“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI September 2012
Saudara saudari seiman yang terkasih, Seperti biasanya, warta KKI secara teratur mendapat sumbangan artikel, siraman rohani, dari chaplain KKI, romo Waris. Ditengah kesibukannya, beliau masih sempat menulis artikel tentang tantangan iman. Kita di-ingatkan bahwa beriman itu tidaklah begitu mudah, karena ada konsekwensinya. Entah kita dapat menjadi ragu, karena akal budi kita tidak mampu menjelaskan iman secara seratus persen, tapi juga tantangan dari luar. Kita harus hati hati jangan sampai akal budi membuat kita arogan dan menyadari dimana batas dari akal budi dan iman. Artikel yang menarik, dan silahkan membaca dan mencernakannya dengan tenang. Bulan September ini juga ditandai dengan perayaan ulang tahun KKI yang kedua puluh lima. Tidak terlalu singkat tapi juga belum terlalu lanjut. Usia dua puluh lima tahun didalam kehidupan manusia akan mecakup paling sedikitnya dua generasi. Tidak heran, umat sangat antusias menyambut peristiwa ini. Berikut ini redaksi mencoba, memfokuskan dan memberikan laporan singkat tentang persiapan maupun perayaan ulang tahun itu sendiri. Bagi banyak orang memang betul, peringatan dua puluh lima tahun layak diperingati secara istimewa. Didalam tradisi Yahudi maupun gereja, peringatan 25 atau 50 tahunan layak disimak, dipelajari, dirayakan, …Jubilee and Rejoice. Karenanya, KKI sebagai sebuah keluarga telah menyiapkan peristiwa peringatan ini. Panitia peringatan ulang tahun dibentuk tahun lalu, kegiatan demi kegiatan diusulkan, disiapkan, diadakan untuk menyambut pesta akbar ini. Beberapa kegiatan dapat dilaporkan redaksi antara lain, dimulai dengan retret, sebagai tanda mawas diri, dipandu romo Verbeek; renungan dan pengajaran yang dibawakan oleh romo Pydiarto sampai pengadaan konser Mozart, The Great Mass in C Minor. Dalam edisi warta ini, redaksi juga menurunkan artikel dari Maggy Mihardja yang mengungkapkan perasaannya sebagai peserta konser. Ungkapan perasaan ini dapat menjadi ukuran kesuksesan dan betapa seriusnya umat dalam menyiapkan semuanya ini.
MISA KKI Minggu, 7 Okt 2012 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 14 Okt 2012 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.30 Minggu, 21 Okt 2012 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:45 Sabtu, 28 Okt 2012 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.30 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall
Sebuah tim kecil juga dibentuk untuk menerbitkan sebuah buku kenangan. Buku kenangan ini ditangani oleh tim yang berdedikasi tinggi; rapat demi rapat dilakoni baik secara formal dan informal, menggalang tema, bentuk tulisan mengumpulkan foto kenangan baik yang lama dan baru. Hasil akhir buku kenangan ini memang belum terlihat sampai edisi bulan ini diturunkan. Tapi rumor yang terdengar, hasilnya luuaarr biasaaa! (silahkan pembaca untuk mendapatkan buku kenangan ini, membacanya dan membuktikannya)
St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church
Resepsi ulang tahun diadakan pada tanggal 15 September di gereja St Fransiskus Assisi 631 Bourke Street di Mill Park. Umat yang datang menghadiri misa membeludak penuh. Pada kesempatan Melbourne VIC itu, pengurus KKI periode 2012-2015 dilantik. Bukan surprise lagi bahwa pengurus KKI Pukul: 18.00 yang sekarang tentu terdiri dari generasi yang lain dengan pengurus masa awal pedirian KKI. Kita patut bersyukur bahwa proses regenerasi KKI ini berjalan lancar secara alamiah. Sebagaimana juga yang terjadi dengan orang tua yang bangga dengan anak-anaknya mulai dewasa dan menjadi independen, demikian juga perasaan generasi pendiri melihat generasi penerus sekarang. Yang penting kesinambungan antar generasi tetap terjadi dan ideal sekali kalau input ataupun pengalaman dari generasi sebelumnya dapat dimanfaatkan oleh yang selanjutnya, dan ini memang akan membuktikan kedewasaan KKI.
