“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
EDISI Juni 2012 MISA KKI
Selamat bertemu kembali dalam Warta KKI edisi bulan Juni ini. Bulan Mei, bulan Bunda Maria, dengan kegiatan doa Rosario, baik secara pribadi maupun bersama-sama dengan saudara-saudari yang lain, baru saja kita lewati. Kalau bulan Mei dalam kalender Gereja Katolik adalah bulan Bunda Maria, maka bulan Juni adalah bulan Hati Kudus Yesus yang pesta perayaannya diperingati sembilan belas hari sesudah Pentekosta, dan pada tahun ini jatuh pada hari Jumat tanggal 15 Juni. Pesta Pentakosta selalu jatuh pada hari Minggu dan Pesta Hati Kudus Yesus selalu pada hari Jumat.
Minggu, 1 Juli 2012
Devosi kepada Hati Kudus sudah mulai dijalankan sejak awal kekristenan. Dalam Gereja Katolik devosi ini mengalami peningkatan sejak Santa Margareta Maria Alacoque (1647 – 1690) mendapat pengalaman rohaninya dengan Hati Kudus Yesus. Margareta Maria yang berasal dari Perancis adalah seorang anggota Biara Visitasi yang diberi gelar Beata (Blessed) oleh Paus Pius IX pada tahun 1864 dan dikanonisasi (Saint) pada thun 1920 oleh Paus Benedict XV. Diceriterakan bahwa dalam penampakan yang dialami oleh Margareta, Yesus meminta agar kita merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus pada hari Jumat Pertama setiap bulan. Sejak itu hari Jumat Pertama merupakan hari devosi khusus kepada Hati Kudus Yesus dalam tradisi Gereja Katolik.
95 Stokes Street
Selain kegiatan rutin KKI seperti Perayaan Misa dan Pertemuan Wilayah, dalam bulan Juni ada Retret KKI yang dipmpin oleh Romo Ciprianus Verbeck O Carm. Retret diadakan dari tanggal 8 sampai 10 Juni di Sacred Heart, Croydon. Mudah-mudahan ada peserta retret yang mau berbagi dengan para anggota KKI lain mengenai pengalaman retretnya. Anda mungkin sudah membaca atau mendengar tentang berbagai kegiatan kita untuk menyambut Perayaan HUT ke25 KKI di bulan September tahun ini. Salah satunya adalah kegiatan retret yang baru saja disebutkan di atas. Selain itu, di bulan Juli, tepatnya pada tanggal 29 ada Rekoleksi Pasutri yang dibawakan oleh Romo Kusumawanta dari KWI bertempat di Hall Gereja St Joseph, Port Melbourne. Di bulan Agustus Romo Pied membimbing kegiatan Lectio Divina. Di bulan September ada Konser Musik, Malam Pertemuan, dan Puncak acara adalah Perayaan Ekaristi HUT ke 25 KKI di Katedral St. Patrick’s pada tanggal 23 September. Harap sebanyak mungkin anggota KKI mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini.
St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 8 Juli 2012 St. Joseph Church Port Melbourne VIC Pukul: 11.30 Minggu, 15 Juli 2012 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:45 Sabtu, 22 Juli 2012 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.30 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu
Rapat Umum Anggota akan diadakan pada tanggal 24 Juni 2012 di St Pascal’s, Box Hill. Rapat diadakan sesudah misa dengan agenda pemilihan Ketua KKI periode 2012 – 2015. Semua anggota sangat diharapkan kehadirannya, mengingat pentingnya acara tersebut. Sesuai dengan tema bulan Juni sebagai bulan Hati Kudus, dalam Warta KKI ini Anda dapat mengikuti biografi Santa Margareta Maria Alacoque dan Doa Penyerahan Pribadi Kepada Hati Kudus Yesus oleh Santa ini. Anda juga dapat mengikuti tulisan chaplain kita Romo Waris O Carm.
St. Augustine’s City Church 631 Bourke Street Melbourne VIC Pukul: 18.00
Akhirnya, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, selamat membaca. Sampai jumpa dalam kegiatan-kegiatan KKI.
