PERILAKU KONSUMEN FASTFOOD Yowan Tamu, S.Ag., MA, Funco Tanipu, ST., MA, Yeyen Lestari Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] [email protected] ABSTRAK Yeyen Lestari1. Nim 281 410 070. “Perilaku Konsumen Fastfood”. Skripsi, Jurusan S1 Sosiolgi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo, 2015. Dibawah bimbingan Ibu Yowan Tamu, S.Ag, MA2 selaku pembimbing I, dan Bapak Funco Tanipu, ST, MA selaku pembimbing II. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan fastfood dikalangan masyarakat Kota Gorontalo, untuk mengetahui faktor– faktor apa yang menyebabkan masyarakat lebih memilih mengkonsumsi fastfood, dan untuk mengetahui apa dampak positif dan negatif dari mengkonsumsi fastfood tersebut. Guna mencapai tujuan penelitian di atas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sebab penelitian kualitatif deskriptif ini dipandang peneliti dapat membuktikan, dan menjawab apa yang menjadi permasalahan pada penelitian ini. Dan berdasarkan temuan dari penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa perkembangan fastfood khususnya di Kota Gorontalo memang sudah mulai menyebar luas, dan mendapat respon yang sangat luar biasa bagi semua kalangan. Baik kalangan masyarakat biasa, remaja, pegawai, dan bahkan anak-anak. Bahkan fastfood bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan primer saja, tetapi sebagai kebutuhan tambahan lainnya. Seperti dijadikan sebagai tempat yang asyik untuk nongkrong bersama teman-teman, menghilangkan kepenatan, dan juga tempat untuk melakukan pertemuan bersama rekan-rekan kerja. Kata kunci: Fastfood, Konsumsi. Yeyen Lestari. Nim. 281 410 070, Pembimbing I, Yowan Tamu,S.Ag MA dan Pembimbing II, Funco Tanipu, ST, MA ABSTRACT Yeyen Lestari. Nim 281 410 070. "Consumer Behavior Fastfood". Thesis, Department of Sociology, Faculty of Social Sciences, University of Gorontalo, 2015. Under the guidance of Mrs. Yowan Tamu, S.Ag., MA, as Supervisor I, and Mr. Funco Tanipu, ST., MA, as a Advisor II. The purpose of this study was to determine the extent to which the development of fast food among the people of Gorontalo, to determine what factors are causing the people prefer to consume fast food, and to know what the positive and negative effects of consuming these fastfood. In order to achieve the above study, researchers used a descriptive qualitative research methods. For descriptive qualitative research is regarded researchers can prove, and answer what is the problem in this study. And based on the findings of this study, the researchers get the result that the development of fast food, especially in the city of Gorontalo is already started spreading, and got a response that is extraordinary for all people. Both the ordinary people, teenagers, employees, and even children. Even fast food is not only used as a place to 1
Yeyen Lestari, Mahasiswa di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Yowan Tamu, S.Ag., MA, Dosen Pengajar di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. 3 Funco Tanipu, ST., MA, Dosen Pengajar di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. 2
meet the primary needs, but as other additional needs. As used as a cool place to hang out with friends, eliminate fatigue, and also a place for a meeting with colleagues. Keywords: Fastfood, Consumption.
