Identitas Fungsi Ruko Kesawan DEVIN DEFRIZA HARISDANI M. DOLOK LUBIS Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Kemajuan jaman menuntut manusia kepada tuntutan kehidupan yang lebih efektif, efisien dan praktis. Hal ini mendorong berkembangnya ruko di seluruh penjuru dunia sebagai alternatif hunian yang dengan kesederhanaan dan kepraktisannya dapat menampung segala aktifitas dengan skala ekonomi kecil, adanya efisiensi waktu dengan adanya pencampuran fungsi hunian dan kerja, dengan efisiensi lahan dan kemudahan pembangunannya. Dengan latar belakang di atas pembangunan ruko menjadi tidak terkendali, dengan semakin menekankan aspek ekonomi tanpa memperhatikan harmonisasi dengan lingkungan sekitar baik dalam penataan fasade, penempatan iklan, garis listplank yang akhirnya mempengaruhi dan mengaburkan identitas bangunan setempat. Keadaan inilah yang terjadi di kawasan Kesawan yang merupakan kawasan perdangangan yang sarat akan nilai sejarah. Perombakan dan pembangunan bangunan lama yang sejalan dengan perkembangan nilai komersil kawasan menjadi tidak terkendali tanpa memperhatikan lingkungan sekitar dengan harmonisasi dan nilai sejarahnya. Yang akhimya menghilangkan identitas dari kawasan tersebut dan menjadikan kawasan tersebut hanya sekedar sebagai space bukan 'place' yang dapat dinikmati. Melihat fungsinya, rumah toko yang disingkat dengan "ruko" sebagai bangunan niaga yang dalam perkembangannya sejalan dengan perkembangan nilai komersil kawasan; lebih menekankan pada aspek ekonomi dengan mengabaikan harmonisasi dengan lingkungan sekitarnya. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Tinjauan pada Segmen Kesawan – Pemuda II.1.1. Latar Belakang Historis Segmen Kesawan - Pemuda Latar Belakang segmen Kesawan - Pemuda tidak terlepas dari sejarah perkembangan kota Medan, karena segmen ini merupakan perkembangan dari kampung Medan. Beberapa pernyataan tentang asal usul Kesawan, yaitu: • Kesawan berasal dari kata "persawahan" (tempat orang bersawah) karena pada pinggiran sungai Deli dulunya adalah tempat orang bersawah. • Kesawan berasal dari kata "sawan" (daerah tempat orang berpenyakit sawan) karena orang cina yang didatangkan dari daratan cina ke medan banyak yang berpenyakit sawan.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
1
• •
Kesawan berasal dari nama pohon besar yang terdapat pada daerah Kesawan. Kesawan berasal dari kota "Kusawang" yang merupakan perubahan pengucapan bahasa Tionghoa dari suku Hailohong.
II.1.2. Stadia Perkembangan Segmen a. Stadia 1590 - 1837 Di Segmen Kesawan - Pemuda terdapat sawah dan rumah kedai berderet. Disekelilig rumah masih merupakan hutan. Bangunan umum pertama adalah Mesjid Bengkok yang terletak dijalan mesjid sekarang. b. Stadia 1838 - 1887 Pada stadia ini, jalan setapak telah diperkeras dengan batu-batu dan rumahrumah kedai semakin lebih baik tapi masih memakai bahan papan. Didaerah jalan Pemuda telah berdiri rumah-rumah tinggal, dan gereja yang pertama dibangun adalah gereja Katedral dibangun pada tahun 1879 untuk keperluan ibadah, jalur kereta api dibuka untuk jurusan Belawan-Medan-Deli Tua-Binjai pada tahun 1883. c. Stadia 1888 - 1912 Pada stadi ini Gemente mulai ada. Banyak terjadi perubahan, jalan-jalan telah dibuka dan jalur kereta api telah ditambah oleh DSM. Areal hutan telah berubah menjadi kampung-kampung penduduk seperti: kampung dalam dan kampung sawahan. Stadia ini merupakan awal suksesnya bangsa Cina di Medan. d. Stadia 1913 – 1912 Pada stadia