PEMEKARAN KABUPATEN NIAS MENJADI KABUPATEN NIAS , KABUPATEN NIAS UTARA, KABUPATEN NIAS BARAT, DAN KOTA GUNUNGSITOLI DITINJAU DARI SEGI HUKUM TATA NEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH : DIKI ELNANDA CANIAGO NIM : 050200059
DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PEMEKARAN KABUPATEN NIAS MENJADI KABUPATEN NIAS , KABUPATEN NIAS UTARA, KABUPATEN NIAS BARAT, DAN KOTA GUNUNGSITOLI DITINJAU DARI SEGI HUKUM TATA NEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM Oleh: DIKI ELNANDA CANIAGO 050200059 DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA
Disetujui Oleh: Ketua Departemen Hukum Tata Negara
Armansyah, SH, M.Hum NIP. 131569409
Komisi Pembimbing: Pembimbing I
Pembimbing II
Armansyah, SH, M.Hum
Dr. Mirza nasution, SH,
M.Hum NIP. 131569409
NIP. 132206395 FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Puji dan syukur, penulis ucapkan kepada Allah swt, Tuhan sekalian alam yang dngan rahmat dan karuniaNya penulis sapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli” ini. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu, ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS:94 ayat 5-6) yang merupakan firmaNya menjadi semangat penulis dalam mengarungi kehidupan serta penyelesaian skripsi ini. Sholawat dan salam kita panjatkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya. Semoga syafaatnya kita dapatkan di hari akhir kelak. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyelesaian skripsi ini bukanlah sepenuhnya bersandar pada kemampuan penulis semata. Ada banyak bantuan, seokongan, doa, serta kemudahan yang telah diberikan oleh segenap pihak. Dan untuk itu, sudah selayaknya penulis memberikan penghargaan dan mengucapkan terimaksasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, SpAk sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara, yang merupakan pemimpin Universitas ketika penulis menempuh perkuliahan di Universitas ini. 2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr. suhaidi, SH, MH sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, DFM, M.Hum, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Armansyah, SH, M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini menjadi sebuah skripsi. 7. Bapak Drs. Nazaruddin, SH, MA, selaku Sekretaris Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pengajar penulis dalam mata kuliah jurusan Hukum Tata Negara. 8. Bapak Dr. Mirza Nasution, SH, M,Hum, yang merupakan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat serta banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Ibu Dr. Utary Maharany B, SH, M.Hum, yang merupakan Dosen Wali penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum. 10. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama delapan semester. 11. Untuk kedua orang tua penulis, kiranya ini dapat menjadi persembahan ananda kepada kalian berdua. Tidak ada yang dapat penulis lakukan kecuali berdoa senantiasa Allah swt. Senantiasa mengasihi dan menyayangi kalian berdua atas kasih sayang yang tiada putus-putusnya yang kalian berdua curahkan kepada ananda.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
12. Untuk teman-teman seperjuangan di BTM Aladdinsyah, SH, HMI, , PEMA Fakultas Hukum USU, IMAMI FH USU, KOPISUSU, dan “IMH” yang telah membantu secara moril penulis selama beraktifitas di kampus maupun di luar kampus. 13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU Stambuk 2005 yang telah banyak membantu penulis selama kuliah di moga apa yang FH USU. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT. Jazakallah Khairan Katshirah
Medan, Februari 2009 Penulis,
Diki Elnanda Caniago
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ...i DAFTAR ISI .................................................................................................. .iv DAFTAR TABEL…..………………………………………………………….vi ABSTRAKSI………………………………………………………………….xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... ..1 B. Perumusan Masalah ............................................................ ..4 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................ ..4 D. Keaslian Penulisan.............................................................. ..6 E. Tinjauan Kepustakaan ........................................................ ..6 1. Teori Kedaulatan Rakyat ......................................... 6 2. Konsep Negara Kesatuan ........................................ 8 F. Metode Penelitian ............................................................... ..12 G. Sistematika Penulisan ......................................................... 13
BAB II
KEWENANGAN DAERAH DALAM MENJALANKAN OTONOMI DAERAH A. Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia ... 15 B. Asas-asas Pemerintah Daerah….……………………………18 C. Urusan Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.... 25
BAB III
PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN/ KOTA SERTA PENGATURANNYA DALAM HUKUM TATA NEGARA A. Urgensi dan Problemantika Pemekaran dan Pemebentukan daerah ........................................................................................... 31 B. Tata Cara Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota..…….37
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
C. Syarat-syarat Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota…41 1. Syarat Administratif ............................................... 41 2. Syarat Teknis ......................................................... 42 3. Syarat Fisik Kewilayahan....................................... 46 BAB IV
PEMEKARAN KABUPATEN NIAS A. Pengertian Umum tentang Kabupaten Nias...…....................49 B. Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Nias ........................51 C. Wacana dan Aspirasi Masyarakat Nias menjadi 4 (Empat) Daerah Baru……………..…...……………………………..57 D. Tahap dan Perkembangan Pemekaran Nias saat ini ........... 61 E. Keadaan Kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli dalam Memenuhi Syarat Pemekaran Daerah Menurut PP Nomor 78 Tahun 2007................................................. 62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………
120
B. Saran ………………………………………………......
121
DAFTAR PUSTAKA... ………………………………………………………viii LAMPIRAN
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Tabel 01
Tabel 02
Tabel 03
Tabel 04
Tabel 05
Tabel 06 Tabel 07
Tabel 08
Tabel 09
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Faktor dan Indikator dalam Rangka Pembentukan Daerah Otonom Baru………………………………..
45
Kategori Kelulusan Nilai Indikator Pemekaran Daerah………………………….……………………..
46
Syarat Pemekaran daerah dan Indikaor Pendukung nya……………………………………………………...
64
Perkembangan PDRB Kabupaten Nias ADHB dan ADHK 200 tahun 2004-2006…………………………
73
PDRB Provinsi Sumatera Utara ADHB Menurut Kab/Kota, 2004-2006……………………………….
73
PDRB Per Kapita di Provinsi Sumatera Utara Me nurut Kab/ Kota, 2004-2006………………………… Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara ADHK 2000 Menurut Kab/ Kota, 2004-2006……….
74
Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Nias ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006……..
75
Perkembangan PDRB Kab. Nias ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006………...
75
Perkembangan Kontribusi PDRB Kabupaten Nias ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006 (Persentase)……………………………..
76
Perkembangan PDRB Kabupaten Nias ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006(Rupiah)
76
Perkembangan Kontribusi PDRB Kab. Nias ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006…
77
PDRB Povinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan atas Harga Konstan (ADHK) 2000, Tahun 2006………...
77
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Nias, Tahun Anggaran 2005……………………
78
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Nias, Tahun Anggaran 2006…………………….
79
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Nias, Tahun Anggaran 2007…………………….
80
74
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 17
Rasio Pad terhadap Kab. Nias Tahun 2005-5006…….
80
Tabel 18
Dana Alokasi Umum (DAU) Provinsi Sumatera Utara Menurut Kab/ Kota, Tahun 2001-2007………………..
81
Tabel 19
Rasio Bank Per 10.000 Penduduk……………………… 82
Tabel 20
Rasio Bukan Bank Per 10.000 Penduduk……………… 82
Tabel 21
Rasio Kelompok Pertokoan Per 10.000 Penduduk……. 82
Tabel 22
Rasio Pasar Per 10.000 Penduduk……………………… 83
Tabel 23
Rasio Sekolah Dasar Per Penduduk Usia SD………….. 83
Tabel 24
Rasio Sekolah SLTP Per Penduduk Usia SLTP……….. 83
Tabel 25
Rasio Sekolah SLTA Per Penduduk Usia SLTA………. 84
Tabel 26
Rasio Penduduk Usia Perguruan Tinggi Per Penduduk Usia 19 Tahun ke Atas………………………………….. 84
Tabel 27
Rasio Fasilitas Kesehatan Per 10.000 Penduduk……… 85
Tabel 28
Rasio Tenaga Medis Per 10.000 Penduduk……………. 85
Tabel 29
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 2,3 atau Perahu Motor……………….
86
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 4 atau Kapal Motor………………….
86
Persentase Pelanggan Telpon terhadap Jumlah Rumah Tangga………………………………………………
86
Tabel 32
Persentase Jumlah Listrik terhadap Jumlah Rumah..
87
Tabel 33
Rasio Kantor Pos Termasuk Jasa-jasa Per 10.000 Penduduk………………………………………………..
87
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 34
Rasio Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan Bermotor………………………………………………… 87
Tabel 35
Jumlah Hotel/ Akomodasi Lainnya……………………. 87
Tabel 36
Jumlah Restoran/ Rumah Makan……………………… 87
Tabel 37
Jumlah Objek Wisata…………………………………… 88
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 38
Persentase Pekerja yang Berpendidikan Minimal SLTA Terhadap Usia 18 Tahun ke Atas……………………….. 88
Tabel 39
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…………………… 88
Tabel 40
Persentase Penduduk yang Bekerja……………………. 89
Tabel 41
Rasio Pegawai Negeri Sipil Per 10.000 Penduduk……… 89
Tabel 42
Rasio Bank Per 10.000 Penduduk……………………… 90
Tabel 43
Rasio Bukan Bank Per 10.000 Penduduk……………… 90
Tabel 44
Rasio Kelompok Pertokoan Per 10.000 Penduduk……. 90
Tabel 45
Rasio Pasar Per 10.000 Penduduk……………………… 90
Tabel 46
Rasio Sekolah Dasar Per Penduduk Usia SD………….. 91
Tabel 47
Rasio Sekolah SLTP Per Penduduk Usia SLTP……….. 91
Tabel 48
Rasio Sekolah SLTA Per Penduduk Usia SLTA………. 91
Tabel 49
Rasio Penduduk Usia Perguruan Tinggi Per Penduduk Usia 19 Tahun ke Atas………………………………….. 91
Tabel 50
Rasio Fasilitas Kesehatan Per 10.000 Penduduk……… 91
Tabel 51
Rasio Tenaga Medis Per 10.000 Penduduk……………. 92
Tabel 52
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 2,3 atau Perahu Motor……………….
