III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman panjang, efisiensi pakan, fisika-kimia air dan perhitungan ekonomi. 3.1.1 Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup benih ikan gurami yang dipelihara selama 35 hari pada perlakuan pergantian air 75%, 100%, dan 125% masing-masing sebesar 86,57%, 91,64%, dan 95,43% (Gambar 1). Dari hasil analisis didapatkan, bahwa perlakuan pergantian air memberikan perbedaan yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurami (P<0,05). Pergantian air 75% berbeda nyata dengan pergantian air 125%, sedangkan pergantian air 100% tidak berbeda nyata terhadap kedua perlakuan tersebut. Derajat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan ganti air 125% per hari sebesar 95,43+1,82% dan terendah pada perlakuan ganti air 75 % per hari sebesar 86,57+2,65%.
Gambar 1. Kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari.
8
4.1.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot rata-rata benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 75%, 100%, dan 125% masing-masing sebesar 1,23 g, 1,42 g dan 1,72 g (Gambar 2). Bobot ikan terlihat berbeda mulai minggu ke-3 (hari ke-21) dan semakin nyata hingga minggu ke-5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pergantian air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian (P<0,05). Setelah diuji lanjut, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan laju pertumbuhan bobot harian yang nyata terhadap semua perlakuan. Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi terdapat pada perlakuan ganti air 125% yaitu sebesar 5,41+0,23% dan terendah pada perlakuan ganti air 75% yaitu sebesar 4,12+0,32% (Gambar 3).
Gambar 2. Pertumbuhan bobot harian (%) ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari.
9
Gambar 3. Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari. 4.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak Panjang rata-rata benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 75%, 100%, dan 125% masing-masing sebesar 3,94 cm, 4,03 cm, dan 4,23 cm (Gambar 4). Panjang ikan mulai terlihat berbeda mulai minggu ke-4 (H-28) dan semakin nyata hingga minggu ke-5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pergantian air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (P<0,05). Setelah diuji lanjut didapat hasil bahwa perlakuan pergantian air 75% tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pergantian air 100%, akan tetapi kedua perlakuan ini berbeda nyata terhadap perlakuan pergantian air 125% (Gambar 5). Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurami tertinggi terdapat pada perlakuan pergantian air 125% yaitu sebesar 2,19±0.10 cm, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan pergantian air 75% yaitu sebesar 1,85±0,05 cm.
10
Gambar 4. Panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari.
Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari.
4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang Nilai koefisien keragaman panjang benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 75%, 100%, dan 125% masingmasing sebesar 10,54%, 11,80%, dan 10,35% (Gambar 6). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai koefisien keragaman panjang (P>0,05) semua perlakuan.
11
Gambar 6. Koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari. 4.1.5 Efisiensi Pakan Efisiensi pakan benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 75%, 100% dan 125% masing-masing sebesar 27,77%, 32,6%, dan 41,55%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pakan (P<0,05). Setelah diuji lanjut diperoleh hasil bahwa perlakuan pergantian air 75% tidak berbeda nyata terhadap pergantian air 100%, akan tetapi kedua perlakuan ini berbeda nyata terhadap pergantian air 125%. Efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan pergantian air 125% yaitu sebesar 41,55% dan terendah pada pergantian air 75 % yaitu sebesar 27,77% (Gambar 7).
12
Gambar 7. Efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari. 3.1.6 Fisika-Kimia Air Nilai fisika-kimia air pada masing-masing perlakuan selama penelitian seperti tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Kualitas air pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/ℓ dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari. Parameter
satuan
Kualitas air media perlakuan pergantian air 75% Tandon 100% 125% 7,05-8,24 6,32-8,25 6,4-8,23 6,25-8,25 4,26-7,75 2,6-6,7 2,43-6,59 2,3-6,62
pH DO
unit mg/ℓ
NH3
mg/ℓ
0,004-0,052
0,02-0,061
0,021-0,057
0,018-0,082
NO2 Alkalinitas
mg/ℓ mg/ℓ
0,08-0,122 16-28
0,001-0,391 16-44
0,009-0,895 16-44
0,014-0,644 20-48
29-30
28-29
28-29
28-29
Suhu
o
C
Konsentrasi oksigen terlarut relatif tidak berbeda pada padat penebaran yang berbeda dan masih dapat ditolerir oleh ikan. Nilai pH, konsentrasi amoniak, dan konsentrasi nitrit masih berada pada kisaran optimum. Kandungan amoniak menunjukkan perbedaaan yang relatif tidak besar antar perlakuan. Secara umum, kualitas air media pemeliharaan ikan gurami selama penelitian ini masih dapat menunjang pertumbuhan benih ikan gurami.
