilan pada peserta juga KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 88
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
dapat menilai kemampuan peserta setelah mendapatkan masukan tentang jenisjenis karya tulis dan penilaiannya. Langkah 4. Penutup Berdasarkan penilaian hasil penugasan fasilitator memberikan ulasan tentang hasil tersebut dan hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam mengenali karya tulis dan penilaiannya dengan kalimat yang relatif singkat. Dan ulasan ini juga dapat merupakan kesimpulan dari sesi ini. VII. URAIAN MATERI Pokok Bahasan 1. KARYA TULIS DAN JENISNYA a. Karya tulis / ilmiah Pengertian karya tulis / ilmiah: 1) Karya ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji laboratorium, studi pustaka, wawancara, angket. (Rosidi). 2) Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan penelitian, pengamatan ataupun peninjauan. Membahas masalah secara obyektif sesuai fakta dengan menggunakan metode-metode ilmiah dengan bahasa yang benar, jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir. 3) Karya tulis ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang ditujukan untuk kelompok pembaca tertentu. Dikatakan ilmiah karena memahami syarat sistematik, generalisasi, eksplanasi dan terkontrol. 4) Karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas proses dan hasil berpikir ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah tertentu yang disangga oleh 3 unsur pokok yakni pengajuan masalah, perumusan hipothesis dan verifikasi data; dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah (Nana Sujana). KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 89
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
5) Karya ilmiah harus menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana dan lugas, serta selalu digunakan untuk mengacu hal yang dibicarakan secara obyektif. Jenis-jenis karya tulis/ilmiah: 1) Makalah Makalah disampaikan pada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah, misalnya disampaikan dalam suatu seminar, symposium, lokakarya, konferensi maupun kongres. Juga dapat ditulis untuk melengkapi tugas-tugas di pendidikan formal. 2) Artikel Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, misalnya untuk dimuat dalam majalah ilmiah. Bila ditujukan untuk orang awam, biasanya disajikan secara popular dan dimuat pada surat kabar ataupun majalah. 3) Kertas Kerja Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris obyektif; analisis dalam kertas kerja lebih serius daripada analisis dalam makalah. 4) Komentar Karya ilmiah berupa pendapat terhadap berbagai kejadian/pernyataan, kebijaksanaan atau fenomena yang terjadi di masyarakat. 5) Resensi Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau karya tulis itu patut mendapat sambutan dari masyarakat. 6) Skripsi, tesis dan disertasi Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat kesarjanaan di perguruan tinggi. Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana (S1), Thesis untuk memperoleh gelar Master (S2) dan Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor (S3), Istilah skripsi kadung disebut sebagai Tugas Akhir. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 90
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Skripsi: Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain yang harus didukung oleh dan fakta empiris obyektif. Tesis: Karya ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada skripsi; thesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Thesis memperbincangkan pengujian terhadap suatu hipothesa yang biasanya ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana. Disertasi: Adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis terinci; yang mana dalil tersebut harus dipertahankan oleh penulisnya dari penguji. Berisi temuan penulis sendiri; biasanya orisinil. 7) Kritik Adalah karya ilmiah berupa telaahan, dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari karya tulis yang dikritik dan diikuti dengan pendapat pengkritik. Berisi: Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik) Pembahasan: kelemahan dari karya ilmiah tadi dan pendapat pengkritik. Kesimpulan dan Saran 8) Studi kepustakaan Adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan penelitian bibliografi secara sistematis ilmiah yang meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan sasaran penelitian, pengorganisasian serta penyajian data-data. 9) Modul Adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa, sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 91
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
10) Laporan ilmiah Laporan menjadi hal penting di perusahaan dan instansi pemerintah, karena merupakan dasar bagi kegiatan selanjutnya. Laporan ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu, disebut sebagai laporan periodik dan ada yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan permintaan. b. Penerjemahan Salah satu kegiatan yang terdapat pada jabatan fungsional sebagai salah satu bentuk karya tulis adalah penerjamahan. Translation atau penerjemahan didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Sebagai landasan digunakan definisi dari Catford (1965) yang menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan mendefinisikan sebagai berikut: mengganti bahasa teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark (1988) mendefinisikan penerjemahan adalah menerjemahkan makna suatu teks di dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. Pada kedua definisi di atas terdapat arti “mengganti” yang dimaksudkan adalah penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena penerjemah melakukan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada yakni dalam bentuk teks. Dalam komunikasi tersebut penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna” antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran. Bila kita membaca terjemahan akan diketahui terdapat penerjemahan sebagai kegiatan penggantian bahasa, yang biasanya dilihat dari aspek bahasa Indonesia terasa kaku, misalnya dalam penulisan surat dalam bahasa Inggris pengirim suart di akhir surat penulisan : Yours Faithfully dengan nama pengirim dibawahnya. Bila diartikan secara harfiah adalah Yours Faithfully sama artinya “Dengan sesungguhnya”, sedangkan penerjemah lain dengan menggunakan pendekatan “jembatan makna” Your faifhfully dimaksudkan dalam bahasa Indonesia yang lebih lazim sebagai “Hormat saya” yang terasa lebih enak dibaca. Penerjemahan yang terakhir sering disebut pergeseran bentuk.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 92
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Pokok Bahasan 2. PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH a. Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah Dalam penulisan karya ilmiah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui: 1) Etika dalam penulisan karya ilmiah Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai moral dan tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi ilmiah dengan tujuantujuan mulia. Beberapa landasan etika: a) Penulis ilmiah harus akurat dalam menulis, penulis ilmiah harus betulbetul seksama. b) Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis. c) Penulis ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya; bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. d) Penulis ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan. e) Penulis ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaran dengan menggunakan dwimakna (ambiguitas). f) Penulis ilmiah tidak boleh menggunakan ide orang lain tanpa member keterangan secara jelas. Penulis ilmiah harus mencantumkan sumber informasi suatu gagasan. g) Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta. h) Penulis ilmiah tidak boleh berbohong dengan mengacu data statistik. Penulis ilmiah yang memanipulasi data atau grafik, menggunakan uji statistic secara ceroboh dan tidak tepat atau sengaja mengubah sampel dikatakan tidak etis. i) Penulis ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi dalam laporannya. Penulis ilmiah yang kurang obyektif dalam tulisannya disebut tidak etis. 2) Proses berpikir ilmiah a) Berpikir deduktif Berpikir deduktif merupakan sebagian dari berpikir ilmiah. Logika deduktif merupakan salah satu unsur dari methode logiko hipotetiko verifikatif, dimana kita menarik kesimpulan dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atas rasio. Hasil dari berpikir deduktif dapat digunakan untuk
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 93
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
menyusun hipotesis, jakni jawaban sementara yang masih perlu diuji atau dibuktikan melalui proses keilmuan selanjutnya. b) Berpikir induktif Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir deduktif, yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. Proses berpikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau kesimulan yang bersifat umum. Menaik kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan pengamatan tidak menggunakan rasio atau penalaran tetapi menggunakan cara lain, yakni menggeneralisasikan fakta melalui statistik. c) Berpikir ilmiah Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir induktif. Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian diuji melalui verifikasi data secara empiris. Pengujian dengan jalan mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis benar atau tidak. Cara berpikir seperti ini disebut metode logiko-hipotetiko-verifikatif. Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah menempuh langkahlangkah sebagai berikut : a) Merumuskan masalah Yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. Pertanyaan yang diajukan hendaknya mengandung banyak kemungkinan jawabannya. b) Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam menetapkan hipotesis kita harus berpaling kepada khasanah pengetahuan, artinya hipotesis diturunkan dari kajian teoritis penalaran deduktif. c) Verifikasi data, artinya mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji benar tidaknya hipotesis. Hipotesis yang telah teruji merupakan jawaban definitive dari pertanyaan yang diajukan. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 94