ini perkembangan segmen Kesawan-Pemuda sangat pesat. Ditandai dengan munculnya berbagai macam bangunan, seperti bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat-pusat hiburan. e. Stadia 1936 – 1962 Pada stadia ini hal yang sangat mempengarubi segmen Kesawan-Pemuda adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi, dll. Dan bangunan didirikan mulai modern dengan fungsi beraneka ragam. f. Stadia 1963 - 1992 Pada stadia ini perkembangan segmen Kesawan-Pemuda ditandai dengan didirikannya bangunan tinggi. Fasilitas yang dibutuhkan dipusat kota semakin lengkap, dengan didirikannya berbagai fungsi bangunan baik kantor-kantor pemerintahan / swasta atau hiburan. II.2. Kawasan Kesawan Perencanaan yang berwawasan identitas menuntut dilakukannya penggalian dan penemuan kembali secara intensif dan ekstentif tentang kekhasan, kekhususan, keunikan dan karakter spesifik yang menjiwai suatu lingkungan tertentu yang membedakannya dengan lingkungan lain. Jiwa dari kawasan Kesawan tersebut harus dicari dan diterapkan secara dinamis, kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan krisis diartikan sebagai keadaaan memprihatinkan, keadaan sulit yang membahayakan dan mencemaskan masa depan sehingga dapat berarti sebagai keadaan yang memprihatinkan mengenai masa depan dari kekhasan spesifik yang menjiwai suatu kawasan, karena elemen kawasan Kesawan yang harusnya dilindungi dan dikembangkan, sedikit demi sedikit hancur oleh pembangunan yang sedemikin
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
2
pesatnya. Hal ini terjadi karena kurangnya usaha untuk menggali, mempertahankan dan meningkatkan karakter spesifik dari masig-masing kawasan, kurangnya sikap peka lingkungan yang diakibatkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat. 1. Lingkungan • Orientasi Ligkungan Kesawan sebagai kawasan tua yang tedetak di tengah kota Medan, yang masih dapat dilihat melalui arsitektur lingkungannya. Karakter yang masih dapat dilihat ini ditambah lagi dengan keberadaan lapangan merdeka sebagai node untuk kawasan, semakin menguatkan image bagi masyarakat akan fungsi kawasan sebagai landmark kota Medan. Disamping itu peran Jl. Ahmad Yani dirasakan cukup vital untuk menghubungkan Belawan (Medan-Utara) dengan Padang Bulan-Tanjung Sari (Medan-Selatan). • Potensi Kesawan yang terletak di pusat kota sehingga letaknya sangat strategis ditengah tengah kota. Dengan demikian lokasinya sangat potensial untuk perdagangan dan perkantoran (niaga). Keadaan ini menyebabkan terjadinya kesemerautan dalam sirkulasi kendaraan dan parkir. • View Tipologi View yang memberikan identitas pada kawasan antara lain seperti "emerging view", catch eye, bingkai, dll. 2. Fisik Bangunan • Fasade Bangunan Fasade bangunan sangat berpengaruh sebagai pelingkup pembentuk karakter jalan di Kesawan yang melorong terbentuk oleh ruang antar bangunan dan artikulasi bidang fasade. Karakter ini tercermin melalui pola-pola dominan pada fasade antara lain: aligment, bentuk (aspek), irama (ritme), skyline (garis langit) dan grain. Citra komersial di jalan A. yani mulai kabur dengan adanya dominasi oleh awning aluminium yang digunakan sebagai sign board (papan reklame) sehingga karakter pada fasade mulai mengabur, demikian juga dengan adanya pembangunan baru yang dilakukan oleh pemilik tanpa mempertahankan karakter fasade lama. Demikian halnya dengan adanya penambaban tinggi bangunan (sky line) yang merusak keutuhan karakter Geometrikal (skala dan morphologi