PENDAHULUAN Di era globalisasi, Indonesia dihadapi dengan berbagai pengaruh, terutama pengaruh yang berasal dari luar Indonesia. Globalisasi merupakan istilah yang semakin gencar diperbincangkan oleh banyak orang, terutama yang berhubungan dengan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, wisata, perjalanan antar negara, lintas budaya, dan berbagai bentuk lainnya. Globalisasi tidak hanya berkaitan dengan soal ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan isu
budaya. Globalisasi mendorong
munculnya berbagai produk-produk kebudayaan baru dalam masyarakat khusunya kaum muda Indonesia. Salah satu wujud kebudayaan yang dihasilkan dengan adanya teknologi informasi adalah kebudayaan masa. atau mass culture dan kebudayaan popular atau pop culture. Saat ini, kaum muda Indonesia dalam hal selera makanan telah dipengaruhi oleh budaya asing (Budaya Barat). Kaum muda sekarang sangat menggandrungi makanan cepat saji atau fastfood yang dianggap lebih praktis, dan menaikkan gengsi sosial dikalangan masyarakat. Keberadaan
fastfood ini merupakan wujud budaya popular barat, namun tidak sedikit
masyarakat di negara-negara berkembang, seperti halnya di Indonesia yang menyukai makanan tersebut, meskipun makanan tersebut tidak baik untuk kesehatan. Setiap masyarakat memiliki cara untuk bertahan hidup berbeda-beda, terutama dalam hal mendapatkan makanan. Cara untuk mendapatkan makanan inipun berbeda untuk setiap individu. Ada yang suka dengan makanan yang manis, asam, bahkan ada yang suka dengan makanan yang pedas. Makanan–makanan ini dimasak sendiri berdasarkan selera dari yang bersangkutan. Namun, ada yang makanannya dimasak oleh orang lain dalam hal ini pembantu, bahkan ada yang dibeli langsung di rumah makan, cafe, dan restaurant tertentu.
Kebanyakan orang yang kesehariannya sibuk, dan memiliki banyak pekerjaan di luar rumah terkadang mereka tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan untuk keluarga mereka. Akibatnya banyak diantara mereka yang menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Namun ada beberapa juga diantara mereka yang memilih untuk mendapatkan makanan melalui tempat–tempat makan tertentu yang memang telah menyiapkan fastfood. Fastfood ini menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat perkotaan yang sibuk dengan aktivitasnya, sehingga terkadang menyebabkan mereka tidak bisa makan bersama dan berkumpul dengan keluarganya.3 Khususnya di era yang semakin moderen ini, banyak hal–hal yang dilakukan ataupun diinginkan seseorang dengan serba cepat bahkan tidak perlu menunggu–nunggu waktu yang lama. Inilah yang merupakan dampak dari ekonomi modern yang muncul dibeberapa kota besar di Indonesia, salah satunya di Kota Gorontalo. Peningkatan pembangunan rumah makan yang menyediakan makanan siap saji, yang dari sejak tahun 2011 berjumlah 169, hingga pada tahun 2012 bertambah menjadi 172.4 Fastfood awalnya merupakan perencanaan produk makanan masa depan yang pertama kali dilakukan di sebuah Bell Institute, kampus yang rindang di pinggiran Kota Minneapolis. Tempat ini dipercaya oleh 900 ahli pangan sebagai laboratorium riset, dan pengembangan bagi Ganeral Mills.5 General Mills adalah perusahaan yang merancang industri konsumsi makanan dan minuman masa depan, diantaranya seperti: chicken nugget, hot dog, coca-cola, dan pepsi. Namun, perusahaan ini tidak menerima penghargaan atas gagasan penjualan soda berukuran super. Sebab yang mendapatkan penghargaan pada saat itu adalah David Wallerstein. David Wallerstein adalah seorang direktur McDonald’s.6 McDonald’s adalah sebuah perusahaan dengan desain untuk menghadirkan rasionalisasi ke dalam abad ke-20 dan untuk memperluas dari akar produksi sistem kapitalis pada dunia 3
Nur Lailatul Mufidah, (2012) Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan, Vol.1/No.2, hal. 1 Kota Gorontalo dalam Angka 2013. 5 Michael Pollan, Fakta Mengejutkan Makanan Modern, (Bandung: Qanita, 2010), hal. 83 6 Ibid., hal. 91 4