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
d) Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban-jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan atas dasar pembuktian atau pengujian secara empiris. Hipotesis yang tak teruji kebenarannya tetap harus disimpulkan dengan memberikan pertimbangan dan penjelasan faktor penyebabnya. Ada 2 faktor penyebab yang utama: Kesalahan verifikasi: instrument kurang tepat, sumber data keliru, tehnik pengolahan data kurang tepat. Kekurang tajaman dalam menurunkan hipotesis atau bersumber pada teori yang belum mapan. Namun bila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi dan verifikasi data telah memenuhi syarat, hipotesis tetap tidak terbukti kebenarannya dapat disimpulkan: tidak terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa teori yang mendukung hipotesis dapat diaplikasikan dalam kondisi di tempat penelitian itu dilaksanakan. 3) 7 macam sikap ilmiah yang perlu dimiliki a) Sikap ingin tahu yang diwujudkan dengan selalu bertanya tentang berbagai hal, Apa? Mengapa ? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain? b) Sikap kritis direalisasikan dengan selalu mencari informasi sebanyakbanyaknya, baik bertanya pada nara sumber yang kompeten ataupun membaca. c) Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan pendapat dan argumentasi orang lain. d) Sikap obyektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya tanpa dibarengi oleh perasaan pribadi. e) Sikap rela menghargai karya orang lain yang diwujudkan dengan mengikuti dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain dan menganggapnya sebagai karya orisinal milik pengarang aslinya. f) Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya. g) Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic yatu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun suatu teori baru. 4) Syarat-syarat karya ilmiah Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 95
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Suatu karangan dikatakan ilmiah bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Karangan ini berdasarkan hasil penelitian. b) Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta. c) Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya. d) Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. e) Bahasa yang digunakan lengkap, terperinci, teratur dan cermat. f) Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir. Melihat syarat-syarat diatas, seorang penulis karya ilmiah hendaklah memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam bidang: a) Masalah yang sedang diteliti. b) Metode penelitian yang digunakan. c) Teknis menulis karangan ilmiah. d) Penguasaan bahasa yang baik. b. Teknik Penulisan Karya Ilmiah 1) Tahap-tahap penulisan karya ilmiah: a) Tahap persiapan Pemilihan topik/masalah dan merumuskan masalah penelitian yang didefinisikan dengan jelas keluasan dan kedalamannya. Studi pustaka untuk melihat apakah sudah ada penelitian serupa yang pernah dilakukan. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara tentang suatu fenomena tertentu yang akan diteliti. Pembuatan kerangka penulisan. b) Tahap pengumpulan data: Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dari kepustakaan mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul garapan. Disamping itu penyusun juga dapat memulai terjun ke lapangan: tetapi ingat sebelum terjun mintalah izin pada tuan rumah, baik pemda ataupun perusahaan, bila anda akan meneliti di perusahaan. c) Tahapan pengorganisasian: Data yang sudah terkumpul diseleksi dan diorganisir, dan digolongkan menurut jenis, sifat dan bentuknya. Data di olah dan dianalisis dengan KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 96
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
teknik-teknik yang sudah ditentukan. Jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik. d) Tahap penyuntingan: Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya ilmiahnya, cara penyajian dan bahasa yang digunakan. e) Tahap penyajian/pelaporan Dalam mengetik naskah hendaknya diperhatikan segi kerapihan dan kebersihan, perhatikan juga tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah, baik di kulit luar maupun didalam (daftar isi, daftar puska, halaman, dll). 2) Sistematika penulisan Halaman Judul Lembar Pengesahan Kata pengantar Abstraksi Daftar isi Daftar tabel (bila ada) Daftar lampiran (bila ada) BAB I
BAB II BAB III
BAB IV
BAB V
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan masalah Tujuan penulisan Manfaat penulisan TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan Data Prosedur Penelitian PEMBAHASAN (Sub bab disesuaikan dengan butir-butir pertanyaan dalam masalah) PENUTUP Kesimpulan Saran
Daftar Pustaka Lampiran (instrument, paparan data, biodata dan foto)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 97
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
3) Bahasa dalam karya tulis ilmiah a) Ejaan resmi karya ilmiah Sejak tanggal 17 Agustus 1972 ejaan yang dipakai adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ciri-ciri EYD: Perubahan j, y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi c, sj menjadi sy. Kata ulang harus ditulis dengan tanda hubung. Kata majemuk ditulis terpisah tanpa tanda hubung. Kata ganti ku, mu, kau dan nya ditulis digabungkan dengan kata yang mengikutinya. Depan did an ke ditulis terpisah. Kata si dan sang ditulis terpisah. Partikel per yang berarti tiap-tiap, mulai, demi ditulis terpisah. b) Penulisan singkatan dan akronim Singkatan: Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf besar dan tidak diikuti dengan tanda titik. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Lambung kimia, singkatan satuan ukruan, takaran, timbangan dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Akronim: Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebagai kata. Penulisan akronim nama diri yang merupakan gabungan huruf awal deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf besar, misalnya : LAN, SIM. Penulisan akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata gabungan huruf dan suku kata dai deret kata ditulis dengan huruf awal Huruf Besar, misalnya: Litbang, Bapelkes, Puskesmas, Deplu. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 98
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Penulisan akronim, yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya: pemilu, rapim, pimpro, tiang. Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut : Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. c) Penulisan angka dan lambang
Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang dan (iv) kuantitas. Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Menulis lambang bilangan dengan huruf, misalnya: Dua puluh 20 Sepertiga 1/3 Menulis lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut misalnya: Hamengku Buwono I Menulis lambang bilangan yang mendapat akhiran- an mengikuti cara yang berikut, misalnya: Tahun ’90-an Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Penulisan lambang bilangan pada awal kalimat harus dengan huruf. Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Penulisan bilangan tidak perlu dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, menulisnya harus tepat.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 99
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
d) Penulisan kutipan Menyisipkan kutipan dalam sebuah karangan ilmiah diizinkan sepanjang mengikuti etika dan aturan yang berlaku. Tidak jarang pendapat, konsep dan hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik atau diperkuat. Dengan kutipan sebuah tulisan akan terkait dengan penemuan-penemuan atau teori- teori yang ada. Namun peru diingat, kita mengutip apabila diperlukan. Kutipan langsung: Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikitpun. Bahan yang kita kutip harus direproduksi tepat seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-tanda baca dan sebagainya. Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat pernyataan otentik, yang bila disalin ke dalam bentuk pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya. Kutipan langsung tidak dapat dihindari mengenai hal-hal berikut: Mengutip peraturan-peraturan hukum, undang-undang, anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan sebagainya. Mengutip peribahasa, sajak, dialog drama. Mengutip beberapa landasan pikiran yang dinyatakan dalam katakata yang sudah pasti. Mengitup statement ilmiah dan mengutip ayat-ayat dari kita suci. Kutipan tidak langsung: Seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat orang lain dalam bahasa ilmuwan sendiri. Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-katanya sendiri; jadi yang dikutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan, kemudian dinyatakan dengan bahasanya sendiri. Mengutip dari kutipan: Mengutip dari kutipan harus dihindari, tetapi dalam keadaan terpaksa, misalnya sulit menemukan sumber aslinya, mengutip dari kutipan bukanlah suatu pelanggaran. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 100
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Apabila seorang penulis mengutip dari kutipan, ia harus bertanggung jawab terhadap ketidak tepatan dan ketidak telitian kutipan yang dikutip. Selain itu pengutip wajib mencantumkan dalam catatan kaki bahwa itu mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber itu dituliskan dalam catatan kaki dengan dibubuhi keterangan “dikutip dara”. 4) Kesalahan-kesalahan umum dalam menulis ilmiah a) b) c) d) e) f) g)
Menulis kalimat yang tidak utuh. Menulis kalimat yang rancu. Kesalahan urutan kata. Kesalahan pemakaian kata dan ungkapan penghubung. Kesalahan pemakaian kata depan. Kesalahan pemakaian bentuk kata. Kesalahan penyerapan istilah.
