FENOMENA GENG MOTOR (Studi Kasus Di Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo)
Moh. Hidayat Ahmad, Farid Th. Musa S.Sos., MA,Funco Tanipu S.T., MA
ABSTRAK Moh. Hidayat Ahmad, “Fenomena Geng Motor di Kota Gorontalo”, di bawah bimbingan Bapak Farid Th. Musa S.Sos., M.A dan BapakFunco Tanipu, S.T., MA. Kegiatan Geng motor ini jauh dari hal-hal yang berbau negatif alias positif karena mereka sering melakukan aksi-aksi sosial untuk masyarakat. Sedangkan geng Motor yang Tidak Resmi adalah, suatu kelompok yang mengusung Motor yang berbeda jenis dan orientasinya hanya balapan liar dan melakukan hal-hal yang negatif, dan yang menjadi obyek penelitian adalah geng motor yang tidak resmi. Geng motor di Kota Gorontalo kebanyakan di dominasi oleh remaja-remaja sekolahan. Mereka sering melakukan balapan liar lokasinya tepat di depan Rumah Adat “Dulohupa” Kota Gorontalo dan yang menjadi lokasi utama dalam penelitian ini. Biasanya ada beberapa macam jenis balapan yang dilakukan oleh remaja ini yakni Drag Race dan Road Night.Drag Race adalah balapan jalan lurus berjarak 201 meter sampai 402 meter dan dilakukan oleh 2 motor. Sedangkan Road Race adalah balapan yang yang dilakukan lebih dari 10 motor dengan putaran sampai 20 putaran. 2 jenis balapan itulah yang sering dilakukan oleh remaja-remaja Geng Motor di Kota Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana fenomena geng motor di Kota Gorontalo serta mengkaji gaya hidup anak muda di Kota Gorontalo. Kajian teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian adalah Fenomenologi. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa fenomena geng motor di Kota Gorontalo memang sudah lama dan tidak asing lagi, sehingga dari tahun ke tahun banyak dari kalangan pelajar mulai dari SD, SMP, SMA serta swasta terlibat dalam hal ini. Dan juga peran aktif dari pemerintah Kota Gorontalo dalam hal merangkul semua hobi anak muda dan serta menyediakan sarana prasarana untuk mereka. Sehingga halhal seperti balapan liar tidak akan terjadi lagi dan tidak menganggu aktivitas masyarakat Kota Gorontalo lainnya. Di lain pihak, bahwa peran keluarga juga aktif dalam hal mengontrol setiap aktivitas dan gaya hidup anaknya daripada aktif pada pekerjaan sendiri. Serta peran dari pihak kepolisian perlu ditingkatkan dalam menerapkan hukum lalu lintas yang benar pada masyarakat Kota Gorontalo. Kata kunci: Fenomena, Geng, gaya Hidup, Road Race, Drag Night.
A. Pendahuluan
Sejarah awal geng motor di Indonesia bermula ketika ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker, Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC)
dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, ciamis, Cirebon dan Subang. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978.Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuhorang pemuda yang sama-sama hobibalap.Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu.Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya.Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar.Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat.Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya.Setiap tahun ada penggantian
kepengurusan
dan
membuat
program-program
kerja.Struktur
Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat. Pergaulan anak muda tentu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, karena anak muda kebanyakan yang sering melakukan beberapa kegiatan berbau positif.Akan tetapi, dari beberapa anak muda banyak yang menyimpang dari perilakunya seperti melakukan beberapa kegiatan-kegiatan negatif.Para remaja dalam kondisi ‘kebingungan’ ini memilih cara dan jalan hidup masing-masing yang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan. Dua faktor inilah yang memberikan keputusan dan penafsiran akan persepsi mereka terhadap dunia (world of view). Persepsi sepihak yang ada di benak remaja ini akan membawa kepada arah hidup. Dengan kemajuan teknologi remaja dapat dengan mudah mengikuti trend dan mode yang berlaku. Remaja adalah pihak yang paling rentan terpengaruh geng motor yang marak diberitakan membahayakan keamanan dan ketertiban umum. Pada kenyataanya banyak remaja yang ikut terlibat secara lansung atau ikut-ikutan dengan geng motor ini dengan tidak mengetahui apa imbas sesungguhnya yang akan menentukan arah hidup mereka ke depan1. Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang hobi balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. 1
Ilham Prisgunanto; Fantasi Berkelompok Remaja Dalam Geng Motor (Pencegahan Kejahatan Lewat Konsep keluarga); Jurnal Studi Kepolisian; Edisi 074; Januari-April 2011; Hal. 166-167
Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosinya yang menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya, tentu bikin aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, perlawanan terhadap aparat keamanan, dan lain sebagainya. Sampai saat ini sudah banyak tulisan berdasar penelitian atau kajian tentang dunia kaum muda. Tulisan-tulisan tersebut biasanya memusatkan perhatiannya pada seputar analisis moral dan perilaku kaum muda yang dianggap “menyimpang” atau keluar dari pakem yang semestinya. Kebanyakan kaum muda digambarkan sebagai kelompok usia yang waktunya dihabiskan semata-mata hanya untuk hura-hura, tidak lagi memegang norma yang masih diyakini masyarakat. Geng motor memang acap kaliterdengar sebagai salah satu penyaluran hobi atau gaya hidup yang sangat glamor karena berbicara tentang geng motor dari semua aksesoris yang digunakan memang tidak murah. Jadi gaya hidup geng motor memang sangat mahal sehingga banyak anak muda atau kalangan pelajar menyalurkan hobi di geng motor. Di atas merupakan sejarah awal dimana terbentuknya Geng motor di Indonesia. Secara konteks Kota gorontalo ada beberapa geng motor yang resmi dan tidak resmi, Contoh untuk Geng motor yang tidak resmi adalah: SRT (Scream Racing Team), FRT (Fox Racing Team), JTMC (Jalan Tondano Racing Team) dan lain sebagainya. Sedangkan Geng Motor yang resmi adalah: SSFC (Suzuki satria FU CLUB), HMPC( Honda Mega Pro Club), TC 125( Thunder Club 125), HTC( Honda Tiger Club), Yamaha Mio Club, dan Lain sebagainya. Ada perbedaan antara Geng Motor Resmi atau bisa dibilang (Club Motor) dengan Geng Motor Tidak Resmi. Perbedaannya adalah Geng Motor Yang Resmi merupakan kelompok yang mengusung merek motor atau spesifikasi tertentu dengan perangkat organisasi formal untuk menjadi anggotanya dan kegiatan Geng motor ini jauh dari hal-hal yang berbau negatif alias positif karena mereka sering melakukan aksi-aksi sosial untuk masyarakat. Sedangkan geng Motor yang Tidak Resmi adalah, suatu kelompok yang mengusung Motor yang berbeda jenis dan orientasinya hanya balapan liar dan melakukan hal-hal yang negatif, dan yang menjadi obyek penelitian adalah geng motor yang tidak resmi. Geng motor di Kota Gorontalo kebanyakan di dominasi oleh remaja-remaja sekolahan. Mereka sering melakukan balapan liar lokasinya tepat di depan Rumah Adat
“Dulohupa” Kota Gorontalo dan yang menjadi lokasi utama dalam penelitian ini. Biasanya ada beberapa macam jenis balapan yang dilakukan oleh remaja ini yakni Drag Race dan Road Night.Drag Race adalah balapan jalan lurus berjarak 201 meter sampai 402 meter dan dilakukan oleh 2 motor. Sedangkan Road Race adalah balapan yang yang dilakukan lebih dari 10 motor dengan putaran sampai 20 putaran. 2 jenis balapan itulah yang sering dilakukan oleh remaja Geng Motor di Kota Gorontalo. Sebagian besar cara telah dilakukan untuk mengatasi Geng Motor yang di lakukan oleh remaja-remaja ini, mulai dari tindakan pihak kepolisian yang melakukan razia pada tiap malam kamis dan malam minggu tetap tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku geng motor karena jika para polisi membubarkan mereka, mereka akan balik lagi setelah keadaan aman dari polisi. Begitu seterusnya sampai menjelang pagi, dan hanya akan menimbulkan sebuah cerita yang tidak akan pernah habis. Setelah dari pihak kepolisian, pihak keluarga juga banyak melakukan beberapa pencegahan untuk mengatasi masalah ini, mulai dari pendekatan secara persuasif kepada anak tersebut akan tetapi tidak akan menimbulkan efek jera bagi anak tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti kasus seperti ini karena Geng Motor di Kota Gorontalo sudah menjadi budaya dikalangan anak muda, dan juga menjadi ketertarikan tersendiri bahwa sudah menjadi suatu budaya perlawanan anak muda melalui Geng Motor. B. Pembahasan Berbicara tentang Geng Motor di Kota Gorontalo memang tidak sama dengan Geng Motor yang berada di kota-kota besar lainnya. Karena berdasarkan pengamatana awal oleh peneliti, Geng Motor di kota Gorontalo aktivitasnya hanya melakukan balapan liar dan aksi coret-coret dinding. Awalnya di Kota Gorontalo belum ada yang namanya Geng Motor, tapi yang ada hanya klub-klub sepeda balap yang namanya FRT ( Fox Racing Team). Dan akhirnya klub sepeda balap ini menjelma menjadi sebuah Geng Motor yang klasifikasi motor dan umur para pengendara motor tersebut berbeda-beda jenis, sehingga muncullah Geng Motor lainnya dari tahun ke tahun. Fenomena Geng Motor di Kota Gorontalo memang sudah tidak asing lagi di mata masyarakat Kota Gorontalo, bahkan ada juga kejadian perkelahian antara warga setempat dengan Geng Motor.Kejadian perkelahian itu terjadi pada bulan puasa hari sabtu malam tahun 2010. Disitu aktivitas balapan liar yang dilakukan oleh Geng Motor dibubarkan oleh masyarakat setempat dengan cara menghadang mereka ketika mereka balapan liar.