93
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 4 atau Kapal Motor………………….
93
Persentase Pelanggan Telpon terhadap Jumlah Rumah Tangga………………………………………………
93
Tabel 55
Persentase Jumlah Listrik terhadap Jumlah Rumah..
93
Tabel 56
Rasio Kantor Pos Termasuk Jasa-jasa Per 10.000 Penduduk………………………………………………..
94
Tabel 53
Tabel 54
Tabel 57
Rasio Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan Bermotor………………………………………………… 94
Tabel 58
Jumlah Hotel/ Akomodasi Lainnya……………………. 94
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 59
Jumlah Restoran/ Rumah Makan……………………… 94
Tabel 60
Jumlah Objek Wisata…………………………………… 95
Tabel 61
Persentase Pekerja yang Berpendidikan Minimal SLTA Terhadap Usia 18 Tahun ke Atas……………………….. 95
Tabel 62
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…………………… 95
Tabel 63
Persentase Penduduk yang Bekerja……………………. 96
Tabel 64
Rasio Pegawai Negeri Sipil Per 10.000 Penduduk……… 96
Tabel 65
Rasio Bank Per 10.000 Penduduk……………………… 97
Tabel 66
Rasio Bukan Bank Per 10.000 Penduduk……………… 97
Tabel 67
Rasio Kelompok Pertokoan Per 10.000 Penduduk……. 97
Tabel 68
Rasio Pasar Per 10.000 Penduduk……………………… 97
Tabel 69
Rasio Sekolah Dasar Per Penduduk Usia SD………….. 97
Tabel 70
Rasio Sekolah SLTP Per Penduduk Usia SLTP……….. 98
Tabel 71
Rasio Sekolah SLTA Per Penduduk Usia SLTA………. 98
Tabel 72
Rasio Penduduk Usia Perguruan Tinggi Per Penduduk Usia 19 Tahun ke Atas………………………………….. 98
Tabel 73
Rasio Fasilitas Kesehatan Per 10.000 Penduduk……… 98
Tabel 74
Rasio Tenaga Medis Per 10.000 Penduduk……………. 99
Tabel 75
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 2,3 atau Perahu Motor……………….
99
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai KendaRaan Bermotor 4 atau Kapal Motor………………….
99
Persentase Pelanggan Telpon terhadap Jumlah Rumah Tangga………………………………………………
99
Tabel 78
Persentase Jumlah Listrik terhadap Jumlah Rumah..
100
Tabel 79
Rasio Kantor Pos Termasuk Jasa-jasa Per 10.000 Penduduk………………………………………………..
100
Tabel 76
Tabel 77
Tabel 80
Rasio Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan Bermotor………………………………………………… 100
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 81
Jumlah Hotel/ Akomodasi Lainnya……………………. 100
Tabel 82
Jumlah Restoran/ Rumah Makan……………………… 101
Tabel 83
Jumlah Objek Wisata…………………………………… 101
Tabel 84
Persentase Pekerja yang Berpendidikan Minimal SLTA Terhadap Usia 18 Tahun ke Atas……………………….. 101
Tabel 85
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…………………… 101
Tabel 86
Persentase Penduduk yang Bekerja……………………. 102
Tabel 87
Rasio Pegawai Negeri Sipil Per 10.000 Penduduk……… 102
Tabel 88
Rasio Sarana Peribadatan Per 10.000 Penduduk……… 103
Tabel 89
Rasio Tempat Pertunjukan Seni Per 10.000 Penduduk.. 103
Tabel 90
Rasio Panti Sosial Per 10.000 Penduduk……………….. 103
Tabel 91
Rasio Fasilitas Lapangan Olah Raga Per 10.000 Penduduk…………………………………………………. 103
Tabel 92
Rasio Sarana Peribadatan Per 10.000 Penduduk……… 104
Tabel 93
Rasio Tempat Pertunjukan Seni Per 10.000 Penduduk.. 104
Tabel 94
Rasio Panti Sosial Per 10.000 Penduduk……………….. 105
Tabel 95
Rasio Fasilitas Lapangan Olah Raga Per 10.000 Penduduk…………………………………………………. 105
Tabel 96
Rasio Sarana Peribadatan Per 10.000 Penduduk……… 105
Tabel 97
Rasio Tempat Pertunjukan Seni Per 10.000 Penduduk.. 105
Tabel 98
Rasio Panti Sosial Per 10.000 Penduduk……………….. 106
Tabel 99
Rasio Fasilitas Lapangan Olah Raga Per 10.000 Penduduk…………………………………………………. 106
Tabel 100
Rasio Penduduk yang Ikut Pemilu terhadap Penduduk Yang Memepunyai Hak Pilih…………………………… 106
Tabel 101
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan…………………… 106
Tabel 102
Rasio Penduduk yang Ikut Pemilu terhadap Penduduk Yang Memepunyai Hak Pilih…………………………… 107
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 103
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan…………………… 107
Tabel 104
Rasio Penduduk yang Ikut Pemilu terhadap Penduduk Yang Memepunyai Hak Pilih…………………………… 108
Tabel 105
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan…………………… 108
Tabel 106
Jumlah Penduduk……………………………………….. 109
Tabel 107
Jumlah Penduduk……………………………………….. 109
Tabel 108
Jumlah Penduduk……………………………………….. 110
Tabel 109
Jumlah Penduduk Urban………………………………. 110
Tabel 110
Luas Wilayah Keseluruhan…………………………….
111
Tabel 111
Luas Wilayah Efektif yang Dimanfaatkan………........
111
Tabel 112 Tabel 113
Luas Wilayah Keseluruhan……………………………. Luas Wilayah Efektif yang Dimanfaatkan………........
111 112
Tabel 114
Luas Wilayah Keseluruhan…………………………….
112
Tabel 115
Luas Wilayah Efektif yang Dimanfaatkan………........
113
Tabel 116
Angka Kriminalitas Per 10.000 Penduduk……………
113
Tabel 117
Rasio Gedung yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Gedung Pemerintahan……………………………
113
Rasio Lahan yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Sarana Pemerintahan……………………………. Rata-rata Jarak Kecamatan ke Pusat Pemerintahan..
114 114
Rata-rata Waktu Perjalanan dari Kecamatan ke Pusat Pemerintahan……………………………………
114
Tabel 121
Angka Kriminalitas Per 10.000 Penduduk……………
115
Tabel 122
Rasio Gedung yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Gedung Pemerintahan……………………………
115
Rasio Lahan yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Sarana Pemerintahan…………………………….
115
Tabel 124
Rata-rata Jarak Kecamatan ke Pusat Pemerintahan..
115
Tabel 125
Rata-rata Waktu Perjalanan dari Kecamatan ke
Tabel 118 Tabel 119 Tabel 120
Tabel 123
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pusat Pemerintahan……………………………………
116
Tabel 126
Angka Kriminalitas Per 10.000 Penduduk……………
116
Tabel 127
Rasio Gedung yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Gedung Pemerintahan……………………………
117
Rasio Lahan yang Ada Terhadap Kebutuhan Minimal Sarana Pemerintahan…………………………….
117
Tabel 129
Rata-rata Jarak Kecamatan ke Pusat Pemerintahan..
117
Tabel 130
Rata-rata Waktu Perjalanan dari Kecamatan ke Pusat Pemerintahan……………………………………
118
Tabel 128
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PEMEKARAN KABUPATEN NIAS MENJADI KABUPATEN NIAS , KABUPATEN NIAS UTARA, KABUPATEN NIAS BARAT, DAN KOTA GUNUNGSITOLI DITINJAU DARI SEGI HUKUM TATA NEGARA *) Armansyah, SH, M.Hum. **) Dr. Mirza Nasution, SH, M.Hum. ***) Diki Elnanda Caniago ABSTRAKSI Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/ kota menjadi dua daerah atau lebih. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah di Indonesia untuk memebentuk daerah otonom baru melalui pemekaran daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias. Pada tanggal 29 Oktober 2008, DPR RI mensyahkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera utara. Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari pada penyusunan karya ilmiah ini serta penelitian lapangan (field research), untuk melihat aspirasi pendapat tokoh serta masyarakat mengenai pemekaran Kabupaten Nias serta melihat bagaimana keadaan Kabupaten Nias dalam memenuhi peraturan hukum mengenai pemekaran daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa telah ada Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945, Pasal 4, 5, dan 8 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 78 untuk mengatur pemekaran daerah di Indonesia saat ini, Masyarkat Nias menginginkan pemekaran Nias karena daerah Nias mempunyai potensi serta kekayaan alam yang besar, Keadaan daerah Nias selama ini sangat tertinggal serta pembangunan di daerah kepulauan ini sangat minim, dan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk membentuk suatu propinsi di daerah ini, yang dinamakan Propinsi Tano Niha atau Propinsi Nias. *) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah untuk membentuk daerah otonom baru (baik daerah Provinsi, daerah Kabupaten, maupun daerah Kota) yang terpisah dari daerah induknya akhir-akhir ini banyak muncul seiring dengan dinamika masyarakat pada era reformasi. Dinamika keinginan masyarakat di suatu wilayah untuk menjadikan daerahnya menjadi daerah otonom seperti itu pada dasarnya tidak bertentangan dengan semangat otonomi daerah yang secara resmi digulirkan pada bulan Januari 2001. UndangUndang nomor 22 Tahun 1999 yang disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan sekarang telah disemprunakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dinyatakan yang dimaksud dengan daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Semangat otonomi daerah dan Fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah untuk membentuk daerah otonom baru yang terjadi di seluruh nusantara juga terasa pada masyarakat Nias. Masyarakat Nias juga menghendaki daerah Kabupaten Nias saat ini dimekarkan lagi menjadi beberapa daerah otonom baru, yakni Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan kota Gunungsitoli. Tuntutan masyarakat yang sangat kuat di tingkat bawah (grassroot) tersebut didorong oleh keinginan memperoleh pelayanan yang lebih baik dari pemerintah daerah. J.Kaloh mengatakan: Dalam konteks pemekaran daerah/wilayah tersebut yang lebih dikenal dengan pembentukan daerah otonom baru, bahwa daerah otonom tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri, terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik. 1 Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di samping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. 2 Keinginan serta aspirasi masyarakat tersebut kemudian diakomodir oleh Pemerintah dan DPR RI, dimana pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 29 Oktober 2008, DPR mensyahkan Undang-Undang Pemekaran Nias ke dalam 3 UndangUndang, yaitu Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera utara. Data berikut ini dapat memberikan gambaran kepada kita:
1
J.Kaloh, “Mencari Bentuk Otonomi Daerah”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm.194. H.A.W. Widjaja, “Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia”, PT. RajaGrafindo persada, Jakarta, 2005, hlm 134-135.