ruang). Fasade di Kesawan secara sederhana dapat digolongkan sebagai mana berikut ini : 1) Berdasarkan Fungsi • Fasade bercitra komersial • Fasade bercitra non komersial 2) Berdasarkan kurun waktu • Periode 1873 = 1892 • Periode 1893 = 1952 • Periode 1953 = 1972 • Periode 1973 = 1992 3) Berdasarkan elemen fasade yang ditonjolkan • Fasade yang menonjolkan bentuk (Form) • Fasade yang menonjolkan skala (scale) • Fasade yang menonjolkan garis (line) • Fasade yang menonjolkan simetri 4) Berdasarkan artikulasi bidang fasade • Fasade 'bisu' dinding polos • Fasade dinding dengan artikulasi ornamen • Fasade dengan artikulasi bukaan
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
3
•
Fasade dengan artikulasi bukaan dan ornamen
Grain merupakan faktor yang masih terasa sangat kuat, hal ini disebabkan pengembangan dan perubahan yang dilakukan oleh masing-masing kepemilikan, sehingga lay-out tampak masih dapat dibedakan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain. •
Streetscape Bidang pelingkup streetscape dalam area perencanaan termasuk pelingkup Hard Edge, yaitu yang terdiri dari dinding tembok, kayu, kaca dan bidang alas perkerasan. Selain itu juga dibentuk oleh pola-pola berbagai urban fabric lainnya seperti skala ruang, warna garis-garis dan sebagainya. Adanya kesan melorong dengan tepian (edges) di sisi-sisi jalan sebagai pelingkup, dengan skala 1:1 antara tinggi bangunan dengan lebar jalan A. Yani yang berskala manusiawi dengan kenyamanan pejalan kaki yang pada beberapa bagian terputus. •
Townscape dan Genius Locy Karakter kawasan tidaklah bersifat "Homogen", adanya keaneka ragaman dalam kesatuan, dengan adanya berbagai pola dalam identitas. 3. Elemen Spesifik •
Parkir Tidak di jumpai adanya kantong-kantong parkir sehingga yang dapat dimanfaatkan adalah pinggiran jatan dan pedestrian sebagai area parkir. Hal ini sangat menganggu baik terhadap sirkulasi kenderaan maupun kenyamanan sirkulasi pejalan kaki. •
Street Furniture Penempatan lampu jalan yang kurang profesional dalam skal ruang, sehingga keberadaannya menggangu keutuhan ruang kawasan. Demikian juga dengan penempatan pot bunga dengan perletakan tanpa pola dan bentuk dan kebersihannya cukup mengganggu secara visual. BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Ruko III.1.1.Pengertian Ruko Ruko adalah salah satu jenis bangunan, berasal dari kata rumah dan toko. Rumah yang berarti tempat berhuni dan toko yang berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Dengan titik tolak yang sederhana ini, menyebabkan ruko dalam perkembangannya menjadi sangat pesat. Disamping praktis dan murah, fungsi ruko mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
4
Tripologi dari ruko yang biasanya dikenal : • Relatif sempit dengan massa bangunan yang memanjang kebelakang. • Kedua sisinya masih saling berdekatan yang menyebabkan kualitas dalam bangunan rendah. III.1.2. Perkembangan Ruko di Indonesia Perkembangan ruko di Indonesia di mulai sejak tahun 1800-an di daerah Bandung yaitu oleh saudagar-saudagar besar yang berdagang diatas lahan mereka yang berbentuk melebar. Dengan pemanfaatan lahan depan untuk toko dan sisi belakang lahan untuk fungsi hunian. Sejalan dengan perkembangan jaman, dimana harga tanah semakin mahal dan terbatas. Saudagar - saudagar tersebut kemudian membagi lahan mereka kebelakang untuk dijual. Dengan terbatasnya lahan, dilakukan usaha untuk menaikkan bangunan yang memisahkan fungsi hunian diatas dan fungsi toko/kerja dibagian