konsumsi (restoran siap saji), dan budaya (menilai efisiensi, rasionalisasi). McDonald’s menggambarkan persoalan seperangkat prinsip-prinsip yang dipelopori oleh restarurant siap saji. Penggunaan teknologi mesin pengganti tenaga manusia membuat mereka terbukti sukses besar dan menyebar keseluruh negara.7 Hingga akhirnya membuat makanan siap saji ini mulai berkembang dimana-mana, dan banyak diminati oleh masyarakat, khususnya di Kota Gorontalo. Diantaranya seperti, KFC, CFC, Solaria, J.Co, Cabe Merah, Double Dipps, Greenade, dan masih banyak lagi. Fastfood adalah makanan yang disajikan dalam waktu yang cepat, dan proses pembuatannya menggunakan teknologi modern. Diantaranya seperti McDonald’s yang kini sudah menyebar diseluruh dunia, termaksud di Indonesia. Sekarang ini, mengkonsumsi fastfood kini telah menjadi salah satu kebutuhan sehari–hari masyarakat. Misalnya dalam keadaan mendadak mereka lebih memilih untuk memesan fastfood tersebut. Disamping itu juga, pada acara–acara ulang tahun, dan pertemuanpertemuan tertentu, mereka memilih fastfood sebagai konsumsinya. Bukan hanya itu saja, sejak dari pagi hari, siang hari, bahkan malam hari, banyak tempat– tempat makan yang menjual berbagai macam fastfood. Mulai dari rumah makan yang sederhana, cafe, dan juga restaurant. Beberapa tempat–tempat makan ini, mereka bersaing dengan cara menciptakan menu makanan yang berbeda-beda rasa. Saat jam makan siang, kita bisa saja melihat masyarakat dari kalangan pejabat, dan pegawai banyak yang mengunjungi tempat–tempat makan tersebut. Sebagian dari mereka ini lebih banyak yang menghabiskan waktu istrahatnya untuk makan siang di tempat ini. Bahkan pada malam harinya, tempat yang menyediakan makanan siap saji ini sebagian besar lebih sering dikunjungi oleh anak muda yang suka nongkrong bersama teman–temannya. Kini masyarakat Kota Gorontalo sudah banyak yang suka mengunjungi tempat yang menyediakan fastfood tersebut. Perkembangan fastfood yang sudah mulai merajalela, bahkan
7
John Scott, Sosiologi The Key Concepts, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), hal. 150
terbuka dimana–mana, serta memiliki daya tarik tersendiri baik dari segi tempat, pelayanannya yang cepat, serta makanan yang berbeda dengan makanan yang lainnya membuat masyarakat tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut. Melihat fenomena fastfood yang sudah beredar luas, khususnya di Kota Gorontalo, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut. Dengan rumusan masalah, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat lebih memilih mengkonsumsi fastfood tersebut. Dengan maksud, peneliti bisa mengetahui secara lebih jelas bagaimana perkembangan dari fastfood di Kota Gorontalo, serta apa dampak sosial dari fastfood terhadap masyarakat. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian yang menyangkut tentang Perilaku Masyarakat Konsumsi Fastfood, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sebab penelitian kualitatif dipandang mampu melepaskan apa yang difikirkan sebelumnya, dan juga dapat melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang akan diteliti.8 Olehnya itu, pada metode kualitatif deskriptif ini, peneliti bermaksud agar bisa mengembangkan situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Agar data yang didapatkan akan jauh lebih baik. Dengan waktu penelitian kurang lebih 2 bulan, dengan lokasi penelitian bertempat di Kota Gorontalo, tepatnya di Mall Gorontalo. Dengan alasan pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan: (1) Ada terdapat beberapa tempat yang menyediakan fastfood, (2) Lokasi yang sangat strategis dari keramaian yang juga sebagai pusat perbelanjaan masyarakat, (3) Berada ditengah beberapa perkantoran sehingga menjadikan tempat yang menyediakan fastfood ini cukup padat pada saat jam–jam istrahat. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah melalui data primer, dan data sekunder. Kedua sumber data ini tentunya sangatlah penting dan membantu bagi peneliti dalam penelitian ini, karena keduanya saling menopang dalam menciptakan sebuah