1
Misa sore itu dilanjutkan dengan pesta resepsi dan malam ramah tamah. Tamu dari luar KKI berdatangan mebuat suasana tambah semarak. Makan malam bersama dilanjutkan dengan dansa poco-poco. Sayang larutnya malam tidak mampu menahan umat untuk cepat kembali kerumah masing-masing. Mungkin sudah kenyang makan, beramah tamah dengan teman dan rekan sehingga rasa kangen telah terobati. Memang betul redaksi tidak dapat menunggu terlalu lama untuk memberikan laporan singkat tentang misa agung bersama Uskup Agung Dennis Hart yang akan diadakan tanggal 23 September. Akhir kata, tidak lupa terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat didalam persiapan ulang tahun KKI, maupun pihak pelaksana resepsi. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun dan Dirgahayu KKI, semoga Tuhan YMK selalu memberikan berkat dan bimbingan-Nya kepada kita semua. Bulan Oktober sudah diambang pintu. Bulan ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan devosi kepada Bunda Maria, ibu gereja kita. Semoga tradisi luhur ini dapat kita laksanakan dengan baik walaupun barangkali hanya dengan kelompok kelompok kecil saja.
The Power of Faith Jangan takut. Percayalah saja! Oleh : Romo Waris, O.Carm (bagian ketiga dari 3 tulisan)
Sahabat terkasih, dalam dua bagian tulisan terdahulu, saya mengajak Anda untuk merenungkan betapa luar biasanya iman. Dengan memilikinya kita bisa dibawa kepada pengalaman mengalahkan kematian dan disembuhkan. Nyatanya memiliki iman seperti itu tidaklah gampang. Ada banyak tantangannya. Pada bagian ini saya ingin merenungkan beberapa hal yang kerap menjadi penghambat dalam beriman. Kisah dalam Injil Markus saat Yesus pulang ke kampung-Nya menjadi landasan kita bermenung. Teman-teman sekampung (bdk. Mrk 6:1-6) Sahabat, setelah Yesus menyembuhkan anak gadis Yairus, kemudian Ia berangkat dari sana. Ia dan murid-muridnya melanjutkan perjalanan dan tiba di tempat asal-Nya, di kampungnya sendiri. Pada hari Sabtu, yaitu hari Sabat Ia pergi beribadah di rumah ibadat. Setelah Kitab Suci dibacakan Ia mulai mengajar, seperti biasanya dia lakukan di tempat-tempat lain. Sekali lagi, seperti di tempat-tempat lain, jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Namun ada yang berbeda. Yaitu reaksi selanjutnya dari jemaat. Mereka mempertanyakan kapasitas Yesus, dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan lebih ekstrim lagi mereka menolak Dia. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa teman sekampung mereka menajdi seorang Guru yang mumpuni. Mereka menolak karena merasa mengetahui siapa Yesus itu. Maka Yesus tidak tinggal diam. Ia berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Teman-teman sekampung sendiri.
2
Pengetahuan Sahabat, kita melihat bagaimana iman mendapat tantangannya dari orang yang merasa tahu. Mari kita mulai dengan orang-orang yang tinggal satu daerah dengan Yesus, yaitu orang-orang di Nazareth. Waktu itu Nazareth bukanlah kota yang besar. Penduduknya juga pasti belum sangat banyak. Maka sangat wajar jika mereka saling mengenal satu sama lain. Di sanalah mereka mengenal siapa Yesus. Anak Maria dan Yosef. Juga saudara-saudarinya yang lain. Sebelum berlanjut, saya perlu memberi keterangan singkat bahwa yang dimaksud saudara-saudari di sini bukanlah kakak atau adik kandung. Mereka adalah kerabat. Seperti halnya dalam budaya kita, bahwa kerabat kita sebut saudara dan saudari. Keterangan mengenai hal ini sudah sangat