Setelah insiden tersebut selama beberapa minggu aktivitas Geng Motor tersebut berhenti, karena mereka takut dengan amarah warga sekitar. Inilah yang menjadi alasan anak muda atau pelaku membentuk geng motor karena selain bisa menyalurkan hobi balapan liar, mereka bisa update tentang kejadiankejadian balapan-balapan resmi, aksesoris-akseroris motor yang membuat tampilan motor semakin mantap dijalanan ketika balapan liar. Adapun juga yang menjadi salah satu alasan mereka adalah menjadi salah satu keasyikan tersendiri dan sarana ajang cari teman. Dan juga bahwa kurangnya sarana prasarana untuk mereka ada juga yang menjadi alasan mereka melakukan balapan liar adalah untuk mencari teman-teman dari luar Kota Gorontalo. Bukan hanya itu, tetapi geng motor juga menjadi ajang taruhan yang dapat menghasilkan uang. Kita ketahui bersama bahwa taruhan juga merupakan “candu” yang mampu membuat orang berangan-angan untuk menang, dan keasyikan dalam nikmat taruhan tersebut. Taruhan juga menurut meraka ada ajang untuk berbagi, ketika menang maka uang dipakai untuk berpesta dengan teman-teman sejawat, sehingga potensi untuk mendapatkan teman sangat terbuka. Inilah realitas remaja urban yang menurut beberapa masyarakat cukup memprihatinkan. Namun dibalik itu semua mereka menemukan hal-hal baru yang mereka anggap sebagai ketenangan yang tidak pernah ditemukan di dalam keluarga. Hal-hal demikian mereka temukan di jalanan dengan cara balapan liar. Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya Geng Motor adalah sebagai berikut: A.Keluarga Keluarga adalah faktor yang pertama dalam hal atau menyebabkan Geng Motor karena orang tua terlalu mengekang aktivitas anak tersebut. Karena biasanya anak tersebut tidak mau terlalu dikekang rasa keingin tahuannya atau rasa ingin mencoba mereka. Jadi faktor ini yang menjadi alasan utama anak mengikuti balapan liar, dan juga modernitas serta perkembangan dunia industrialisasi membuat orang tua lebih menyibukkan diri belomba-lomba mencari uang. keadaan ini mengakibatkan peranan keluarga dalam mengontrol anak menjadi lemah B. Pendidikan Pendidikan adalah faktor kedua yang dalam hal ini menjadi salah satu penyebab adanya Geng Motor karena dalam hal pergaulan disekolah yang menjadi topik
pembicaraan mereka hanya berbicara tentang balapan liar. Jadi, disinilah ajakan-ajakan –atau doktrin-doktrin ajakan bagi mereka yang ingin mencoba. Dan juga, aktvitas balapan liar ini sangat berpengaruh pada pendidikan mereka yang membuat pendidikan mereka terpuruk drastis, sehingga mereka banyak yang terlalu apatis dengan pendidikan mereka sehingga mereka mencoba hal-hal yang ingin mereka luapkan dari sekolah ke jalanan tanpa aturan yang bisa mengatur mereka. Dan juga, Dalaminstitusi sekolah telah terjadi pergeseran nilai, dimana moralitas serta budi pekerti di sekolah-sekolah mulai luntur, kurang ditanamkan lagi. Bahkan materi tentang pelajaran agama juga semakin dikurangi waktu jam belajarnya. C. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial ada faktor ketiga dalam hal penyebab Geng motor. Karena lingkungan tempat anak bergaul dengan teman-teman terlalu banyak dengan aktivitasaktivitas yang mungkin bisa dibilang negatif misalnya menegak minuman keras. Berangkat dari hal inilah mereka mencoba beberapa hal yang baru yaitu balapan liar sehingga hal-hal seperti ini berulang-ulang secara terus menerus sampai mereka masuk dalam keanggotan Geng Motor dan melakukan kebiasaan mereka yaitu balapan liar. Ada pula yang disebabkan oleh lingkungan sosial mereka adalah mendapat sebuah pengakuan dari sahabat-sahabat merekaperilaku menyimpang harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.Ketika remaja memperoleh pengakuan diri dari lingkungan sosialnya dengan berbagai aktivitas dan dapat beraktualisasi diri pada aktivitasnya tersebut maka hal ini akan membantu remaja menghindarkan diri dari komunitas geng motor. Fenomena sosial terjadi dikalangan anak muda atas tindakan anarkis geng motor. Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat takut. Adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang mampu merobohkan lawan, merusak harta benda orang lain, merampok, merusak fasilitas umum, merupakan musibah bagi masyarakat. Masyarakat sudah jenuh, bahkan muak dengan perilaku destruktif yang dipertontonkan anggota geng motor. Sudah banyak korban atas aksi kawanan geng motor yang mengakibatkan rasa takut dikalangan masyarakat. Ketakutan atas geng motor sudah menghantui masyarakat, tak ada lagi kedamaian di keheningan malam, karena selalu pecah oleh raungan motor dan suara
