“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI Januari 2014
Saudara saudari seiman yang terkasih, Bulan Desember lalu, kita semua sibuk dengan acara Natal yang disusul oleh acara Tahun Baru; perayaan yang meng-gembirakan hati masing-masing. Tiap-tiap orang memilih masing-masing cara untuk merayakannya. Pada umumnya, orang pergi ke gereja untuk misa Natal sedangkan untuk tahun baru, ada orang yang pergi liburan, mendatangi tempat hiburan, bernyanyi meniup terompet dan ada juga yang menyendiri merenung pergantian tahun dengan ber-refleksi. Yang jelas, kita semua bergembira dan optimis menyambut tahun baru. Redaksi ingin sekali lagi mengucapkan kepada semua pembaca, umat dan anggauta KKI-Melbourne;
SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU
Peringatan Natal merupakan ekspresi maupun komitmen Tuhan yang mengasihi ciptaan-Nya sendiri, manusia. Tuhan turun ke dunia, ber-reinkarnasi sama menjadi manusia dan menyatakan diri-Nya, Emanuel; Tuhan beserta kita. Cara kedatangan-Nya di dunia ini sangat tidak terduga, jauh dari apa yang terlihat disekitar kita; lampu yang bergemerlapan, nyanyian yang merdu penuh kehangatan. Kedatangan Jesus ditandai dengan penolakan Jesus sekeluarga, tidak ada penginapan yang mau menerima mereka, sampai mereka tiba disebuah kandang ternak. Bukan kasur hangat yang empuk untuk Jesus, tetapi kandang ternak yang rasanya pasti gelap, pengab dan sangat mungkin sulit dibilang ‘harum’. Istilah sekarang-nya, Jesus menjadi tuna wisma atau homeless. Pengalaman berikutnya adalah menjadi ‘refugee’ ke Mesir, menghindari kebengisan penguasa yang iri dan ketakutan tidak keruan.
MISA KKI Minggu, 2 Feb 2014 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 9 Feb 2014 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.00 Minggu, 16 Feb 2014 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 23 Feb 2014 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama
Pengalaman Jesus sendiri ini yang ditandai jauh dari kesenangan malahan ke-tidak-adilan, sering kita lupakan. Kita sering mengharapkan bahwa dengan menjadi pengikut Jesus, kehidupan kita akan bebas dari berbagai problem, hidup yang mapan, sukses, sehat dan bahagia selalu. Marilah kita berefleksi, bahwa mengikuti Jesus akan tetap merupakan perjalanan yang normal, penuh suka dan duka, ramah juga dengan penderitaan. Yang penting kita tetap setia kepada sang Emanuel, karena Tuhan selalu setia kepada kita.
Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church
Chaplain KKI, Romo Wayu, dalam kesempatan ini juga memberikan bahan renungan yang indah, ‘Kasih Menuntut Kurban’. Romo mengingatkan bahwa dalam mengasihi seorang atau sesuatu, sering kali kita perlu berkurban. Kurban ini dapat berupa waktu, harta, perasaan, dan nyawa. Walaupun artikel romo Wahyu ini relatif singkat, tetapi maknanya indah dan dalam.
631 Bourke Street Melbourne VIC Pukul: 18.00
Sehubungan dengan perayaan Natal, pada tanggal 28 Desember lalu, wilayah Santo Yohanes membuat suatu atraksi, Get Together, dengan tema, We are not just friends but family. Secara jujur redaksi yang kebetulan menghadiri pertemuan tersebut, ingin mengatakan bahwa pertemuan itu sukses besar. Kesuksesannya tidaklah diukur dari, jumlah orang yang datang, atau tempat yang mewah maupun hidangan yang disajikan. Kesuksesannya diukur dari partisipasi dari seluruh kelompok atau elemen, tua dan muda ibu-ibu maupun dengan para suami; environment atau suasananya yang 1
betul-betul penuh kekeluargaan. Pengurus wilayah, panitia perayaan, ibu-ibu seksi konsumsi dan seksi-seksi yang lainlainnya sangat layak diberikan selamat dan di-acungi jempol. Bapak Marcus Soema diam-diam merekam even ini, dan mengirimkan artikel laporannya ke redaksi yang lalu melengkapinya dengan beberapa foto-foto. Seperti yang diharapkan pak Marcus, betul dan sangat ideal sekali kalau wilayah lain dapat juga menikmati pesta keluarga yang sama. Mungkin hal ini dapat diusulkan kepada pengurus KKI untuk menyelenggarakan bukan hanya misa Natal saja, tetapi juga Christmas Get Together yang lintas wilayah, tidak terfokus untuk satu atau dua wilayah saja. Kepada seluruh pembaca, redaksi mengucapkan selamat menikmati dan membacaWarta KKI.