2
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Hasil penelitian LitBang Kompas terhadap daerah-daerah pemekaran menunjukkan bahwa tidak selamanya pemekaran itu membuahkan hasil kemajuan. Dari 233 daerah, baik induk maupun pemekarannya yang dikaji, hanya 28 persen daerah yang mengalami kemajuan baik induknya maupun daerah hasil pemekarannya. Dengan kata lain, harapan untuk mendapatkan kemajuan di bidang ekonomi, social, dan infrastruktur daerah setelah daerah dimekarkan masih belum memadai. 3 Lebih jauh, Suwardiman mengatakan: Berbagai masalah yang mengiringi proses pemekaran selama ini seolah memperkuat dugaan tidak adanya desain besar yang menjadi pijakan untuk menentukan sejauh mana perluasan organ pemerintahan subnasional di negara ini. Dalam praktiknya, pemekaran lebih dimotivasi oleh obsesi daerah mengejar kucuran dana dari pusat yang ujung-ujungnya merangsang korupsi. Di samping itu, pembentukan daerah-daerah otonom baru juga membuka ruang-ruang kekuasaan baru yang memperluas lahan bagi pertarungan politik ditingkat lokal. Elite politik di daerah, memanfaatkan momentum ini demi kepentingan mereka. Diantaranya adalah perebutan posisi-posisi strategis dengan tujuan penguatan eksistensi kepentingan kelompok yang dipikulnya. 4
Wendra Yunaldi mengatakan, secara teoritik, harus diakui bahwa kebijakan pemerintah untuk memekarkan beberapa daerah di Indonesia telah menambah angka permasalahan
baru
dalam
proses
penyusunan
undang-undang
dan
sistem
ketatanegaraan kita saat ini. 5 J. Kaloh memberikan pendapatnya : Di balik urgensi pembentukan dan pemekaran wilayah, terdapat pula problematikanya antara lain : 1. Dengan adanya dukungan formal melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 (saat ini telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008) , muncul kecenderungan banyaknya daerah-daerah yang minta dimekarkan, padahal ditinjau khususnya dari syarat teknis (kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, dan hankam) tidaklah begitu mendukung 2. Berdasarkan data yang ada, dari 98 daerah pemekaran kabupaten/kota terdapat 70 daerah yang mengalami going-down (komisi II DPR-RI) 3. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemekaran daerah tidaklah menjamin secara serta merta membawa pada perubahan yang diinginkan 3
LitBang kompas, “Pemekaran Daerah,Cita-cita yang Tidak Selalu Berbuah Manis”, Kompas, Rabu, 21 Mei, 2008. 4 Suwardiman, “Pemekaran Kurang Cerminkan Aspirasi Rakyat”, Kompas, Senin, 24 September 2007. 5 Wendra Yunaldi, “Opini Pemekaran Daerah: Ambisi Eli atau Kebutuhan Rakyat”, http=//Abdullah husaini wordpress.com/2008/04/12/pemekaran-daerah-ambisi-elit-atau-kebutuhan-rakyat/, diakses pada tanggal 31 Januari 2008. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
4. Hal ini disebabkan antara lain, inisiatif pemekaran dan pembentukan daerah tidaklah merupakan suara dari bagian terbesar masyarakat daerah yang bersangkutan, tetapi hanya inisiatif dari kelompok para elit politik maupun birokrat yang cenderung mengejar kekuasaan dengan mengusung “panji” dan corak perimordialisme. 6 Melihat data serta pendapat tersebut di atas tentunya dibutuhkan pengaturan hukum, khususnya Hukum Tata Negara agar aspirasi serta keinginan masyarakat memekarkan dan membentuk daerah khususnya Kabupaten/ kota sesuai dengan tujuannya,
dan
mampu
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
sehingga
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pemerintah telah mengeluarkan suatu Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Di dalam Peraturan ini diatur bagaimana syarat serta ketentuan lain yang harus dipenuhi agar Pembentukan serta Pemekaran Daerah mencapai tujuannya. Persyaratan pembentukan daerah dimaksud agar daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat terwujudnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7
B. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas pada bab berikutnya adalah: 1. Bagaiamana pengaturan mengenai pemekaran daerah, khususnya mengenai pemekaran kabupaten dan kota di Indonesia saat ini ?
6
J.klaoh, Op.cit, hlm 196-197. Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. 7
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2. Faktor- faktor apa yang melatarbelakangi munculnya aspirasi masyarakat dalam pemekaran Kabupaten Nias? 3. Bagaiamana keadaan Kabupaten Nias sebagai daerah induk dan Kabupten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli sebagai daerah baru dalam memenuhi aturan hukum mengenai pemekaran daerah yang ada saat ini?
C. Tujuan dan manfaat penulisan Tujuan tulisan ini adalah: Penulisan skripsi ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana pengaturan mengenai pemekaran daerah, khususnya mengenai pemekaran kabupaten dan kota di Indonesia saat ini, faktor- faktor apa yang melatarbelakangi munculnya aspirasi masyarakat dalam pemekaran Kabupaten Nias, bagaiamana keadaan Kabupaten Nias sebagai daerah induk dan Kabupten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli sebagai daerah baru dalam memenuhi aturan hukum mengenai pemekaran daerah yang ada saat ini. Manfaat yang diperoleh dari penulisan ilmiah ini adalah: 1. Secara Teoritis a. Hasil penulian ini diharapkan dapat memberikan sedikit sumbangan pengetahuan dan pemikiran sebagai salah atu referensi perpustakan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Hukum Tata Negara. b. Bagi penulis sendiri, tulisan ini bermanfaat dalam memenuhi persyaratan guna menyelesaikan studi dan meraih gelar kesarjanaan program Starata
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Satu (S-1) di Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Secara Praktis a. Dapat digunakan pemerintah sebagai rujukan dalam membuat kebijakan mengenai pemerintahan daerah, kususnya mengenai pemekaran daerah. b. Bagi pemerintahan daerah, yakni Pemerintahan Kabupatan Nias, Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, serta Kota Gunungsitoli, penelitian ini dapat menjadi suatu saran atau masukan di dalam membangun serta meningkatkan pelayanan bagi masyarakat. c. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi masukan serta menambah wawasan masyarakat akan pemekaran daerah, terutama bagi masyarakat Nias, Nias Utara, Nais barat, serta Kota Gunungsitoli yang saat ini sedang mengalami pemekaran daerah yang nantinya diharapkan dapat mengawasi atau mengadakan proses kontroling bagi proses pemekaran daerah yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
D. Keaslian penulisan ” PEMEKARAN KABUPATEN NIAS MENJADI KABUPATEN NIAS, KABUPATEN NIAS UTARA, KABUPATEN NIAS BARAT, DAN KOTA GUNUNGSITOLI DITINJAU DARI SEGI HUKUM TATA NEGARA ” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah dibahas dan ditulis oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum USU. Sejauh pengamatan dan sepengetahuan penulis tentang permasalahan yang menjadi penelitian dalam skripsi ini belum pernah mendapat dan melihat kesamaan masalah yang ada pada penulisan skripsi ini dengan skripsi yang Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
sudah ada sebelumnya, sehingga penulis berkeinginan membahas sesuai judul diatas beserta permasalahannya oleh karena itu maka penulisan ini adalah asli. Kalaupun ada pendapat dan kutipan lain yang berkaitan dengan/ berhubungan dengan tulisan ini, semata-mata adalah faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini, karena hal tersebut sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi ini.