1
SUSUNAN PENGURUS KKI 2009-2012 Website: www.kki-mel.org Moderator/Pembimbing Rohani: Romo Paulus Waris Santoso O.Carm Ketua: Heru Prasetyo Wakil ketua I: Andi K Mihardja Wakil ketua II: Prabudi Darmawan Bendahara: Matheus Huang, Hari Setiawan Sekretaris: Ray Christian, Eko Aryanto Sekolah Minggu: Suria Winarni, Aureine Wibrata, Samy Sugiana, Sintia Hermawan Kegiatan Reguler Port Melbourne: Linda Munanto, Bradley & Christine Kegiatan Reguler Boxhill: Julius Indria Wijaya, Caesar Sutiono, Chandra & Lina Terliatan
Website KKI: Hanny Santoso, Erick Kuncoro Sie Liturgie: Robin Surjadi, Lucie Hadi, Anna Munanto, Rudy Pangestu Warta KKI: Edy Lianto, Sucipto, Benjamin Sugija, Rufin Kedang Sie Konsumsi: Inge Setiawan, Angela Roy Mudika: Utusan Mudika PDKKI: Utusan PDKKI KTM: Utusan KTM Kegiatan Reguler Point Cook: Ray Christian, Suhandi Kegiatan Reguler St Francis: Robin Surjadi, FX Heru Sugiharjo Kegiatan Non Reguler: Thomas Yani, Bernadette Sidharta, Lylia Dewi, Siska Setjadiningrat
Hati Yang Terbakar : Pergilah .. Kamu diutus! (bagian ke-4 dari empat tulisan)
Saudara terkasih, bagian terakhir dari catatan ini, bagian terakhir dari perayaan Ekaristi, juga bagian terakhir dari kisah perjalanan dua murid yang pulang ke Emaus. Bagian yang kerap kali tidak mendapat perhatian. Bagian yang kerap kali dilewatkan. Mungkin saya sedikit berlebihan; tetapi mari kita lihat kenyataan yang kerap muncul. Banyak umat yang pulang setelah menerima komuni. Banyak umat yang tidak memperhatikan bagian terakhir dari Ekaristi. Banyak umat tidak sadar dengan tugas yang diberikan kepada mereka. Apakah itu? Perutusan. Sahabat, mari kita lihat sejenak apa yang terjadi dalam bagian akhir Ekaristi. Setelah memberikan berkat, imam berkata, “pergilah kamu diutus”. Singkat. Jelas. Apakah dijalankan? Itu persoalan lain. Sebelum memahami apakah perutusan itu dilaksanakan atau tidak ada baiknya kita perhatikan persoalan lain. Pertama, mengapa kita diutus? Hal kedua, diutus untuk apa? Melakukan apa? Sahabat, mari kita tengok yang terjadi dengan para murid. Apa yang mereka alami semuanya telah berubah. Kehilangan yang sempat membuat hidup mereka tak tentu arah itu kini tidak lagi melemahkan. Mereka telah menemukan jawaban bahwa kehilangan itu adalah jalan untuk memperoleh sesuatu yang baru. Hidup baru. Rumah mereka, kampung mereka, bukan lagi ruangan kosong. Tamu yang mereka undang masuk telah mengubah semuanya. Telah memberi penerangan pada rumah mereka. Telah menghangatkan dinginnya dinding-dinding hati mereka. Dua murid yang mengawali perjalanan dengan kepala tertunduk, kini saling memandang dengan sorot mata bercahaya. Orang asing yang tiba-tiba menyapa mereka di jalan, kini telah menjadi