jelas. Bahkan para ahli sudah tidak memperdebatkan lagi, karena hal itu umum di dalam banyak kebudayaan. Saya lanjutkan kisah mengenai orang-orang Nazareth yang saling mengenal satu sama lain. Selain mengenal seluruh kerabatnya, mereka kerap juga mengenal karakternya, pergaulannya, kekayaannya, juga tidak jarang mengenal kemampaunnya. Kepandaian dan bakat-bakat. Di sinilah mereka sangat terkejut. Di antara kagum dan kaget, mereka heran. Mereka tidak bisa memahami bahwa Yesus memiliki kemampuan begitu hebat. Mereka merasa sangat mengenal Yesus dengan segala latar belakangnya dengan baik, tetapi mereka tidak mampu memahami bahwa ada kemampuan lain yang tidak mereka lihat. Bahkan di tengah kekagetannya, mereka menolak Yesus. Hal yang sama kerap kita jumpai dalam pengalaman hidup sehari-hari. Manusia modern, yang mendasarkan dirinya kepada pengetahuan (knowledge), sulit menerima apapun yang berada di luar nalar. Kemajuan tekhnologi dengan berbagai sarana penunjangnya, membuat manusia sungguh tergantung kepadanya. Di sinilah kemudian, pada zaman modern ini iman mendapat tantangannya. Hal yang umum kita dengar adalah pernyataan bahwa apa yang tidak bisa dimengerti oleh akal budi dinyatakan tidak ada. Banyak orang mulai kehilangan iman dan meninggalkan Tuhan karena mereka berhadapan dengan banyak kenyataan yang tidak bisa dijelaskan dengan gambling oleh akal budi. Mari kita lihat beberapa contoh sederhana. Allah Tritunggal. Bagaimana akal budi bisa menjelaskan dengan sederhana adanya kenyataan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus sebagai satu Allah. Dalam kenyataannya memang mereka adalah tiga pribadi Allah yang ebrbeda, tetapi mereka adalah satu. Kita memahaminya sebagai satu misteri dalam hidup beriman. Namun bagi banyak orang yang mengedepankan akal budi, hal tersebut tidak bisa diterima. Contoh kedua yang mungkin bisa kita lihat adalah perintah Yesus untuk mengampuni. Jika pipi kita dipukul, kita diminta memberikan bagian pipi yang lain. Kita diminta memebrikan apa yang diminta orang lain. Diminta mengampuni dan mendoakan orang-orang yang memusuhi kita. semua contoh ini sangat tidak masuk akal bagi sebagian orang. Meskipun hal ini sangat mungkin dilakukan. Singkatnya, pengetahuan itu kerap menjadi halangan bagi sebagaian orang untuk beriman. Memang tidak semua orang yang berpengetahuan tinggi akan kesulitan dalam beriman. Kita mengenal tokoh dari masa lampau, misalnya St. Thomas Aquinas. Sejak kecil dia bertanya siapakan Allah itu, apakah Allah itu. Kemudian dia melakukan banyak penelitian. Seluruh hidupnya ia habiskan untuk mempelajari siapakah Allah itu. Hasilnya bisa kita baca dalam buku Summa Theologia. Atau buku mengenai teologi tertinggi. Tetapi pada akhirnya dia berkata, “karena indra tidak mampu maka iman jadi tumpuan.” Pada akhirnya kemampuan manusia itu terbatas sedangkan Allah sungguh tak terbatas. Maka sungguh yang dibutuhkan hanyalah iman. Pengetahuan sebagai unsur yang membuat orang kesulitan untuk beriman bukanlah unsur tunggal. Dia memiliki teman. Yaitu kekuasaan dan kekayaan. Beriman dan berserah penuh kepada Tuhan tidaklah gampang dilakukan oleh mereka yang memiliki kekayaan banyak dan kekuasaan besar. Bagian ini tidak akan saya jelaskan lebih lanjut. Kita bisa memahami hal ini kalau mau dengan rendah hati mendengarkan dan melihat apa yang terjadi. Saya ingin melanjutkan pembahasan mengenai usaha mengalahkan tantangan-tantangan ini.
3
Tumpuan Sahabat terkasih, apakah yang perlu kita lakukan agar tidak kehilangan iman meski memiliki pengetahuan yang besar? Menurut hemat saya hanya ada satu. Yaitu menumpukan seluruh pengetahuan itu pada dasar yang tepat. Sebab kalau tidak ia akan membawa kita ke tempat yang tidak semestinya. Bahkan bisa menenggelamkan kita ke dalam samudera atheisme yang dalam. Saya menyinggung sedikit mengenai atheisme karena di sanalah bermuara segala pengingkaran akan Tuhan. Ke sanalah mengalir segala bentuk ketidakpercayaan kepada Tuhan. Segala hal yang berkaitan dengan hilangnya iman. Bagaimana seseorang bisa kehilangan imannya, atau sebaliknya bagaimana seseorang bisa memiliki iman yang teguh bermula dari titik langkah yang sama. Yaitu pengenalan diri. Tiap orang mesti mengenal dirinya sendiri dengan baik. Memahami segala kelebihan dan kekurangannya dengan saksama. Itu adalah langkah pertama. Langkah itu membawa orang memahami siapa dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Langkah berikutnya sangat menentukan. Apakah dia akan menjadi orang beriman atau sebaliknya menjadi seorang atheis. Kita mulai dari bagaimana seseorang bisa menjadi atheis. Setelah proses pengenalan diri, bahkan juga dengan pengembangan diri, seseorang bisa menjadi atheis. Mengapa? Karena mereka akhirnya hanya berpusat kepada diri sendiri. Ketika seseorang mengenal dirinya dengan baik, kemudian menemukan segala potensinya dengan cemerlang; ia akan banyak melihat kepada diri sendiri. Segalanya bermula dan bermuara kepada diri sendiri. Semuanya serba aku. Di sini yang menjadi pendorong utama seseorang menjadi atheis adalah para motivator yang mengajak orang untuk hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Menggali kemampuan sendiri, dan seterusnya. Tidak ada tempat bagi pihak lain. Di sana juga tidak ada tempat bagi Tuhan. Karena seseorang berhasil melakukan banyak hal karena dia berusaha, karena dia bisa, karena dia mengembangkan segala potensi diri yang ada. Tidak ada sama sekali campur tangan ilahi di sana. Hal sebaliknya bisa terjadi bahwa seseorang bisa menjadi semakin beriman. Langkah pertama adalah pengenalan diri. Hal ini sama. Langkah kedua ini yang sungguh berbeda sama sekali, yaitu melepaskan segala kemampuan diri dan menumpukan hanya kepada Tuhan. Bahwa segala kemampuan diri itu diterima sebagai anugerah dari Tuhan. Tuhanlah yang memberikan segala bakat dan kemampuan. Maka kepada Tuhanlah semuanya itu diserahkan. Contoh dari pribadi semcam ini adalah Santo Paulus. Dia itu seorang yang sangat pandai. Dia belajar Kitab Suci kepada guru ternama, yaitu Gamaliel. Dia berasal dari kalangan terpandang dan menjalankan hukum dengan baik. Namun baginya semuanya itu adalah sampah jika dibandingkan dengan pengenalannya akan Yesus Kristus (bdk. Flp 3:8). Kemudian dia masih menambahkan bahwa kalau dia bisa melakukan banyak hal, bukan karena dia hebat, tetapi karena Tuhanlah yang memberi kekuatan kepadanya (bdk. Flp4:13). Satu contoh bagi kita sendiri untuk memupuk hidup beriman kita bahwa semuanya berasal dan akan kembali kepada Tuhan. Dituntun orang buta Sahabat, pada bagian terakhir ini saya tambahkan sedikit mengenai bagaimana kita bersikap yang tepat dalam hidup beriman. Mengatakan bahwa kita ini adalah orang beriman adalah lebih mudah dari pada menjalaninya. Iman kita secara sungguh-sungguh mendapatkan tantangannya di dalam berbagai kesulitan hidup yang kita jalani. Saya menggunakan gambaran ‘dituntun oleh orang buta’ sebagai perumpamaan hidup beriman tersebut. Sekali lagi, dituntun oleh orang buta. Bukan menuntun orang buta. Bukan juga orang buta menuntun ornag buta. Saya rasa cukup jelas, yaitu dituntun oleh orang buta sebagai gambaran hidup beriman. Pertama, beriman artinya percaya kepada Tuhan. Dituntun artinya percaya kepada yang menuntun. Beriman yang adalah percaya tidak mudah dilakukan seperti halnya tidak mudah memercayai orang buta sebagai penuntun kita. Hal awal yang akan kita kemukakan adalah, kita lebih mengerti jalan dibandingkan dengan si penuntun. Yang terjadi kemudian adalah kita menjadi penunjuk arah bagi dia yang menuntun kita.