E. Tinjauan kepustakaan 1. Konsep Kedaulatan Rakyat ( Demokrasi) Istilah kedaulatan rakyat merupakan perpaduan antara dua kata, yaitu “kedaulatan” dan kata “rakyat”, dimana masing-masing kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Dari segi kaidah bahasa Indonesia kata kedaulatan berasal dari suku kata “daulat” yang bermakkna kekuasaan; pemerintahan. 8 Kemudian, kata tersebut mendapat imbuhan awalah “ke” dan akhiran”an” (kedaulatan) sehingga mempunyai suatu pengertian kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara. 9 Selanjutnya kata “rakyat” berarti segenap penduduk suatu negara (sebagai imbangan pemerintahan). 10 Edy Purnama mengatakan: kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi sebagai atribut bagi organisasi masyarakat yang paling besar dan rakyat adalah tempat yang melahirkan kekuasaan yang tertinggi itu. Dengan demikian, kedaulatan rakyat adalah kekuasaan tertinggi dalam negara yang terletak di tangan rakyat. 11 Paham kedaulatan rakyat telah tumbuh dan terpelihara dalam kehidupan masyarakat, terutama di pedesaan. Paham dimaksud terbatas pada hak tertinggi rakyat pedesaan untuk menyelenggarakan urusan mereka sendiri, seperti menetapkan dan
8
Depdikbud RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta, 1988, hlm.188. Ibid. 10 Ibid. 11 Edy Purnama, “Negara Kedaulatan Rakyat”, Penerbit Nusamedia, Bandung, 2007, hlm.28-29. 9
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
memilih kepala desa, kepala kampung atau kepala persekutuan hukum lainnya, seperti kepala marga, dan lain sebagainya. Prinsip kedaulatan rakyat di dalam UUD 1945 dimuat baik di dalam Pembukaan (pada alinea keempat) juga di dalam batang tubuh UUD 1945. pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menetapkan “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan rakyat”. Kemudian ketentuan tersebut dalam amandemen ketiga pada tahun 2001 mengalami perubahan sehingga ketentuan dimaksud berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Secara teortik dan normatif, rakyat sering disebut sebagai pemegang kedaulatan tertinggi atau pemegang mutlak kekuasaan sebuah negara. Karenanya, rakyat senantiasa konsisten sebagai pihak yang mempercayakan (untuk menyerahkan kekuasaan) kepada negara. Makmur Amir dan Reni Dwi Purnomowati mengatakan: Di banyak negara di dunia saat ini, di dalam konstitusinya tertulis bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, yang berarti bahwa negara tersebut menganut asas kedaulatan rakyat. Dengan demikian menganut asas kedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan pemerintah bersumber pada kehendak rakyat. Prinsip dasar inilah yang kemudian dikenal sebagai prinsip demokrasi. 12
2. Negara Kesatuan Dalam teori pemerintahan, secara garis besar dikenal ada dua bentuk/ susunan negara yaitu negara federal dan negara kesatuan. Secara etimologis, kata “federal” berasal dari bahasa latin feodus, artinya liga. Liga negara-negara kota yang otonom pada zaman Yunani kuno dapat dipandang sebagai negara federal yang mula-mula. Bentuk
pemerintahan federal berasal dari pengalaman konstitusional Amerika
Serikat. 12
Makmur dan Reni Dwi Purnomowati, “Lembaga Perwakilan Rakyat”, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.5. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk negara federal berangkat dari satu asumsi dasar bahwa negara federal dibentuk oleh sejumlah negara atau wilayah yang independen, yang sejak awal memiliki kedaulatan atau semacam kedaulatan pada dirinya masing-masing. Negara atau wilayah-wilayah itu kemudian bersepakat membentuk sebuah federal. Negara dan wilayah pendiri federal itu kemudian berganti status menjadi negara bagian atau wilayah administrasi dengan nama tertentu dalam lingkungan federal. Biasanya, pemerintah federal diberi kekuasaan penuh di bidang moneter, pertahanan, peradilan, dan hubungan luar negeri, kesatuan lainnya cenderung tetap dipertahankan oleh negara bagian
atau wilayah administrasi. Kekuasaan negara
bagian biasanya sangat menonjol dalam urusan-urusan domestik, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan keamanan masyarakat. Beberapa segi positif dari konsep negara federal antara lain: pertama, federalisasi merupakan strategi yang paling tepat untuk membuka kekuasaan yang pada
masa lau amat
tertutup. Masyarakat
pada umumnya mendambakan
keterbukaaan. Banyak mekanisme dan lembaga demokrasi yang dikembangkan dalam rangka membuka kekuasaan itu, contohnya adalah perwakilan politik. Kedua, federalisme dipandang sebagai usaha menyeimbangkan kekuatan budaya daerah, suku, atau etnis yang ada dalam suatu negara. Ketiga, di dalam sistem federal, ada unsur-unsur yang dapat membantu menghindari kecenderungan ke arah intensifikasi ketimpangan ekonomi dan konflik-konflik politik dan budaya yang menyertai. Bentuk negara kesatuan, asumsi dasarnya berbeda secara diametrik dari negara federal. Formasi negara kesatuan dideklarasikan sejak kemerdekaan oleh para pendiri negara dengan mengklaim seluruh wilayahnya sebagai bagian dari satu negara. Tidak ada kesepakatan para penguasa daerah, apalagi negara-negara, karena diasumsikan bahwa semua wilayah yang termasuk di dalamnya bukanlah bagian-bagian wilayah Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
yang bersifat independent. Atas dasar itu, negara membentuk daerah-daerah atau wilayah-wilayah yang kemudian diberi kekuasaan atau wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengurus berbagai kepentingan masyarakatnya. Hal ini diasumsikan bahwa negaralah yang menjadi sumber kekuasaan. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 13, dinyatakan dengan tegas bahwa negara Indonsia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik 14. Prinsip negara kesatuan ialah pemegang tampuk kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara adalah pemerintah pusat tanpa ada suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Dalam negara kesatuan terdapat asas bahwa segenap urusan negara tidak dibagi antara pemerintah pusat (central government) dengan pemerintah lokal (local government) sedemikian rupa, sehingga urusan-urusan negara dalam negara kesatuan tetap merupakan suatu kebulatan dan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di negara itu adalah pemerintah pusat. Di dalam negara kesatuan, tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap berada di tangan pemerintah pusat. Dalam konteks negara Indonesia, negara Indonesia adalah negara kesatuan. Sebagai negara kesatuan maka kedaulatan negara adalah tunggal, tidak tersebar pada negara-nagara bagian seperti dalam Negara federal/serikat. Pembentukan organisasi-organisasi pemerintah di daerah atau pemerintah daerah dalam Negara kesatuan tidak sama dengan pembentukan negara bagian seperti dalam Negara federal. Kedudukan pemerintah daerah dalam sistem Negara kesatuan adalah subdivisi pemerintahan nasional. Pemerintah daerah tidak memiliki kedaulatan sendiri sebagaimana negara bagian dalam sitem negara federal. Hubungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat adalah dependent dan sub-ordinat sedangkan 13 14
Selanjutnya disebut UUD NRI 1945. Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
hubungan negara bagian dengan negara federal/pusat dalam negara federal adalah independent dan koordinatif. Bentuk negara kesatuan disebut juga dengan negara unitaris, negara yang bersusunan tunggal. Negara itu berdiri sendiri, tidak dibentuk atas susunan negara kesatuan. Negara ini berdiri sendiri, tidak dibentuk atas susunan beberapa negara. Di dalam negara hanya ada satu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang tertinggi dalam segala urusan pemerintahan negara tersebut. Negara kesatuan memiliki dua macam sistem penyelenggaraan wewenangnya, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Sistem sentralisasi adalah sistem yang tidak meyelenggarakan pembagian daerah. Pembagian daerah yang dilakukan hanya dalam bentuk daerah-daerah administrasi. Dalam sistem desentralisasi, negara kesatuan tersebut menyelenggarakan pembagian daerah yang masing-masing daerah berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, seperti Indonesia. Setiap daerah mempunyai pemerintahan sendiri yang disebut pemerintah daerah. Namun, pemerintah daerah tersebut tidak mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan. Pemerintah pusat yang mempunyai wewenang tertinggi. Meskipun suatu pemerintahan menganut sistem desentralisasi, dapat saja dalam pelaksanaan pemerintahan sehari-hari mempraktikan sistem sentralisasi. Contoh nyata dari kondisi ini dapat dilihat dalam penyelenggaraan pemerintah di Indonesia selama ini. Meskipun secara tertulis melalui perundang-undangan dan merupakan perintah UUD NRI 1945 untuk menjalankan sistem pemerintahan desentralisai, dalam implementasinya. Praktik-praktik sentralisasi yang dominan dilaksanakan.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk negara kesatuan membawa implikasi kepada sistem pemerintahan suatu negara apakah akan mengambil sistem pemerintahan sentralisasi ataukah sistem pemerintahan
sntralisasi.
Suatu
sistem
pemerintahan
sentralisasi
memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1. Dominasi pemerintahan pusat sangat besar terhadap daerah. 2. segala kebijaksanaan diatur secara terpusat, daerah hanya melaksanakan tanpa ada kewenangan apapun. 3. sistem ini menjadi kurang popular karena ketidakmampuan aparat pusat memahami secara tepat nilai-nilai daerah atau aspirasi daerah. 15 Misalnya dalam bidang pendidikan saja, segala sesuatu yang menyangkut masalah pendidikan ditentukan oleh pusat mulai dari kurukulum, anggaran, sistem evaluasi, pengangkatan, dan pembinaan karir guru (selain SD). Masyarakat dan pemerintah daerah tidak diberi kewenangan untuk menetukan tujuan pendidikan dan penyelesaian masalah-masalah pendidikannya sendiri. Sedangkan bentuk negara kesatuan yang mengambil sistem pemerintahan sentralisasi memiliki karakteristik : 1. Terjadi transfer kewenangan atau otoritas pusat kepada daerah untuk mengurus rumah tanggannya sendiri sesuai dengan aspirasi daerah dan masyarakat di daerah. 2. Sistem lebih demokratis karena lebih mengikut sertakan rakyat dalam mengambil keputusan. 3. Implementasi sistem pemerintahan desentralisasi adalah terbentuknya daerah otonomi seperti kabupaten dan kota. 4. Memberi keleluasaan desentralisasi dan otonom kepada daerah tidak akan menimbulkan disintergrasi dan tidak akan menurunkam derajat/ wibawa pemerintah pusat, bahkan sebaliknya akan menimbulkan respek daerah pada pemerintah pusat sehingga memperkuat pelaksanaan pemerintahan. 16 Jerry M. Silverman dan Dennis A. Rondineli dan Jhon R. Nellis menyatakan bahwa suatu negara kesatuan yang mengambil sistem pemerintahan yang desentralisasi dapat mengambil bentuk:
15
Hanif Nurcholis, “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”, Gramedia, Jakarta, 2007, hlm 11 16 Ibid, hlm 13-14. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
1. Deconsentration, yaitu pelimpahan wewenang administratif dari pemerintah pusat kepada pejabat (kantor) daerah untuk melaksanakan tugas pemerintah pusat di daerah (desentralisasi fungsi). 2. Delegation, yaitu pemindahan (penyerahan) tugas dan tanggung jawab manajerial kepada pejabat/ pemerintah di luar struktur pemerintah pusat untuk melaksanakan tugas tertentu. Pemerintah hanya melakukan pengawasan secara tidak langsung. 3. Devolution, yaitu pemerintah pusat membentuk unit pemerintahan di luar pemerintah puat dan menyerahkan tugas termasuk wewenang pembuatan keputusan secara mandiri (otonomi-independen). Pemerintah pusat tidak melakukan secara langsung. Unit pemerintahan tersebut mempunyai batas wilayah yang jelas dan legal (desentralisasi politik). 4. Privatization, yaitu penyerahan (pemindahan) tugas kepada institusi nonpemerintah (non governmental institution) untuk melaksanakan pengelolaan suatu bentuk tugas secara mandiri baik bersifat bisnis maupun non bisnis. 17
F. Metode penulisan Di dalam proses pencapaian tujuan sebuah karya tulis, yaitu suatu tulisan yang baik dan benar baik itu dari segi bobot ilmiahnya maupun dari segi isinya yang terarah, dalam hal ini penulis berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada. Sebagai bagian dari realisasi dalam pencapaian tujuan seperti yang disebutkan di atas, penulis telah mencoba menempuh beberapa langkah-langkah yang dianggap baik dalam pengumpulan data dan bahan tulisan, yaitu: 1. Penelitian Lapangan (Fiel research) Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian di lokasi yang menjadi objek bahan skripsi ini, yaitu Kabupaten Nias. Melalui penelitian tersebut, penulis megadakan pengamatan (observasi) keadaan Kabupaten Nias dalam memenuhi syarat serta keadaan masyarakat Nias dalam menghadapi pemekaran daerah. 2. Penelitian Kepustakaan (Library research) Penulisan skripsi ini terwujud tidak terlepas dari bahan-bahan tertulis, baik itu buku-buku yang penulis peroleh di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
17
Ibid, hlm 22.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Utara atauapun tempat lain, media massa, data-data tertulis di lingkungan kantor pemerintahan kabupaten Nias, dan peraturan perundang-undangan yang menyangkut pemerintahan daerah, serta karya ilmiah dan dan bimbingan perkuliahan yang penulis peroleh selama ini, menjadi sumber yang sangat penting artinya dalam menyajikan skripsi ini.