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 207
penelitian yang efektif, dan sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti. Namun yang menjadi perbedaan antara dua sumber data ini adalah terdapat pada bagaimana kontribusinya dalam penelitian ini. Dimana dari sumber data primer itu sendiri peneliti mengambil langsung dari lapangan melalui observasi lapangan, pada observasi awal tersebut peneliti mengunjungi langsung tempat-tempat yang menyediakan fastfood dengan melakukan pengamatan terhadap pengunjung yang mengunjungi fastfood tersebut. Utamanya pada saat siang hari dan malam hari. Dimana pada saat siang hari, sebagian besar pengunjungnya berasal dari pegawaipegawai kantoran. Baik itu, pegawai negeri, dan juga pegawai swasta. Sedangkan pada malam hari, sebagian besar pengunjungnya adalah kaum remaja yang sedang berkencan dengan pasangannya, dan ada juga yang nongkrong bersama teman-teman, dan juga keluarganya. Disamping observasi sumber data yang peneliti dapatkan dari penelitian ini adalah melalui hasil wawancara yang akan dilakukan kedepan. Dengan ketentuan informan berjumlah 5 orang dari kalangan pengusaha, 10 orang dari kalangan pegawai, 10 orang lagi dari kalangan orang muda, dan 5 orang dari karyawan yang bekerja di tempat yang menyediakan fastfood. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah informan ini akan bertambah sampai pada titik kejenuhan data. Sedangkan untuk sumber data sekunder didapatkan langsung oleh peneliti dalam bentuk dokumen-dokumen. Berupa data dari BPS (Badan Pusat Statistik), karya ilmiah, dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dalam penelitian kualitatif, peneliti lakukan sudah sejak di lapangan, dan setelah di lapangan. Sama seperti yang dikatakan Nasution, dimana “analisis dimulai sejak peneliti merumuskan masalah dan menjelaskan sebelum terjun kelapangan dan berlangsung secara terus-menerus sampai penulisan hasil penelitian”. Olehnya itu, pada teknik analisis data ini, peneliti diminta agar dapat menganalisis data yang didapatkan dari lapangan, dengan cara mereduksi data yang
didapatkan, dengan memilih data yang lebih memfokuskan pada rumusan masalah yang dituju. Kemudian menyajikannya kedalam bentuk teks yang terorganisir secara sistematis. Dimana, data hasil wawancara dipilah-pilah kembali setelah di lapangan. Dan data yang diambil inipun hanya data yang berkaitan dengan penelitian. Sebab dalam melakukan wawancara, agar wawancara ini tidak terkesan tegang kepada informan maka terkadang dalam wawancara ini pembicaraan kita melenceng dari maksud penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat menarik kesimpulan pada penelitian tersebut. Hasil Penelitian a. Fastfood Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat Kota Gorontalo Di Provinsi Gorontalo perkembangan fastfood sudah mulai menyebar kemana-mana, terutama di Kota Gorontalo. Terlebih lagi dengan adanya pembangunan mall yang di pusatkan di Kota Gorontalo. Banyak usaha-usaha baru yang mulai dibuka untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dari setiap masyarakat Gorontalo. Misalnya pada kebutuhan primer, banyak butik-butik yang menyedikan berbagai macam jenis pakaian, dan kebutuhan primer lainnya. Namun, tak sedikit pula tempat-tempat makan siap saji yang menyediakan berbagai jenis makanan-makanan yang beragam cita rasanya. Mulai dari yang bahan dasarnya ayam, udang, dan lain sebagainya. Fastfood ini memang berbeda dari tempat makan yang lainnya. Perusahaan-perusahaan pemilik fastfood merangsang pengujung melalui pemberian pelayanan yang baik, penampilan kerapian dari karyawan, dan juga penampilan jenis makanan yang disajikan. Berikut gambar daftar menu makanan yang terdapat di tempat makan siap saji, dari tempat yang berbeda.
