“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI Agustus 2016
Saudara saudari seiman yang terkasih, Peristiwa atau even akhir-akhir ini banyak di-dominir even keluarga yang dimulai dengan pemberian sakramen permandian, peringatan ulang tahun perkawinan retret keluarga oleh FAE (Fully Alive Experience) dan kelihatannya kegiatan seperti ini akan berlanjut terus, karena bahannya cukup aktual.
MISA KKI Minggu, 4 Sept 2016 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.15
Memang disadari betul bahwa gereja Katolik berpendapat bahwa kokohnya gereja itu sangat tergantung dari kondisi keluarga dari umat sendiri. Keluarga yang mengalami kondisi yang ideal akan menghasilkan umat yang ideal. Hubungan yang harmonis antara suami dengan istri atau pasangannya, maupun anak-anak dengan orang tuanya akan lebih mudah menemukan suasana spiritual yang positif. Karenanya, Warta KKI sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang besar atas even atau kegiatan keluarga, Edisi bulan Agustus dari Warta KKI inipun sarat dengan laporan kegiatan keluarga. Misalnya saja, Warta KKI menurunkan laporan retret FAE yang ditulis oleh Bpk Paulus Ang. Didalam laporannya, dia menceritakan pengalamannya mengikuti retret mulai dari perasaan pesimis waktu pendaftaran sampai kepuasannya sesudah selesai dengan retret tersebut. Redaksi Warta KKI juga ingin mengucapkan selamat kepada panitia maupun peserta atas suksesnya pengadaan retret ini. Bapak Istas Hidayat juga berpartisipasi dengan urusan keluarga dan perkawinan. Pak Istas memberikan presentasi di pertemuan wilayah St Yohanes, bagaimana memupuk perkawinan supaya umurnya langgeng. Bahannya sederhana dan singkat, 5 Langkah Memupuk Perkawinan, tetapi indah, bagaimana membuat hal-hal yang sederhana teringat terus. Bahan presentasi pak Istas dapat dibaca pada bagian Warta KKI di edisi ini. Terima kasih pak Istas dan pak Paulus.
Minggu, 11 Sept 2016 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.00 Minggu, 18 Sept 2016 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 25 Sept 2016 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall
Berita besar yang akan datang adalah pentahbisan Fr David Lemewu sebagai imam. KKI Melbourne sangat bangga karena Fr David merupakan ‘produk asli’ dari umat KKI. Marilah bersama-sama kita berikan dukungan dengan menghadiri misa pentahbisannya pada tanggal 19 Agustus, di gereja St Dominic - 816 Riversdale St Camberwell, jam 19.00.
St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu
Akhir kata, redaksi mengucapkan selamat membaca.
St. Augustine’s City Church 631 Bourke Street Melbourne VIC Pukul: 18.00
1
Memori FAE 1-3 Juli 2016 Oleh: Paulus Ang, July 2016
Semoga catatan ini bermakna adanya bagi kita (penulis & pembaca) dalam pengarahanNya. Ada dua sisi yang ingin saya sampaikan disini. Satu sisi sebagai bagian dari tim panitia dan yang satunya sebagai peserta. Sebagai panitia, saya terlibat dengan motivasi belajar perihal retreat. Ini kali kedua saya ikut retreat dan untuk pertama kali ikut retreat yang menginap. Retreat saya bedakan dengan rekoleksi dari segi kurun waktu pengadaan nya. Rekoleksi biasa nya selesai pada hari yang sama, sedangkan retreat membutuhkan lebih dari satu hari. Bayangan saya tentang retreat pada awalnya adalah pengarahan satu arah saja, dimana tokoh/pembicara utama (Pastor/ Romo/Spiritual Leader) mencurahkan materi spiritual berikut pengalamannya kepada peserta. The level of audience engagementnya sangat tergantung dari kharisma dan kepiawaian pembicara. Dan lebih bersifat pencerahan lewat ulasan/ penjelasan materi/pengalaman semata. Retreat FAE rupanya berbeda, karena sarat dengan bahasan manusiawi orang awam (beberapa keluarga/pasangan pembicara) yang dilengkapi dengan simulasi drama & praktek langsung(workshop) dari metode-metode FAE praktis. Dengan demikian peserta mudah mengerti, sangat terlibat dan bisa menggunakan metode-metode ini untuk mendeteksi langsung area of focus bagi pengembangan/perbaikan diri pribadi. Sebagai bagian tim yang mengikuti persiapan dan marketing event ini, sampai ke penyelenggaraannya, terasa sekali banyak surprise terjadi. Saya mengikuti jumlah peserta yang mendaftar. Target mulanya adalah 60 peserta dan 4 minggu sebelumnya, jumlah yang terdaftar dan konfirmasi hanya 33 nama, jauh dibawah target. Angka ini sudah termasuk panitia dan keluarga. Kesan dari umat yang diajak, sepintas terasa bahwa tenggang waktu singkat dengan event retreat sebelumnya menyebabkan ke-enggan-an untuk ikut retreat lagi. Apalagi dengan pembicara yang tidak banyak diketahui dan tanpa profile. Rupanya dengan persistensi teman-teman setia FAE yang diikuti ‘pagar doa’ akhirnya sampai pada minggu terakhir, angka ini berhasil melewati target dan mencapai 68 nama. Bahkan pasangan peserta dari Magelang yang sebenarnya hanya datang ke Melbourne untuk membantu anak pindahan bisa tertarik ikut, seolah-olah dikirim Tuhan. Dalam pengalaman saya menyelenggarakan rekoleksi singkat, biasanya saya memegang kendali dan merasa aktifitas yang perlu dilakukan ada dalam kontrol saya. Kali ini scope retreat yang lebih besar karena faktor akomodasi, tempat baru, pengadaan konsumsi dinginnya winter dan baru pertama kali, nyali cukup ciut juga. Belum lagi mengajak keluarga yang belum sepenuhnya siap ikut. Another ‘against all odd saga’ kata batin saya. Ternyata satu per satu semua nya berjalan baik dan jauh dari kekhawatiran berlebih yang biasanya menghantui saya. Ternyata ada tenaga sukarelawan juga yang khusus datang untuk membantu. Hati saya bilang laskar Tuhan bekerja secara misterius lewat teman-teman yang mendaraskan pagar doa. Dari segi aktifitas fundraising, diharapkan tidak membebani umat untuk menyumbang. Dan rupanya dapur makanan dari sukarelawan sangat membantu kantong dana. Tentu juga donatur misterius dan peserta yang membayar lebih telah menjadi berkah buat terselenggaranya event ini. Terimakasih Tuhan telah memberikan kemurahan para donatur & peserta. Sebagai seorang peserta, ini adalah retreat pertama FAE buat saya. Saya merasa penyelenggaraan retreat ini mirip konsep bootcamp di dunia kerja. Pembawaan diri para fasilitator terasa sangat menjiwai. Elemen Fully Alive sangat terasa, ditambah lagi dengan partisipasi keluarga.
2
Tujuan retreat ini untuk membantu diri kita menyingkap diri kita apa adanya termasuk semua potensi diri yang ada ke permukaan agar hidup terasa benar-benar utuh, tanpa topeng/kepura-puraan/ketakutan dalam menghadapi hidup. Proses penyingkapan diri ini membutuhkan waktu, untuk itu metode-metode yang dipakai FAE dan catatan pribadi selama retreat adalah bekal yang peserta bawa pulang. Metode ini didesain oleh psikolog ahli dan digunakan untuk membantu mengenali sisi lemah diri pribadi yang kemudian diikuti dengan teknik untuk mengatasinya. Pengalaman saya pribadi, penyingkapan pribadi tanpa panduan butuh waktu dan tergantung temuan dalam hidup & datangnya inspirasi yang kerap kali insidental. Adanya faktor kebersamaan dalam kelompok sharing, membuat metode ini bekerja lebih efektif dan memungkinkan peserta mengenal satu sama lain lebih baik lagi. Ada peserta yang pada mulanya merasa canggung untuk berbagi pengalaman/sharing, namun kemudian berbalik merasakan bahwa dengan memberi dia menerima, sehingga sharing menjadi sesuatu yang baik. Tentu saja fasilitator telah mengutarakan panduan memberi sharing sejak awal dan turut memberi contoh-contoh praktis sehingga mudah dilakukan. Penggalian diri secara holistik ini dengan cepat memberikan input akan sisi pandang mana yang membutuhkan perhatian untuk dikoreksi lebih lanjut. Apakah itu cara pandang saya tentang diri saya sendiri? Atau cara pandang saya tentang orang lain, kehidupan, dunia atau Tuhan yang membutuhkan perhatian/koreksi? Sekali lagi faktor kebersamaan dalam retreat ini sangat membantu dan juga meyakinkan diri sesama peserta akan aspek positif pribadi yang dimiliki. Ini bentuk peneguhan/afirmasi yang dapat langsung dirasakan dalam retreat ini. Oleh sebab itu tidak heran kalau tim pembawa FAE telah berkali-kali mengadakan FAE dan selalu mendapatkan manfaat perbaikan diri. Pada akhirnya pengalaman ini semua membuat kita balik kembali kepada hubungan kita dengan Tuhan sang pencipta yang mencintai kita tanpa syarat. Terima kasih bagi Tim Pembawa FAE: Roy/Angela, keluarga Hotman/Analia dari Jakarta, Pasangan Sora/Yolan dari New Zealand, Om Richard/Tante Lee Lian Oei, Maria Kuncoro; semua pendukung FAE: Natalia, Ida/Rudy, Simon/Amelia, Feny Tano/Johan, Jenny sekeluarga, Tante Judy/Om Andi, donatur, peserta dan tentu saja Pater Boni.
3
5 LANGKAH MEMUPUK PERKAWINAN ISTAS HIDAYAT
Kata ‘memupuk’ pada judul di atas sengaja dipilih, karena perkawinan tak mungkin akan bisa tumbuh apabila tidak dipupuk. Dan, pupuk itu bau. Tidak sembarang hidung bisa menerimanya. Namun, kata sementara ahli tanaman, semakin bau pupuk itu, semakin mujarab hasilnya nanti. Begitu pula halnya dengan perkawinan. Perlu pupuk. Dan tidak ada pupuk yang wangi. Dengan kata lain, langkah apa pun untuk memupuk perkawinan tidak ada yang enak dan gampang. Tiga pupuk pertama di bawah ini dipetik dari nasihat bijaksana Paus Fransiskus kepada pasangan yang akan menikah. Ada 3 kata penting kata Paus, yang harus menempel di bibir suami-istri: THANK YOU – PLEASE – SORRY. 1. THANK YOU Bahasa Indonesia punya kata yang lebih mengena: Terima Kasih. Setiap kasih yang kita terima dari seseorang, apalagi dari pasangan kita, perlu kita hargai dengan ucapan “terima kasih”, yang berarti ‘aku telah menerima kasihmu’. Dan setiap kali orang mendengar ucapan itu, maka ia terdorong untuk memberikan kasihnya lagi. 2. PLEASE Teman hidup kita bukanlah budak yang harus menaati perintah atau aturan kita. Dia sederajat dengan kita. Martabatnya setara dengan martabat kita. Sisipkan kata “Tolong” dalam setiap permintaan agar pasangan kita dengan segala senang hati melakukannya. Kata “Tolong” selalu terdengar merdu di telinga, dan “Tolong” tidak berarti bahwa kita berada dalam keadaan gawat darurat. 3. SORRY Kita manusia tidak sempurna, gampang bikin kesalahan, yang menyakitkan hati orang lain. Tidak ada salahnya kalau kita minta maaf segera setelah menyadari kesalahan kita. Begitupun sebaliknya. Pasangan kita, yang juga gampang bikin kesalahan, perlu segera kita maafkan agar tidak menjadi beban pikiran kita sendiri. Memaafkan berarti memutuskan untuk tidak menuntut balas. Terlebih lagi di Yubelium Luarbiasa Kerahiman Allah ini, kita diingatkan: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36) Pasutri Katolik, Francine & Byron Pirola, yang giat menjalankan misi memperkokoh perkawinan, menambahkan pupuk yang ke-4 dan ke-5: LISTEN dan PRAY. 4. LISTEN Mendengar dan mendengarKAN ada bedanya. Bahasa Inggris lebih memperjelas perbedaan antara HEAR dan LISTEN. Kepada orang tuli yang bisa mendengar lagi kita ucapkan: “Selamat Mendengar”. Sedangkan penyiar radio menyapa pendengarnya dengan ucapan: “Selamat MendengarKAN”. Mendengarkan berarti menyimak dengan tekun dan sabar, dan sepenuh hati. Apa pun yang dikatakan pasangan tidak perlu kita tanggapi dengan tangkisan atau nasihat, cukup dengan merumuskan gejolak hatinya (marah, jengkel, sedih, gembira dan semacamnya).
4
5. PRAY Banyak orang belum melakukan hal ini: DOA. Padahal doa bisa memperteguh hati kita dalam mencintai pasangan. Doa juga dapat menambah kemampuan kita untuk bersabar dan penuh belas kasih. Salah satu doa singkat yang dapat dipakai: ALLAH MAHA-PENGASIH, TERIMA KASIH BAHWA KAU TELAH MEMBERIKAN ISTRI/SUAMI KEPADAKU. BANTULAH AKU UNTUK MENGASIHINYA DAN SETIA MENDAMPINGINYA. AMIN Dipetik dari Refleksi KKI Wilayah St Yohanes, 9 Juli 2016. Foto dari SmartLoving, Australia.
Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan. Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di
[email protected] Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.
5