G. Sistematika penulisan Untuk memudahkan memahami materi skripsi ini dalam upaya ke arah pemahaman masalah, penulis menguraikan secara garis besar sistematikanya yang bertujuan aga tidak terjadi kesimpang siuran pemikiran/ penafsiran dalam menguraikan lebih lanjut. Pada bagian ini penulis membuat ringkasan garis besar dari lima BAB, yang dimulai dengan kata pengantar dan dilanjutkan dengan daftar isi. Setiap BAB akan terdiri dari beberapa sub BAB yang akan mendukung keutuhan topik dari setiap BAB. BAB I PENDAHULUAN Yang terdiri dari Latar belakang penulisan, Perumusan masalah, Tujuan dan manfaat, penulisan, Keaslian penulisan, Tinjauan kepustakaan, Metode penulisan, dan Sistematika penulisan adalah bab pendahuluan yang memberikan gambaran secara singkat kearah mana skripsi ini mau diangkat dan metode-metode atau cara-cara yang di gunakan penulis dalam menulis skripsi ini BAB II KEWENANGAN DAERAH DALAM MENJALANKAN OTONOMI DAERAH Yang terdiri dari Otonomi Daerah dan Pemerintah Daerah, Asas-asas Pemerintah Daerah, , dan Urusan Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
BAB
III
PEMEKARAN
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
SERTA
PENGATURANNYA DALAM HUKUM TATA NEGARA INDONESIA Yang terdiri dari Urgensi dan Problemantika Pemekaran dan Pembentukan Daerah, Tata Cara Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota, Syarat-syarat Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota. BAB IV PEMEKARAN KABUPATEN NIAS Yang terdiri dari Pengenalan Umum Tentang Kabupaten Nias, Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Nias, Wacana dan Aspirasi Masyarakat Nias Menuju Pemekaran Nias Menjadi 4 (empat) Daerah Baru, Tahap dan Perkembangan Rencana Pemekaran Nias saat ini, dan Keadaan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli dalam Memenuhi Syarat Pemekaran daerah Menurut PP nomor 78 Tahun 2007. BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran sebagai penutup dari skripsi ini. Penulis merangkum intisari sari dari penulisan skripsi ini dan memberi saran terhadap permasalahan yang terdapat pada penulisan skripsi ini.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
BAB II KEWENANGAN DAERAH DALAM MENJALANKAN OTONOMI DAERAH
A. Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia Undang-undang Dasar telah mengatur secara rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraa pemerintahan di daerah, seperti yang telah tertulis dalam ketentuan pasal 18, 18 A, dan Pasal 18 B UUD NRI 1945. Pembagian wilayah daerah menurut ketentuan Pasal 18 UUD 1945 (sebelum amandemen) menyatakan: “Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.
Pada tanggal 18 Agustus 2000, Majelsi Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui sidang tahunan menyetujui untuk melakukan perubahan kedua terhadap UUD 1945 dengan mengubah dan/ atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B. Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu tuntutan yang paling mendasar dari gerakan reformasi yang berujung pada runtuhnya kekuasan Orde Baru pada tahun 1998.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tuntutan perubahan UUD 1945 menjadi kenyataan dengan dilakukannya perubahan UUD 1945 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 18 Ketentuan di dalam Pasal 18 diubah dan ditambah menjadi berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, dan tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang. (2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. (3) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (4) Gubernur, Bupati, dan Walikota maising-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. (5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah. (6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. (7) Sususan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang. Pasal 18A (1) Hubungan wewenang antara Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. (2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Pasal 18B (1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adapt beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan republic Indonesia.
18
Mirza Nasution, “Mempertegas System Presidensial”, dalam “Gagasan Amandemen UU 1945Suatu Rekomedasi”, Penyunting Mohammad Fajru Falaakh. Penerbit Komisi Hukum Nasional RI, Jakarta,2008, hlm.206. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Oleh karena terjadi perubahan terhadap pasal 18 UUD 1945, maka penjelasan UUD 1945 yang selama ini juga menjadi acuan dalam mengatur Pemerintahan Daerah tidak berlaku lagi. Dengan demikian, satu-satunya sumber konstitusional Pemerintah Daerah adalah Pasal 18, 18A, dan Pasal 18B. selain meniadakan kerancuan, penghapusan Penjelasan Pasal 18 sekaligus juga sebagai penataan UUD. Selain tak lazim UUD mempunyai penjelasan, selama ini Penjelasan dianggap sebagai sumber hukum disamping (bukan sederajat dengan) ketentuan batang tubuh UUD. Perubahan pasal 18 (yang baru) ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas pembagian daerah dalam Ngara Kesatuan republik Indonesia yang meliputi daerah provinsi dan dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) ini mempunyai keterkaitan erat dengan ketentuan Pasal 25A mengenai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. PASAL 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wliayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Istilah “dibagi atas” (bukan “terdiri atas”) dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) bukanlah istilah yang digunakan secara kebetulan. Istilah ini langsung menjelaskan bahwa negara kita adalah negar kita adalah negara kesatuan dimana kedaulatan negara berada di tangan pusat. Hal ini konsisten dengan kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan. Berbeda dengan istilah “terdiri atas” yang lebih menunjukkan subsatansi federalisme karena istilah itu menunjukkan kedaulatan berada di tangan negara-negara bagian. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam pasal-pasal baru , yaitu pasal 18 Amandemen II UUD 1945 adalah sebagai berikut : Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
1. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan 9Pasal 18 ayat (2)). 2. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya (Pasal 18 ayat (5)). 3. Prinsip Kekhususan dan Keragaman daerah (Pasal 18 ayat (1)). 4. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya (Pasal 18 B ayat (2)). 5. Prinsip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa (Pasal 18 B ayat (1)). 6. Prinsip badan Perwakilan dipilih langsung dalam Pemilu (Pasal 18 ayat (3)). 7. Prinsip hubungan pusat dan daerah harus dilaksanakan secara selaras dan adil (Pasal 18 ayat (2)).19 Dari ketentuan Pasal 18 UUD 1945 dapat ditarik hal-hal berikut : 1. Daerah Indonesia itu akan dibagi-bagi dalam daerah besar dan kecil yang merupakan daerah administratif maupun yang merupakan daerah yang otonom yang menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. 2. Susunan dan bentuk pemerintahan daerah itu akan diatur dengan undang-undang. 3. Dasar permusyawaratan harus diperlakukan pula bagi daerah-daerah otonom yang berarti, bahwa daerah-daerah itu harus mempunyai badan perwakilan daerah. 4. Negara Republik Indonesia akan menghormati kedudukan daerah-daerah yang bersifat istimewa dan segala peraturan Negara yang berhubungan dengan derahdaerah tersebut akan memperhitungkan hak-hak asal-usul daerah itu. 20 Otonomi yang diberikan kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas supaya daerah dapat mengoptimalkan dan sebagai upaya untuk
19
Ni’matul Huda, “Otonomi Daerah, Filosofi, Sejarah Perkembangan, dan Problemantika”, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005, hlm 20-23. 20 Ibid. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
mendorong pemeberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat,. Pemberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemerintah daerah untuk lebih efisien dan professional.