sahabatnya. Bukan hanya menjadi sahabat, Ia telah memberikan semangat-Nya, memberikan kegembiraan ilahi, cinta, damai, kekuatan, dan harapan. Kini tidak ada keraguan lagi dalam pikiran dua murid. Dia hidup! Ya, Dia hidup. Tidak hidup seperti sebelumnya, tidak hidup sebagai pengajar yang luar biasa dan penyembuh hebat dari Nazareth. Tetapi, Dia hidup dalam nafas baru, dalam diri mereka. Cleopas dan temannya telah menjadi manusia baru. Semangat baru dan hati yang baru telah dianugerahkan kepada mereka. Mereka kini telah menjadi sahabat yang baru satu sama lain. Mereka bukan lagi sahabat yang hanya berbagi duka dan kesedihan. Sekarang mereka memiliki sesuatu yang baru, sesuatu yang sangat besar; itu menjadi misi mereka. Sesuatu yang tidak bisa disembunyikan lagi, sesuatu yang harus diproklamasikan, harus dikatakan. Kegembiraan yang mereka miliki, tidak akan dipercaya kalau hanya disampaikan oleh satu orang. Kegembiraan adan pengalaman iman itu akan didengar dan diamini ketika mereka mengatakannya bersama-sama. 2
Kapan harus mewartakan? Tidak ada waktu lagi untuk berpikir dua kali. Tidak ada kesempatan untuk disia-siakan. “Mari cepat”. Mereka berkata satu sama lain. Kemudian secepat kilat, mereka mengambil sandal, obor, hanya berselempang sarung, lupa pakaian hangat; mereka berlari kembali ke kota menemui teman-teman lamanya di Yerusalem. Mereka harus mendengar kegembiraan ini. Mereka harus tahu bahwa Dia hidup! Sungguh ada perbedaan besar diantara kembali ke kota dengan tatkala mereka berjalan pulang. Sebelumnya mereka penuh kesedihan dan ketakutan, juga keraguan. Sekarang tidak adalagi takut, tidak ada lagi keraguan. Yang ada adalah kegembiraan untuk dibagikan. Bagian akhir dari Ekaristi juga menyiratkan hal ini. Pergilah dan wartakanlah, kamu diutus. Diutus untuk mewartakan kegembiraan hidup. Hidup yang telah diubah dan dibaharui oleh Tuhan. Kesedihan dan luka-luka yang kita bawa dalam Ekaristi telah dibilas bersih dengan Sabda Tuhan. Lebih dari itu, kita juga telah dikuatkan oleh dantapan Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Komuni bukanlah akhir. Sayangs ekali bahwa ada banyak umat dating ke perjamuan hanya mencari komuni. Maka banyak di gereja-gereja, umat pulang setelah komuni. Belum, ini belum berakhir. Perutusan inilah akhir dari perjamuan. Kita diutus untuk apa? Kita diutus untuk mewartakan kabar gembira. Kita diutus untuk menjadi garam dan terang bagi dunia. Hidup baru yang bersumber dari Ekaristi harus kita bawa ke dalam dunia. Dia yang hidup, yang dialami oleh para murid, haruslah dirasakan oleh dunia. Itulah perutusan kita, membuat masyarakat di mana kita hidup menjadi lebih ‘gurih’. Masyarakat yang mengalami kegelapan mampu merasakan terang.