5) Penulisan makalah ilmiah a) Makalah hasil berpikir deduktif Pada hakikatnya adalah tulisan yang membahas atau memecahkan suatu masalah atas dasar kajian teori dari khazanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis makalah harus mempelajari terlebih dulu permasalahannya dari sudut keilmuan. Teori, konsep, prinsip, hukum, postulat dan asumsi-asumsi dari keilmuan yang relevan dengan masalah yang akan dibahas harus dikuasai dan diketahui dengan baik. Makalah terdiri dari: Latar belakang Permasalahan dan Hipotesis Pembahasan masalah Kesimpulan Saran Daftar pustaka b) Makalah hasil berpikir induktif Makalah yang dibuat atas dasar berpikir induktif dilakukan melalui pendeskripsian gejala dan peristiwa berdasarkan pengamatan di lapangan. Apa yang ditulis adalah fakta, gejala atau keadilan yang diamatinya di lapangan, kemudian diberi komentar dan pembahasan berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan hal yang diamatinya. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 101
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Sistematika makalah sebagai berikut : Judul Latar belakang Permasalahan Kesimpulan Saran Daftar pustaka c) Makalah hasil berpikir ilmiah Makalah hasil berpikir ilmiah adalah tulisan yang memaparkan proses dan hasil penelitian. Dengan demikian makalah berupa rangkuman suatu laporan hasil penelitian atau rangkuman skripsi, tesis, disertasi ditambah komentar-komentar penulis makalah, baik terhadap metodologi yang digunakan maupun terhadap hasil yang diperolehnya. Makalah ini bisa berupa rangkuman laporan hasil penelitian sendiri, bisa pula dari laporan hasil penelitian orang lain. Sistematika makalah: Judul Kata pengantar (ditulis oleh penyusun makalah) Permasalahan Kerangka pemikiran dan hipotesis Metodologi penelitian Hasil-hasil penelitian Kesimpulan dan saran Pembahasan kajian penulis makalah terhadap proses dan hasil-hasil penelitian yang dirangkumkan di atas. Kajian dapat mengemukakan beberapa kelemahan dan keuntungan temuan dari penelitian ini, kemungkinan pemanfaatannya, keterbatasannya, masalah yang muncul untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut. Daftar pustaka
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 102
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Pokok Bahasan 3. TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS Strategi pemilihan topik, pembahasan topik dan judul karya tulis / ilmiah 1) Pemilihan Topik Dalam pemilihan topik, Keraf menyatakan, penyusun karya ilmiah lebih bak menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benarbenar diketahui. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan: Topik yang dipilih berada disekitar kita, baik disekitar pengalaman kita maupun pengetahuan yang kita kuasai. Topik yang dipilih hendaknya yang paling menarik perhatian kita. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret anda pada pengumpulan informasi yang beraneka ragam. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan anda. Topik yang dipilih harus anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih jangan hal baru bagi anda. Topik yang dipilih harus memilih sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang akan memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang. 2) Pembahasan Topik Pembahasan topik disini ditekankan pada pembatasan topik. Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk, uji sekali lagi apakah topik itu sudah cukup sempit dan terbatas atau masih terlalu umum dan mengambang. Teknik membatasi topik dapat dilakukan dengan pembuatan bagan pembatasan topik. Topik yang anda pilih tempatkan pada puncuk bagan, kemudian tariklah cabang-cabang ke bawah untuk menemaptkan nama kota tempat masalah akan digarap, seperti Jakarta, Medan, Bandung dst. Tariklah lagi ranting dari nama kota yang Anda ketahui. Kalau pilihan Anda jatuh ke Bapelkes Cilandak, pikirkan hal apa yang lebih menarik perhatian Anda, apakah segi kualitas dan kuantitas kamar tidur atau resepsionis atau segi manajemen pelatihannya atau lainnya? Tariklah lagi garis anak-anak ranting ke bawah untuk menempatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan Bapelkes Cilandak. Jika pilihan Anda KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 103
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
difokuskan ke masalah resepsionis, pikirkan kembali apakah hal itu sudah cukup spesifik. Bila masih terlalu umum, rincilah lagi. Dengan demikian anda mempunyai suatu topik yang betul-betul khusus, spesifik dan sesuai dengan minat dan pengetahuan Anda.