ribut tawuran. Tak pernah berani keluar malam hari karena di lingkungan sekitar yang marak aktifitas geng motor. Geng motor yang sudah terlanjur berbuat anarkis menjadi tidak takut untuk mengulanginya lagi. Lama kelamaan gerombolan geng motor ini akan tumbuh menjadi sebuah kelompok besar. Kelompok yang akan menjalani atau mengisi kehidupannya berdasarkan peraturannya sendiri tanpa mengindahkan peraturan yang dibuat pemerintah. Karena mereka ada bukan sebagai pendukung pemerintahan. Dampak yang kian meluas akibat dari tindakan geng motor ini telah mulai mengusik kenyamanan masyarakat dimana kepercayaan terhadap pihak keamanan yang berwenang mulai diragukan dengan kenyataan belum mampunya mengatasi yang namanya geng motor ini. Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend dan mode yang sedang berlangsung saat itu.Maka dari itu aksi brutal itu perlu diredam.Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Tindakan yang dilakukan geng motor belakangan ini kian meresahkan warga. Geng motor kini memang menjadi salah satu perhatian utama pihak berwenang karena tindakan mereka kian berani.Jika geng motor tersebut tidak diantispasi sejak dini, dikhawatirkan kelompok-kelompok tersebut bisa kian besar menjadi sebuah jaringan kriminal terorganisisasi. Indikasi itu mulai muncul dengan tindak penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng motor akir-akir ini. Kalau geng motor brutal itu tidak segera dibubarkan maka akan sangat membahayakan karena terdapat solidaritas sempit yang telah didoktrinkan kepada setiap anggota geng motor tersebut, sehingga mengarah pada tindakan kriminal. Aktivitas Geng Motor di Kota gorontalo setiap malam kamis dan malam minggu,sering
melakukan
balapan
liar
di
Kecamatan
Kota
Selatan
Kota
Gorontalo.Berbeda dengan pada malam-malam biasanya, daerah seputaran lokasi balapan liar sangat sunyi, karena kativitas anak muda khusunya gorontalo paling banyak hanya pada malam kamis dan malam minggu. Ada pula yang sering melakukan balapan liar di sore hari lokasinya di jalan by pass Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur kota Gorontalo
Kenakalan remaja berasal dari suku kata “nakal”, artinya bahwa mereka sedang mencari identitas diri.Kehadiran geng motor melengkapi salah satu bentuk kenakalan remaja yang cukup meresahkan, setelah selama inimasyarakat sudah banyak dipusigngkan aksi dalam bentuk lain, seperti tawuran antar pelajar, balapan liar,sampai hal-hal yang menjurus kriminal. Dari fenomena-fenomena sosial tersebut banyak orang menyatakan bahwa perilakudestruktif remaja ini erat kaitannya dengan model pendidikan saat ini, yang cenderung mengedepankan nilai akademik, daripada penanaman budi pekerti. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengankecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilakumenyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu.Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagaipenyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturandan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalahsosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpangdapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan.Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalahmengapa seseorang. Hal ini disebabkan karena padadasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang
tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Kenakalankenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapatdikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: menegak minuman keras dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal lainnya yang sering diberitakan media-media masa. Tugas utama fenomenologi sosial adalah mendemonstrasikan interaksi-interaksi resiprokal di antara proses-proses tindakan manusia, penstrukturan situasional, dan konstruksi realitas. Tidak seperti kaum positivis yang melihat setiap aspek sebagai suatu faktor kasual, fenomenolog melihat bahwa semua dimensi sebagai pembentuk realitas. Biasanya, para fenomenolog menggunakan istilah refleksivitas untuk menandai cara ketika dimensi-dimensi unsur pokok berfungsi, baik sebagai fondasi maupun konsekuensi dari seluruh aspek kehidupan manusia. Geng Motor merupakan sebuah bentuk perlawanan dari anak muda, karena berdasarkan realitas yang ada, Geng Motor dibentuk untuk sebuah kekuasaan tersendiri untuk mereka sendiri tanpa sebuah aturan dan terstruktur dengan baik menurut mereka sendiri dan secara realita hal ini terjadi karena setiap makhluk individu ingin melakukan sebuah percobaan menurut mereka sendiri itu ingin dirasakan dan memiliki rasa keingin tahu yang tinggi. Kenakalan remaja demikianlah yang tidak hanya mengkhawatirkan masyarakat secara luas, akan tetapi mereka takut akan tindakan yang menjurus ke hal-hal yang kriminal. hal ini merupakan salah satu fase dimana seseorang atau setiap insan manusia paham akan sesuatu karena kejadian seperti ini pasti terjadi dan pasti hilang begitu saja di masyarakat secara luas.Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif. Remaja pada umumnya lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Dalam hemat penulis, kejadian yang terjadi dalam dunia remaja juga merupakan suatu masa transisi identitas jiwa remaja yang hampir terjadi pada setiap manusia saat mereka berada pada masa tersebut, sehingga bukanlah hal yang “tabu” lagi jika diperhadapkan pada realitas tersebut.
Masa muda merupakan masa dimana seseorang mempunyai tantangan hidup. Tidak terkecuali bagi kalangan pelajar yang sedang menjalani masa mudanya tersebut, mereka tentu ingin mencari media penyampaian hasrat masa muda mereka untuk menunjukan jati diri mereka terhadap orang lain. Ada pelajar yang menyalurkan hasratnya tersebut kedalam hal-hal atau kegiatan positif seperti kegiatan olahraga, aktif dalam organisasi maupun mengasah kemampuan akademik. Hal ini merupakan fenomena nyata yang terjadi di sekitar kita yang harur kita teliti dan amati terhadap perkembangan para pelajar saat ini. Dilihat dari dari sisi negatif penyaluran hasrat masa muda yang dilakukan oleh para pelajar, terdapat kasus yang menarik yang selama ini sering terjadi menimpa kaum pelajar yang ada di terjadi di perkotaan yakni maraknya perilaku menyimpang yang sapai pada tindakan kriminal akibat memasuki dunia geng motor. Hal ini merupakan potret buram dunia pendidikan di Indonesia karena generasi penerusnya lebih tertarik kepada hal seperti itu dibandingkan dengan mengenyam pendidikan dengan sungguh-sungguh. Sebagian
masyarakat
lebih
memandang
hal-hal
demikian
sebagai
penyimpangan. Tetapi disatu sisi, ini juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang terdapat pada remaja terutama dalam dunia otomotif, sehingga hal tersebut memiliki deskripsi negatif dan juga positif tergantung dari sisi apa mereka memandang. Dalam hemat penulis, perlu juga ada perhatian yang lebih intens dari pemerintah untuk mendiagnosa lebih kritis lagi hal-hal yang berkaitan dengan remaja, terutama dalam hal ketersediaan fasilitas untuk mengembangkan bakat mereka dalam dunia otomotif. Penyediaan fasilitas sangat perlu untuk meminimalisir balap liar yang terjadi di beberapa titik yang menjadi sentrum berkeliarannya remaja yang “ugal-ugalan” di jalanan. Realitas seperti ini menjadi persoalan yang senantiasa terus berkembang dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, kemajuan teknologi yang jauh meninggalkan kemapuan kebanyakan orang untuk mengecapnya, menjadi beberapa hal faktor pendorong terakumulasinya kejahatan demi kejahatan. Disebabkan oleh energi ekonomi dan sumber daya ekonomi terkonsentrasi di wilayah perkotaan, dengan jumlah penduduk yang berlebih, sementara tidak semua penduduk mampu mengakses energi dan sumber daya tersebut, pun mendorong lahirnya tindakan-tindakan kekerasan dengan derajat agresivitas yang sangat tinggi. Ketika agregasi kepentingan masyarakat