B. Asas-asas Pemerintah Daerah Dalam penyelenggaraan pemerintahan, ada beberapa prinsip daerah yang menjadi pegangan oleh aparat pemerintahan dalam menggerakkan adminsistrasi pemerintahan atau manajemen pemerintahan. Prinsipi-prinsip dasar tersebut disebut dengan asasasas pemerintahan. Sentralisasi, dekonsentrasi, dan desentralisasi adalah konsepkonsep yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam organisasi termasuk dalam organisasi negara. 21 Asas-asas kedaerahan adalah prinsip-prinsip
dasar dalam pendelegasian
wewenang dan pelaksaan tugas sesuai dengan sumber wewenang tersebut. Asas tersebut ada tida jenia, yaitu: 1. Desentralisasi. 2. Dekonsentrasi. 3. Medebewind. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah (pusat) kepada daerah dalam kerangka sistem kenegaraan. Dalam negara kesatuan seperti Indonesia, penyerahan wewenang dari pemerintah diserahkan kepada daerah otonom. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu serta berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
21
Hanif Nurcolis, :Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”, Penerbit Grasindo, Jakarta, 2007, hlm. 3. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan. Adanya pemerintahan daerah dimulai dari kebijakan desentralisasi. Desentralisasi berasal dari bahasa lain, yaitu De yang berarti lepas dan Centrum yang berarti pusat. Decentrum berarti melepas dari pusat. Dengan demikian, desentralisasi berarti malepas atau menjauh dari pemusatan. Desentralisasi tidak putus sama sekali dengan pusat tapi hanya menjauh dari pusat. Organisasi yang besar dan kompleks seperti negara Indonesia tak akan efisien jika semua kewenangan politik dan administrasi diletakkan pada puncak hierarki organisasi/ pemerintah pusat, karena pemerintah pusat akan menanggung beban yang berat. Juga tidak cukup jika hanya dilimpahkan secara dekosentrasi kepada pejabatnya yang berada di wilayah negara. Agar kewenangan tersebut dapat diiplementasikan secara efisien dan akuntabel, maka sebagian kewenangan politik dan administrasi perlu diserahkan pada jenjang organisasi yang lebih rendah. Penyerahan sebagian kewenangan politik dan administrasi pada organisasi yang lebih rndah disebut desentralisasi. Karena jenjang hierarki yang lebih rendah (pemerintah daerah) tersebut diserahi wewenang penuh, baik poltik maupun admisistrasi, maka pada jenjang organisasi yang diberi penyerahan wewenang tersebut timbul otonomi. Otonomi artinya kebebasan masyarakat yang tinggal di daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan mengurus kepentingannya yang bersifat lokal, bukan yang bersifat nasional. Karena itu, desentralisasi menimbulkan otonomi daerah, yaitu kebebasan masyarakat yang tinggal di daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingannya yang bersifat lokal. Jadi, otonomi daerah adalah konsekuensi logis penerapan asas desentralisasi pada pemerintahan daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Henry Maddick menjelaskan, desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan secara hukum untuk menangani bidang-bidang/ fungsi-fungsi tertentu kepada daerah otonom. 22 Rodinelli seperti dikutip oleh Hanif Nurcholis mengatakan bahwa: Desentralisasi
adalah
penyerahan
perencanaan,
pembuatan
keputusan,
dan
kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada organisasi wilayah, satuan adminstrasi daerah, organisasi semi otonom, pemerintah daerah, atau organisasi non pemerintah/ lembaga swadaya masyarakat. 23 Menurut Smith, desentralisasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dari pemerintah pusat kepada daerah otonom. 2. fungsi yang diserahkan dapat dirinci, atau merupakan fungsi yang tersisa (residual function). 3. Penerima wewenang adalah daerah otonom. 4. Penyerahan wewenang berarti wewenang untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan; wewenang mengatur dan mengurus (regeling en bestuur) kepentingan yang bersifat lokal. 5. Wewenang mengatur adalah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang berlaku umum dan bersifat abstrak. 6. Wewenang mengurus adalah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang bersifat individual dan konkrit (beschikking, acte administrative, verwaltungsakt). 7. Keberadaan daerah otonom adalah di luar hierarki organisasi pemerintah pusat. 8. Menunjukkan pola hubungan antar organisasi.
22
Hendry Maddick dalam Hanif Nurcholis, “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”, Grasindo, Jakarta, 2007, hlm 10. 23 Ibid.hlm.11. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
9. Menciptakan political veriety dan diversity of structur dalam sistem politik. 24 Bhenyamin Hoessein menjelaskan, dalam rangka desentralisasi, daerah otonom berada di luar hierarki organisasi pemerintah pusat. Sedangkan dalam rangka dekosentrasi, wilayah administrasi (field administration) berada dalam hierarki organisasi pemerintah pusat. 25 Desentralisasi menunjukkan model hubungan kekuasaan antar organisasi, sedangkan dekosentrasi menunjukkan model hubungan kekusasaan intra organisasi. J. Riwu Kaho, mengatakan Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang didesentralisasikan. 26
Dan
alasan
diterapkannya
asas
desentralisasi
adalah
Pelaksanaan asas desentralisasi akan membawa efektifitas dalam pemerintahan, sebab wilayah negara itu pada umumnya terdiri pada pelbagai satuan daerah yang masingmasing memiliki sifat khusus tersendiri yang disebabkan oleh faktor-faktor geografis (keadaan tanah, iklim, flora, fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi, bahasa, tingkat pendidikan/pengajaran, dan sebagainya). Pemerintahan dapat efektif kalau sesuai dan cocok dengan keadaan riil dalam negara. 27 Sehubungan dengan alasan penerapan asas desentralisasi tersebut, beberapa pakar memberikan pendapatnya, seperti The Liang Gie yang dikutip oleh Hanif Nurcholis, yang menjelaskan dianutnya desentralisasi adalah : 1. Desentralisasi dapat mencegah penumpukan kekuasaan pada pemerintah pusat yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani. 2. Desentralisasi dapat dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, yaitu untuk ikut menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam pemerintahan dalam menggunakan hak-hak demokrasi. 3. Dilihat dari sudut teknik organisatoris, desentralisasi mampu menciptakan pemerintahan yang efisien. Hal-hal yang lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempatnya pengurusannya diserahkan kepada daerah. Hal-hal yang lebih tepat ditangani pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat. 4. Dilihat dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan pada kekhususan daerah, seperti keadaan 24
Ibid, hlm. 15. Ibid, hlm. 15. 26 J. Riwu Kaho, “Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia”, Rajawali Pers, Jakarta, 1997, hlm. 5. 27 Ibid, hlm. 10. 25
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
geografi, penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan, atau latar belakang sejarahnya. 5. Dilihat dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut. 28 Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah (pusat) kepada daerah sebagai wakil pemerintah dan/ atau perangkat pusat di daerah. Dalam negara kesatuan seperti Indonesia, pelimpahan wewenang tersebut adalah dari pemerintah (pusat) kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ perangkat pusat di daerah. Perangkat pusat di daerah disebut juga dengan instasi vertikal, yaitu perangkat departemen dan/ atau lembaga pemerintah non departemen di daerah. Dekosentrasi sebenarnya sentralisasi juga tapi lebih halus dari pada sentralisasi. Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari pemerintah pusat kepada pejabatnya yang berada pada wilayah negara di luar kantor pusatnya. Dalam konteks ini yang dilimpahkan adalah wewenang adminstrasi bukan wewenang politik. Wewenang politik tetap dipegang oleh pemerintah pusat. Pejabat pemerintah pusat yang berada di wilayah negara adalah pejabat yang diangkat oleh pemerintah pusat, dan ditempatkan pada wilayah-wilayah tertentu sebagai wilayah kerjanya. Rodinelli
menjelaskan
bahwa dekosentrasi adalah penyerahan sejumlah
kewenangan atau tanggung jawab administrasi kepada cabang departemen atau badan pemerintah yang lebih rendah. 29 Harold F. Aldelfer
menjelaskan, pelimpahan
wewenang dalam bentuk dekosentrasi semata-mata meyusun unit administrasi baik tunggal ataupun ada dalam hierarki , baik itu terpisah ataupun tergabung, dengan perintah mengenai apa yang seharusnya mereka kerjakan atau bagaimana
28 29
Hanif Nurcholis, Op.cit, hlm. 43. Ibid, hlm.19.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
mengerjakannya. 30 Dalam dekosentrasi tidak ada kebijakan yang dibuat di tingkat lokal serta tidak ada keputusan fundamental yang diambil. Badan-badan pusat memiliki semua kekuasaan dalam dirinya sementara pejabat lokal merupakan bawahan sepenuh-penuhnya dan mereka hanya menjalankan perintah. Menurut Smith dekosentrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang dirinci dari pemerintah pusat kepada pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah. 2. Penerima wewenang adalah pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah. 3. Tidak mencakup kewenangan untuk menetapkan kebijakan dan wewenang untuk mengatur. 4. Tidak menciptkan otonomi daerah dan daerah otonom tapi menciptakan wilayah administrasi. 5. Keberadaan Field administrasion berada dalam hierarki organisasi pemerintah pusat. 6. Menunjukkan pola hubungan kekuasaan intra organisasi. 7. Menciptakan keseragaman dalam struktur politik. 31 Dalam
dekosentrasi
yang
dilimpahkan
hanya
kebijakan
administrasi
(implementasi kebijakan politik) sedangkan kebijakan politiknya tetap berada pada pemerintah pusat. Oleh karena itu, pejabat yang diserahi pelimpahan wewenang tersebut adalah pejabat yang mewakili pemerintah pusat di wilayah kerja masingmasing atau pejabat pusat yang ditempatkan di luar kantor pusatnya. Tanda bahwa pejabat tersebut adalah pejabat pusat yang berada di daerah adalah pejabat yang bersangkutan diangkat oleh pemerintah pusat, bukan dipilih oleh rakyat yang dilayani.
30 31
Ibid, hlm. 19. Ibid, hlm 20.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Karena itu, pejabat tersebut bertanggung jawab kepada pejabat yang mengangkatnya yaitu pejabat pusat, bukan kepada rakyat yang dilayani. Medebewind (pembantuan) adalah penugasan pemerintah (pusat) kepada daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksankan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Menurut Bagir Manan tugas pembantuan diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih atas kepada pemerintah daerah di bawahnya berdasarkan undang-undang.