Penutup Saudara terkasih, Ekaristi memiliki makna ucapan syukur. Sebuah hidup yang didasarkan pada Ekaristi adalah hidup yang penuh dengan rasa syukur. Kisah mengenai dua orang murid yang pulang ke Emaus, yang juga adalah kisah kita ini, menggambarkan bahwa rasa syukur tidak bisa muncul begitu saja. Dibutuhkan keberanian untuk masuk lebih dalam ke dalam misteri iman. Aneka pengalaman pahit kerap membawa kita kepada rasa marah dan dendam. Ketika kita hanya melihat setiap peristiwa dari kulitnya saja, kita tidak akan menemukan apa-apa. Yesus memberi kita Ekaristi agar kita bisa masuk ke dalam hidup penuh syukur. Ekaristi mengajari kita berseru mohon belas kasih Allah, mengajar kita untuk mendengarkan suara Tuhan, dan memberi kita sebuah kesempatan untuk mengundang Dia masuk ke dalam rumah kita. Pada akhirnya, kita masuk ke dalam persekutuan dengan-Nya, dan keluar untuk mengabarkan kegembiraan itu. (selesai) Tuhan memberkati Port Melbourne, 25 Juni 2012 Romo Waris, O.Carm
Santa Margareta Maria Alacoque (1647 – 1690) Santa Margareta Maria Alacoque adalah tokoh sentral dalam devosi kepada Hati Kudus. Margareta lahir pada tahun 1647 di Verosvres, sebuah kota kecil di daerah Burgundy, Perancis, sebagai anak kelima dari pasangan suami istri yang saleh Claude Alacoque dan Philiberte Lamyn. Ayahnya meninggal ketika dia berusia delapan tahun. Kematian ayahnya merupakan pukulan besar bagi keluarga Alacoque, khususnya Margareta. Campur tangan sanak saudara yang lain turut menyulitkan kehidupan keluarga mereka. Dia dikirim oleh ibunya untuk masuk asrama dan belajar di sekolah yang diasuh oleh para Suster dari Biara Urbanis di Charolles. Dia merasa betah dan senang tinggal di asrama biara, tetapi kesehatannya yang menurun menyebabkan dia dikirim kembali ke rumah ibunya. Ibunya mengharapkan Margareta menikah, tetapi Margareta merasakan keinginan yang kuat untuk hidup membiara. Pada usia 20 tahun dia memutuskan untuk masuk biara. Sambil menunggu berita panggilan, dia bekerja membantu dan mengajar anak-anak terlantar di daerah tempat tinggalnya. Pada usia 22 tahun Margareta mengucapkan kaul sebagai seorang suster anggota Biara Visitasi di Paray le Monial, Perancis. Biara yang didirikan oleh Santo Fransiskus de Sales ini sangat menekankan keutamaan kerendahan hati dan penyangkalan diri. Ketika berkaul Margareta mengambil nama Maria, sehingga sampai sekarang dia dikenal dengan nama lengkapnya Margareta Maria Alacoque.
3
Margareta menghayati kehidupan biara secara total dan dia selalu tekun dalam doa dan mati raga. Iman dan devosinya yang kuat kepada Hati Kudus Yesus membawanya kepada pengalaman mistik, yang pertama kali terjadi pada tahun 1673. Ketika berlutut dan berdoa di kapel, Margareta merasakan Kehadiran Ilahi dan mendengar suara Yesus yang menyampaikan pesan kepadanya mengenai devosi Hari Jumat Pertama dalam setiap bulan, Adorasi Ekaristi hari Kamis dan Pesta Perayaan Hati Kudus dan agar pesan ini disebarluaskan dan mereka yang mejalankan devosi ini akan dicurahi rahmat Ilahi. Pesan Ilahi ini merupakan tantangan berat baginya karena Margareta Maria Alacoque sadar bahwa dia adalah hanya seorang biarawati sederhana, bagaimana mungkin dia dapat meyakinkan pembesar biara dan hirarki Gereja mengenai pesan ini. Tidak mungkin mereka akan percaya begitu saja mengenai peristiwa luarbiasa ini. Dan memang demikian, dia diberi peringatan dan nasihat oleh pembesarnya untuk hidup tenang sebagai seorang biarawati dan tidak menyinggung lagi peristiwa itu. Beberapa teolog yang dimintai pendapat oleh pembesar biara juga menyangsikan kebenaran ceritera pengalaman Margareta. Ketidakpercayaan dan kesangsian orang terhadap informasi Margareta menyebabkan dia mengalami depresi sampai jatuh sakit selama beberapa waktu. Namun Margaeta tetap kuat dalam doa dan devosinya sehingga orang-orang sekitarnya yang menyaksikan langsung kehidupan doanya mulai tergerak untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengalaman rohani Margareta. Orang pertama yang yakin akan kebenaran pengalaman rohani Margareta adalah seorang pastor Yesuit, Claude de la Colombiere yang juga kemudian digelar Santo pada tahun 1992 oleh Paus Yohanes Paulus II. Pastor Yesuit ini menulis tentang pengalaman rohani Margareta yang akhirnya meyakinkan banyak orang mengenai hal tersebut. Suster Margareta Maria Alacoque meninggal pada tahun 1690 dalam usia 43 tahun di Paray le Monial, Burgundy, Perancis. Pada tahun 1765 Paus Klemens XIII atas nama Gereja Katolik meresmikan Devosi Hati Kudus, 75 tahun sesudah meninggalnya biarawati ini. Maragareta digelar Beata pada tahun 1864 oleh Paus Pius IX dan dikanonisasi sebagai Santa pada tahun 1920 oleh Paus Benediktus XV. Pestanya dirayakan pada tanggal 17 Oktober. Kapel Penampakan di Paray le Monial, tempat makam Santa Margareta Maria Alacoque, kini menjadi salah satu tempat ziarah yang terkenal di Perancis. (RK, dari berbagai sumber).