KASIH MENUNTUT KURBAN Bacaan acuan: Yoh 19:31-37
Oleh : Romo Wahyu Anggono O’Carm Dalam amanat-Nya yang terakhir pada Perjamuan Malam Terakhir Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa kasih itu menuntut kurban, termasuk nyawa, kata-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Hal itu dibuktikan Yesus dalam penderitaan dan wafatNya di kayu salib: Dalam praktek hidup nyata kasih itu menuntut kurban-kurban berikut ini: 1. 2. 3. 4.
kurban waktu. kurban harta. kurban perasaan. kurban nyawa.
1.
Kurban Waktu:
Menurut Pemazmur kasih kepada Allah harus diungkapkan dengan memuji-Nya paa segala waktu (Mzm 34:2). Pemazmur menyadari bahwa segala-galanya adalah milik Allah, termasuk waktu. Maka ia mau mengorbankan segala waktunya untuk memuji Allah. Penulis Kitab Pengkotbah bahkan menyebutkan secara lebih rinci tentang penggunaan waktu. Menurut penulis Kitab Pengkotbah segala sesuatu ada waktunya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pkh 3:1), untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya (Pkh 3:17). Paulus berpesan keapda jemaat di Efesus dan Kolose supaya mereka menggunakan waktu dengan baik (Ef 5:16; Kol 4:5). Dengan demikian untuk melaksanakan kasih dituntut orang berani memberikan waktunya, karena kasih itu harus dibuktikan dalam tindakan dan perbuatan. 2.
Kurban Harta:
Menurut penulis Kidung Agung, tidak akan pernah cukup orang mengurbankan hartanya untuk cinta yang sejati, katanya: “Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina” (Kid 8:7). Harta itu haus dikurbankan demi kasih kepada Tuhan dan kepada sesama, karena kalau tidak demikian maka hati orang akan melekat pada harta bendanya dan dia tidak mampu mengasihi dengan setulus dan sepenuh hati, sebab: “Dimana hartamu di sana juga hatimu” (Mat 6:21; Luk 12:34). Yesus mengatakan bahwa untuk memperoleh harta Kerajaan Surga, orang yang sungguh-sungguh mencari dan mengetahui nilainya akan menjual semua harta miliknya agar dapat -
2
memperoleh harta Kerajaan Surga, orang yang sungguh-sungguh mencari dan mengetahui nilainya akan menjual semua harta miliknya agar dapat memperoleh harta Kerajaan Surga (Mat 13:44.46). Setiap orang yang dipanggil untuk mengikuti Tuhan selalu dituntut untuk meninggalkan segala harta miliknya, bahkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dirinya. Kepada Abraham, Tuhan berfirman: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kej 12:1; bdk. Kis 7:3). Demikian juga semua murid yang mengikuti Yesus dituntut untuk meninggalkan segala-galanya: harta bendanya, ayahibunya, anak-anak, saudara-saudarinya dan lain sebagainya. Orang yang tidak berani mengurbankan harta miliknya, tidakpatut menjadi murid Yesus, tidak layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, hal itu bearti ia kurang mengasihi Tuhan. Hal itu dikatakan kepada orang muda yang kaya yang berniat mengikuti-Nya, kata-Nya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21//Mrk 10:21-22). Dan sebagai ganti dari semua yang mereka tinggalkan itu mereka harus mengangkat salibnya dan memikulnya setiap hari seraya mengikuti Yesus. Tetapi justru lewat salib itulah semua orang yang meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus akan mendapatkan kembali semuanya yang telah mereka tinggalkan sebanyak seratus kali lipat dan ditambah pula dengan hidup kekal (bdk. Mat 19:30). Umat kristiani awali juga berbuat demikian. Semua harta benda mereka dijualnya dan diserahkan kepada persekutuan untuk dibagi kepada setiap anggota sesuai dengan kebutuhan masing-masing (Kis 2:44; Kis 4:32-34). 3.