kota tidak menemukan saluran yang legal, maka ditempuhlah jalan-jalan yang ilegal. Praktik-praktik manipulasi, mewabahnya korupsi, kolusi, dan konspirasi. Dan pada saluran yang lain akan menciptakan kekerasan, kejahatan yang tinggi menjadi fenomena umum yang nyaris menjadi sebuah kewajiban. Kota terus “berdiam” dari berbagai patologi yang menimbunnya. Realitas remaja yang bergulat dalam dunia balap, jika diterawang cukup meresahkan masyarakat luas. Tetapi inilah realitas masyarakat “urban” yang kehidupan remaja cukup memprihatinkan, rekonstruksi lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam membentuk identitas remaja itu sendiri, perlu juga sebuah desain progres untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja tersebut minimal dapat diminimalisir, semua elemen yang berkaitan dengan masalah tersebut harus lebih aktif dalam melihat hal-hal demikian, tak heran jika memasuki masa-masa remaja hampir setiap orang yang pernah hidup di masa itu akan mengalami kegalauan identitas. Fenomena geng motor merupakan realitas remaja yang melakukan aktivitas di malam hari demi untuk menemukan sebuah suasana nyaman menurut mereka, sehingga mereka lebih menemukan dunianya di jalan dibanding dengan di tempat lain, walaupun resiko yang akan dialami cukup besar, tetapi itulah sebuah keindahan menurut mereka. Interpretasi menganai kenakalan yang dialamatkan kepada remaja yang melakukan aktivitas balap liar memang sudah sering dilontarkan kepada mereka yang sering melakukan tak sedikitpun dihiraukan karena mereka menemukan kenyamanan ketika berada di jalanan. Dalam hemat penulis, jalanan bukan lagi merupakan sebuah areal atau tempat bersemayamnya kendaran yang lalu lalang, tetapi lebih dari sebuah konstruksi arena pencarian jati dan pembentukan identitas diri para remaja yang sering menghabiskan malam-malamnya di jalanan. Realitas generasi saat ini memang cukup memprihatinkan dalam sebuah keberlanjutan estapet generasi penerus, tetapi inilah fenomena yang terjadi dijalanan yang sering penulis temukan di lapangan. Jalanan sudah merupakan ruang penyalur bakat bagi generasi yang punya keinginan untuk menjadi seorang pembalap, sehingga balap sudah bukan sekedar olahraga ataupun keahlian tetapi lebih dari itu, balap liar sudah meresap menjadi hobi dari sebagian remaja yang menekuninya. Banyak hal-hal baru yang mereka temukan di jalanan, bahkan jalan bagi mereka sudah menjadi rumah yang memberi banyak ketenangan dikala mereka membutuhkan sesuatu. Masa remaja
merupakan masa yang banyak memiliki keinginan dan angan-angan besar untuk menjadi sesuatu, sehingga meraka sangat cepat men-transfer hal-hal yang mereka anggap sesuai dengan keinginannya, walaupun hal demikian dapat membahayakan hidup maupun masa depan mereka sendiri, tetapi itulah realitas kehidupan remaja. gejala aksi brutal geng motor hal ini dikarenakan pengaruh keadaan atau suasana yang hampir disemua kota besar dan negara di dunia itu muncul. Keadaan ini juga merupakan gambaran atau semacam penegasan identitas dari kelompok tertentu. Penegasan ini bisa saja berupa ketidakpuasan, atau bisa saja hanya mencari sesuatu untuk melepaskan “unek-unek” dalam kelompok geng motor yang ujung-ujungnya berbuat keonaran. Masa-masa transisi dan kegalauan identitas yang mereka alami membuat mereka nyaman, karena kehidupan remaja sangat identik dengan kehidupan hura-hura. Mereka menikmati masa-masa remaja itu hanya sekali dan tak ingin melewatkannya begitu saja. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dimana tidak bisa disebut orang dewasa namun juga tidak bisa disebut sebagai anak-anak. Pada masa remaja ini sering kali terjadi krisis identitas, pencarian identitas diri remaja yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Dengan dorongan hasrat kesenangan membuat mereka merasa nyaman tanpa memikirkan sedikitpun bahaya yang dihadapi, walaupun harus kejar-kejaran dengan pihak kepolisian dan pihak yang berwenang lainnya. Tetapi tak pernah mereka hiraukan, demi mendapatkan nikmatnya kebersamaan dan bisa mereka bilang asyik di jalanan. Mereka menganggap tak akan menemukan hal-hal demikian di tempat lain, karena hanya dengan teman-teman yang ada di jalanan membuat mereka menemukan eksistensi diri sebagai remaja yang menikmati hari-hari dengan senang-senang. Realitas generasi muda telah dikonstruksi oleh gemerlapnya kota, sehingga menjadikan hari-hari mereka penuh dengan keinginan untuk mencari kebebasan. Hal inilah yang menjadi daya tarik kalangan anak muda dalam geng motor, karena tidak semua geng motor didominasi oleh anak-anak dalam kota, bahkan didominasi oleh anak-anak dari luar kota misalnya dari kabupaten. Begitu juga para pelaku geng motor, mereka mengetahui bahwa semua pergaulan atau semua hal-hal yang mengenai motor, mereka bisa update di kota yang modernisasinya menjadi luar biasa. Dalam hemat penulis, kota juga merupakan sebuah sentrum untuk merekonstruksi kebebasan individual dari generasi muda penikmat dunia motor. Geng motor di
Gorontalo sering beroperasi pada malam hari, karena gemerlapnya malam memberi inspirasi tersendiri bagi penikmat motor. Dunia malam juga memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakat yang menganggap bahwa malam sangat identik dengan kekerasan, sehingga terkadang persepsi masayarakat yang general melihat bahwa dunia malam sangat identik dengan maraknya kekerasan Geng motor di dunia barat cenderung menjurus ke hal-hal yang negatif seperti narkoba, pembunuhan, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Sedangkan geng motor di Indonesia, terfokus pada balapan liar. Di dalam balapan liar juga ada yang namanya taruhan atau judi, dan yang menjadi pendorong utama utama anak muda atau pelaku geng motor itu hanya sebatas kesenangan. Akan tetapi kondisi seperti inilah yang sering meresahkan masyarakat karena berimbas pada faktor-faktor pendorong anak muda membentuk geng motor yaitu keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial. Apabila kita pandang dari diferensiasi (perkembangan) sosial, sudah jelas memang, kelompok geng motor adalah “produk budaya barat” Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogin, misalnya masyarakat urban, kota-kota besar dan metropolis, perangai anti sosial dan kejahatan itu berkembang dengan cepatnya. Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-norma dan sanksi sosial yang semakin longgar serta macam-macam sub-kultur dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua faktor itu memberikan pengaruh yang mengacau, dan memunculkan disorganisasi dalam masyarakatnya. Tak ayal, anggota kelompok genk motor dengan tingkah laku yang abnormal (cenderung brutal) ini sebenarnya merupakan dampak dari faktor-faktor diatas. Maraknya kejahatan menghiasi setiap sudut kota, semakin menambah carut-marutnya raut kota di saat malam hari, dibeberapa negara sudah menjadi sebuah hal yang bisa jika diperhadapkan dengan kejahatankejahatan malam yang menghiasi kota-kota besar. Terutama juga di Indonesia, lebih khususnya di Gorontalo banyak kejadian-kejadian yang terjadi bukan hanya di siang hari tapi lebih marak jika disaat malam. Misteri kejahatan di balik gemerlapnya malam sudah menjadi perbincangan hampir di seluruh penjuru. Sehingga bukanlah sebuah asumsi lagi, melainkan telah menjadi sebuah dinamika. C. Kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Dapat dikatakan juga fenomena geng motor adalah sebuah perilaku menyimpang dan sebuah perlawanan terhadap kehidupan sosial mereka. Jadi peran semua pihak dapat berperan aktif dalam fenomena seperti ini, dalam artian bahwa keterlibatan semua pihak dari keluarga, pendidikan atau sekolah serta pengaruh lingkungan sosial yang baik dapat merubah sebuah perilaku anak mengarah ke hal-hal yang positif. 2. Saran Dari penjelasan sebelumnya penulis merumuskan beberapa saran terkait penelitian ini yakni penanganan kegaiatan-kegiatan yangh dilakukan oleh geng motor, serta peran pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini antara lain adalah: -
Keluarga.