Bapelkes Cilandak Kamar tidur
Ciloto
Resepsionis
Lmh Abang
Pelatihan Penjenjangan
Pelat.teknis Prajabatan
Pim
3) Judul Karya Ilmiah Judul karya ilmiah yang baik mempunyai ciri-ciri: Bersifat langsung, cakupannya terbatas. Mencerminkan isi. Mencakup permasalahan atau variable yang akan diuraikan. Dapat mempunyai sub judul (anak judul). Singkat, menarik dan jelas. Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat. Ditulis dengan huruf capital seluruhnya atau capital di setiap awal kata, kecuali kata depan dan tanpa tanda titik. Sebelum memperoleh judul yang tepat, kita dapat membuat beberapa judul tentative sampai kita menemukan judul yang paling sesuai dengan topik yang kita bahas. Contoh : Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun RCTI (judul) Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI (judul) : Perlukah dibenahi? (sub judul) KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 104
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Penutup Seorang pemangku jabatan fungsional kesehatan dituntut untuk mahir menulis karya ilmiah. Tak dapat disangkal kemahiran ini haruslah didasari oleh pengetahuan tentang karya ilmiah itu sendiri dan kerajinannya berlatih menulis. Dalam modul ini dijelaskan beberapa pengertian tentang karya ilmiah, jenis karya ilmiah, prinsip penulisan dan strategi pemilihan judul. Juga dijelaskan bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan etika penulisan. Pemilihan judul menjadi penting, karena judul yang kurang greget menyebabkan tak seorangpun berminat untuk membacanya. Modul ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat kami harapkan agar modul ini dapat menjadi bahan belajar yang bermanfaat. VIII. REFERENSI
Arifin, Zaenal, E., 2006, Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, PT Grasindo, Jakarta. Hariwijaya dan Triton P.B., 2007, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Oryza, Yogyakarta. Hariwijaya, M., 2006, Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah, Citra Pustaka, Yogyakarta. Imron Rosidi, 2005, Ayo, Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah, Media Pustaka, Jakarta. Pusdiklat, 2001, Kumpulan Makalah Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Jakarta. Sujana, Nana, 2001, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algensindo, Bandung
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 105
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
IX. LAMPIRAN KIAT-KIAT PENULISAN ILMIAH INTERNASIONAL
ARTIKEL
ILMIAH
DALAM
JURNAL
Pendahuluan Penulisan artikel ilmiah dalam jurnal internasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan artikel ilmiah pada jurnal nasional maupun lokal. Namun barangkali ada sedikit perbedaan yang perlu disampaikan yang akan diuraikan pada makalah ini. Salah satu kriteria artikel ilmiah bertaraf internasional adalah bahwa artikel ilmiah tersebut haruslah diminati oleh dunia internasional. Jadi sifatnya universal. Hanya jurnal-jurnal ilmiah pada bidang tertentu saja (bahasa, budaya dll.) yang dapat memuat tentang artikel ilmiah berskala lokal kedaerahan. Ciri utama jurnal bertaraf internasional adalah menggunakan bahasa internasional, “editorial boards”-nya berasal dari berbagai negara atau paling sedikit mempunyai “consulting editor” dan “reviewer dari berbagai negara serta peredaran jurnal sangat luas di berbagai negara. Namun, sebuah jurnal berskala internasional tidak harus memenuhi semua kriteria tersebut di atas. Kriteria utama jurnal berskala internasional adalah bahwa jurnal tersebut diakui mutunya dan menjadi referensi para ilmuwan internasional. Semakin banyak dan sering ilmuwan internasional menyitasi isi jurnal bagi keperluan tulisan ilmiah internasional maka semakin baik mutu jurnal yang bersangkutan. Jadi, jurnal yang berbahasa Inggris tidak otomatis menjadi jurnal internasional. Mempublikasikan artikel ilmiah pada jurnal bertaraf internasional mempunyai beberapa manfaat antara lain artikel ilmiah sebagai hasil kegiatan penelitian kita dapat dibaca oleh para ahli di seluruh dunia, yang dapat membawa nama kita pribadi dan institusi menjadi harum. Selain itu, berdasarkan peraturan baru tentang persyaratan kenaikkan pangkat dan jabatan dosen, publikasi ilmiah internasional mendapat angka kredit yang besar yaitu 40. DIKTI melalui proyek URGE di masa lalu menyediakan hadiah sebesar sepuluh juta rupiah bagi para penulis yang mampu menerbitkan artikel ilmiah pada jurnal internasional yang berkualitas. 1. Beberapa Definisi a. Buku adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri atas 49 halaman dan terjahit pada satu sisinya serta terlindung dalam sampul sehingga merupakan satu jilid. b. Pamflet adalah terbitan tercetak tak berkala yang paling sedikit terdiri atas 5 tetapi tidak lebih dari 48 halaman. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 106
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
c. Berkala adalah terbitan dengan judul khas yang muncul secara teratur (mingguan, bulanan, triwulanan, tahunan) atau tidak teratur untuk rentang waktu tak terbatas. d. Majalah (magazine) adalah terbitan berkala yang bukan harian, setiap keluar diberi berhalaman terpisah, biasanya diidentifikasikan dengan tanggal dan bukan dengan nomor berseri. e. Jurnal (journal) adalah berkala berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan. f. Buletin (bulletin) adalah berkala resmi yang dikeluarkan lembaga atau organisasi profesi ilmiah serta memuat berita, hasil, dan laporan kegiatan dalam suatu bidang. g. Warkat warta (newsletter) adalah terbitan pendek berisi berita, termasuk kemajuan keilmuah yang berisi catatan singkat yang mengutarakan materi secara umum dan tidak mendalam. h. Risalah (proceeding) berisi catatan jalan pertemuan, beserta pembahasan yang terjadi, dan transaksi yang mumuat makalah yang dibacakan dalam pertemuan ilmiah termaksud. i. Majalah teknis ilmiah adalah berkala ilmiah yang berisi laporan hasil dan temuan baru penelitian. j. Berkala semi ilmiah adalah majalah sekunder yang memuat tulisan teknis dengan cakupan yang bersifat siklopedia dan ditujukan buat kalangan terpelajar yang buka ahli dalam bidang termaksud. k. Berkala penyari (abstracting journal) adalah berkala sekunder yang hanya berisikan abstrak atau ringkasan majalah primer. l. Berkala tinjauan (review journal) adalah berkala yang memuat pembahasan berbagai artikel ilmiah sejenis untuk memberikan gambaran kemajuan menyeluruh suatu topik. m. Majalah populer adalah berkala yang berisi tulisan ilmiah untuk orang awam. Artikel dalam sebuah jurnal dapat dibagi menurut jenisnya yaitu artikel asli (original papers atau regular papers), artikel tinjauan (review papers), catatan penelitian (research note) dan surat pembaca (letter to the editor). Artikel asli biasanya merupakan artikel ilmiah hasil penelitian, atau dapat berupa konsep-konsep asli yang dikembangkan dari artikel-artikel ilmiah yang dipublikasikan. Artikel tinjauan biasanya merupakan artikel ilmiah yang disusun berdasarkan telaah pustaka. Artikel tinjauan biasanya ditulis oleh para pakar atas permintaan editor. Catatan penelitian merupakan laporan ringkas tentang penelitian yang secara ilmiah sangat penting untuk segera dipublikasikan. Surat pembaca biasanya merupakan komentar yang membangun terhadap artikel-artikel yang dipublikasikan dalam suatu jurnal. Penulis dapat memberikan jawaban atau penjelasan atas komentar pembaca. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 107