Kurban Perasaan:
Beberapa kali para bapa bangsa dan nabi serta para pengikut Yesus harus kurban perasaan karena mereka mau setia kepada Allah? Berkali-kali Firaun mengingkari janjinya untuk membebaskan bangsa Israel (Kel 5:22-23; 7:23; 8:15;9:7.34;10:20.27;11:10;15:24;16:3;17:2-3;32:21-22 dll). Bangsa Israel selalu memberontak kepada Allah, menuduh Musa membawa mereka ke padang gurun untuk dibunuh ketika mereka lapar dan haus, ketika mereka sudah bosan makan manna. Selain itu mereka juga keras kepala dan sering menjauhkan diri dari Allah. Maka Musa benar-benar merasa terbuang, merasa sendirian tak berdaya, ia benar-benar makan hati melihat sikap bangsa Israel yang tidak setia dan sering memberontak itu, maka ia mengeluh kepada Allah katanya: “Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: pangkullah di seperti inang pengasuh memangku anak yang menyusu…!” (Bil 11:12). Bangsa Israel sendiri merasa seperti ditipu oleh Musa ketika mereka mengalami kelaparan dan kehausan dan tertawan karena perang di Tanah terjanji, maka mereka berkata kepada Musa: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini. Mengapa Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anakanak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” (Bil 14:2-3). Coba lihat keluhan nabi Hosea, Amos, Yesaya, Yeremia!!!! Yesus sendiri seringkali harus kurban perasaan dalam melaksanakan tugas perutusan-Nya. Ia dianggap kruang waras otak-Nya, sahabat para pendosa, bersekongkol dengan Iblis dan sejenisnya. Demikian juga para Rasul seringkali harus kurban perasaan menghadapi tantangan dan pertanyaan dari roang Farisi dan Ahli Taurat tentang Guru mereka, karena mereka tidak dapat membayar pajak, karena Guru mereka bergaul begitu erat bahkan makan bersama dengan para pemungut cukai dan para pendosa, karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, karena mereka kelaparan dan terpaksa memetik gandum orang dan masih banyak hal lain lagi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dituduhkan kepada mereka dan kepada Gurunya. Dalam pengalaman nyata kurban perasaan merupakan kurban yang paling berat karena itu tidak jarang juga orang rela mati daripada menderita malu, atau karena tersinggung perasaannya.
3
4.
Kurban Nyawa:
Yesus sudah mengatakan bahwa tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawa bagi sahabat-sahabatnya. Yesus sendiri memberikan nyawab bagi para sahabat-Nya, bagi umat manusia. Oleh karena itu juga maka para Muridpun kelak akan rela memberikan nyawa mereka demi Tuhan dan Guru mereka. Hal itu diikuti pula oleh begitu banyak orang yang berani mati demi iman mereka yakni para martir. Dengan demikian kita dapat melihat sekali lagi bahwa untuk mengikuti Kristus, untuk melaksanakan kasih sejati kepada Tuhan dan kepada sesama, seringkali orang yang mengalami pengurbanannya yang hebat dan bahkan harus mengurbakan sendiri ke-4 hal tersebut, yakni: waktu, harta, perasaan dan nyawa.