Gambar 1.1 Dari gambar di atas terlihat bahwa daftar menu makanan yang ada dari kedua gambar tersebut, terlihat jelas bahwa menu makan yang disajikan dari tempat makan siap saji ini dibuat semenarik mungkin, ditambah lagi dengan gambar-gambar dari jenis makan yang kita pesan terlihat sangat jauh berbeda dengan menu makanan yang biasa kita makan di rumah. Contohnya seperti: makanan yang bahan utamanya adalah kangkung. Di tempat makan siap saji, kangkung dibuat menjadi beberapa jenis makanan seperti kangkung cah ayam, kangkung cah sapi, dan kangkung cah cumi. Sedangkan kalau di rumah, kangkung biasanya hanya dibuat sesederhana. Dari segi tempat, suasana tempat makan siap saji, dalam hal ini fastfood berbeda dengan suasana ketika makan di rumah. Bertambahnya tempat-tempat makan siap saji utamanya di Mall Gorontalo, mendapat respon yang baik bagi kalangan masyarakat Gorontalo. Tak heran, pada waktu-waktu tertentu, kita bisa melihat di tempat-tempat makan siap saji banyak pengunjung yang selalu berdatangan. Misalnya pada waktu makan siang. Bukan hanya pada siang hari saja tempat makan siap saji banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan masyarakat, namun hingga pada saat malam hari pengunjung pun tak kalah banyaknya. Berikut hasil dokumentasinya.
Gambar 1.2 Fastfood bukan hanya dikunjungi atau diminati oleh orang-orang dewasa saja. Melainkan anak-anak juga. Bahkan pada saat peneliti berada ditempat yang sama bersama bapak, ibu, dan keluarga yang ada pada gambar tersebut, peneliti mendengar langsung kedua anak dari bapak, dan ibu tersebut diberikan kesempatan untuk memilih sendiri menu makanan yang mereka sukai. Selain banyak dikunjungi oleh pengunjung yang datang bersama keluarga, kerabat kerja, dan teman. Tempat makan siap saji ini juga banyak dikunjungi oleh remaja-remaja belia yang datang bersama pasangan mereka. Terutama pada saat malam kamis, dan malam minggu. Sebab pada saat malam kamis, dan malam minggu di tempat-tempat makan siap saji dimanapun. Khususnya di Kota Gorontalo, kita pasti akan bertemu dengan pasangan remaja yang tengah berkencan berdua seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.3 Sedangkan gambar berikut ini adalah kelompok remaja yang tengah asik menikmati makan malam bersama teman-temannya pada saat weekend. Mereka memilih tempat makan siap saji yang berada di lantai atas Gorontalo Mall sebagai tempat makan pilihan mereka.
Gambar 1.4 Fastfood kini bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk menghilangkan rasa lapar saja, melainkan tempat untuk melepas kepenatan dari banyaknya tugas perkuliahan disaat waktu luang, juga sebagai tempat untuk nongrong, dan sebagai tempat untuk bersantai ria, tak heran banyak pengunjung yang datang bersantai, dan nongkrong bersama teman-teman mereka. Namun, tak sedikit pula ada beberapa pengunjung yang suka mengabadikan suasana mereka ketika berada di tempat makan siap saji tersebut melalui foto bersama, update status, dan
mengupload menu makanan yang mereka pesan ke salah satu sosial media. Berikut hasil dokumentasi yang diambil ketika ada seorang pengunjung yang minta mengabadikan kebersamaan mereka di tempat makan, dengan berfoto bersama teman-temannya seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 1.5 Sedangkan pada waktu bulan puasa pengunjung dari tempat makan siap saji hampir di setiap tempat penuh dengan pengunjung yang berdatangan dari berbagai kalangan. Ada yang pergi bersama teman, pacar, keluarga, bahkan rekan kerja. Berikut salah satu dokumentasi dari tempat makan siap saji pada waktu bulan puasa.
Gambar 1.6
Diwaktu-waktu tertentu fastfood ini banyak dijumpai oleh berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat biasa, pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan bahkan anak sekolah. Bahkan mereka suka meluangkan waktu istrahat mereka di tempat tersebut hingga berlama-lama. Dokumentasi berikut adalah suasana ketika pengunjung tengah melakukan pertemuan bersama dengan teman-temannya disalah satu tempat yang menyediakan fastfood.