Doa Penyerahan Pribadi Kepada Hati Kudus Yesus Oleh : Santa Magareta Maria Alacoque
Aku (..nama...) menyerahkan dan mempersembahkan diriku, hidup, karya, usaha serta penderitaanku kepada Hati Kudus Yesus. Sejak saat ini, dengan segala kekuatanku, aku berusaha menghormati, memuji dan mencintai Hati Kudus Yesus. Dengan seluruh tenagaku aku akan berusaha menjadi milikNya. Aku menolak segala perbuatan yang tidak berkenan di hatiNya. Aku memilih Hati Kudus Yesus sebagai devosi utama penghormatanku, sebagai pelindung hidup dan jaminan keselamatanku, sebagai obat untuk menyembuhkan kekurangan serta kegoyahan sikapku, untuk menyilih dosa-dosa dari seluruh hidupku dan untuk memperoleh bantuan pada saat ajalku. Hati Kudus Yesus yang penuh kebaikan, jadilah penyilih dosa-dosaku serta perisai terhadap murka Allah Bapa atas diriku. Hati Kudus Yesus yang penuh cinta, seluruh harapanku kupasrahkan padaMu, lindungilah aku terhadap yang jahat, kuatkanlah kehendakku. Hancurkanlah di dalam diriku segala sesuatu yang tidak berkenan di hatiMu dan apa saja yang melawan Dikau. Semoga cinta IlahiMu meresap sedalam-dalamnya di hati sanubariku agar aku tak pernah melupakan Dikau dan berpisah dari padaMu. Karena cintaMu yang tak terbatas, aku mohon dengan sangat, goreslah namaku di dalam HatiMu, Engkau satusatunya kerinduan, kebahagiaan serta kebanggaanku. Aku mau hidup dan mati sebagai anakMu. Amin. 4
Sharing Pengalaman mengikuti Retret Doa KKI Melbourne Oleh : Anastasia Dewi Titisari
Motivasi saya mengikuti retret ini, mungkin…. karena hati saya yang berkobar-kobar untuk mengalami kasih dan kehadiran Tuhan….. dan terus ingin mencari-NYA? Mungkin juga karena kerinduan saya akan Tuhan? Seperti yang tertulis dalam Mazmur: “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm 42:2-3). Entahlah…. saya tidak dapat merumuskan motivasi saya itu dengan baik. Yang jelas, saya sangat berantusias dan bersemangat ketika Romo Waris mulai mengumumkan rencana akan diselenggarakannya retret tersebut. Romo Cyprianus Verbeek, O.Carm sebagai pembicara utama dan tunggal dalam retret tersebut belum pernah saya kenal, tetapi ketika berjumpa dengan beliau untuk pertama kali, saya mendapat kesan bahwa beliau merupakan sosok seorang bapa dan gembala yang mencerminkan hidupnya yang dekat dengan Allah. Bukannya saya ingin menilai terhadap tampilan seseorang, tetapi itu sebuah ungkapan syukur karena saya dapat bertemu dengan beliau dan mendapat kesempatan mendengarkan pengajaran-pengajarannya. Selama mengikuti retret, baik pada waktu mendengarkan sesi/konferensi, melakukan ibadat (pagi, siang, sore, malam), mengikuti misa Kudus; yang ada dalam diri saya hanyalah luapan puji dan syukur kepada Allah atas kasihNYA yang saya alami selama menjalani aktifitas-aktifitas tersebut dan bergaul dengan mereka yang hadir dalam retret. Kasih yang saya alami tersebut semakin menyadarkan saya bahwa kita semua merupakan pribadi-pribadi yang begitu dikasihi Tuhan dan dipanggil untuk bersatu denganNYA dalam kasihNYA. Dalam mengikuti dan mendengarkan konferensi-konferensi yang diberikan oleh Romo