Peran keluarga dalam sebuah bahtera rumah tangga sangatlah penting dalam mengkonstruksi mindset positif bagi anggota keluarganya, minimal yang diinginkan adalah peran aktif dalam mengontrol setiap kegiatan anak, tetapi bukan dalam hal membungkam kebebasan mereka dalam bergaul, hanya saja perlu evaluasi yang lebih intens dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingganya dalam hal ini, orang tua diharapakan dapat mmeperhatikan semua aktifitas anaknya agar tidak mengarah ke hal-hal yang negatif. -
Agama
Agama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dimana setiap agama mengajarkan kebaikan dalam melaksanakan kehidupan. Sehingganya penguatan pendidikan agama
akan menjadi factor penting dalam
mengontrol moralitas masyarakat. Begitu juga kaitanya mengenai pencegahan perilaku menyimpang dalam hal ini kasus gang motor agar dapat dikurangi dengan mengedepankan peran agama sebagai sosial control dalam masyarakat. -
Pendidikan
Pendidikan secara umum merupakan proses pengubahan sikap yang sangat tepat dalam memberikan sumbangsih terhadap perbaikan etika dan akhlak seseorang, berfikir secara dewasa dalam segala apapun, sebab pendidikan juga dapat dikatakan sebagai proses pendewasaan diri melalui proses pengajaran. Terutama berkaitan dengan pendidikan tersebut, misalnya institusi sekolah yang dianggap sebagai sentrum perbaikan generasi dan harus lebih berperan aktif dalam menanggapi permasalahan ini.
Pihak sekolah harus membuat kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan semua anak didiknya yang sehingganya dapat mengarahkan semua kegiatan anak didiknya ke arah yang positif. -
Pemerintah.
Pemerintah dimaksudkan dalam hal ini adalah dapat merangkul semua atau segala aktivitas anak dalam menyalurkan hobi untuk semua anak sehingga dapat merubah perilaku anak dari hal yang negatif ke arah positif.. Dan untuk masukan bagi pemerintah, semoga dibuatkan sarana dan prasarana bagi kaum muda provinsi gorontalo agar mereka dapat menyalurkan hobi dan aktivitas mereka.Sehingga kejadian-kejadian dari sisi negatif Geng Motor dapat berubah ke hal-hal yang positif. Sangat disayangkan jika hobi atau kemampuan seseorang akan berdampak negatif, karena konstruksi pemikiran kaum muda masih terkontaminasi dengan psikologi mereka yang sangat rentan dengan pembangkangan. Minimal hal tersebut tidak akan menimbulkan perlawanan dari para generasi tersebut terhadap pemerintah. -
Institusi yang berwenang dalam penanganan kejahatan
Pihak kepolisian harus memberi sebuah tindakan tegas pada para pelaku agar bisa memberi efek jera pada anak muda atau pelaku geng motor. Berikan hukuman pidana supaya para anggota geng motor menyesali perbuatanya. Karena sudah jelas, tindakan yang dilakukan para anggota geng motor ini adalah kriminal murni mulai dari balapan liar yang berujung pada taruhan atau judi.Selain itu juga kepolisian seharusnya lebih memahami betul terhadap perubahan sosial dalam masyarakat, terutama pada remaja
yang
kini
cenderungberprilaku menyimpang.
Antisipasi
seperti ini akan
mempermudah langkah polisi untuk mengurangi tindakan kriminal terhadap aksi brutal geng motor.
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Aria, et, al,2010, Dilarang Gondrong (Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970-an), Tangerang: Marjin Kiri, Barker,Chris, 2004,Cultural Studies Teori Dan Praktik, Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta,
Budi Susanto, S,J, 2005, Penghibur(an) Masa lalu dan Budaya Hidup masa Kini Indonesia;Kanisius Haryanto,Sindung, 2012,Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik hingga Postmodern),Jogjakarta: Ar-Ruzz MEDIA, Hebdige, Dick, 1979, Asal-usul & Ideologi Subkultur Punk, Yogyakarta : Buku Baik. Jatmika, Sidik,2010,Genk Remaja(Anak Haram Ataukah Korban Globalisasi?), Yogyakarta: Kanisius, Prastowo,Andi, 2011, Metode Penelitian Kualitatif (Dalam perpektif Rancangan Penelitian), Jogjakarta: Sandi, et, al, 2011, Pengantar Cultural Studies(Sejarah, pendekatan konseptual, & Isu menuju Studi Budaya Kapitaisme Lanjut), Jogjakarta, Satori, Djam’an dan Komariah, Aan,2011,Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, Sihabudin, Ahmad.2011. Komunikasi Antar Budaya (satu Perspektif Multidimensi), Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono, 2012,Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Suharsaputra,Uhar, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, Bandung: Refika Aditama,
JURNAL: Prisgunanto, Ilham. 2011 Fantasi Berkelompok Remaja Dalam Geng Motor (Pencegahan Kejahatan Lewat Konsep keluarga). Jurnal Studi Kepolisian; Edisi 074; JanuariApril 2011