Gambar 1.7 b. Faktor-faktor Penyebab Masyarakat Lebih Memilih Mengkonsumsi Fastfood Saat ini perilaku konsumtif yang dilakukan oleh masyarakat, utamanya dalam perilaku konsumsi kebutuhan makanan khususnya bagi masyarakat perkotaan, tidak hanya didorong berdasarkan kebutuhan mereka, tetapi didasarkan atas keinginan mereka, agar mereka terlihat berbeda dari yang lain. Berikut perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2000) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.9 Dimana, seperti halnya yang terjadi sekarang khususnya di Kota Gorontalo, sebagian masyarakatnya telah tekontaminasi dengan pola hidup yang modern dalam hal kebutuhan. Dimana orang-orang yang
9
hal. 9
Ristiyanti Prasetijo, dan John J.O.L Ihalauw, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004),
mengkonsumsi sesuatu, hanya karena mereka ingin dibilang eksis, meskipun hal itu hanya sebatas citra, yang juga tidak hanya ada, tetapi juga hidup.10 Disamping itu, definisi konsumen menurut Swastha dan Handoko adalah kegiatan individu atau seseorang dalam mendapatkan dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa, termaksud di dalamnya proses pengambilan keputusan.11 Namun perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen saja. Tetapi juga alasan mengapa, bagaimana, dimana, dan kondisi yang dihadapi konsumen saat membeli produk atau jasa. Seperti yang terjadi kepada kita ketika mengunjungi sebuah tempat makan yang pelayanannya cukup lama dan makanannya yang tidak sesuai dengan selera kita, terkadang kedepan hal ini membuat kita mempertimbangkan kembali untuk mengunjungi tempat tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih mengkonsumsi fastfood:
1. Kesibukan Keluarga Seperti yang kita ketahui, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang merupakan sebuah keluarga inti. Keluarga juga adalah salah satu yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam hal konsumsi. Seperti yang terjadi dalam keluarga ibu Nelvi, seorang pegawai negeri sipil di Kota Gorontalo. Karena, kesibukannya bersama suaminya di tempat mereka bekerja, sehingga membuat Ibu Nelvi tidak punya waktu untuk memasak makanan untuk keluarganya, akibatnya ibu Nelvi memilih untuk membeli makanan siap saji yang disajikan di restoran, cafe, atau bahkan rumah makan tertentu. 2. Gaya Hidup Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang sebagaimana tercermin dalam aktivitas, minat dan opininya. Perubahan gaya hidup suatu masyarakat dalam kaitannya dengan 10
Jean Baudrillad, Masyarakat Konsumsi, (Yogyakarta: Kreasi Kencana, 2004), hal.32 Serli Wijaya, (2005) Studi Eksploratif Perilaku Mahasiswa UK. Petra dalam Memilih Fastfood Restaurant dan Non FastfoodRestaurant, Vol.1/No.2, hal. 81 11
makanan berkaitan juga pada perubahan zaman dan budaya. Dimana, makanan alamiah yang berasal dari pertanian seperti beras, gandum, dan jagung yang biasanya dimasak sesederhana, kini menjadi sebuah makanan yang lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern. Makanan kini menjadi cerminan gaya hidup bagi seseorang. Yang bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan primer saja, tetapi sebagai bagian dari gaya hidup. Misalnya ada seseorang yang makan disalah satu tempat makan siap saji, selain tujuannya untuk makan, ada sebuah status sosial ingin didapatkan atau yang timbul dari orang tersebut ketika dia mengkonsumsi makanan di sebuah tempat yang menyediakan makanan siap saji. 3. Penataan Tempat Tempat makan siap saji adalah sebuah tempat kuliner yang paling dicari dan diincar oleh setiap pengunjung mall yang tengah berbelanja, nonton, ataupun sedang janjian dengan seseorang. Suasana tempatnya yang strategis, yang berada disekitaran mall, serta keindahan dan kerapihan penataan tempatnya yang bersih membuat daya tarik tersendiri bagi pengunjung mall untuk berkunjung ke tempat tersebut.