13
3.1.7 Perhitungan Ekonomi Perhitungan ekonomi dari hasil pemeliharaan ikan gurami selama penelitian pada masing-masing perlakuan tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2.
Perhitungan ekonomi pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 20 ekor/l dan pergantian air sebanyak 75%, 100% dan 125% per hari selama 35 hari per unit perlakuan. Rata-rata ulangan
Keterangan
Total Modal (Rp) Produksi (ekor) Σ 3-4 cm (ekor) Σ 4-5 cm (ekor) Σ 5-6 cm (ekor) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp) Ket : Harga jual
75%
Produksi berdasarkan ukuran (%)
100%
Produksi berdasarkan ukuran (%)
125%
Produksi berdasarkan ukuran (%)
266.056 269.066 272.078 606 620 668 157 26 81 13 67 376 62 347 56 413 74 12 192 31 188 416.600 445.100 479.700 178.343 176.034 207.622 ikan ukuran 3-4 cm Rp600/ekor, 4-5 cm Rp700/ekor, 5-6
1 62 28
cm
Rp800/ekor
Tabel 2 menjelaskan keuntungan usaha tertinggi yang diperoleh pada perlakuan pergantian air 125% rata-rata sebesar Rp 207.622, perlakuan pergantian air 100% sebesar Rp 176.034 dan keuntungan terendah pada perlakuan pergantian air 75% yaitu sebesar Rp 150.544. Pendapatan meningkat sejalan dengan meningkatnya persentase pergantian air pemeliharaan benih ikan gurami. Nilai HPP pada perlakuan pergantian air 75%, 100% dan 125% masing-masing berturut-turut Rp439,04/ekor, Rp433,98/ekor dan Rp407,30/ekor. Nilai rasio R/C pada perlakuan pergantian air 75%, 100% dan 125% masing-masing berturut-turut 1,57, 1,65 dan 1,76. Berdasarkan 3 parameter ekonomi yaitu profit, HPP dan rasio penerimaan dn biaya (Rasio R/C), pergantian air 125% menghasilkan efisiensi usaha yang paling tinggi diantara perlakuan lainnya.
14
3.2 Pembahasan Tingkat kelangsungan hidup adalah parameter utama yang menunjukkan keberhasilan dalam pemeliharaan suatu organisme akuatik terutama dalam hal produksi. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa nilai kelangsungan hidup tertinggi didapat pada perlakuan pergantian air 125% (95,43%) dan terendah pada perlakuan pergantian air 75% (86,57%) (P<0,05). Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan dalam hal ini kualitas media pemeliharaan yang berbeda. Kandungan oksigen optimal bagi ikan gurami sekitar 5-6 ppm (BSN, 2000). Selain karena menurunnya kandungan oksigen akibat padat penebaran yang tinggi, kematian juga diduga karena ruang gerak yang semakin sempit, hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan pakan dan oksigen sehingga yang kecil akan kalah bersaing dengan yang besar. Kondisi ini juga berpengaruh pada ciri fisik ikan. Ikan yang stres ditandai dengan warna tubuh menjadi lebih gelap (hitam). Ikan yang kurang tahan terhadap kondisi ini akan mati. Umumnya ikan yang mati dalam penelitian ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran rata-rata pada populasinya, tubuh yang berlendir dan berwarna hitam. Kondisi media pemeliharaan yang buruk juga berpengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan panjang ikan dan laju pertumbuhan bobot ikan. Kondisi lingkungan yang buruk dapat menurunkan nafsu makan ikan. Nafsu makan ikan berhubungan dengan pakan yang dikonsumsi ikan untuk tumbuh. Pakan merupakan salah satu faktor luar yang utama dalam pertumbuhan ikan (Effendie, 1997). Hasil pertumbuhan panjang dan laju pertumbuhan bobot harian yang terbaik didapat pada perlakuan pergantian air 125%, dan hasil terendah pada perlakuan pergantian air 75%. Hal ini terjadi diduga karena menurunnya nafsu makan ikan akibat stres pengaruh kondisi kualitas air. Air yang kondisinya buruk dan terlihat keruh dapat mempengaruhi ikan dalam mengkonsumsi pakan. Maka dari itu pemberian pakan dalam penelitian ini dilakukan setelah pergantian air, yang diharapkan dapat meningkatkan lagi nafsu makan ikan. Selain itu juga, peningkatan biomassa akibat padat tebar yang tinggi juga mengakibatkan persaingan ikan dalam memperoleh makanan juga semakin besar. Menurunnya kondisi kesehatan ikan dapat menurunkan laju pemanfaatan makanan. Ikan yang
15
stres atau sakit cenderung tidak mau makan, yang akhirnya dapat menurunkan laju pertumbuhan bobot maupun panjang. Efisiensi pakan ikan gurami juga mengalami penurunan akibat pengaruh padat penebaran dan kualitas air. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air memberikan pengaruh nyata terhadap efisiensi pakan (P<0,05). Pada penelitian ini, perlakuan pergantian air yang banyak memiliki efisiensi pakan tertinggi yaitu sebesar 41,55% dan terendah pada pergantian air yang sedikit yaitu 27,77%. Diduga hal ini terjadi karena pengaruh nafsu makan ikan akibat kondisi kualitas air yang semakin baik karena pergantian air yang banyak. Banyaknya pakan yang dikonsumsi berpengaruh pada peningkatan laju pertumbuhan. Pada pergantian air yang sedikit, otomatis kondisi kualitas air relatif belum baik, akibatnya energi yang dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi cenderung digunakan untuk meminimalisir pengaruh dan bertahan dari stres, sehingga pakan yang dikonsumsi tidak dimanfaatkan optimal untuk pertumbuhan. Koefisien keragaman menunjukkan seberapa besar variasi ukuran panjang ikan selama pemeliharaan. Koefisien keragaman ikan sangat berpengaruh dalam penjualan produk ikan. Biasanya kondisi ikan yang terlihat seragam akan memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan ikan yang dijual dalam kondisi yang tidak seragam. Pada penelitian kali ini, berdasarkan analisis ragam perbedaan pergantian air dalam masa pemeliharaan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai koefisien keragaman ikan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi keseragaman ikan dalam memperoleh makanan, yang diduga walaupun kondisi kepadatan ikan tinggi namun ikan masih berpeluang sama dalam memperoleh makanan. Secara umum, nilai koefisien keragaman pada penelitian ini dapat dikatakan seragam karena masih berada dibawah 20%. Penurunan kualitas air juga terjadi seiring dengan semakin lama waktu pemeliharaan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya biomassa ikan dalam populasi yang menyebabkan metabolisme dan buangannya juga semakin besar. Hal ini sangat berpengaruh langsung pada kualitas air pemeliharaan. Tingginya konsumsi oksigen ikan berjalan seiring dengan semakin meningkatnya bobot dan biomassa ikan dalam suatu wadah pemeliharaan. Ketersediaan oksigen sangat dibutuhkan dalam proses respirasi, yaitu sebagai
16
oksidator bahan pakan yang masuk dalam proses metabolisme. Terhambatnya proses metabolisme ini akan berpengaruh pada efisiensi pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan. Kandungan oksigen yang didapat dalam penelitian kali ini cenderung menurun pada masing-masing perlakuan pergantian air. Kandungan oksigen pada pergantian air 125% lebih kecil daripada perlakuan lainnya yang diakibatkan biomassa yang lebih besar yaitu 1145,31g, pada pergantian air 100% dengan biomassa 874,56 g dan pergantian air 75% dengan biomassa 741,59 g. Kandungan oksigen pada masing-masing perlakuan pada akhir penelitian mencapai 2 mg/ℓ. Hal ini dikarenakan kepadatan yang tinggi dan peningkatan biomassa. Parameter kualitas air yang sangat toksik bagi ikan adalah amoniak (NH3). Padat penebaran yang tinggi secara tidak langsung mempengaruhi laju oksidasi amoniak dan nitrit yang berkaitan dengan makin meningkatnya buangan metabolit dan sisa pakan dalam sistem budidaya (Sidik, 2002). Padat penebaran yang tinggi dan kandungan oksigen yang rendah akan menghasilkan konsentrasi amoniak yang tinggi, apalagi hanya dengan pergantian air yang sedikit. Kandungan amoniak ini akan terakumulasi dalam media pemeliharaan. Kandungan amoniak yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 0,018-0,082 mg/ℓ. Kondisi ini masih berada pada batas optimum dalam pemeliharaan ikan gurami. Kadar amoniak sebaiknya kurang dari 0,1 mg/ℓ (Boyd, 1990). Selanjutnya dinyatakan, meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami
stres
dan
ikan
mudah
terkena
penyakit,
serta
terganggu
pertumbuhannya. Suhu adalah faktor lingkungan yang sangat penting dalam menunjang metabolisme organisme akuatik. Suhu ini juga berpengaruh kepada nafsu makan ikan. Suhu pada masa pemeliharaan berkisar antara 28-300C. Ikan gurami masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu tersebut. Peningkatan suhu dapat berpengaruh pada peningkatan metabolisme ikan, yaitu dapat meningkatkan laju konsumsi oksigen dan laju daya toksik hasil buangan metabolisme yang akhirnya akan berubah menjadi racun bagi ikan. Pengaturan kondisi suhu media pemeliharaan sangat penting dilakukan. Ikan gurami pada tahap benih dapat tumbuh baik pada suhu 25-30oC (BSN, 2000).
17
Nilai derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan berada pada kisaran 6,258,25. Nilai pH yang sangat tinggi akan memperlambat pertumbuhan, begitu juga dengan pH yang terlalu rendah. Nilai pH perairan yang layak untuk mendukung pertumbuhan ikan yaitu antara 6,5-9 (Boyd, 1982). Nilai alkalinitas dalam pemeliharaan berkisar antara 16-44 mg/ℓ. Ikan dapat hidup pada kadar alkalinitas antara 5-100 mg/ℓ (Boyd, 1990). Peningkatan alkalinitas di perairan akan menurunkan kandungan karbondioksida (Boyd, 1982). Karbondioksida itu juga dapat dikurangi dengan meningkatkan kandungan oksigen seperti penambahan aerasi (Goddard, 1996).
Effendi (2003) menyatakan, bahwa kandungan CO2
bebas yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya < 5 mg/ℓ dan masih dapat ditoleransi oleh ikan pada kadar bebas 10 mg/ℓ. Nilai pH juga mempengaruhi nilai alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas. Alkalinitas di perairan alami sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat yang dibentuk oleh karbonat dan hidroksida (Anonim, 2008). Perairan yang mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas buffer lebih stabil (Boyd, 1990). Dalam pemeliharaan didapat ukuran ikan yang beragam sekitar 3,5-5,5cm. Harga benih ikan ukuran berdasarkan ukuran di pasaran terbagi ke dalam 3 kelompok harga yaitu Rp600 (ukuran 3-4 cm), Rp 700 (ukuran 4-5 cm), Rp 800 (ukuran 5-6 cm). Peningkatan persentase pergantian air pada perlakuan menghasilkan kelangsungan hidup dimana perlakuan pergantian air 125% per hari menghasilkan ikan dengan ukuran 4-5 cm dan 5-6 cm dengan jumlah tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga memberikan kontribusi penerimaan yang tertinggi pula. Keuntungan merupakan refleksi harga pokok produksi (HPP) yang semakin rendah yaitu pada perlakuan 125% pergantan air karena penerimaan (pendapatan) meningkat, sedangkan biaya yang dikeluarkan relatif tetap. Pergantian air memberikan rasio penerimaan dan biaya (rasio R/C) yang semakin tinggi seiring dengan semakin banyaknya kuantitas pergantian air.
18