bawah. Susunan ruko inilah yang menciptakan suatu kawasan perdagangan. Semakin berkembangnya kawasan tersebut, menyebabkan nilai ekonomis kawasan meningkat. Pembangunan ruko menjadi tak terkendali, kurang memperhatikan syarat hunian dan non hunian yang bercampur dalam kawasan tersebut, yang menyebabkan terbentuknya bangunan yang tidak manusiawi dan menghilangkan identitas lingkungannya. III.2. Ruko dalam Fungsinya sebagai Bangunan Niaga III.2.1. Pengertian dari Bangunan Niaga Niaga dapat diartikan sebagai perdagangan, pertukaran dan distribusi barang dan jasa. Jadi bangunan niaga diartikan sebagai suatu wadah/ruang yang menampung kegiatan perdagangan, pertukaran dan distribusi barang dan jasa. Lokasi dari bangunan niga dijumpai pada 1/4 jalan kota yang digunakan sebagai jalan raya utama. Dengan melihat fungsi dan lokasi dari bangunan niaga tersebut maka desain dan penataan dari bangunan niaga lebih menekankan pada aspek ekonomi. Faktor-faktor ekonomi tersebutlah yang menjadi titik tolak dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan desain bangunan. III.2.2. Penataan Ruko sebagai Bangunan Niaga Dengan menimbang fungsi ruko sebagai salah satu bangunan niaga, dimana faktor ekonomi sangat mempengaruhi desain; maka aspek ekonomi menjadi titik tolak dalam penataannya, yaitu: 1. Tempat • Penggunaan tertinggi dan terbaik: yaitu efisiensi tempat dengan penggabungan fungsi usaha dan bermukim. Pemanfaatan lahan yang maksimal dengan KDB hampir mencapai 100%. • Parkir dan Sirkulasi: sebagai pendukung dari aktifitas kegiatan perdagangan. Pertimbangan sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan dengan jumlah ruang yang disediakan. • Kenyamanan: kenyamanan fungsi hunian dan usaha yaitu kenyamanan dari pengunjung dan penghuni dari bangunan. • Estetika: pertimbangan pada perancangan terhadap lingkungan dan masyarakat seperti bahan-bahan, privacy, dan gaya. • Rancangan dan citra alam : yaitu menetapkan suatu citra yang nyata bagi berbagai kelompok pemakai merupakan bagian dari kebudayaan setempat.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
5
2. Pemasaran • • •
Citra: yaitu citra fasade dari suatu bangunan memberi petunjuk yang kuat bagi masyarakat yang melintasi dengan mencerminkan fungsi bangunan tersebut sebagai bangunan niaga, penempatan iklan atau papan nama. Kenyamanan: mutu dan kenyamanan yang merupakan faktor ekonomi terpenting baik dalam hal kemudahan sirkulasi, pencapian dan kenyamanan ruang. Rencana Bangunan dan rencana unit: yang mencakup tahap perancangan bangunan termasuk type sirkulasi, lokasi, entrance, ukuran bangunan, penempatan tangga, ukuran dan bentuk unit dari ruko-ruko.
3. Sistem bangunan dan proses konstruksi • • •
Perekayasaan Nilai: Analisis alternatif dan membuat pilihan dalam proses pembangunan yang didasarkan pada biaya waktu dan penampilan teknis bangunan. Prosen Konstruksi: untuk pembangunan ruko tidak terdapat proses konstruksi yang istimewa. Sistem pembangunan dipertimbangkan pada efisien dan kemudahan pembangunan. Sistem bangunan: modul-modul yang praktis dengan pertimbangan fungsional.
4. Operasi dan daur kehidupan • • •
Pertimbangan Perekayasaan: yang menyangkut pemakaian energi, keputusan teknis mengenai orientasi, pelapis sisi luar, atap, pengembangan. Perawatan dan perbaikan: menyangkut pemakaian bahan bangunan. Fleksibilitas dan perluasan: adanya pertimbangan penambahan lantai kenyamanan kepada pemakai bangunan yang didasarkan pada efisiensi fungsional pergerakan.
dan dan dan dan
III.3. Pendekatan di Lapangan Ruko-ruko sepanjang jalan A. yani merupakan pencampuran antara ruko lama dan ruko baru yang didirikan tanpa mempertimbangkan harmonisasi lingkungan dan skala mansiawi dengan suasana pada beberapa jalur di kawasan yang sudah didominasi oleh papan reklame yang berdasarkan perkembangannya dapat dikelompokkan dalam : 1. Ruko Lama Studi kasus adalah PT. Dharma Niaga yang didirikan pada tahun 1920 dengan arsirek Gado Langerei Joen CO. gaya banguan Renaissance dengan bukaan dan kaya artikulasi. Bangunan didominasi oleh warna putih pada dinding dan warna biru pada kolom. Dengan meninjau fasadenya, bangunan hanya sedikit mengalami perubahan yaitu perubahan pada enterance bangunan yang disesuaikan dengan perubahan fungsi bangunan sebagai kantor yang didominasi oleh kaca. Tidak adanya penambahan elemen yang menyolok, hanya berupa kabel-kabel listrik yang melintang pada dinding fasade bangunan tepat pada garis listplank. Pada arcade terjadi pelapisan dengan keramik putih yang menimbulkan peil lantai yang tidak kontinu dan naik sedikit dibanding dengan peil sekitarnya.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
6
2. Ruko Lama yang mengalami perubahan Studi kasus adalah Sibal Sports yaitu bangunan bergaya cina dengan bukaan dan sedikit ornamentasi dengan dominasi wama putih pada dinding bangunan dan warna biru pada bingkai jendela. Dengan meninjau fasadenya, bangunan mengalami perubahan yaitu perubahan pada entrance bangunan yaitu pemanfaatan pintu besi warna coklat. Demikian juga dengan adanya pelapisan kolom arcade dengan keramik warna biru. Adanya penambahan elemen menyolok, yaitu penempatan papan nama (sign board) alumunium tepat diatas entran dan melintang keluar bangunan dengan warna biru. Tidak adanya perubahan pada arcade, dan pembuatan pendestrian yang lebih tinggi dibanding dengan peil arcade. 3. Ruko Baru Studi kasus adalah Anil Sport yaitu bangunan bergaya modern berlantai 5.Bangunan didominasi oleh warna putih. Bangunan ini dalam perkembangannya juga mengalami banyak perubahan yaitu penambahan 2 lantai pada bangunan dengan gaya yang berbeda antar tiap lantainya baik warna, bentuk dan ukuran jendela maupun pemakaian kanopi. Adanya penambahan elemen yang menyolok, yaitu penempatan papan nama (sign board) alumunium tepat diatas entrance dengan bagian lantai 2 yang menjorok ke luar bangunan sebagai showing area dan juga penempatan papan iklan melintang ke luar bangunan baik berupa papan nama maupun iklan bentuk raket. dan penghilangan fungsi arcade. Area pendestrian dengan jarak sekitar 4 meter dijadikan sebagai area parkir. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Perencanaan yang berwawasan identitas sangat diperlukan untuk menggali dan menemukan kembali secara intensif dan ekstentif tentang kekhasan, kekhususan, keunikan dan karakter spesifik yang menjiwai kawasan Kesawan yang didominasi dengan bangunan ruko ini, yang dapat dan sangat akan membedakannya dengan lingkungan lain. Jiwa dari kawasan Kesawan kesawan ini harus dicari dan kemudian diterapkan secara dinamis, kreatif dari inovatif sesuai dengan perkembangan jaman. Krisis identitas yang terjadi dengan keadaaan memprihatinkan dan mencemaskan masa depan dari kekhasan spesifik yang menjiwai kawasan ini, dapat dihindari dengan melindungi dan mengembangkan elemen kawasan. yang sedikit demi sedikit dapat hancur oleh pembangunan kini yang sedemikin pesatnya. Hal ini terjadi karena kurangnya usaha untuk menggali, mempertahankan dan meningkatkan karakter spesifik dan kawasan, kurangnya sikap peka lingkungan yang diakibatkan kurangnya partisipasi masyarakat kota Medan pada umumnya dan masyarakat disekitar kawasan pada khususnya. DAFTAR PUSTAKA Abrams, Harry N., 1986. Architecture, from Pre-Historiy to Post-Modernism, The Western Tradition, Prentice-Hall, Inc, Englewood-Cliff, New Jersey. Anonim, Kawasan Kesawan, Seminar, Universitas Katholik St. Thomas Medan. Djauhari Sumitardja, 1978. Kompedium sejarah arsitektur Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
7