4
Itulah yang kerap terjadi dalam hidup kita. Kita menjadi penunjuk jalan bagi Pribadi yang menuntun hidup kita. Kita mengarahkan Tuhan kemana kita harus pergi. Bukan sebaliknya. Kita merasa lebih tahu dari pada Tuhan. Kita merasa lebih tahu dan mampu, sedangkan Tuhan kita anggap tidak tahu apa-apa, karena Dia buta. Kedua, bagaimanakah sikap yang tepat yang mesti kita bangun? Sikap yang tepat yang cukup sederhana adalah menutup mata. Ya, jika kita dituntun oleh orang buta, maka kita cukup menutup mata kita. Di sana kita akan dibawa kepada sikap pasrah. Kalau kita membuka mata, segala pengloihatan kita; segala pengetahuan dan kemampuan kita akan menggangu. Dengan memejamkan mata, kita akan berserah sungguh kepada gandengan tangan-Nya dan kita akan melangkah dengan lebih tenang. Bagaimana membuktikan ini? Hanya ada satu cara membuktikannya, yaitu menjalaninya. Mari kita bersama-sama berjalan dalam iman, dalam naungan Tuhan, dan kita akan bersama pula sampai di tempat yang nyaman. (selesai). Port Melbourne 20 September 2012
KONSER KKI THE GREAT MASS FOR OUR GREAT GOD Terpaksa kuberi judul itu, karena hanya itulah yang terpantul dalam relung-relung jiwaku selesai menghadirkan konser akbar yang baru lewat. Di bawah ini aku membagikan pengalaman rohaniku pribadi dan bukan ulasan hasil pertunjukan. Kukira akan banyak yang merasakan getaran sukacita dan semangat spiritual dalam pagelaran tersebut. Adapun kami sudah berlatih selama tujuh bulan terakhir, kadang seminggu dua kali bahkan seminggu tiga kali. Kadang ada rasa sungkan di hatiku terhadap anggota koor yang memang sejauh kutahu: buta huruf not balok. Untuk kaum pemusik yang belajar musik klasik, tahu artinya pagelaran dengan anggota buta huruf: pagelaran harakiri... Di sini kami tuang segala kebutaan kami untuk hanya bertopang pada kekuatan Roh Kudus yang akan memimpin kami, demikian berulang kudengung dalam sanubari, ketika sisik kecil kepenatan dan keraguan mulai mendayung semangat kehampaan dan mendung sebulat pelangi mulai bertengger dalam bayangku, apakah mampu kami meneruskan langkah? Di sini kami tuang segala kebutaan kami untuk hanya bertopang pada kekuatan Roh Kudus yang akan memimpin kami, demikian berulang kudengung dalam sanubari, ketika sisik kecil kepenatan dan keraguan mulai mendayung semangat kehampaan dan mendung sebulat pelangi mulai bertengger dalam bayangku, apakah mampu kami meneruskan langkah? Mulailah nampak hasilnya ketika dipadukan bersama orkestra. Orkestra memang lebih baik karena mereka melek not balok, sementara kami penyanyi lebih banyak berpijak pada ingatan dan hafalan serta pendengaran. Intuisi manusia sungguh hebat, ciptaan Tuhan selalu sempurna adanya. Kelemahan selalu dilengkapi dengan kemampuan serap lainnya, inilah yang kami manfaatkan dengan segudang ketekunan. Banyak lagu yang tidak pernah lolos sekali jadi. Setiap kali harus diulang dan diperbaiki berulang kali. Hampir setiap pulang latihan koor, suaraku parau tidak terjangkau. Teknik yang tidak dapat sempurna digunakan karena peserta kelompokku tidak kunjung lengkap. Seharusnya kelompokku berjumlah enam orang. Namun seiring proses waktu, yang tertinggal hanya tiga orang. Banyak yang mengolokku mengatakan suaraku mencakup lima orang, bagiku itu bukan hiburan, itu kepenatan. Namun aku tetap merasa bersyukur dikaruniai talenta kapasitas lima suara. Dan puji Tuhan, pada saat pagelaran nanti jumlah kelompokku hanya tinggal dua orang. Malam gladi bersih. Malam pertama kalinya kami berlatih dari awal lagu hingga terakhir. Sekali lagi, tak mungkin lolos seleksi sekali jadi. Banyak yang masih tidak karuan, hitungan dan ketukan entah tertukar kemana. Suaraku habis, imanku krisis, batinku miris. 5
Siang hari sebelum pertunjukan. Rencanaku bulat-bulat tidak mau hadir di misa mudika. Bagiku alasan selalu bertebaran, tinggal comot mana yang cocok. Kecocokan alasan adalah: jauh dan keributan yang mewarnai misa KKI. Aku ingin keheningan mutlak bersama Allah. Aku ingin berhubungan batin intim dengan Allah dalam ekaristi kudus. Jika tidak dibarengi keheningan, keintiman itu menipis dan menghilang. Namun ada alasan lainnya yang kurasa berasal dari surga, yaitu mengiringi mudika bernyanyi untuk ulang tahun Romo Waris. Dengan membutakan diri aku hadir di misa. Dan nyatanya, misa itu hening. Homili jelas-jelas membahas mengenai talenta, bagiku itu memperjelas talenta lima suara yang kupunya. Padahal Romo tidak merancang bacaan, kurasau memang Roh yang mengatur segalanya untuk kami. Merasa sudah mendapat kekuatan penuh dari ekaristi kudus, dibasuh airmata dalam persatuan rohani dengan Sang Khalik ketika hosti diangkat tinggi, nampak Roh surgawi mengiringi langkah kami, menuju kepada kemuliaan Illahi. Sore menjelang konser. Aku tidak banyak bicara. Aku tidak berani tertawa. Tertawaku dan suaraku bicara kapasitas lima orang, demikian potensi itu kusimpan untuk dipergunakan nanti malam. Detik-detik menjelang konser di atas altar. Aku duduk menatap langit-langit gereja, pejam mata dan memanggil semua orang Kudus untuk ikut bernyanyi. Kami semua penyanyi buta huruf, namun kami dalam liputan Terang Roh Kudus. Penonton terus berdatangan dan kami berpengharapan. Hasilnya sudah diketahui bersama. Karya indah kemampuan berharakiri selesai kami laksanakan. Karya Cum Sancto yang tidak pernah sekalipun berhasil kami nyanyikan sekali jadi, malam itu terdengar sempurna sekali. Berkat siapa? Baiklah kita semua menjawab serentak, berkat Allah Bapa yang Maha Mulia.
SUSUNAN PENGURUS KKI 2012-2015 Website: www.kki-mel.org Moderator/Pembimbing Rohani: Romo Paulus Waris Santoso O.Carm Ketua: Prabudi Darmawan Wakil ketua I: Robin Surjadi Bendahara: Matheus Huang, Eko Ariyanto, Linda Munanto Sekretaris: Yudo Baskoro, Natalia Teguhputri Kegiatan Reguler Port Melbourne: Arman Sukiri, Yovinus, Linda Munanto, Frank Halim, Swan Halim Kegiatan Reguler Boxhill: Heru Prasetyo, Ida Pangestu, Aline Salim, Yoseph Pegu, Ling Ling, Bertha Lim, Yovita Un Bria, Berta Ngadha, Yoseph Keli Odji, Anton Salim, Dwi Sutanto, Danny Renato
InfoComm: Hanny Santoso, Eric Kuncoro, Angelina Ng, Adrian Poermandya, Kevin Widodo, Yoga Adipraja, Angela Satyawan, Anthony Glenn Hidayat, Rufin Kedang, Ben Sugiya, Edy Lianto, Istas Hidayat, Dina Budiarto, Anton Salim, Dwi Sutanto, Fernanda Sidarta Sie Liturgie: Andi Mihardja, Ray Christian, Linda Munanto, Anton Lukmanjaya, Rudy Pangestu, Adolfus Sekawago, Herru Sugihardjo, Adrieza Martiono, Simon Santoso, David Sunario, Melia Sunario, Suria Winarni, Aureine Wibrata, Wenda Gumulia, Agus Wijaya Komisi Keluarga: Richard & Lee Lian Oei, Roy & Angela Nuryati Sosial: Paulus Ang, Chandra Goenawan, Poppy Setiawan, Claresta Belinda, Janto Djunaedi, Lia Tanamas, Inge Salindeho, Bernadette Sidharta Natal, Paskah & HUT KKI: Jimmy Tjahya, Melia Sunario, Teresa Claydius
6