Verbeek, saya seperti dituntun, digandeng, atau bahkan bisa dikatakan seakan-akan diberi petunjuk bagaimana sebaiknya saya menjalani dan menumbuhkan hidup doa saya. Banyak penjelasan dan uraian Romo yang memberikan kesadaran baru dan peneguhan bagi saya. Sebuah peneguhan yang saya dapatkan ketika Romo Verbeek menguraikan sesi pertamanya, adalah bahwa kerinduan dalam diri saya (bisa jadi seperti yang saya lukiskan diatas), pertama-tama bukanlah berasal dari diri saya sendiri tetapi kerinduan itu sudah ditanamkan Allah pada kita sebagai anak-anakNYA. Itu panggilan yang berasal dari DIA. DIA memberi kita keinginan untuk mencari-NYA. Pada sesi kedua saat Romo menjelaskan mengenai Doa dan kontemplasi serta kesulitan-kesulitan yang biasanya dijumpai pada saat melakukan doa batin, lagi-lagi hal tersebut memberikan peneguhan kembali bagi saya. Hal tersebut sehubungan dengan doa batin yang telah saya lakukan secara teratur selama 2 tahun terakhir ini, tetapi yang saya alami adalah seperti saya hanya jalan di tempat dan tidak merasakan kemajuan apa-apa. Uraian Romo yang menjelaskan bahwa hiburan rohani atau perasaan yang menyenangkan yang dialami selama melakukan doa bukan merupakan tolok ukur kedekatan kita dengan Allah, demikian juga pada saat kekeringan menjalani doa bukan juga merupakan penanda bahwa kita mundur dan makin jauh dari Allah, sangat meneguhkan saya kembali untuk dapat terus tetap melakukan doa batin dengan tekun dan setia. Demikian juga uraian panjang mengenai Doa Bapa Kami telah memberikan kesadaran baru dan makna yang lebih dalam bagi saya. Semoga pengalaman ini, dapat menuntun saya pada sikap baru pada saat mendoakannya terlebih menghidupinya, dan dapat tercermin dalam setiap tindakan yang saya lakukan sehari-hari. Biarlah Allah yang dimuliakan, biarlah Allah yang meraja. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Romo Verbeek, Romo Waris dan Tim Panitia Retret (Bernadette, Amelia, Jeffrey, Simon dan Yolinda) atas kerja kerasnya dan yang telah menjadi alat Tuhan sebagai penyalur kasihNYA selama penyelenggaraan retret tersebut. Mengutip harapan Romo Verbeek yang disampaikan pada kata akhir di sesi terakhir, semoga benih yang telah ditaburkan melalui retret ini dapat bertumbuh dan berbuah dalam hidup kami para peserta retret. Amin. 5
AYAH DAN ANAK Sharing setelah mengikuti Retret Doa KKI Melbourne Oleh : Maggy Rochyadi Mihardja
Setelah mengikuti retret doa Bapa Kami, aku mencoba merenung dengan segala keterbatasan budi, pikiran dan pengetahuan, aku hanya mampu memikirkan secuil saja perbedaan dari Bapa kita di surga dengan kita sebagai bapak atau orangtua dari anak-anak kita, atau kita sendiri sebagai anak-anak Allah yang luarbiasa dikasihiNya. Aku merefleksikan diri sebagai orangtua yang terkadang tahu yang terbaik untuk anak-anakku. Aku akan melarang banyak hal yang tidak baik ataupun membahayakan bagi si anak. Ketika mereka masih balita, tentunya orangtua harus menjaga dengan baik untuk menghindarkan bahaya yang mungkin timbul. Namun ketika beranjak remaja dan dewasa, mereka berkembang dalam pola pikir dan kemampuan