Pertanyaan Refleksi: 1. Apakah yang telah kukurbankan demi kasihku kepada Yesus? 2. Dari semua kurban yang telah kuberikan, manakah yang terasa paling berat bagiku? Mengapa? 3. Apakah masih ada seseorang yang kubenci? Mengapa? Sudahkah aku berusaha untuk memaafkannya? Cara manakah yang kutempuh?
Mencari Sang Kekasih: Kekasihku, dimanakah Kau tersembunyi, Tinggalkan daku merana? Bagaikan Sang Rusa, Kaulari Setelah aku Kaulukai; Keluar kukejar Kau seraya memanggil, Tapi Kau menghilang pergi. Hai para gembala,a kamu yang pergi Mendaki bukit melalui kadnaga domba, Jika kebetulan kamu melihat Dia, Kekasihku, berlalu Katakana kepada-Nya, Aku sakit, menderita dan mati. Mencari Sang Kekasihku, Akan kudaki gunung nan tinggi, akan kususuri ngarai sungai, Bunga tak akan kukumpulkan, Pun binatang buas tak kutakiti, Aku akan pergi melewati Orang-orang kuat dan tembok perbatasan.
Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan. Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di
[email protected] Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.
4
Perayaan Natal
Oleh : Marcus Soema Pada tgl 28 December 2013 lalu, saya berkesempatan menghadiri acara perayaan Natal yang diselenggarakan oleh pengurus wilayah Santo Yohanes. Perayaan mengambil tempat di aula gereja Presbyterian di 6 Eulinga Rd., Clarinda. Banyak anggota senior yang hadir dalam acara perayaan Natal ini. Perayaan berjalan dengan lancar, penuh suasana kekelurgaan diantara umat yang hadir. Acara dibuka oleh sdr Budhi Pranoto, ketua wilayah Santo Joanes jam 11.00 pagi dan disusul kata sambutan singkat ketua panitia Natal sdr Eko Prijanto. Anak-anak membawakan acara operette singkat Natal, dilanjutkan dengan doa dan renungan Natal oleh Fr. Wahyu Anggono O’Carm. Chaplain KKI. Acara dimeriahkan oleh paduan suara dengan musical performance yang dipandu oleh sdr. Roy Ridwan beserta teamnya. Sesudah makan siang acara dilanjutkan dengan tarian line dance yg dipertunjukkan para ibu dibawah koordinator Mira Soema. Kemudian acara dansa dansi ini dilanjutkan untuk kaum muda. Saya salut kepada ketua pengurus wilayah Santo Yoanes beserta teamnya yang telah berhasil menyelenggarakan perayaan Natal dalam suasana yang penuh keakraban, keharmonisan dan kekeluargaan. Acara perayaan Natal wilayah Santo Yoanes ini membawa saya ke masa nostalgia, waktu saya masih giat berkecimpung dalam aktivitas KKI. Hanya waktu itu KKI belum terbagi-bagi wilayah seperti sekarang sehingga seluruh kegiatan perayaan Natal masih dilakukan secara terpadu dalam wadah KKI. Saya masih dipercaya menjadi ketua panitia perayaan Natal KKI th 2006, dimana team harus bekerja keras mencari dana yang cukup untuk membiayai kegiatan Natal KKI sebab penunjukan dilakukan pada akhir November 2006 sementara saya masuk rumah sakit untuk operasi selama seminggu dan berkat kerjasama yang baik dan terpadu, acara beerjalan lancar, makanan gratis, saldo panitiapun surplus malah disumbangkan ke beberapa organisasi di Indonesia. Semoga apa yang dilakukan oleh pengurus wilayah Santo Yoanes ini dapat menggugah pengurus KKI untuk juga memikirkan kegiatan bersama tanpa lintas batas wilayah. Misalnya perayaan Natal, Paskah maupun acara Misa menyambut hari kemerdekaan Indonesia.sehingga semangat kekeluargaan dapat dipupuk tidak saja diwilayah tetapi secara keseluruhan sebab anggota KKI adalah satu keluarga besar, seperti yang tertuang dalam spanduk wilayah Santo Joanes: We are not just friends but we are family!!
5