III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Kualitas Warna Perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10, 20 dan 40 hari yaitu sebanyak 11, 21 dan 27 ekor. Ikan yang tidak mengalami perubahan warna hamper terdapat pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu sebanyak 21, 8, 14 dan 2 ekor. Perubahan warna menjadi kuning-jingga terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 dan 20 hari yaitu sebanyak 13 dan 1 ekor. Perubahan warna ikan menjadi pudar terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 dan 10 hari yaitu sebanyak 2 dan 1 ekor. Tabel 3. Jumlah ikan maskoki Carassius auratus berdasarkan kriteria warna pada setiap perlakuan Kriteria warna
Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari) 0
10
20
40
Pudar
2
1
0
0
Kuning-Jingga
13
0
1
0
Jingga
21
8
14
2
Jingga-Merah
0
11
21
27
Perubahan warna ikan maskoki yang terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari yaitu warna jingga-merah sebesar 93,10% dan yang tidak berubah warna yaitu jingga 6,90%. Perubahan warna yang terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari yaitu jingga-merah sebesar 58,33% dan kuning-jingga 2,78% serta yang tidak berubah warna yaitu jingga 38,89%. Perubahan warna yang terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari yaitu jingga-merah sebesar 55% dan pudar 5% serta yang tidak berubah warna yaitu jingga 40%. Perubahan warna yang terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari yaitu kuning-jingga sebesar 36,11% dan pudar 5,56% serta yang tidak berubah warna yaitu jingga sebesar 58,33%.
100,00
93,10
Nilai Warna (%)
90,00 80,00 70,00
58,33
60,00 50,00
40
36,11
40,00
58,33
55
38,89
30,00 20,00 10,00
5,56
0
5
0
6,90
0 2,78
0
0
0,00 0
Pudar
10
20
40
Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari) Kuning - Jingga Jingga Jingga - Merah
Gambar 2. Persentase nilai warna ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan
a
b
c
d
Gambar 3. Foto ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid: a) 0 hari, b) 10 hari, c) 20 hari dan d) 40 hari 3.1.2. Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan maskoki pada akhir pemeliharaan masing-
masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu
11
sebesar 80,56%, 100%, 55,56% dan 100% (Gambar 4). Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 20 dan 0 hari yaitu sama-sama sebesar 100%, sedangkan yang terendah pada perlakuan
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
lama pemberian pakan berkarotenoid 10 sebesar 55,56%. 120 100 80 60 40 20 0 0
4
8
12
0
16 20 24 Hari ke10 20
28
32
36
40
40
Keterangan: 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 4. Grafik tingkat kelangsungan hidup ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan 3.1.3. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan bobot rata-rata ikan maskoki sampai akhir masa pemeliharaan pada masing-masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan
Bobot Rata-rata (gram)
0 hari yaitu 14,6±3,1, 12,8±2,3, 13,3±4,1 dan 13,7±3,3 gram (Gambar 5). 15 13 11 9 7 5 3 0
10 0
20 Hari ke10 20
30
40
40
Keterangan: 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 5. Grafik pertumbuhan bobot rata-rata ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan
12
Laju pertumbuhan bobot harian ikan maskoki pada akhir masa pemeliharaan masing-masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu 2,8±0,11%, 2,8±0,09%, 2,7±0,51% dan 2,7±0,04% (Gambar 6). Dari hasil analisis ragam didapat bahwa laju pertumbuhan bobot harian tidak berbeda
Laju Pertumbuhan Harian (%)
nyata untuk setiap perlakuan (p>0,05). 3,5 3,0
2,7
2,7
2,8
2,8
a
a
a
a
2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 0 10 20 40 Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari)
Gambar 6. Laju pertumbuhan bobot harian ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan 3.1.4. Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang rata-rata ikan maskoki pada akhir masa pemeliharaan masing-masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0
Panjang Rata-rata (cm)
hari yaitu 4,39±0,43, 4,32±0,40, 4,39±0,40 dan 4,31±0,45 cm (Gambar 7). 4,5 4,25 4 3,75 3,5 3,25 3 0
10 0
10
20 Hari ke20
30
40
40
Keterangan: 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 7. Grafik pertumbuhan panjang rata-rata ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan Pertumbuhan panjang mutlak pada akhir masa pemeliharaan masing-masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu
13
1,15±0,15, 1,18±0,13, 1,16±0,10 dan 1,02±0,13 cm. Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p>0,05) (Gambar 8).