diri. Mereka merasa sanggup dan mampu melakukan sesuatu sehingga memiliki banyak keinginan. Seringkali keinginan, kehendak, dan rencana mereka bertentangan dengan keinginan, kehendak dan rencana orangtua. Terjadilah percekcokan dan seringkali bermuara pada puncak kemarahan dari kedua belah pihak. Jika aku merenung, sungguh, sikap ini sama seperti aku yang menjadi anak-anak Allah, seringkali aku bersikap semauku. Aku ingin semua kehendakkulah yang terpenuhi, sementara Allah hanya tinggal merestui. Sebagai orangtua di dunia, kita merasa tahu apa yang terbaik dengan keadaan dan masa depan anak kita, demikian juga seharusnya Allah Bapa kita jauh mengetahui lebih baik apa yang kita butuhkan. Jika kita ingin kehendak kita dituruti oleh anak kita, demikianlah Allah Bapa ingin kita mematuhi kehendakNya. Jika kita ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anak kita, apalagi Bapa kita di Surga.. Kedua, aku merenung mengenai pengampunan. Betapa besar dosaku yang sudah kutimbun selama menjadi orangtua. Ketika banyak macam kejadian aku memarahi anak-anakkku. Kadang kemarahan itu demikian buruk sehingga memberikan predikat yang tidak menyenangkan bagi anak, pastilah anak akan merasa tersakiti, karena mereka sebagaimanapun kecil, memiliki perasaan mencintai luar biasa terhadap orangtuanya. Demikian juga ketika kita sulit mengampuni orangtua kita. Ketika di masa kecil kita merasa tersakiti, karena berbagai teguran ataupun sikap yang berasal dari orangtua dan didasarkan atas nama kehendak dan budi baik. Aku merenung lagi bagaimana sikap pengampunan itu berada antara orangtua di dunia ini dengan anak-anak. Seringkali aku datang kepada Allah memohon pengampunan atas segala pelanggaranku. Aku berbuat salah dan ingin diampuni. Allah tidak pernah memperhitungkan kesalahanku dan memberikan kelembutan hatiNya untuk mengampuniku. Sudahkah aku berbuat demikian terhadap anak-anakku? Seringkali ketika anak-anakku melakukan kesalahan, aku langsung menghakimi dan memarahi, atas dasar kebenaran moral dan budi baik. Kadang aku menghukum. Bahkan ada anak-anak yg sudah menjalankan hukuman sebelum mengaku dosa karena ketaatan pada orangtuanya. Luar biasa. Aku kira aku sudah bersikap tidak adil terhadap anak-anakku. Allah tidak memarahi apalagi mencela dengan predikat ini itu, lantas apa yang sudah kulakukan terhadap anakku, yang sama sekali bukan milikku, karena mereka adalah titipan Allah dan hak milik Allah sepenuhnya. Aku belajar memandang kehadiran anak-anakku sebagai bentuk Allah yang hadir dalam hidupku. Mestinya setiap orang akan merasakan kebesaran Allah ketika mendapatkan anak-anak, namun seringkali dosa asal menjerat kita, sehingga kita tidak mampu merasakan kehadiran Allah dalam diri anak-anak kita. Aku berpikir mereka milikku dan tanggung jawabku mendidik dan membesarkan dengan demikian mereka harus selalu berbuat segala sesuatu yang menyenangkan hatiku. Demikianlah bentuk Allah Bapa kita. Hendaknya kita selalu mengingat keberadaan kita sebagai anak yang mampu mengikuti kehendak Bapa yang Luar Biasa dan menyenangkan hatiNya yang penuh cinta..
6