32
Kosoemahatmajda mengartikan Medebewind sebagai pemberian kemungkinan dari pemerintah pusat/ pemerintah daerah yang lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah/ pemerintahan yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarkan tugas atau urusan rumah tangga pemerintah/ daerah yang tingkatannya lebih atas. 33 Dalam menjalankan medebewind tersebut urusan pusat/ daerah yang lebih atas, tidak beralih menjadi urusan daerah yang dimintai bantuan. Hanya saja cara daerah otonom menyelenggarakan bantuan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada daerah itu sendiri. Daerah otonom ini tidak berada di bawah perintah, juga tidak dapat dimintai pertanggungjawaban oleh pemerintah pusat/ daerah yang lebih tinggi yang memberi tugas. Karena hakekatnya urusan yang diperbantukan pada daerah otonom tersebut adalah urusan pusat maka dalam sistem medebewind anggarannya berasal dari APBN. Anggaran pusat ini lalu ditransfer langsung ke kas daerah. Anggaran ini masuk ke rekekning khusus yang pertanggungjawabannya terpisah dari APBD. 32 33
Ibid, hlm 21. Ibid, hlm.21.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Bagir Manan juga mengatakan: Pada dasarnya, tugas pembantuan adalah tugas melaksanakan peraturan perundangundangan lebih tinggi (de uitvoering van hogere regelingen). Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta dalam rangka tugas pembantuan. 34
C. Urusan Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan adalah fungsi pemerintahan di luar lembaga negara lain yang dilakukan oleh Presiden. Dengan demikian, urusan pemerintahan ini tidak mencampuri fungsi legislatif dan fungsi yudikatif. 35 Kewenangan yang dapat di desentralisasikan adalah urusan pemerintahan yang menjadi kompetensi pemerintah (eksekutif), tidak meliputi kompetensi bidang legislatif dan bidang yudikatif. Bebarapa hal yang perlu diperhatikan dalam urusan pemerintahan antara lain : 1. Distribusi urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan
pada
pemikiran
pemerintahan
yang
secara
(sentralisasi).
Berbagai
bahwa absolute
urusan
selalu
terdapat
dilaksanakan
pemerintahan
berbagai urusan oleh
tersebut
pemerintah menyangkut
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan, sedangkan urusan pemerintahan yang dapat diserahkan kepada daerah melekat pada kepentingan masyarakat setempat (bersifat lokalistik).
34
35
Ibid, hlm. 22. H.A.W. Widjaja, “Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia”, PT. RajaGrafindo persada, Jakarta,
2005
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2. urusan-urusan pemerintahan yang menyangkut kepentingan masyarakat setempat
(lokalistik)
diselenggarakan
oleh
merupakan
bagian
pemerintah
provinsi
urusan
pemerintahan
yang
dan
kabupaten/kota
yang
berkesinambungan. Konsep desentralisasi menyiratkan tidak ada satupun 3. urusan pemerintahan yang absolute (mutlak) dapat diselenggarakan oleh provinsi saja atau kabupaten/kota saja. 4. Urusan
pemerintahan
bersifat
dinamis
dalam
penyelenggaraan
dan
distribusinya akan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa (plebisit day bay day). Untuk menjamin kepastian hukum, perubahan-perubahan tersebut perlu didasarkan atas peraturan perundang-undangan. Pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan yang mengatur mengenai pembangian urusan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan daerah, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah kabupaten/Kota. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah meliputi: 1. Politik Luar Negeri. 2. Pertahanan. 3. Keamanan. 4. Yustisi. 5. Moneter dan fiskal nasional. 6. Agama. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah. Urusan tersebut terdiri dari 31 (tiga puluh satu) bidang urusan, meliputi : 1. Pendidikan. 2. Kesehatan. 3. Pekerjaan umum. 4. Perumahan. 5. Penataan ruang. 6. Prencanaan pembangunan. 7. Perhubungan. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
8. Lingkungan hidup. 9. Pertanahan. 10. Kependudukan dan catatan sipil. 11. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. 12. Keluarga berencana dan Keluarga sejahtera. 13. Sosial. 14. Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. 15. Koperasi, usaha kecil, dan menengah. 16. Penanaman modal. 17. Kebudayaan dan pariwisata. 18. Kepemudaan dan olah raga. 19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri. 20. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, pernagkat daerah, kepegawaian, dan persandian. 21. Pemberdayaan masyarakat dan desa. 22. Statistik. 23. Kearsipan. 24. Perpustakaan. 25. Komunikasi dan informatika. 26. Pertanian dan ketahanan pangan. 27. Kehutanan. 28. Energi dan sumber daya mineral. 29. Kelautan dan perikanan. 30. Perdaganagan. 31. Perindustrian. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pembagian urusan pemerintahan tersebut berdasarkan criteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi denga memperhatikan keresasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu: 1. Urusan wajib, yaitu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar, yang meliputi: a. Pendidikan. b. Kesehatan. c. Lingkungan hidup. d. Pekerjaan umum. e. Penataan ruang. f. Prencanaan pembangunan. g. Perumahan. h. Kepemudaan dan oleh raga. i.
Penanaman modal.
j.
Koperasi, usaha kecil, dan menengah.
k. Kependudukan dan catatan sipil. l.
Ketenagakerjaan.
m. Ketahanan pangan. n. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. o. Keluarga berencana dan Keluarga sejahtera. p. Perhubungan. q. Komunikasi dan informatika. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
r. Pertanahan. s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri. t. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, pernagkat daerah, kepegawaian, dan persandian. u. Pemberdayaan masyarakat dan desa. v. Sosial. w. Kebudayaan. x. Statistik. y. Kearsipan. z. Perpustakaan. 2. Urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan, meliputi : a. Kelautan dan perikanan. b. Pertanian. c. Kehutanan. d. Energi dan sumberdaya mineral. e. Pariwisata. f. Industri. g. Perdagangan. h. Ketransmigrasian.
BAB III
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA SERTA PENGATURANNYA DALAM HUKUM TATA NEGARA INDONESIA
A. Urgensi dan Problemantika Pemekaran dan Pembentukan Daerah Konstitusi kita tidak mengatur secara khusus mengenai pemekaran dan pembentukan daerah. Namun, Pasal 18 ayat (1) menyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, dan tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang”. Ini artinya adalah untuk membentuk kabupaten dan kota di dalam UUD NRI diperbolehkan karena keberadaan pemerintahan daerah seperti yang tertuang dalam pasal tersebut tentunya berasal dari pembentukan daerah, yang salah satu bentuknya adalah pemekaran daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur tentang pemekaran daerah, yaitu sebagai berikut: Pasal 4 (1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan undang-undang. (2) Undang-Undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibu kota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukkan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen serta perangkat daerah. (3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari daerah menjadi dua daerah atau lebih. (4) Pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.
Pasal 5 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
(1) Pembentukan daerah sebagimana dimaksud dalam pasal empat harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. (2) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/ walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk, dan gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. (3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/ kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/ walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. (4) Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosil budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggarannya otonomi daerah. (5) Syarat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Pasal 8 Tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah sebagimana dimaksud dalam pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 diatur dengan Peraturan Pemerintah. J.Kaloh mengatakan, bahwa Pembentukan atau pemekaran daerah adalah sebuah pengaturan politik dalam penataan hubungan pusat dan daerah di dalam negara konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. 36 Majalah Gatra memberikan pendapatnya mengenai fenomena pemekaran daerah saat ini: Pendekatan keadilan-kesejahteraan ini pula yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah menggulirkan program pemekaran wilayah. Daerah yang dinilai memiliki kemampuan untuk mandiri diberi kesempatan untuk berkembang. Pemekaran diprioritaskan pada wilayah pemerintahan di tingkat kabupaten/kota. Pemekaran dimaksudkan untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas, serta mempermudah akses pada layanan publik. 37 Siswanto
Sunarno
mengatakan
Pembentukan
daerah
pada
dasarnya
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di samping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat
36
37
J.kaloh, :Mencari Bentuk Otonomi daerah”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 188. Majalah Gatra, “Eforia Pemekaran Wilayah”, Edisi 21 Mei 2008.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
lokal.