Pertumubuhan Panjang Mutlak (cm)
1,4 1,2
1,16
1,18
1,15
a
a
a
1,02
1 0,8 0,6
a
0,4 0,2 0
0 10 20 40 Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari)
Gambar 8. Pertumbuhan panjang mutlak ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan 3.1.5. Koefisiensi Keragaman Panjang Koefisiensi keragaman panjang ikan maskoki pada akhir masa pemeliharaan masing-masing perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu 9,55±0,43%, 9,31±0,40%, 9,09±0,40% dan 10,47±0,45% (Gambar 9). Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa koefisiensi keragaman panjang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p>0,05).
Koefisien Keragaman (%)
12
10,47 9,09
10
9,31
9,55
a
a
8 6 4
a
a
2 0 0
Gambar 9.
10 20 40 Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari)
Koefisiensi keragaman panjang ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan
3.1.6. Fisika-Kimia Air Nilai suhu cenderung stabil pada suhu rata-rata 30ºC. Nilai oksigen terlarut pada awal pengukuran yaitu 7,17 mg/liter. Nilai oksigen terlarut cenderung 14
menurun hingga akhir penelitian pada tandon, akuarium perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu 5,25, 4,83, 4,71, 4,93 dan 5,06
Oksigen Terlarut (mg/liter)
mg/liter (Gambar 10). 8 7 6 5 4 0 T
10 0
20 Hari ke10
30 20
40 40
Keterangan: T = Tandon, 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 10. Grafik nilai oksigen terlarut pada tandon dan wadah pemeliharaan ikan maskoki Carassius auratus setiap perlakuan Nilai pH pada awal pengukuran yaitu 7,21. Nilai pH cenderung menurun hingga akhir penelitian pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40, 20, 10 dan 0 hari yaitu 6,16, 5,29, 5,25 dan 5,57. Nilai pH pada tandon cenderung stabil hingga akhir penelitian yaitu 7,40 (Gambar 11). 10 8 pH
6 4 2 0 0 T
10 0
20 Hari ke10
30 20
40 40
Keterangan: T = Tandon, 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 11. Grafik nilai pH pada tandon dan wadah pemeliharaan ikan maskoki Carassius auratus setiap perlakuan
15
Nilai total amonia-nitrogen pada awal pengukuran yaitu 0,403 mg/liter. Nilai total amonia-nitrogen cenderung meningkat hingga akhir penelitian pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu 0,834, 0,681, 0,797 dan 0,712 mg/liter (Gambar 12)..
TAN (mg/liter)
1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000 0 T
10 0
20 Hari ke10
30 20
40 40
Keterangan: T = Tandon, 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 12. Grafik nilai total amonia-nitrogen pada tandon dan wadah pemeliharaan ikan maskoki Carassius auratus setiap perlakuan Nilai alkalinitas pada awal pengukuran yaitu 16 mg/liter CaCO3. Nilai alkalinitas berfluktuasi namun cenderung meningkat hingga akhir penelitian pada tandon, akuarium perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu 36, 24, 28, 20 dan 32 mg/liter CaCO3 (Gambar 13).
Alkalinitas (mg/liter)
50 40 30 20 10 0 0
T
10
0
20 Hari ke10
30
20
40
40
Keterangan: T = Tandon, 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 13. Grafik nilai alkalinitas pada tandon dan wadah pemeliharaan ikan maskoki Carassius auratus setiap perlakuan
16
Nilai kesadahan pada awal pengukuran yaitu 76,236 mg/liter. Nilai kesadahan berfluktuasi hingga akhir penelitian pada air tandon, akuarium perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu 53,814, 89,690, 116,596, 107,62 dan 94,1748 (Gambar 14).
Kesadahan (mg/liter)
140 120 100 80 60 40 0 T
10 0
20 Hari ke10
30 20
40 40
Keterangan: T = Tandon, 0 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari, 10 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari, 20 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari, 40 = Lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari
Gambar 14. Grafik nilai kesadahan pada tandon dan wadah pemeliharaan ikan maskoki Carassius auratus setiap perlakuan 3.1.7. Keuntungan Usaha Ikan maskoki dijual dengan menggunakan asumsi kualitas ikan adalah seragam yaitu dengan kualitas baik. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi harga adalah warna ikan maskoki. Keuntungan usaha yang diperoleh dari pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Perhitungan keuntungan usaha ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan Keterangan
Lama pemberian pakan berkarotenoid (hari) 0 10 20 40 50.226,08 50.923,28 55.804,88 61.153,16
A. Biaya Total (Rp) B. Penjualan Ikan warna pudar (Rp) 6000 3000 0 0 Ikan warna kuning-jingga (Rp) 45500 0 3500 0 Ikan warna jingga (Rp) 84.000 28.000 56.000 8.000 Ikan warna jingga-merah (Rp) 0 55.000 105.000 135.000 Total penjualan (Rp) 135.500 90.000 164.500 143.000 C. Keuntungan (Rp) 85.273,92 39.076,72 108.695,12 81.846,84 D. R/c ratio 2,70 1,77 2,95 2,34 Keterangan : Harga ikan warna pudar Rp 3000/ekor, kuning-jingga Rp 3500/ekor, jingga Rp 4000/ekor dan jingga-merah Rp5000/ekor
17
3.2 Pembahasan Ikan maskoki yang diberi pakan berkarotenoid dengan lama pemberian yang berbeda mengalami perubahan warna dari jingga menjadi jingga-merah, kuningjingga dan bahkan pudar. Persentase nilai warna berbeda setiap perlakuan (Gambar 2). Perubahan warna dari jingga menjadi jingga merah terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10, 20 dan 40 hari yaitu dengan persentase nilai warna sebesar 55%, 58,33% dan 93,10%. Perubahan warna ini terjadi karena ikan maskoki mendapat mendapat pasokan zat pencerah warna berupa karotenoid dari pakan
ikan komersil yang mengandung spirulina sehingga dapat membantu
pigmentasi warna. Dengan demikian dapat dikatakan ikan maskoki yang diberi pakan berkarotenoid mengalami perubahan warna dari jingga menjadi jingga-merah dengan kecenderungan semakin banyak pakan diberikan semakin besar jumlah ikan berwarna jingga merah. Simpson (1981) dalam Wallat et al. (2005) menyatakan bahwa warna kuning, jingga dan merah pada kulit dan daging ikan dihasilkan dari pigmen yang diklasifikasikan sebagai karotenoid. Menurut Hata dan Hata (1972) pewarnaan merah yang diberikan pada ikan maskoki dan ikan mas adalah dari astaxanthin, suatu karotenoid yang mudah dimetabolisme dari zeaxanthin. Simpson (1981) dalam Wallat (2005) menyatakan bahwa pigmen merah atau karotenoid utama pada kulit ikan maskoki teridenfikasi sebagai astaxanthin. Pigmentasi kulit ikan maskoki yang telah dilakukan yaitu dengan melengkapi pakan dengan karotenoid sintetis atau yang telah diekstrak, seperti zeaxanthin, lutein atau astaxanthin (Hata dan Hata., 1971). Hirao et al. (1963) dalam Wallat et al. (2005) menyatakan bahwa ikan maskoki yang diberi pakan yang kaya akan lutein dan carotene secara efisien dirubah menjadi astaxanthin dan dapat meningkatkan total jumlah karotenoid per individu ikan secara signifikan. Menurut Gupta et al. (2007) menyatakan ikan membutuhkan berbagai jenis karotenoid. Namun yang paling dominan bergantung pada spesies itu sendiri. Karotenoid yang biasa terdapat pada ikan dengan warna yang terbentuk antara lain tunaxanthin (kuning), lutein (kuning kehijau-hijauan), beta-carotene (orange), alpha, beta doradexanthins (kuning), zeaxanthin (kuning-jingga), canthaxanthin (jingga-merah), astaxathin (merah), eichinenone (merah) taraxanthin (kuning).
18
Berdasarkan ini, karotenoid yang paling dominan adalah astaxanthin dimana biasa terdapat pada ikan yang berwarna merah. Lama pemberian pakan berkarotenoid mempengaruhi jumlah persentase perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah. Semakin lama pemberian pakan berkarotenoid maka semakin besar persentase perubahan warna menjadi jingga-merah. Pigmentasi warna jingga menjadi merah pada kulit ikan maskoki jenis oranda adalah yang diinginkan karena merupakan faktor jual yang esensial untuk para pembudidaya dan hobiis (Wallat et al., 2005). Hasil penelitian Fitriyati (2003) menyatakan bahwa penambahan spirulina ke dalam pakan dapat mencerahkan warna ikan koi jenis kohaku secara signifikan. Perubahan warna dari jingga menjadi kuning-jingga dan bahkan pudar terjadi pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari dengan persentase nilai warna kuning-jingga sebesar 36,11% dan pudar 5,56%. Perubahan warna ini terjadi karena ikan hanya diberi pakan biasa sehingga tidak mendapat pasokan zat pencerah warna berupa karotenoid. Perubahan warna menjadi pudar juga terjadi pada pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari. Perubahan warna ini terjadi pada masa periode pemberian pakan biasa. Tingkat kelangsungan hidup ikan maskoki yang diberi pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu sebesar 100%, 55,56%, 100% dan 80,56%. Kematian terjadi pada hari ke-24 masa pemeliharaan. Kematian dikarenakan faktor eksternal yaitu
kurangnya
biosecurity
yang
diterapkan
selama
penelitian
(wadah
pemeliharaan yang digunakan tidak dilengakapi dengan penutup) sehingga menyebabkan ikan dimangsa oleh kucing. Dengan demikian dapat dipastikan kematian bukan disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan maskoki terus meningkat setiap waktunya (Gambar 5). Bobot rata-rata ikan maskoki pada akhir pemeliharaan berkisar antara 12,8±2,3 sampai 14,6±3,1 gram. Pertumbuhan bobot ikan maskoki setiap harinya dinyatakan dalam laju pertumnbuhan bobot harian. Laju pertumbuhan bobot harian ikan maskoki pada akhir pemeliharaan berkisar antara 2,7±0,04% sampai 2,8±0,11% (Gambar 6). Perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p>0,05). Pertumbuhan panjang rata-rata ikan maskoki terus meningkat setiap
19
waktunya (Gambar 8). Peningkatan pertumbuhan panjang rata-rata terjadi pada panjang rata-rata ikan maskoki pada akhir pemeliharaan berkisar antara 4,31±0,45 sampai 4,39±0,43 cm. Pertumbuhan panjang mutlak ikan maskoki pada akhir pemeliharaan berkisar antara 1,02±0,13 sampai 1,18±0,13 cm (Gambar 9). Perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan maskoki (p>0,05). Pertumbuhan ikan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian pakan berkarotennoid sebanyak 20 hari. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang mutlak yang mencapai angkat tertinggi yaitu 2,8±0,09% dan 1,18±0,13cm. Nilai koefisiensi keragaman panjang menunjukkan variasi ukuran panjang ikan maskoki pada akhir pemeliharaan yang berkisar antara 9,09±0,40% sampai 10,47±0,45%. Perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap koefisiensi keragaman panjang ikan maskoki pada akhir pemeliharaan (p>0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panjang ikan adalah seragam. Perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan ikan maskoki yaitu laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak dan koefisiensi keragaman panjang (p>0,05). Hal ini sesuai dengan pernyataan Gouveia et al. (2003) dalam Wang et al. (2006) bahwa pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan koi dan maskoki menunjukkan hasil yang tidak berbeda dimana pakan ditambahkan dengan Chlorella vulgaris, Haematococcus pluvialis dan cianobakteria Arthrospira maxima (Spirulina). Dalam penelitian Fitriyati (2003) pertumbuhan panjang dan bobot ikan koi tidak memberikan pengaruh nyata ketika diberikan pakan yang mengandung Spirulina platensis dengan persentase 0%, 1%, 3% dan 5%. Parameter fisika-kimia air merupakan salah satu indikator yang diamati dalam penelitian ini. Suhu air pada tandon dan wadah pemeliharaan setiap perlakuan relatif stabil pada suhu 30°C. Hal ini dikarenakan air dilengkapi dengan termostat sebagai pengatur suhu. Suhu air sangat mempengaruhi metabolsime tubuh ikan yang nantinya akan berdampak pada nafsu makan ikan. Meningkatnya suhu air akan mempengaruhi meningkatnya metabolisme tubuh ikan sehingga nafsu makan ikan menjadi meningkat, demikian pula sebaliknya. Menurut Kafuku dan Ikenoue
20
(1983) ikan maskoki memiliki kisaran hidup yang luas. Ikan ini mampu hidup pada kisaran suhu 0-30°C. Oleh karena itu suhu pada akuarium pemeliharaan diatur pada suhu optimal yaitu suhu 30°C agar nafsu makan ikan tinggi. Nilai kisaran oksigen pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari berkisar antara 5,06-7,17, 4,93-7,17, 4,71-7,17 dan 4,83-7,17 mg/liter. Nilai oksigen terlarut terus menurun sampai nilai terkecil yaitu pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 20 hari sebesar 4,71 mg/liter pada akhir pemeliharaan. Namun nilai ini masih dalam kisaran yang baik. Menurut Boyd (1979), nilai oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan adalah >3 mg/l. Menurunnya nilai oksigen terlarut pemeliharaan dikarenakan meningkatnya konsumsi oksigen seiring meningkatnya pertumbuhan bobot ikan. Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu berkisar antara 5,577,28, 5,25-7,65, 5,29-7,36 dan 6,07- 7,23. Nilai pH pada awal pengukuran sebesar 7,21. Dengan demikian dapat dilihat bahwa nilai pH selama pemeliharaan cenderung naik dan turun. Penurunan nilai pH paling rendah pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari yaitu sebesar 5,25. Akan tetapi nilai ini masih dapat ditoleransi ikan maskoki. Walaupun Swingle dalam Boyd (1990) menyatakan kisaran pH 5-6 dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lambat. Menurunnya nilai pH air dikarenakan meningkatnya jumlah karbon dioksidadalam air akibat proses respirasi ikan. Karbon dioksida dalam air akan menunjukkan reaksi kimia sebagai berikut (Zonneveld, 1991): CO2+ + H2O
H2CO3- + H+
CO3- + H+
Amonia yang terukur diperairan adalah berupa amonia total (NH3 atau amonia dan NH4+ atau amonium) (Effendi, 2003). Nilai total amonia-nitrogen pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari berkisar antara 0,403-0,834, 0,403-0,681, 0,403-0,797 dan 0,4030,712 mg/liter. Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik erhadap organism akuatik (Effendi, 2003). Jika dihitung kisaran nilai amonia berdasarkan persentase kadar amonia yang dipengaruhi pH pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari maka didapat hasil yaitu
21
0,0002-0,0050, 0,0001-0,0167, 0,0001-0,0060 dan 0,0008-0,0049 mg/liter. Nilai omonia ini cenderung rendah dan masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi ikan maskoki untuk dapat hidup dan tumbuh. Menurut Sawyer dan McCarty (1978) dalam Effendi (2003) amonia bebas bersifat toksik jika lebih dari 0,2 mg/l. Kisaran nilai alkalinitas pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu berkisar antara16–24, 12–28, 16–20 dan 12–32 mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas pada awal pengukuran sebesar 16 mg/l CaCO3. Dengan demikian dapat dilihat bahwa nilai alkalinitas selama masa pemeliharaan cenderung naik dan turun. Nilai alkanilitas dipengaruhi oleh pH. Menurut Boyd (1990), perairan yang mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Kesadahan air pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari berkisar antara76,236-107,628, 76,236116,596, 53,814-107,628 dan 67,267-94,174 mg/liter. Nilai kesadahan pada awal pengukuran sebesar 76,236 mg/liter. Dengan demikian dapat dilihat bahwa nilai kesadahan air selama masa pemeliharaan berfluktuasi yaitu naik dan turun. Namun nilai ini masih dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan. Menurut Boyd (1982) kesadahan yang baik untuk perikanan adalah lebih besar dari 20 mg/l CaCO3 dan Stickey (1979) memberikan kisaran antara 20-150 mg/l CaCO3, sedangkan Wedermeyer (1996) menyatakan bahwa untuk keperluan budidaya intensif sebaiknya kesadahan ada pada kisaran 50-200 mg/l CaCO3. Kualitas air secara keseluruhan dinilai baik dan layak untuk pemeliharaan ikan maskoki sehingga tidak akan memicu stress pada ikan. Stress pada ikan maskoki atau ikan hias pada umumnya akan berdampak negatif pada warna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi warna ikan maskoki pada penelitian ini adalah dari pakan yang diberikan. Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan usaha yang diperoleh dari 1 siklus pemeliharaan (Tabel 4) dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari sebesar Rp85.273,92, Rp39.076,72, Rp108.695,12dan Rp81.846,84. Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid selama 20 hari
22
sebesar Rp108.695,12, sedangkan keuntungan terendah pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid selama 10 hari sebesar Rp39.076,72. Namun karena kematian ikan yang terjadi tidak dikarenakan perlakuan yang diberikan maka dibuat simulasi perhitungan keuntungan usaha jika SR ikan adalah 100% dengan asumsi persentase warna ikan adalah sama dengan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan kalaupun ikan tidak mati maka persentase warna akan tidak jauh berbeda atau bahkan sama dengan hasil penelitian. Simulasi perhitungan keuntungan usaha tersebut dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 5. Simulasi perhitungan keuntungan usaha ikan maskoki Carassius auratus pada setiap perlakuan jika kelangsungan hidup 100% Keterangan
Lama pemberian pakan berkarotenod (hari) 0 10 20 40 50.226,08 53.436,56 55.804,88 62.914,28
A. Biaya total (Rp) B. Penjualan Ikan warna pudar (Rp) 6.000 6.000 0 0 Ikan warna kuning-jingga (Rp) 45.500 0 3.500 0 Ikan warna jingga (Rp) 84.000 60.000 56.000 8.000 Ikan warna jingga-merah (Rp) 0 95.000 105.000 170.000 Total penjualan (Rp) 135.500 161.000 164.500 178.000 C. Keuntungan (Rp) 85.273,92 107.563,44 108.695,12 115.085,72 D. R/c ratio 2,70 3,01 2,95 2,83 Keterangan : Harga ikan warna pudar Rp 3000/ekor, kuning-jingga Rp 3500/ekor, jingga Rp 4000/ekor dan jingga-merah Rp5000/ekor
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu Rp 85.273,95, Rp 107.563,44, Rp 108.695,12 dan Rp 115.085,72. Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 40 hari sebesar Rp 115.085,72 sedangkan yang terendah pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari yaitu Rp 85.273,92. Nilai R/C ratio pada setiap perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0, 10, 20 dan 40 hari yaitu 2,70, 3,01, 2,95 dan 2,83. Nilai R/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari sebesar 3,01 dan yang terendah pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 0 hari. Dengan demikian jika dilihat dari nilai R/C ratio maka perlakuan yang paling menguntungkan adalah lama pemberian pakan berkarotenoid 10 hari dengan R/C ratio sebesar 3,01 yang artinya setiap uang yang dikeluarkan sebesar Rp 1 maka akan mendapatkan penerimaan sebanyak Rp 3,01. 23