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
2. Pemilihan Jurnal Ilmiah Setelah selesai melakukan penelitian, maka seorang peneliti harus dapat menentukan derajat keaslian sumbangan ilmiahnya, dapat menentukan keterkaitan dan ruang lingkup disiplin ilmu yang tertarik akan hasilnya, serta macam masyarakat ilmiah yang berminat akan simpulan yang dihasilkan. Macam media mana yang dipilih untuk menerbitkan temuan ilmiah tersebut harus sudah ditentukan dengan baik sebelum naskah ditulis. Cara yang paling sederhana adalah pergi keperpustakaan untuk mendapatkan jurnal ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu kita. Pertama-tama kita baca keterangan dalam halaman dalam depan atau belakang atau dalam Instuction for Authors tentang cakupan bidang ilmu yang sesuai dengan jurnal tersebut. Jika di perpustakaan tidak ada, maka dapat berkonsultasi dengan kolega kita di lembaga lain untuk membicarakan ke jurnal mana artikel tersebut paling tepat dikirim. Survey mengenai jurnal ilmiah juga dapat dilakukan melalui internet. Seorang pemula mungkin akan mengalami kesulitan untuk memilih jurnal yang tepat jika tersedia banyak pilihan. Sebagai patokan mulailah mempertimbangkan kemungkinan untuk memasukkannya ke dalam berkala superspesialis. Jika setelah dinilai belum cukup mendalam, maka lanjutkan penjajakan ke berkala spesialis cabang ilmu yang melingkupinya. Sebagai alternatif terakhir baru kemudian persiapkan artikel untuk berkala bidang ilmunya. Dianjurkan untuk tidak menerbitkan hasil temuan kita pada majalah atau jurnal yang merupakan bunga rampai bermacam ilmu. Berkala seperti ini tidak akan sampai ke tangan ilmuwan sebidang. 3. Instruction for Authors Setelah diperoleh jurnal yang tepat, segera simaklah gaya penyajiannya dengan membaca beberapa tulisan yang dimuat dalam nomor-nomor atau jilid terakhir. Perhatikan pula tentang “Objective of the Journal” yang biasanya memuat tentang cakupan bidang ilmu yang diutamakan, jenis karya tulis yang diminta (artikel asli saja, artikel tinjauan saja, atau kedua-duanya). Setelah itu pelajari Instruction for Authors pada jurnal tersebut. Pemunculan “Instruction for authors” untuk setiap jurnal berbeda-beda. Jika pedoman tersebut pendek biasanya ditulis pada setiap satu nomor penerbitan jurnal. Akan tetapi jika panjang biasanya ditulis sekali dalam satu tahun, bisa pada awal tahun atau akhir tahun. Jika tidak dapat diperoleh di perpustakaan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 108
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
maka kita dapat mengirim surat ke Editor in Chief atau Technical Editor untuk mendapatkannya. 4. Penulisan Artikel Kita harus membaca pedoman penulisan artikel dengan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan. Memang derajat pedoman tersebut berbeda-beda pada setiap jurnal dari yang hanya garis besar saja sampai dengan yang sangat rinci. Informasi umum yang diberikan dalam panduan penulisan itu adalah format penulisan (ukuran dan jenis kertas, spasi, penomoran halaman, jumlah baris per halaman, margin dan penomoran setiap baris tulisan), penulisan title page (judul artikel, penulis berserta alamatnya, alamat korespondensi dan permintaan reprint), penulisan badan artikel. Kita harus memperhatikan format pada jurnal terpilih. Sering terjadi editor menolak suatu artikel ilmiah dikarenakan tulisan tersebut tidak memenuhi persyaratan format yang telah ditentukan. Oleh sebab itu format harus dicermati. Hal yang pertama yang harus diperhatikan adalah ukuran dan jenis kertas. Pada umumnya ukuran yang digunakan adalah A4 atau letter dengan berat 80 gram. Setelah itu perhatikan ukuran spasi (biasanya 2 spasi), ukuran marjin kiri, kanan, atas dan bawah (bervariasi tergantung jurnal), ukuran font (paling sedikit 10 point), petunuk penomoran halaman (atas atau bawah, kanan, tengah atau bawah), batas jumlah halaman yang diijinkan, jumlah baris per halaman (biasanya 20-25 baris). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap baris pada setiap halaman diberi penomoran pada sisi kiri kertas. Penomoran baris sangat penting sebagai rujukan bagi reviewer atau editor serta penulis pada waktu memberi jawaban atas ulasan yang diberikan oleh reviewer. Selain itu, perlu diperhatikan boleh tidaknya pemenggalan kata dan penggunaan right justification. Kadang sebuah jurnal juga menentukan jenis huruf yang digunakan. 4.1. Penulisan Title Page Pada tittle page (lihat lampiran 2) biasaya ditulis judul artikel, nama penulis dan alamat lembaga dimana penelitian itu dilakukan, dan alamat penulis korespondensi. Umumnya Running head little yaitu judul artikel dalam bentuk singkat (yang nantinya akan muncul pada halaman tertentu pada artikel yang telah dicetak bersama dengan nama penulis) juga dicantumkan pada halaman judul ini. Cara penulisan halaman judul ini untuk setiap jurnal berbeda-beda. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 109
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Pada halaman judul ini perlu diperhatikan apakah judul ditulis tebal, miring, huruf kapital atau huruf kecil. Secara umum judul ditulis paling atas dan di tengah-tengah. Ada jurnal yang menentukan judul dicetak tebal, nama penulis dan alamat dicetak miring. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan ukuran huruf. Justifikasi judul, nama penulis dan alamat juga perlu diperhatikan. Alamat penulis dalam jurnal bertaraf internasional adalah lembaga yang betul-betul memberi sumbangan dan ikut ambil bagian dalam penelitian. Sebagai contoh, seorang dosen melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Andalas. Setelah lulus ia pulang kembali ke institusi dimana ia bekerja. Jika ia mempublikasikan hasil penelitiannya, maka alamat penulis adalah Universitas Andalas. Penulis dapat mencantumkan alamat sekarang (alamat dimana ia bekerja) pada catatan kaki. Judul biasanya diminta sesingkat mungkin tetapi mencerminkan isi dari artikel ilmiah termaksud. Singkatan biasanya tidak dianjurkan dalam judul. Jumlah huruf pada running head bervariasi (biasanya tidak lebih dari 55 huruf ). Nama penulis yang dicantumkan biasanya yang benar-benar memberikan kontribusi pada penelitian tersebut. Memang tidak ada patokan yang berlaku. Bisa saja, pencantuman nama penulis tergantung pada kesepakatan di antara penulis. Jika penulis lebih dari satu, maka cantumkan penulis yang bertanggungjawab dalam surat-menyurat. Biasanya penulis atau peneliti senior. Peneliti senior tidak harus sebagai penulis utama. 4.2. Abstract dan Keywords Format abstrak juga bervariasi, sehingga kita harus benar-benar teliti membaca pedoman penulisan pada jurnal tersebut yang meliputi format (kapital atau tebal, center atau pada baris baru yang diikuti oleh kalimat pertama abstrak, spasi). Pada umumnya, jurnal meminta abstrak ditulis pada halaman terpisah. Untuk mempermudah, sebaiknya kita memperhatikan contoh artikel terbaru. Secara umum, abstrak ditulis dalam satu paragraf yang berisi tujuan penelitian, materi dan metodologi penelitian, hasil utama penelitian, kesimpulan dan kata kunci (key words). Jika artikel tersebut berupa tinjauan pustaka, abstrak berisi tentang latar belakang, hasil utama berupa temuan teoritik, kesimpulan dan kata kunci. Pada abstrak biasanya tidak terdapat pembahasan, tabel, pustaka, sitasi, dan gambar. Singkatan biasanya diperbolehkan dalam abstrak. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 110
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Abstrak inilah yang biasanya digunakan dalam abstracting yang akan disebarluaskan baik secara elektronik maupun cetak. Oleh sebab itu kita harus mampu mengungkapkan hasil penelitian kita secara menyeluruh sehingga pembaca bisa menangkap isi artikel tanpa harus mengacu ke artikel yang lengkap. Pembaca yang tertarik biasanya akan mencari artikel lengkapnya. Jumlah kata maksimum dalam abstract umumnya dibatasi antara 100 dan 250 kata. Namun ada juga jurnal yang memberi batasan sampai dengan 400 kata. Satu kata ditetapkan sebagai kumpulan karakter yang diapit oleh space. Abstract ditulis dengan kalimat past tense, dan umumnya tidak diperkenankan lagi mengulangi judul artikel dalam isi abstract. Abstract biasanya akan ditutup dengan kata kunci (keywords). Kata kunci sangat penting dalam pengideksan artikel. Jika pembaca ingin mencari artikel dengan kata kunci, maka salah satu kata kunci yang kita tulis akan bisa membuka artikel tersebut. Oleh sebab itu, kita harus memilih kata kunci yang paling baik mewakili topik yang dibahas. Jumlah kata kunci bervariasi dari 3-6. Tata cara penulisan key words bervariasi. Ada jurnal yang menuliskan kata kunci berdasarkan urutan abjad. Ada juga yang berdasarkan urutan dimulai dari kata kunci spesifik sampai dengan kata kunci umum atau sebaliknya. Ada juga yang dimulai dari kata kunci yang paling penting sampai dengan yang kurang penting atau sebaliknya. Lihat contoh abstract pada lampiran 3. 4.3. Introduction Bagian ini mengandung isi sebagai pengantar yang berisi justifikasi penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian. Jika artikel berupa tinjauan pustaka, maka pendahuluan berisi latar belakang yang memuat tentang pentingnya “permasalahan” tersebut diangkat, hipotesis (jika ada) dan tujuan penulisan artikel. Pada bagian ini pustaka hanya dibatasi pada hal-hal yang paling penting. Perlu diperhatikan metode penulisan pustaka rujukan sesuai dengan contoh artikel atau ketentuan dalam Instruction for authors. Jumlah kata dalam bagian ini juga kadang dibatasi jumlah katanya. Ada juga jurnal yang membatasi jumlah referensi yang dapat disitir pada pendahuluan, tidak lebih dari tiga pustaka. Tidak dibenarkan membahas secara luas pustaka yang relevan pada pendahuluan. Pada sebagian besar jurnal Introduction ditulis dalam kalimat present tense. Perlu diperhatikan apakah “introduction” ditulis segera setelah abstract, atau harus pada halaman baru.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 111
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
4.4. Materials and Methods Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa subheading untuk lebih rapi. Dalam bagian ini umumnya tidak dibatasi jumlah kata atau panjang tulisan, sehingga kita akan lebih leluasa menjelaskan materi dan metodologi yang digunakan. Perlu diketahui bahwa para reviewer akan banyak menekankan pemeriksaan pada materi dan metode ini. Karena, kevalidan hasil yang kita peroleh ditentukan oleh penggunaan materi dan pendekatan metodologi yang digunakan. Oleh sebab itu, kita harus menulis secara lengkap jenis materi dan metodologi yang kita lakukan dalam penelitian, sehingga reviewer bisa memahami prosedur yang digunakan dalam penelitian. Dalam bagian ini kita bisa menyajikan tabel, skema atau gambar untuk memperjelas dan meringkas informasi yang akan ditulis. Bagian ini ditulis dengan kalimat past tense. Jika kita merujuk metode dari hasil penelitian orang lain, maka kita tidak perlu menuliskannya secara mendalam. Cukup ditulis bahwa pengukuran “apa” menggunakan metode “siapa”. Contoh : a. Dry matter, crude protein and total ash were determined according to AOAC (1990). b. Neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin and hemicellulose were determined as described by Van Soest et al. (1991). Hal ini juga berlaku bagi model analisis statistik. Kita tidak perlu mencantumkan model matematikanya. Contoh: The effect of two season i.e. spring and winter on the nutrient composition and in situ DMD was analysed using a t-test (Steel and Torrie, 1980). Dalam artikel tinjauan, biasanya tidak dicantumkan materi dan metode penulisan yang digunakan. 4.5. Results and Discussion Setiap jurnal mempunyai pola yang baku atau yang fleksibel dalam bagian ini. Ada jurnal yang memisahkan Results dari Discussion, atau menyatukannya, dan ada pula yang menyerahkannya kepada penulis sesuai dengan kenyamanan dalam penyajiannya. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 112
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Jika Results terpisah, bagian ini hanya menyajikan hasil penelitian tanpa membahasnya. Keuntungan cara ini adalah pembahasan bisa lebih terarah dan menyeluruh karena bisa membahas variabel atau parameter yang saling berhubungan sekaligus. Keburukannya adalah bahwa dalam membahas kita cenderung memulai lagi sedikit dengan hasil, sehingga akan mengulang lagi apa yang sudah disajikan dalam hasil. Jika results digabung dengan discussion, pembahasan bisa langsung mengikuti penyajian hasil. Keuntungan cara ini adalah setiap hasil langsung dibahas, sehingga tidak perlu menyinggung lagi jika membahasnya. Keburukkannya adalah kita cenderung mengulang pembahasan yang saling berkaitan. Namun untuk menulis pada salah satu cara di atas kita bisa menggunakan teknik yang baik sehingga penyajian hasil dan pembahasan bisa lebih menarik. Dalam penyajian results ungkapkan hasil yang diperoleh secara jelas dan lugas tanpa komentar. Pembaca diundang untuk mengambil kesimpulannya sendiri, kemudian membandingkannya dengan pernyataan penulis setelah pembaca sampai pada bagian discussion. Sajikan data terpilih dengan ringkas. Pada tahap ini, penulis sebaiknya membentuk argumen yang akan menjadi tulang punggung discussion. Dengan demikian, hal-hal pokok dalam results perlu diberi penekanan. Pada bagian results, biasanya digunakan kalimat past tense yang sederhana. Untuk penyajian data yang sederhana gunakan tabel. Untuk data yang rumit dan banyak gunakan gambar. Tidak dibenarkan menyajikan gambar dari tabel yang telah disajikan. Rataan angka yang disajikan dalam tabel dan gambar pada sebagian besar jurnal internasional disertai oleh ukuran penyebaran seperti SD, SE. Results harus ditulis secara sistematis. Kita tulis hasil mulai dari hasil utama baru diikuti oleh data atau hasil pendukungnya atau sebaliknya, dari data pendukung baru ke hasil utamanya. Pada umumnya jurnal internasional tidak menginginkan bahasa statistik ditulis dalam teks hasil. Sebagai contoh kalimat “Body weight was significantly affected by treatments (P<0,01)” adalah kalimat statistik, yang sangat sulit dipahami oleh pembaca. Oleh sebab itu sebaiknya tulis saja secara langsung, misalnya “Probiotik supplementation at level of 1% significantly increased body weight of broiler chickens (P<0,01)”. Dalam bagian discussion yang perlu kita bahas adalah hasil tersebut apakah menerima atau menolak hipotesis yang kita kemukakan. Jadi disini dibahas kenapa hipotesis diterima atau ditolak. Biasanya KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 113
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
