III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Panjang Baku Gambar 1. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyortiran pada bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku untuk seluruh kasus dan juga kumulatif. Nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam mengalami penurunan setelah sortasi. Setelah dilakukan pemeliharaan kembali, pada bulan kedua dan ketiga nilai rata-rata, dan keragaman mengalami peningkatan hal ini juga terjadi di setiap kasus dan juga kumulatif. Namun pada kontrol tidak terjadi peningkatan rata-rata panjang baku maupun penurunan standar deviasi dan ragam pada bulan pertama. Rata-rata menunjukkan ukuran pemusatan dari sekumpulan data (Petrie & Watson, 2006). Rata-rata panjang baku benih ikan nila pada setiap kasus dan kumulatif di bulan pertama setelah penyortiran dengan sebelum penyortiran mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh sortasi yang telah dilakukan pada benih ikan nila. Berbeda dengan kontrol, peningkatan tidak terjadi karena pada kontrol tidak dilakukan sortasi sehingga nilai rata-rata panjang baku tetap. Pemeliharaan kembali dilakukan setelah sortasi yang telah dilakukan pada bulan pertama. Hasil rata-rata panjang baku pada bulan berikutnya yaitu bulan kedua dan ketiga terus mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena benih ikan terus mengalami pertumbuhan. Berlawanan dengan nilai rata-rata, nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam pada seluruh kasus dan kumulatif mengalami penurunan setelah penyortiran. Menurut Howell (2008), variabilitas merupakan tingkat penyebaran dari setiap individu data tersebar di sekitar rataan atau nilai tengah. Keragaman atau variabilitas untuk mengukurnya biasa digunakan kisaran, kisaran interkuartil, variasi, dan standar deviasi (Petrie & Watson, 2006). Standar deviasi adalah akar kuadrat dari variasi. Standar deviasi bisa dianggap sebagai pembagi dari simpangan pengamatan dari perhitungan rataan. Terkadang standar deviasi dinyatakan sebagai persentase dari rataan; yang disebut koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran kuantitas yang jarang digunakan untuk membandingkan jumlah relatif dengan variasi (Petrie & Watson, 2006). Penurunan pada keragaman mengindikasikan bahwa setelah dilakukan penyortiran nilai keragaman panjang baku benih ikan menyebar tidak terlalu jauh dari rataan atau memiliki tingkat keragaman rendah dan cenderung seragam.
6
Ragam merupakan ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan) (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Pada kontrol yang tidak dilakukan penyortiran nilai keragamannya tetap atau tidak mengalami penurunan. Benih ikan nila yang dipelihara kembali setelah penyortiran mengalami peningkatan nilai standar deviasi dan ragam di bulan kedua dan ketiga. Peningkatan disebabkan oleh adanya pertumbuhan pada setiap individu ikan sehingga dalam populasi tersebut panjang baku menjadi semakin beragam setiap bulannya sampai akhir pemeliharaan. Menurut Petrie & Watson (2006), penyimpangan akan besar apabila nilai pengamatan jauh dari rataan, dan akan bernilai kecil apabila pengamatan dekat dengan rataan. Serupa dengan kondisi seluruh kasus dan kumulatif, pada kontrol nilai keragaman pun meningkat namun nilai nya relatif lebih besar dibandingkan seluruh kasus dan kumulatif. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan dari kegiatan penyortiran dalam hal menyeragamkan
ukuran.
Sehingga
kendala
benih
seperti
kurangnya
ketersediaan benih, kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan waktu, ketepatan ukuran, serta pasokan benih yang belum berkesinambungan dapat diatasi. Penyortiran dilakukan dengan tujuan menyeragamkan ukuran serta dapat meningkatkan petumbuhan seperti yang disebutkan Ahvenharju dan Ruohonen (2007) dalam Blonk et al. (2010) bahwa untuk mengurangi interaksi sosial pada populasi ikan dan meningkatkan pertumbuhan pada kegiatan pembesaran, banyak jenis ikan dikelompokkan pada ukuran tertentu dan dipisahkan pada wadah yang berbeda. Berikut disajikan grafik hasil keragaman panjang baku benih ikan nila pada Gambar 1. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1-5.
7
Panjang Baku (cm)
Rata-rata 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
Panjang Baku (cm)
Standar Deviasi 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Panjang baku
Ragam 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 sebelum sortasi (bulan ke-1) KONTROL
sesudah sortasi bulan ke-2 (bulan ke-1) Umur Benih Ikan KASUS-1 KASUS-2 KASUS-3
bulan ke-3 KUMULATIF
Gambar 1. Grafik nilai keragaman panjang baku benih ikan nila dengan penyortiran satu kali selama 3 bulan pemeliharaan.
8
3.2 Bobot Bobot hanya diukur pada akhir pemeliharaan saja yaitu pada bulan ketiga. Nilai keragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 2. sedangkan data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 1. Pada Gambar 2. dapat terlihat bahwa nilai keragaman seperti standar deviasi dan ragam pada setiap kasus dan kumulatif relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Tetapi hanya rata-rata bobot kasus-1
Bobot (g)
yang relatif lebih besar dibandingkan kontrol.
60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
rata-rata standar deviasi ragam
Gambar 2. Grafik nilai keragaman bobot benih ikan nila dengan penyortiran satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan. Bobot benih ikan nila diukur pada akhir pemeliharaan. Pada Gambar 2. terlihat bahwa bobot rata-rata pada kasus-1 relatif lebih besar dibandingkan kontrol namun pada kasus-2 dan -3 serta kumulatif bobotnya relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh adanya perbedaan kepadatan, kondisi lingkungan yang berbeda ataupun faktor dari dalam individu ikan tersebut seperti faktor genetik. Serupa dengan yang disebutkan oleh Hepher & Pruginin (1981) bahwa pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa factor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat tebar Nilai keragaman seluruh kasus dan kumulatif relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Artinya, pada kontrol bobot benih ikannya lebih beragam dibandingkan dengan seluruh kasus dan kumulatif.
9
3.3 Nisbah Kelamin Pengamatan nisbah kelamin juga dilakukan pada bulan ketiga atau akhir pemeliharaan. Nisbah kelamin benih ikan nila pada setiap kasus dan kontrol serta kumulatif ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan nisbah kelamin benih ikan nila dengan penyortiran satu kali di bulan ke-3 akhir pemeliharaan Kasus-1 Kasus-2
rata-rata (g) 18.52
Keragaman Bobot Standar Deviasi 7.07
Ragam 50.04
Nisbah Kelamin (♂ : ♀) 90.38 : 9.62
Jumlah Ikan (ekor) 208
8.52
2.99
8.91
66.13 : 33.87
372
Kasus-3
9.92
5.56
30.92
69.37 : 30.63
382
Kontrol
15.00
7.48
55.95
100 : 0
249
Kumulatif
11.32
6.86
47.12
72.69 : 27.31
963
Tabel 1. menunjukkan bahwa nisbah kelamin pada seluruh kasus dan kontrol didominasi oleh benih nila berkelamin jantan. Namun nisbah kelamin jantan pada setiap kasus relatif lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut terjadi karena pada kasus-2 dan kasus-3 induk jantan yang digunakan bukan berasal dari strain nila GESIT. Ikan nila GESIT merupakan nila hasil pengembangan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi pada tahun 2005. Induk ikan nila GESIT mempunyai kromosom YY sehingga apabila ikan nila jantan ini dikawinkan dengan betina dengan kromosom XX, maka akan menghasilkan keturunan dimana jenis kelaminnya jantan semua (Yuniarti et al., 2007). Berdasarkan Tabel 1. Nilai bobot rata-rata pada kontrol yang memiliki nisbah kelamin jantan 100% relatif lebih rendah dibandingkan dengan bobot ratarata kasus-1 yang nisbah kelamin jantannya 90.38%. Selain itu nilai keragaman pada kontrol relatif lebih besar dibandingkan dengan kasus-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan nisbah kelamin tersebut tidak berpengaruh terhadap keragaman maupun bobot rata-rata benih. Perbedaan pertumbuhan pada ikan nila jantan dan betina disebabkan oleh betina yang lebih cepat maturasi dini sehingga energi yang digunakan untuk pematangan gonad. Namun, pada
stadia
benih,
energi
hanya
digunakan
untuk
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup sehingga nisbah kelamin pada benih tidak berpengaruh pada keragaman bobot dan penyortiran di percobaan ini.
10