4. Pelayanan Cepat, dan Praktis Tempat makan siap saji adalah salah satu tempat yang menyediakan makanan dalam waktu yang cepat, dan praktis. Di Kota Gorontalo, tempat-tempat yang menyediakan tempat makan siap saji sudah mulai menyebar dimana-mana. Terutama disekitaran mall Gorontalo ada sekitar 12 tempat yang menyediakan tempat makan siap saji yang menyebar dari lantai bawah, sampai lantai paling atas. Selain dari segi tempat, Adanya pelayanan yang cepat dari tempat makan siap saji juga membuat daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjungi tempat tersebut. 5. Cita Rasa Selain dari segi tempat, dan pelayanan yang baik dan cepat salah satu penyebab seseorang berkunjung ke tempat makan siap saji adalah cita rasa dari makanan yang
disediakan berbeda dari yang biasanya. Cita rasa memang adalah hal yang terkadang menjadi pertimbangan dari pengunjung untuk mengunjungi tempat tersebut, olehnya itu, beberapa tempat yang menyediakan fastfood, khususnya yang ada di Gorontalo Mall, mereka selalu berusaha menampilkan cita rasa yang berbeda dengan yang lain. 6. Fasilitas Selain beberapa faktor diatas yang telah dijelaskan satu-persatu, salah satu penyebab seseorang berkunjung ke tempat makan siap saji selain untuk nongkrong, dan memperhatikan suasana tempat, dan mempertimbangkan cita rasa hal yang lain dilihat adalah fasilitas. Ratarata tempat makan siap saji sebagian menyediakan fasilitas wifi. c. Dampak Sosial dari Fastfood Terhadap Masyarakat Perkembangan fastfood yang mulai berkembang pesat tentu dapat memberikan dampak bagi masyarakat. Utamanya dampak sosial. Sebab dari beberapa yang menjadi informan peneliti dalam penelitian ini, mengalami pola perubahan dalam pemenuhan kebutuhan primer. Dalam hal mendapatkan makanan. Karena adanya fastfood tersebut, membuat mereka lebih mudah untuk mendapatkan makanan apa saja yang mereka inginkan. Terlebih lagi di waktu-waktu mepet, mereka menyempatkan diri untuk berkunjung ke beberapa tempat yang menyediakan fastfood. Tanpa mereka menyadari bahwa fastfood secara tidak langsung telah mengubah pola konsumsi hidup mereka. Sehingga membuat mereka ketergantungan terhadap fastfood, dan hal ini terjadi kepada salah satu keluarga dari informan yang peneliti wawancara. Yang diperkuat berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari seorang pembantu RT, yang bekerja di rumah salah satu informan dari penelitian ini. Melihat kondisi seperti ini, tentu menjadikan fastfood menjadi hal yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat. Fastfood telah berhasil menghipnotis para masyarakat untuk konsumtif kepadanya. Bahkan fastfood juga mampu membuat seseorang menjadi seorang pemalas. Dalam artian segala hal yang berkaitan dengan makanan, fastfood menjadi salah satu jalan keluarnya. karena sudah terbiasa dengan pelayanan dan keberadaan fastfood yang begitu
cepat. Akibatnya, ketika suatu saat mereka membutuhkan sesuatu untuk kebutuhan primer, dalam hal ini makanan, perasaan malas mereka sudah mulai tumbuh untuk membuat makanan sendiri.
PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah perkembangan fastfood khususnya di Kota Gorontalo memang sudah mulai menyebar luas, dan mendapat respon yang sangat luar biasa bagi semua kalangan. Baik kalangan masyarakat biasa, remaja, pegawai, dan bahkan anak-anak. Bahkan fastfood bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan primer saja, tetapi sebagai kebutuhan tambahan lainnya. Seperti tempat yang asyik untuk nongkrong bersama teman-teman, menghilangkan kepenatan, dll. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti menyarankan kepada masyarakat, agar tidak menjadikan fastfood sebagai prioritas utama dalam hal kebutuhan primer. Serta tetap melestarikan makanan-makanan khas Gorontalo, dan tetap melestarikan budaya makan yang kita miliki sebelum munculnya tempat-tempat makam siap saji. UCAPAN TERIMA KASIH Terima Kasih Kepada Ketua Jurusan Sosiologi, dan Juga Kepada Suluruh Dosen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo