Fenomena Clubbing (Studi Kasus di Q-Corn Pub Quality Hotel Kota Gorontalo) Teffi Andaru Alwi, Farid Th. Musa S.Sos., MA, Funco Tanipu S.T., MA Program Studi Sosiologi ABSTRAK Clubbing merupaka suatu fenomena yang muncul di tengah-tengah masyarakat perkotaan, clubbing identik dengan dunia malam yang hura-huran dan penuh dengan kegelamoran. Sebuah fenomena menarik yang timbul atas kepenatan aktivitas yang di jalani oleh masyarakat perkotaan yang menyebabkan clubbing menjadi salah satu hiburan malam yang di pilih bagi mereka kaum penikmat dunia malam atas jawaban dari kepenatan yang dirasakan yang mengiinkan suatu hiburan yang menarik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan fenomenologi untuk dapat menggambarkan sifat-sifat individu, kelompok, dan keadaan atau kehidupan sosial budaya. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di Q-Corn Pub Hotel Quality Kota Gorontalo. Wawancara dilakukan dengan para Clubber yang menjadi objek penelitian, serta unsur-unsur lain yang dianggap mampu memberikan informasi tentang Fenomena clubbing di Kota Gorotalo.. Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa kehidupan clubbing muncul atas dasar keinginan masyarakat perkotaan akan sebuah hiburan malam yang menyediakan kesenagan dan kebebasan berekspresi untuk jawaban bagi kepenatan yang di alami masyarakat perkotaan atas rutinitas keseharian yang di angap membosankan. Penikmat hiburan malam clubbing pada khusunya berasar dari kalangan mahasiswa dan para eksektif muda yang sudah memiliki kehidupan mapan sehingga dngan mudah bisa mengakses kehidupan glamor dan hura-hura yang di sediakan bagi mereka para penikmat clubbing. Dalam menikmani hiburan di clubbing mereka menghasiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol, minum dan dugem. Pola konsumsi simboit dan kelas sosial nampak entah disadari maupun tidak dari prilaku yang mereka timbulkan pada saat melakukan interaksi dalam ruang lingkup clubbing itu sendiri
Kata Kunci : Gaya Hidup, Clubbing, Gorontalo
Gaya
hidup
secara
luas
didefenisikan
sebagai
cara
hidup
yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya. Hal ini di dukung dengan perubahan yang cepat dalam teknologi informasi yang telah merubah budaya sebagian masyarakat dunia terutama yang tinggal di perkotaan. Khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi, merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat di peroleh melalui media cetak massa maupun elektronik, internet, televisi, dan berbagai teknologi yang sudah tersedia, sehingga memberikan kemudahan pada masyarakat dalam menentukan gaya hidup yang diinginkan. Menyadari akan arti penting penampilan, maka para anggota
budaya
modern menghadirkan kepentingan yang besar untuk memantau penampilan diri mereka sendiri dan juga orang lain yang dapat mereka kontrol.1 Mempertahankan gaya hidup untuk di ikuti menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat perkotaan, dimana mereka mencoba menguasai orang lain menggunakan apa yang mereka miliki untuk menjadi panutan orang lain. Dalam hal ini sebagaimana lazimnya yang bisa kita lihat bahwa kemajuan wilayah perkotaan menjadi salah satu faktor pendorong berbagai macam pembangunan, salah satunya yaitu dalam bidang indistri hiburan, aneca macam jenis hiburan telah bermunculan dari yang biasa-biasa (yang bisa di jangkau semua orang seperti tempat rekreasi dan taman hiburan) sampai yang luar biasa (tempat hiburan yang hanya bisa di nikmati orang-orang tertentu seperti pub dan diskotik), semua tempat hiburan memiliki ciri khas masing-masing dan juga para penikmat yang berbeda.
1
Lihat Douglas Chaney dalam, Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. KANISIUS, Yogyakarta. 2005. Hal 56
Kuhshus untuk pub maupun diskotik biasanya hanya di buka pada malam hari. Fenomena diskotik sebenarnya sudah muncul pada tahun 1970-an dan terus berkembang hingga sekarang, lebih lanjut di jelaskan bahwa pada awal perkembanganya di indonesia pada awal dekade 1970-an, diskotik dan hiburan dunia malam merupakan hiburan yang hanya dinikmati oleh orang tua saja dan hanya sebatas live musik dan karaoke. Namun akhirnya dimasuki oleh kaum muda dengan mencipta dunia malam mereka sendiri dengan gaya mobile disco. Memasuki era 80-an, diskotik dan dunia malam semakin berkembang serta mengalami perubahan gaya yang terkenal dengan sebutan breake dance atau “tari kejang”. Dari era 90-an hingga sekarang, dunia malam dan diskotik terus berkembang, para penikmat dunia malam sekarang sudah dapat memilih antara live music, karaoke dan dance, karna tempatnya sudah tersendiri dan para penikmatnya tidak hanya sebatas anak muda.2 Banyaknya tempat-tempat hiburan malam khusunya diskotik merupakan jawaban dari perkembangan suatu kota yang mengharuskan para warganya menghabiskan waktu keseharian dengan pekerjaan sehingganya dengan bepergian ke tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik merupakan salah satu ekpresi mereka untuk menghilangkan kepenatan aktivitas keseharian. Setiap individu atau kelompok dalam stratum sosial tertentu akan memiliki gaya hidup yang khas yang dapat menjadi simbol prestise dalam sistem stratifikasi sosial. Gaya hidup ini dapat dilihat dari barang-barang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya bersifat modis, cara berperilaku (etiket), sampai bahasa yang digunakan tidak untuk tujuan berkomunikasi semata-mata, tetapi juga untuk simbol identitas. Pencarian identitas diri dengan gaya hidup tertentu dilalui remaja dengan beragam jalan. Terdapat suatu kasus mengenai gaya hidup remaja saat ini, yaitu aktivitas mereka pergi ke klub malam, atau yang diistilahkan dengan clubbing. Retno mengungkapkan bahwa clubbing saat ini merupakan kehidupan malam anak muda perkotaan yang sedang menjadi tren.3 2
Liyansyah , Muhhamad. “Dugem Gaya Hidup Para Clubbers”. Skripsi, 2009. Universitas Sumatra Utara. Hal 67 3 Dimitri, Nindyastari, Gaya Hidup Remaja yang Melakukan Clubbing, Skripsi: Universitas Gunadarma, 2008. Hal: 3
Pola hidup konsumtif yang gencar di promosikan oleh produsen dengan berbagai cara untuk meraih keuntungan dalam hal bisnis, hal ini terlihat dari bagaimana berbagai fasilitas yang di sediakan produsen untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu memenuhi hasratnya dalam hal mencari hiburan sebagai ajang menghilangakan kepenatan dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Hiburan malam menjadi sebuah pilihan tepat bagi mereka yang mengiinkan kesenangan yang berbeda dari kebanyakan khalayak, diantara Cafe, Karaoke, dan Diskotik yang masing-masing menyediakan sarana hiburan yang berbeda-beda. Kata Clubbing berasal inggris yang di bentuk dari kata club yang berarti “perkumpulan”. Istila clubbing yang terdapat dalam kamus tersebut bermakna “berkumpul”. Istilah Clubbing yang dapat kita pahami adalah berkumpul-kumpul pada malam untuk menikmati hiburan di tempat-tempat yang menawarkan hiburan, kenyamanan dan kenikmatan biasanya dilakukan pada akhir pekan untuk menghilangkan kepenatan dan semua beban ritual sehari-hari.4 Clubbing juga merupakan istilah khas anak muda yang berarti suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, hedonis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat. Melalui clubbing khususnya anak muda merasa menemukan jati diri, di sana mereka bisa lompat-lompat sebebasnya, meneguk alkohol dan narkoba. Melalui clubbing mereka bias menemukan komunitas bergaulnya. Singkatnya clubbing adalah just having fun, sekedar hurahura dan membutuhkan banyak uang, Perdana Clubbing, adalah sebuah kata yang cukup akrab di telinga para remaja, khususnya remaja.5 Clubbing merupakan salah satu ajang pergaulan remaja saat ini. Para kawula muda rela menghabiskan waktu dengan memadati diskotik-diskotik ternama hanya untuk sekedar menikmati musik, bergoyang di lantai disko sambil meminum minuman favorit dari non-alkohol sampai minuman beralkohol, banyaknya tempat hiburan publik seakan memang di sediakan untuk memenuhi 4 Liyansyah , Muhhamad. “Dugem Gaya Hidup Para Clubbers”. Skripsi, 2009. Universitas Sumatra Utara. Hal 3 5 Ibid hlm 3
keinginan dan kebutuhan kaum muda untuk memenhi kebutuhan gaya hidup mereka. Tempat-tempat hiburan yang ada seperti café-café, mega mall, diskotik, bioskop dan lain-lain, seakan-akan memang disediakan bagi mereka para kaum muda. Mayoritas tempat-tempat tersebut di penuhi oleh para kaum muda yang sedang menikmati masa mudanya, Gaya hidup glamor dan serba enak itu melekat kuat pada citra kaum muda itu sendiri. 1. Kondisi Q-Corn Pub Quality Hotel Gorontalo Ketika masuk kedalam Q-Corn Pub kita akan langsung disuguhkan dengan desain ruangan yang elit anda akan menemui dua seting tempat duduk yang berbeda yang pertama dengan seting biasa hanya ada kursi-kursi tersendiri yang mengelilingi meja bundar tanpa penghalang dan seting kursi panjang yang saling berhadapan yang memiliki penghalang yang membuat tempat tersrbut memiliki ruang privasi tersendiri ketimbang yang biasa, selanjutnya seting cahaya lampu yang minim dan hanya ada satu lampu disko dan beberapa lampu sorot berwarna yang akan selalui bergantian menerangi setiap bagian ruangan Q-Corn Pub. Satu tempat di bagian depan dengan setingan lantai lebih tinggi dari kursi-kursi disediakan khusus untuk DJ ( Disc Jockey ) untuk memaikan dentuman musiknya, kemudain tepat di depan tempat DJ adalah lantai dansa untuk para pengunjung yang ingin melakukan Dugem dan tepat di depan pintu masuk dan keluar tempat bartender, pemesanan minuman dan kasih berada. Q-Corn Pub biasanya buka pada jam-jam 10.00 Wita sampai dengan 04.00 wita, dalam pengelolaan waktu pihak Q-Corn membaginya ke dalam beberapa sesi untuk pembuka biasanya disajukan live music yang diisi oleh band-band lokal gorontalo pada hari-hari biasa di luar iven-iven, setelah itu masuk ke sesi music DJ yang juga di isi oleh DJ lokal gorontalo pada hari-hari biasa di luar iven-iven kemudian kembali dilanjutkan dengan live music smpai jam 01.00 setelah itu kembali diisi oleh DJ sampai jam 04.00, dalam hal ini Q-Corn Pub melihat situasi dan kondisi yang ada untuk menentukan pembagian antara live musik dan DJ. Dengan pembagian waktu antara live musik dan Dj merupakan penjelasan bahwa dalam peraktek Clubbing di Kota Gorontalo belum menjadi bagian dari
gaya hidup dari kebanyakan masyarakat perkotaan yang menempatkan hiburan malam khusunya Clubbing menjadi sebuah kebutuhan dan ketagihan.6 Dimana dalam praktek pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan mengiinkan suatu hiburan yang bisa menghilangkan kepenatan dari segala rutinitas kerja. 2. Pekerja di Q-Corn Pub Dalam sebuah tempat-tempat hiburan memiliki beberapa item yang tidak dapat di pisahkan sebagai suatu kesatuan seperti pekerja dan konsumen. Dalam hal ini pekerja yang merupakan bagian tak terpisahkan memiliki peranan tersendiri, Q-Corn Pub itu sendiri memiliki 12 pegawai tetap untuk menjalankan oprasionalnya, dengan rincian sebagai berikut: 1. Manejer Q-Corn Pub yang bertugas untuk mengontrol secara keseluruhan agar oprasional Pub berjalan sebagai mana mestinya. 2. Bartender yang bertugas untuk memberikan minuman yang sudah ada maupun meracik minuman baru untuk konsumen. 3. Kasih yang bertugas untuk menghendel masalah pembayaran dalam segala bentuk transaksi yang terjadi di dalam Pub. 4. Whaiters yang bertugas untuk melatani permintaan para konsumen. 5. Security atau pengamanan yang bertugas untuk mengamankan situasi dan kondisi Pub agar berjalan sebagai mana mestinya. Dengan pembagiab tugas yang telah diatur sebagi mana mestinya sehingga diharapkan segala bentuk oprasional yang telaah di rancang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Para pekerja yang berada di Q-Corn Pub itu sendiri didominasi oleh orang-orang Gorontalo itu sendiri, mereka masuk sesuai jam oprasional yang telah di tentukan dar jam 09.00 Wita sampai dengan 04.oo Wita. 3.
Para Penikmat Hiburan di Q-Corn Pub Kehidupan Dunia Gemerlap malam khusunya Clubbing merupakan tempat
hiburan yang tidak dapat di akes oleh semua orang, pada umumnya mereka dari
6
Abdul, Hattib, Geliat Dugem sebagai Ritual Baru pada Tubuh Kaum Urban (studi kasus para clubbers di Hugo’s Cafe), dalam Jurnal Mahasiswa Universitas Gajah mada Edisi 40 tahun 2006 hal 62
masyarakat kalangan menegah dan elit yang dapat mengakses tempat hiburan malam khususnya Clubbing.7 Mereka para penikmat hiburan malam khusunya dunia Clubbing di Kota Gorontalo kebanyakan dari para pengusaha atau pekerja dari luar Kota Gorontalo yang mencari hiburan untuk melepaskan kepenatan kerja yang mereka lakukan sehari-hari, menjadi hal yang wajar ketika rutinitas kerja yang padat selalu menghantui keseharian mereka secara otomatis keinginan menghilangkan kepenatan timbul dari dalam diri dan Clubbing menjadi salah satu pilihan, para pengujung lokal yang datang pun biasanya mereka yang memiliki usaha atau kemampuan finansial lebih yang bisa mengakses hiburan di Q-Corn Pub. Para pekerja di Q-Corn Pub sendiri didominasi oleh orang lokal Gorontalo sebagai Waithers, DJ, Bartender hinga Manager. 4.
Jenis-jenis Minuman, Aliran Music dan Dj di Q-Corn Pub Dunia gemerlap malam yang mempunyai tingkat keprivasian tinggi seperti
Diskotik dan Pub yang tidak dapat diakses oleh setiap kalangan masrakat dengan mudah, menimbulkan konotasi negatif dari sebagain besar kalangan msyarkat. Kegiatan-kegiatan seperti bergoyang bersama Seksi Dancer, minum-minuman berakohol dan dentuman musik Dj menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas Clubbing pada umumnya Q-Corn Pub sebagai bagian dari tempat hiburan malam yang menyediakan berbagai fasilitas penunajang seperti minum-minuman beralkohol diantaranya : Jenis minuman Botol di Q-Corn Pub
7
Jenis Minuman Racikan
Jenis Minuman
Harga Satuan/Botol
Long Island
Rp. 1,600.000
Long ial ilusen
Chivas Reagal
Rp. 1,500,000
Rez iz
Red Label
Rp. 1.500.000
Leming bikini
Jack Daniels
Rp. 1.500.000
-
Ibid. Hal. 55
Bartender
Tequilla
Rp. 1,500.000
-
Martel
Rp. 2.800.000
-
Tabel II (jenis-jenis Minuman dan harganya) Sumber : Hasil wawancara dengan Bartender Q-Corn Pub
Dj (Disk Jockey) merupakan elemen penting dalam pelengkap suasana di dalam diskotik maupun pub, dengan adanya dentuman music Dj dapat membuat suasana dalam Pub menjadi lebih cair dan dinikmati oleh para pengunung untuk melakukan dugem. Music Dj itu sendiri secara umum terbagi kedalam berbagai jenis daiantaranya: Ambient, Techno, Progressive Trance, Cybertrance, House, Jungle, Drum n base, Techtep, Garage dan Big beat.8 di Q-Corn Quality dalam hal pembagian jenis music belum dapat dilakukan mengingat ketertarikan masyarakat Kota Gorontalo terhadap kehidupan Clubbing tidak sebesar kota-kota besar lainya yang sudah melakukan pembagian-pembagian jenis music sesuai tema perminggu seperti di diskotik-diskotik Bandung dan surabaya. 5. Aktivitas Kehidupan Clubbing Kota Gorontalo Ngobrol dan Minum Aktivitas yang sering di jumpai dalam kegiatan Clubbing mereka biasa saling menghabiskan waktu mereka dengan melakukan berbagai macam obrolanobrolan dari hanya sekedar berbicara mengenai rutinitas keseharian, bercanda dalam berbagai topik hingga berbicara mengenai bisnis dan berbagai hal lainya. Pada umumnya tempat yang di sediakan oleh Q-Corn Pub itu sendiri terbagi dalam dua jenis diantaranya rungan yang di kategorikan VIP dengan adanya pembatas seperti didinding agar kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas pembicaraan dan lainya terjaga, untuk mendapatkan fasilitas tersebut pengunjung harus merogoh kocek sekitar Rp. 1.500.000,00 s.d 3.000.000,00 karna dari pihak Q-Corn itu sendiri sudah menyediakan paket sekalian dengan fasilitas tertentu dari masing-masing paket yang sudah di sediakan. Sedangkan untuk menggunakan meja yang biasa pengunjung tidak dikenakan biaya untuk itu. Dalam hal konsumsi tidak dapat di katakan bahwa pengunjung yang menempati 8
Ibid. Hal.l 56
rungan VIP memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terkadang mereka yang hanya menggunakan meja biasa tingkat konsumsinya bisa lebih tinggi. Selain ngobrol-ngobrol rasanya tidak lengkap bagi pengunjung atau para penikmat dunia Clubbing bila tidak minum, ada yang hanya minum miniman non alkohol hingga yang beralkohol tapi kebanyakan para penikmat Clubbing lebih menikmati aktivitas Clubbing mereka dengan mengkonsumsi minum-minuman beralkohor, harganyapun bervariasi dari yang Rp. 50.000,00 s.d 3.000.000,00 , pihak Q-Corn sendiri menyediakan paket-paket tertentu bagi para Clubber yaitu paket enjoy yang di bandrol dengan harga 1.500.000,00 dan paket Complet 3.000.000,00. Walaupun tidak dapat dipastikan semua pengunjung Q-Corn mengkonsumsi minum-minuman beralkohol. Dugem Dugem merupakan aktivitas yang tidak dapat di pisahkan dengan mereka para penikmat Clubbing, hal itu dikarnakan suasana Pup yang hingar bingar dengan suara dentuman musik dari Disk Jockey yang menghentak-hentak mengugah gairah para penikmat Clubbing untuk bergoyang mengikuti duntuman musik tersebut di tambah lagi seting lampu yang gelap dan gemerlap menambah suasana lebih menikmati suasana yang ada, faktor penting yang tidak bisa di pisahkan tentunya faktor pengaruh minuman beralkohol yang membuat fikiran gembira dan selalu ingin menikmati setiap dentuman musik yang ada dan para wanita baik itu pengunjung maupun seksi dance yang di sediakan pihak Pup menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat dunia Clubbing dari kaum adam untuk lebih menikmati suasana. Rutinitas minum dan berjoget-joget tentunya adalah hal lumrah dan sering kita jumpai dalam setiap tempat-tempat hiburan malam khususnya di Diskotikdiskoti dan Pup. Untuk menjaga peminat dunia gemerlap Malam (dugem) di Kota Gorontalo tidak jarang pihak Q-Corn Pub tidak segan-segan mengundang Disk Jockey dari luar Gorontalo untuk lebih menarik minat para pengunjung, tak kalah menarik juga apabila ada iven-iven yang dilakukan di Q-Corn Pub dengan mendatangkan para seksi dance dan yang cantik dan seksi dan festival band untuk mengubah suasana namun terkadang .
Perkelahian dan Narkotika Hiburan malam yang mnyediakan berbagai macam kesenangan bagi para pemikmatnya merupakan suatu tawaran hiburan yang sangat sayang bila dilewatkat khususnya untuk para penikmat Diskotik dan Pub, para penikmat Clubbing pastinya sangat sayang untuk meninggalkan setiap momen dalam menikmati hiburan yang ada namun seolah tidak dapat di hndari lagi hal-hal negatif yang timbul karna terlalu bebas seringkali menyebabkan perkelahian diantara sesama penikmat Clubbing persoalanya tidak jauh dari pengaruh minuman beralkohol yang menguasai pikiran mereka, pada saat melakukan dugem biasanya terjadi kontak langsung atau saling senggol antara pengunjung yang tidak jarang berakhir dengan perkelahian antar sesama penikmat Clubbing. Narkobapun merupakan bagian pelengkap bagi mereka yang mengiinkan sensasi lain yang di timbulkan dari barang tersebut untuk menikmati hingar bingar lampu Pub dan dentuman musik dari Diks Jockey, dimana ketika seseorang mengkonsumsi Narkoba jenis apapun akan menikmati dunianya dan sensasi tersendiri berbeda dengan efek yang di timbulkan oleh minuman keras, jenisjenisnya pun beragam dari sabu-sabu, ganja, heroin, ekstasi dan masih banyak lagi. Dalam prakteknya di Q-Corn Pub baru satu orang yang positif kedapatan menggunakan narkota ketika sedang menikmati suasana Pub. 6. Faktor Pendorong Melakukan Clubbing Menurut pandangan David Chaney gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dan orang lain. Gaya hidup tergantung pada kultural yang masing-masing merupakan gaya, tatakrama, cara menggungakan barang dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu individu dan kelompok. Dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan individu dan kelompok mereka mencoba mencari berbagai jenis aktivitas hiburan yang ada, dalam hal ini dunia gemerlap malam menjadi satu pilihan yang menjamur di kota-kota besar sebagai ajang hiburan yang bisa memberikan kepuasan tersendiri. Hal ini di dukung perubahan yang cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian masyarakat dunia terutama yang tinggal di perkotaan. Khususnya masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi, merupakan
kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat di peroleh melalui media cetak massa maupun elektronik, internet, televisi, dan berbagai teknologi yang sudah tersedia, sehingga memberikan kemudahan pada masyarakat dalam menentukan gaya hidup yang diinginkan. Ragam hiburan yang tersedia di kota-kota besar tidak memusingkan mereka untuk menentukan hiburan apa yang merek ingingkan Clubbing menjadi salah satu pilihan hiburan bagi mereka yang mengiinkan kesenangan yang menarik walaupun biaya yang di keluarkan relatif mahal. Kegiatan kantor yang begitu banyak dan membosankan menjadi alasan kuat bagi mereka para pekerja kantoran yang setiap hari bergelut dengan segala hal yang berurusan dengan rutinitas kantor. Tak beda jauh dengan kalangan mahasiswa yang mengjadikan rutinitas perkuliah dan berbagai macam tugas menjadi alasan mereka untuk menikmati hingar bingar kehidupan malam yang penuh dengan kesengan, bukan hanya rutinitas kuliah saja yang menjadi faktor pendorong para mahasiswa tersebut menjani penikmat Clubbing namun faktor patah hati karna gagal dalam proses percintaanpun mrnjadi alasan mereka pergi melakukan Clubbing. Sarana hiburan malam khususnya Clubbing telah menjadi pilihan bagi para kaum muda yang mengiinkan kebebasan berekspresi tanpa harus takut dengan dengan apapun, menghilangkan sejenak kepenatan rutinitas keseharian yang di angap sangat membosankan dengan minum-minuman beralkohol berjoget-joget dan hanyut dalam dentuman musik dari DJ yang menengelamkan para penikmat Clubbing dalam suasana yang bebas. 7. Pola Konsumsi dan Kelas Sosial dalam kehidupan Clubbing Perilaku konsumtif merupakan perilaku yang identik dengan masyarakat perkotaan, hal tersebut sangat di dukung dengan ketersedian berbagai usaha yang menyediakan berbagai barang dan jasa untuk memenuhi gaya hidup perkotaan yang serba instan, pola konsumsi simbolik menjadi sesuatu yang menarik dalam hal proses konsumsi pada umumnya. Berdasarkan proses konsumsi maka dapat di lihat bahwa bahwa konsumsi juga dapat bersifat citra ( image ) dimana citra yang di pancarkan oleh suatu produk ( seperti pakaian dan makanan ) merupakan alat
ekspresi
dari
identitasnya.
kelompok
yang
mampu
menegaskan
keberadaanya
dan
9
Kegiatan Clubbing pada umumnya merupakan sarana bagi para penikmat hiburan malam yang mengiinkan suatu kesenangan dan kebebasan guna menghilangkan kepenatan dalam menjalani rutinitas keseharian. Dugem, minumminum merupakan rutinitas utama dalam kegiatan clubbing, dengan melakukan dugem dan minum-minum diharapkan bisa melepas kepenatan dan memberi kesengan bagi para penikmatnya, namun dengan seiringanya waktu dan terus terjadinya rutinitas tersebut bisa juga lepas dari tujuan mereka menjadi ajang pembuktian diri atau menunjukan identitas atau status sosial mereka pada masyarakat. Pola konsumsi simbiolis mereka para penikmat dunia Clubbing terlihat dari bagaimana mereka mengkonsumsi barang bukan dalam hal memenuhi kebutuhan untung menunjang kegiatan Clubbing yang mereka lakukan. Dalam hal ini para penikmat dunia malam Clubbing mengkonsumsi barang dan jasa untuk menunjukan identitas mereka dalam kelompok sosial, hal ini terlihat jelas pada bagi mereka para penikmat Clubbing saat mengkonsumsi minuman yang tersedia dalam Pub maupun Diskotik, bagi mereka minuman apa yang terletak di meja mereka merupakan bentuk penjelasan atas identitas dan keberadaan mereka. Fenomena diatas menegaskan bahwa mereka yang mengkonsmsi minuman Jack Daniels ataupun Chivas Regal memiliki keunggulan tersendiri dan secara tidak langsung menegaskan bahwa mereka merupakan penikmat Clubbing dari kalangan atas bagaimana tidak untuk bisa mengkonsumsi minuman Jack Daniels ataupun Chivas Regal meraka harus mengeluarkan uang minimalnya Rp. 1.500.000,00 perbotol, dengan terjadinya pergeseran makna dari makna awal bahwa dengan mengkonsumsi minuman beralkosol seperti Jack Daniels bisa menyebabkan sensasi memabukan namun ada makna simbolis lain yang muncul yakni kebanggaan para penikmat minuman Jack Daniels lebih percaya diri dibandingkan dengan penikmat minuman bir biasa. 9
Lihat Abdullah dalam Skripsi Muhhamad Liyansyah. Dugem Gaya Hidup Para Clubber. Universitas Sumatra Utara. 2009. 99
Para penikmat Dunia Clubbing juga dapat di bedakan dengan penggunaan fasilitas yang di sediakan, setinga ruangan Q-Corn Pub yang membagi dua tempat duduk yang satu tempat duduk seperti sofa panjang dan memiki penghalang dari ruang satu dengan yang launya dan juga meja biasa berbentuk bundar dan kursikursi besi berpasangan. Dalam hal ini bagi mereka yang menggunakan fasilitas ruangan dan sofa tadi, dapat di pandang sebagai para penikmat dunia Clubbing dari kalangan atas. Secara tidak sadar mereka di berikan gambaran kemewahan dari praktek konsumerisme yang di tawaekan pihak Q-Corn kepada para pengunjung. Praktek konsumsi tersebut tidak terlepas dari peran kapitalis yang terusmenerus melakukan pencitraan terhadap berbagai jenis barang untuk merauf keuntungan. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi yang hampir menghapus karang ruang yang waktu dengan pertukaran informasi yang sangat cepat. Dalam hal pencitraan mengenai barang konsumsi para kaum kapitalis menggunakan media masa sebagai sarana pembentuk karakter konsumen untuk meniru atau mengikuti keinginan dari pihak kapitalis untuk terus menerus mengkonsumsi barang-barang secara simbolis tampa memperhitungkan kembali nilai guna dari suatu barang maupun jasa.
8. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian di lapangan penulis menarik beberapa kesimpulan tentang Fenomena Clubbong di Kota Gorontalo : 1. Kehidupan Clubbing di Kota Gorontalo terjadi karena situasi dan kondisi yang di timbul dari kebosan maupun kenatan masyarakat Kota Gorontalo dalam menghadapi berbagai macam kesibukan pekerjaan, dengan
sendirinya kebutuhan atas hiburan membawa mereka untuk memilih QCorn Pub sebagai satu-satunya Pub yang terdapat di Kota Gorontalo untuk melepas penat dan kebosanan ladam menjalani rutinitas kerja sehari-hari. 2. Para penikmat kehidupan malam di Kota Gorontalo khususnya mengenai kehidupan Clubbing sebagian besar datang dari luar daerah yang datang ke Kota Gorontalo untuk bekerja. Mereka biasa menghabiskan waktu lenggang di Q-Corn Pub untuk menghilangkan kepenatan maupun hanya sekedar mencari hiburan. 3. Pola hidup Konsumsi sudah menjadi bagian dari gaya hidup pada kehidupan Clubbing. Kegiatan konsumsi itu sendiri terlihat dari segi jenis konsumsi yang mereka lakukan dalam kegiatan Clubbing dimana dalam berbagai konsumsi mereka melihat secara sadar maupun tidak mengenai nilai-nilai dari jenis konsumsi yang mereka lakukan. Mengacu pada kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan dari penulis. 1. Kehidupan Clubbing seharusnya janganlah timbul atas dasar sebagai pemenuhan kebutuhan atas kepenatan kegiatan sehari-hari saja, melaikan sebagai bagian dari rutinitas dalam hal memenuhi kebutuhan hiburan. 2. Untuk lebih menggairahkan
suasana kehidupan Clibbing di Kota
Gorontalo sudah seharusnya dilakukan publikasi lebih luas, perbaikan sarana Clubbing danbahkan penambahan tempat-tempat hiburan serupa di berbagai tempat di Kota Gorontlo. 3. Melihat praktek konsumsi yang berlebih telah menjadi kebiasaan bagi mereka para penikmat Clubbing harus adanya sebuah pemahaman mengenai pola konsumsi yang ada sehingga mereka akan lebih selektif untuk melakukan konsumsi barang dan jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. KANISIUS, Yogyakarta. 2005 Muhhamad Liyansyah; Skripsi 2009 “Dugem Gaya Hidup Para Clubbers”. Universitas Sumatra Utara Dimitri Nindyastari, Skripsi 2008. Gaya Hidup Remaja Yang Melakukan Clubbing. Universitas Gunadarma Abdul Kadir, Hattib, Geliat Dugem sebegai Ritual Baru pada Tubuh Kaum Urban. Dalam jurnal Mahasiswa Unuversitas Gadjah Mada, edisi 40 tahun 2006