discussion akan ditutup dengan kesimpulan jika tidak ada heading khusus untuk kesimpulan. Agar discussion menarik untuk dibaca, maka mulailah dengan kata-kata kunci. Demikian pula setiap paragraf sebaiknya dibuka dengan kalimat topik yang membawa gambaran jelas kepada pembaca. Sebaiknya discussion dirancang dengan argumen yang kuat. Ini akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk merangsang minat pembaca, sehingga pembaca tertarik untuk membaca seluruh artikel. Spekulasi dapat dibenarkan dalam discussion sepanjang didukung oleh argumen yang kuat. Kutipan dalam discussion sangat penting untuk memperkuat argumentasi penulis. Kutipan harus memberikan informasi yang benar. Hal ini sangat penting bagi pembaca yang ingin mengikuti argumen penulis dengan seksama, agar dengan tepat menemukan apa yang dicarinya dalam artikel asli sesuai dengan pengarahan penulis. Acuan mempunyai banyak kegunaan, antara lain dapat dijadikan otoritas tertinggi yang menjadi dasar argumen. Acuan dapat menjadi otoritas sementara yang keabsahannya menjadi tantangan pembaca, atau bahkan ternyata salah sama sekali. Mungkin saja penulis dapat memberikan penekanan pada waktu penulisan kutipan dalam teks. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: “Semua bakteri aerobil peka terhadap umtomycin (Burhan, 1979).” Pernyataan ini menyiratkan bahwa konsep tersebut dapat diterima. Burhan adalah orang pertama yang mengemukakan, dan penulis menyetujuinya. “Burhan (1979) menemukan bahwa semua bakteri aerobik peka terhadap umptomycin.” Pernyataan ini menyiratkan konsep yang kurang dikenal, Burhan yang menyimpulkan, dan penulis setuju dengan pendapatnya. Burhan (1979) menyatakan bahwa semua bakteri aerobik peka terhadap umptomycin.” Dalam kalimat ini tersirat bahwa pendapat Burhan mungkin bertentangan dengan pendapat umum, dan penulis untuk sementara tidak menentukan pilihan dalam masalah ini.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 114
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
4.6. Conclusion atau Implication atau Summary Dalam conclusion sarikan apa yang menjadi hasil utama penelitian (menolak atau menerima hipotesis) dalam kalimat yang sederhana. Hindari kalimat berbau statistik. Conclusion disusun berdasarkan fakta yang ditemukan dalam penelitian. Beberapa contoh conclusion a. Basing on the quality and quality of meat and wool produced it may be concluded that CSM may serve as suitable substitute to replace at least 50% of costly and scarce DPNM in the diets of growing lambs reared for meat and wool production. b. It can be concluded that both Jackfruit and Flemingia are potential supplements for goats fed grasses and CWSC. Implikasi penelitian ditulis untuk memperjelas manfaat atau sumbangan yang dihasilkan dari penelitian. Saran penelitian lebih lanjut dapat dikemukakan pada bagian ini. Beberapa contoh implications a. The results of both experiments suggest that this carbohydrate by-product can replace at least 50% of the total lactose in phase I and phase II diets without having a detrimental effect on pig performance. This by-product may be an economical alternative to lactose in starter pig diets. b. Supplementing Phytezyme to an corn-wheat-soybean meal diet for growing pigs increased growth performance and nutrient digestibility. The present experiment demontrates the potential for complete replacement of inorganic phosphorus addition by Phytezyme to maximize performance and nutrient availability. c. Extrusion cooking would be a way to improve the stability of rice bran. Feeding rancid rice bran gives negative effects on growth performance and pork quality in growing-finishing pigs. Therefore, it is very important to use rice bran as a feed ingredient when it is fresh or stabilized. 4.7. Acknowledgement Ucapan terima kasih biasanya ditempatkan pada akhir tulisan sebelum daftar pustaka. Biasanya yang perlu disebutkan adalah penyandang dana. Berikan nomor kontraknya jika ada, karena ini juga nanti sebagai dokumentasi bagi pemberi dana bahwa penelitian yang dibiayai telah dipublikasikan di tingkat internasional. Ucapan terimakasih juga dapat diberikan kepada perorangan, lembaga atau kelompok yang telah memberi bantuan teknis dan saran. Ucapan terimakasih sebaiknya ditulis dengan sederhana. Beberapa contoh acknowledgments. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 115
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
1) This study was supported by a research grant for food and meat products from the Ito Memorial Research Foundation, Tokyo, Japan. We also thank the Livestock Improvement Association of Miyazaki Prefecture, and Miyazaki Prefectural Meat Inspection Center of Miyakonojo-Devision, for providing frozen semen and the ovaries. 2) This work was supported in part by a grant from the Council of Agriculture, Executive Yuan [#81 Rural Restruction-12.1-AID-67(43)]. 3) The autrhors thank Dr. D. H. Min in Michigan State University and Prof. L. D. Muller in Pennsylvania State University for advice in writing of this manuscript. This study was supported in part by Kangwon National University. 4) This work was supported in part by a grant from the Korea Science and Enginering Foundation (KOSEF 951-0607-011-2) to YSK. 5) The authors would like to thank the National Science Council of the Republic of China for financial support of this experiment under Contract No. NSC 84-2321-B-021-010. 4.8. References Penulisan daftar pustaka bervariasi tergantung kepada format setiap jurnal. Untuk itu, kita harus mengacu kepada pedoman penulisan pada jurnal tersebut. Secara umum, penyusunan daftar pustaka terdiri atas dua jenis, yaitu dengan cara penomoran dan penyusunan secara alfabetis. Daftar pustaka yang digunakan diutamakan dari artikel-artikel yang telah dipublikasikan secara internasional. Daftar pustaka dari publikasi nasional dapat digunakan pada jumlah terbatas. Tesis dan disertasi dapat pula digunakan sebagai daftar pustaka. Kadang subuah artikel ditolak karena daftar pustaka hanya berasal dari hasil penelitian yang tidak dipublikasikan, seperti misalnya laporan penelitian, atau hanya berasal dari publikasi lokal. 4.9. Penulisan Tabel Dalam penerbitan jurnal internasional, tabel selalu ditulis dalam halaman terpisah dari teks, biasanya setelah daftar pustaka. Tabel diberi nomor urut mengikuti angka arab, dan setiap tabel diketik dalam halaman terpisah. Sebelum membuat tabel perhatikan dulu format yang ada pada contoh artikel terbaru. Umumnya garis horisontal sepanjang halaman yang diperbolehkan hanya tiga, yaitu pada bagian atas (judul kolom) dan satu pada penutup tabel. Garis vertikal sama sekali tidak diperbolehkan. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 116
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Judul tabel biasanya ditempatkan di atas tabel. Perhatian format penulisan judul tabel. Sistem penulisan satuan variabel yang ditabulasikan juga perlu diperhatikan dengan cermat. Syarat yang selalu ditekankan dalam pembuatan tabel adalah bahwa pembaca bisa memahami dan menginterpretasikan tabel itu sendiri tanpa harus membaca teks. Susunlah data pada tabel sesuai dengan urutan penyajian dan pembahasan dalam teks. Kelompokkan data sejenis dalam satu tabel. 4.10. Figure Legends atau Judul Gambar Biasanya judul gambar dilampirkan setelah tabel. Tuliskan judul gambar dalam halaman terpisah dari gambarnya. Jika ada beberapa gambar, bisa diberi nomor dan judulnya dan mengetiknya dalam satu halaman. Perhatikan format penulisan judul gambar pada artikel contoh. 4.11. Figure Gambar digunakan untuk menyajikan data yang sangat banyak. Setiap gambar dicetak pada halaman terpisah. Untuk tidak membingunkan, tuliskan nomor gambar dan nama penulis dibalik (halaman belakang) gambar tersebut. Selain itu, untuk gambar yang tidak langsung kelihatan mana bawah dan atas, harus ditunjukkan di margin gambar tersebut dengan pensil. Karena gambar tidak disertai dengan judulnya, jangan sampai salah memberikan nomor di belakang gambar atau salah mengurutnya dalam teks. 5. Pengiriman Artikel Setelah artikel selesai ditulis dengan baik, sekali lagi periksa kelengkapan dan kesesuaian dengan format. Yang penting diperhatikan adalah aturan bahasa yang digunakan apakah sudah sesuai, dan apakah ejaaannya benar. Jika perlu, sebelum kita mengirimkan naskah tersebut ke jurnal yang dituju, ada baiknya kita mintakan kolega kita di dalam dan di luar negeri untuk membacanya dan memberikan komentar. Pada sebagian besar jurnal internasional, penulis yang bukan “native speaker” biasanya disarankan agar naskahnya dikoreksi pemakaian bahasanya oleh “native speaker”. Hal ini untuk menghindari pemakaian bahasa asing yang tidak standar. Sering terjadi, artikel ditolak karena pemakaian bahasa asing yang tidak standar. Jika sudah siap, maka artikel diperbanyak sesuai dengan permintaan dan mengirimkannya ke Editor-in-Chief. Setelah artikel difotokopi, maka sekali lagi periksa kelengkapan halaman. Buatlah surat pengantar yang memohon redaktur untuk mempertimbangkan penerbitan atikel anda, lengkap beserta KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 117
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
alamat lengkap untuk keperluan surat-menyurat. Selain itu, sejumlah jurnal juga mensyaratkan adanya “surat pernyataan” dari semua peneliti yang isinya tentang persetujuan antar peneliti tentang isi artikel, keaslian hasil penelitian/tulisan, dan pernyataan lain yang dipersyaratkan. Artikel dikirim beserta kelengkapannya. Artikel dibungkus dalam amplop besar (artikel jangan dilipat) dan kuat. 6. Pengembalian Artikel oleh Editor-in-Chief Biasanya setelah artikel tersebut diterima oleh Editor-in-Chief, mereka akan mengirimkan surat pemberitahuan bahwa artikel tersebut telah sampai di meja redaksi (received) yang biasanya disertai nomor yang diberikan oleh editor ke artikel tersebut. Dalam beberapa bulan, artikel akan dikembalikan oleh Editor-in-Chief dengan dua kemungkinan. Yang pertama artikel ditolak sama sekali, atau diterima (accepted) yang umumnya dengan perbaikan. Artikel dapat diperbaiki sesuai dengan komentar reviewer jika kita setuju. Kita dapat tidak setuju dengan komentar reviewer dengan mengemukakan alasan ilmiahnya. 7. Perbaikan Artikel Artikel yang telah dikembalikan untuk diperbaiki biasanya disertai dengan lembaran komentar reviewer yang bisa bersifat umum dan spesifik. Selain itu juga Editor-in-Chief juga menambahkan beberapa catatan dan perbaikan pada artikel. Perbaiki artikel sesuai dengan saran dan komentar serta koreksian yang diberikan. Biasanya kita diminta untuk memberikan jawaban secara rinci baris demi baris apa. Disini kita dapat tidak setuju dengan saran para reviewer, dengan mengemukakan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Disini kita juga dapat menambahkan hal-hal yang kita anggap penting, meskipun tidak ada saran dari para reviewer. 8. Pengiriman Kembali Artikel Setelah semua diperbaiki, kita kirim kembali artikel tersebut beserta jawaban atau komentar kita terhadap saran para reviewer, yang biasanya disertai dengan artikel yang lama yang berisi koreksian. Perhatikan surat dari Editor in Chief berapa kopi kita harus mengirim. Jika tidak ada surat pemberitahuan yang meminta artikel diperbaiki kembali, maka kita tinggal menunggu galley proof. Pada saat revisi terakhir biasanya kita juga diminta untuk mengirimkan artikel elektronik dalam disket, sehingga proses setting lebih cepat. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 118
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
9. Pemeriksaan Galley Proof, Penyelesaian Administrasi dan Pemesanan Reprints Setelah artikel diterima, proses setting akan dilakukan. Artikel akan diketik sesuai dengan format cetak halaman jurnal tersebut. Walaupun page layout untuk tabel dan grafik mungkin belum seperti bentuk akhir pada saat dicetak. Hasil setting seperti inilah yang disebut galley proof. Jika proof sudah diterima, maka koreksilah dan kirim kembali. Biasanya galley proof harus dikirim dalam waktu 24-48 jam setelah diterima. Jadi proof sebaiknya dikirim lewat faks atau EMS (express mail service). Perbaikkan proof biasanya hanya diperkenankan yang berkaitan dengan kesalahan yang tidak fatal seperti salah ketik, atau perlu ditambahkan kata imbuhan. Tidak dibenarkan untuk mengubah pernyataan, mengganti kalimat dll. Oleh sebab itu, yakinkan tidak ada kesalahan yang prinsip pada draft artikel terakhir. Pada saat pengiriman galley proof, Editor-in-Chief juga mengirimkan formulir untuk pemesanan reprints dan faktur untuk pembayaran page charge. Page charge ini harus dibayarkan bersamaan dengan pengiriman kembali galley proof. Ada sebagian jurnal yang mensyaratkan bahwa pada saat pertama kali pengiriman artikel disertai dengan pengiriman “biaya koreksi”. Kita dapat tidak membayar “biaya koreksi” tersebut dengan membuat pernyataan tertulis bahwa “anda” tidak mempunyai dana untuk keperluan tersebut. Setelah artikel sampai pada tahap “galley proof dan ada permintaan biaya publikasi, penulis dapat mengajukan bebas biaya dengan melampirkan surat pernyataan dari lembaga tempat kerja penulis bahwa tidak ada dana untuk keperluan publikasi. Selesailah proses pembuatan artikel dan kita tinggal menunggu reprints yang dipesan. Reprints dapat kita kirimkan kepada kolega kita di dalam maupun di luar negeri. Daftar Pustaka 1. Animal Science and Technology. 1998. Japanese Society of Zootechnical Science, Japan. 2. Animal Science Journal. 1999.Instrictions to Authors. Japanese Society of Zootechnical Science, Japan. 3. Asian-Australasian Journal of Animal Science. 2003. Guide for authors. AAAP, Korea. 4. Japanese Poultry Science. 1995. Japan Poultry Science Association, Japan. 5. Journal of Nutritional Science and Vitaminology. 1998.Instrictions to authors. Center for Academic Publications, Japan. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 119
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
6. Haryanto, A. G., H. Ruslijanto, D. Mulyono. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Penebit Buku Kedokteran, Jakarta. 7. Lindsay, D. 1988. A Guide to Scientific Writing. (Penerjemah S. S. Achmadi). UI-Press, Jakarta. 8. Manalu, W. 1999. Penulisan artikel ilmiah pada jurnal ilmiah internasional. Makalah Pelatihan Penatar Penulisan Artikel Ilmiah di Perguruan Tinggi, DIKTI, Jakarta. 9. Nafiah, A. H. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang? Usaha Nasional, Surabaya. 10. Poltry Science. 1999. Poultry Science Association, U S A. 11. Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Penerbit ITB, Bandung. 12. Rifai, M. A. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. UGM Press, Yogyakarta. 13. Santoso, U. 1998. Penyusunan penulisan ilmiah populer. Pelatihan penulisan ilmiah populer bagi mahasiswa, Bengkulu.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011 120