38
Daerah selain diberi wewenang untuk mengatur serta mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, juga diberikan kesempatan dalam pembentukan daerah. Ada dua hal yang mendasar untuk mendapatkan persetujuan pemekaran suatu daerah, yakni pendekatan pelayanan umum pemerintahan kepada masyarakat, dan kedua adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Pembentukan daerah otonom ada 4 (empat) macam tuntutan, sebagai berikut: 1. Tuntutan hukum, Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum (Rechsstaat), sebab suatu ciri negara hukum adalah adanya pembagian kekuasaan dan pemencaran kekuasaan. Pembagian dan pemencaran tersebut sebagai upaya mencegah bertumpuknya kekuasaan pada suatu pemerintahan yang akan memberikan beban pekerjaan yang harus dijalankan, dengan pemencaran pusat akan diringankan dalam menjalankan pekerjaan. Tidak kalah pentingnya pula pemencaran mempunyai fungsi Check and Balance. 2. Tuntutan negara kesejahteraan, negara kesejahteraan adalah negara hukum yang memperhatikan pada upaya memperhatikan kesejahteraan orang banyak. UUD 1945 baik dalam pembukaan maupun dalam batang tubuh memuat berbagai ketentuan yang meletakkan kewajiban pada negara atau pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan orang banyak. Bahkan sila kelima Pancasila dengan tegas menyatakan prinsip Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Tuntutan Demokrasi, kerakyatan. Dalam batang tubuh UUD 1945 ditegaskan kedaulatan ada di tangan rakyat. Kerakyatan atau demokrasi menghendaki partisipasi daerah otonom yang disertai badan perwakilan merupakan wadah (yang memperluas) kesempatan rakyat berpartisipasi. 4. Tuntutan Kebhinekaan, rakyat (bangsa) Indonssia, baik sosial, ekonomi, maupun budaya adalah masyarakat pluralistik yang mempunyai sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan, keamanan tidak mungkin memaksa keseragaman (uniformitas). Setiap keseragaman dapat meningkatkan gangguan terhadap rasa keadilan, kesejahteraan, dan keamanan. Daerah otonom merupakan sarana mewadahi perbedaan tersebut dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika . 39 Pemekaran daerah menjadi provinsi, kabupaten, dan kota dapat dilihat dari beberapa sisi logika: 1. Logika Formal (legislasi), memandang bahwa terjadinya pemekaran wilayah disebabkan adanya dukungan formal Undang-undang, sekaligus dengan Undang-undang ini memberikan peluang kepada setiap daerah untuk berapresiasi dengan kesempatan ini, sehingga yang terjadi adalah banyak daerah di Indonesia berlomba-lomba untuk menjadikan daerahnya masingmasing menjadi otonom. 38
Siswanto Sunarno,”Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,
2006. 39
Ibid.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2. Logika realitas, memandang bahwa pembentukan daerah merupakan sesuatu yang benar-benar urgen secara realitas. Bahwa untuk memecahkan berbagai macam persoalan yang ada di daerah, alternatif pilihan terbaiknya hanyalah pembentukan atau pemekaran wilayah/ daerah. 3. Logika politik, memandang bahwa adanya pergerakan-pergerakan sosial politik kemasyarakatan di tingkat lokal dengan ide pemekaran daerah, dan pada saat bersamaan dengan membawa dan mengusung etnisitas daerah sebagai penguat menuju terjadinya pemekaran. Etnisitas inilah yang menjadi motor penggerak masyarakat. 40 Di balik pentingnya serta bermanfaatnya pemekaran daerah serta dibolehkannya / diakomodirnya aspirasi masyarakat untuk mengadakan pemekaran daerah oleh peraturan perundang-undangan, pemekaran daerah juga mempunyai beberapa permasalahan, diantaranya: Selain itu, Pemekaran daerah juga diwarnai adanya lobi-lobi politik dan manipulasi data, seperti yang dapat kita lihat pada tulisan Harian kompas berikut ini: Salah satu sumber masalah gagalnya pembentukan-pembentukan daerah otonom adalah adanya lobi-lobi politik yang sering mengalahkan penilaian objektif. Manipulasi data pun dilakukan demi tercapainya pemekaran daerah. Lobi-lobi ini bisa terjadi di banyak lini, mulai dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemerintah kabupaten/kota/provimsi, Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, Pemerintah Pusat, Dewan Perwakilan Rakyat, juga dewan Perwakilan Daerah. 41 Persoalannya sekarang bahwa pembentukan dan pemekaran daerah atau wilayah telah menjadi “permohonan” yang harus dikabulkan oleh “Jakarta”, sehingga menjadi sebuah persoalan yang mempunyai tingkat kesulitan (problemantika) yang amat rumit 42. Dimana kemudian pemekaran dan pembentukan daerah ini ternyata lebih mengusung terangkatnya lokalitas sambil membawa politik lokal sebagai sebuah logika yang harus dipertimbangkan. Praksis ini menjadi penguat terjadinya pembentukan dan pemekaran daerah. Karena pada saat yang bersamaan, ketika keabsahan pemekaran daerah menjadi resmi, justru menimbulkan persoalan baru seperti politik lokal.
40
J. Kaloh, Op.cit, hlm 189-190. Kompas, Edisi 27 Oktober 2007 42 Majalah Gatra, “Eforia Pemekaran Wilayah”, Edisi 21 Mei 2008 41
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Faktanya, sebagian proses pemekaran daerah sekedar menjadi ajang pertarungan politik kaum elite. Selama satu dasawarsa otonomi berjalan, setidaknya sudah terbentuk 173 daerah otonom baru. Terdiri dari tujuh provinsi, 135 kabupaten, dan 31 kota.43 Masalah lain adalah banyak daerah otonom yang baru lahir justru menjadi lebih miskin. Tingkat ekonomi masyarakat terpuruk dibandingkan saat masih bergabung dengan induknya. Data dari Majalah Gatra berikut dapat membuktikannya kepada kita semua: Dari 180 daerah hasil pemekaran yang dievaluasi Departemen Dalam Negeri, lebih dari 80 % bermasalah dan masuk kategori gagal. Hasil evaluasi Depdagri juga menemukan, dari 65 daerah otonom yang dievaluasi, sebanyak 87 % daerah induk belum menyelesaikan berkas pembiayaan, personel, peralatan, dan dokumen (P3D), serta 79 % daerah baru belum memiliki batas wilayah yang jelas. 44 Djohermansyah Djohan mengatakan: Daerah provinsi seolah-olah telah merdeka dari pusat atau bagi kabupaten/kota merdeka dari pengendalian provinsi, karena itu mereka merasa bebas berbuat apa saja. Hal inilah yang menjadi latar belakang gejala etnosentrisme pada era otonomi daerah pada saat ini. Salah satu peristiwa yang menandakan peningkatan gejala etnocentrisme dalam kegiatan pemerintahan lokal di Indonesia saat ini adalah pemekaran daerah. 45
Bukti bahwa gejala etnocentrisme diutarakan oleh Djohermansyah Djohan berikut ini: Gejala etnocenrisme dalam perkara ini sangat signifikan. Pada level pemekaran provinsi (mulai dari Banten, Maluku Utara, Gorontalo, sampai Bangka Belitung) nuansa faktor etnik sangat kuat sekali. Orang Banten, Ternate, Gorontalo, dan Bangka Belitung ingin mandiri masing-masing dari orang Bandung, Ambon, Manado, dan Palembang. Hal ini tidak jauh berbeda mewarnai pemekaran puluhan kabupaten kita, seperti orang Mentawai dari Pariaman (Sumatera Barat). Dampak semua ini adalah terganggungnya hubungan antar etnik yang sekarang menjadi daerah tatangga. Lebih jauh lagi, kerja sama antar daerah juga menjadi tidak mudah. Bahkan yang lebih ekstrim terjadi “pembersihan” orang-orang (pejabat) dari daerah induk. 46
43
Ibid. Ibid. 45 Djohermansyah Djohan, “Fenomena Etnocentrisme dalam Penyelenggaaraan Otonomi Daerah”, LIPI Press, Jakarta, 2007- Desentralisasi dan Otonomi Daerah 46 Ibid. 44
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Wendra Yunaldi mengatakan: Pemekaran Daerah di beberapa wilayah di Indonesia akhir-akhir ini harus diakui sebagian besar lebih bernuansa politik selain disebabkan pertikaian elit, yang mungkin kalah dalam pilkada atau hanya sekedar ingin memperrbanyak jabatan politik yang ingin diraih. 47 Mirza Nasution mengatakan, Pemekaran daerah substansinya tidak main-main, karena tidak hanya berbicara daerah tetapi juga negara dan mempertaruhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Hal ini terkait dengan integritas, kalu sempat pemekaran filosofisnya keliru, semangatnya keliru, tujuannya keliru, bisa terjadi perpecahan bangsa. 48 Pada tataran normatif, kebijakan pemekaran daerah seharusnya ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Namun, yang terjadi adalah kepentingan politik sering lebih dominan dalam berbagai proses pemekaran daerah itu. Bahkan proses pemekaran daerah tak jarang manjadi bisnis politik dan uang. Akibatnya, kelususan daerah pemekaran sering diwarnai indikasi adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kepentingan substantif yaitu pelayanan masyarakat, efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, dan dukungan terhadap pembangunan ekonomi pun mempunyai potensi besar untuk tidak diindahkan. Efek yang harus ditanggung dari pemekaran yang tidak berorientasi kepentingan rakyat, jelas sangat merugikan kepentingan rakyat secara nyata. Paling tidak dilihat dari dana perimbangan ke daerah sebesar Rp. 220,1 Triliun atau sepertiga dari belanja negara 2006. artinya dari segi keuangan munculnya pemekaran daerah cukup 47
Wendra Yunaldi, “Opini Pemekaran Daerah: Ambisi Eli atau Kebutuhan Rakyat”, http=//Abdullah husaini wordpress.com/2008/04/12/pemekaran-daerah-ambisi-elit-atau-kebutuhanrakyat/, diakses pada tanggal 31 Januari 2008. 48 Mirza, Nasution, Harian Waspada, Edisi Kamis, 19 Februari 2009.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
membebani APBN, yang pada akhirnya penutupan kekurangan APBN kembali harus dibayar rakyat dengan berbagai macam pajak atau pengurangan subsidi terhadap kebutuhan tertentu. Walaupun dihitung dari uang beredar di daerah maka jumlah tersebut sangat menguntungkan daerah, namun sayangnya dana yang diluncurkan pusat ke daerah pemekaran tidak secara otomatis dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dana tersebut lebih bnyak diserap untuk belanja rutin pegawai dan pejabat daerah dari pada belanja untuk kepentingan publik.
49
B. Tata Cara Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota Untuk melakukan pemekaran suatu Kabupaten telah diatur tata caranya ke dalam suatu produk perundang-undangan, yaitu suatu Peraturan Pemerintah yang ditetapkan pada tanggal 10 Desember 2007, yang bernama Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Sebelum Peraturan Pemerintah ini, sudah ada aturan mengenai tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2000, namun dalam perkembangannya aturan tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti. 50 Aturan ini juga merupakan amanat dari undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, yang memerintahkan dibentuknya suatu Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah. 51
49
Wendra Yunaldi, Op.cit. Konsideran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. 51 Pasal 8 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 50
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Secara garis besar pembentukan daerah kabupaten/kota dibagi ke dalam 8 (delapan) tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut antara lain: Tahap Pertama, yang terjadi pada Kabupaten/ daerah induk, dimana tahapan tersebut terdiri dari: 1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD untuk desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di wilayaha yang menjadi calon cakupan wilayah kabupaten/kota yang akan dimekarkan. Yang dimaksud dengan “Forum Komunikasi Kelurahan” adalah forum antar pengurus RW atau nama lain yang berada dalam satu kelurahan. 2. DPRD kabupaten/kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi tersebut dalam bentuk keputusan DPRD berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat diwakili oleh BPD untuk desa atau nama lain dan Forum Komunikasi Kelurahan untuk kelurahan atau nama lain. 3. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi tersebut dalam bentuk keputusan bupati/walikota. 4. Bupati/walikota mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan : 5. Dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota. 6. Hasil kajian daerah. 7. Peta wilayah calon kabupten/kota. 8. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan Keputusan bupati/walikota . Tahap kedua, yang terjadi pada Pemerintahan Provinsi induk tempat pemekaran kabupaten terjadi, yang terdiri dari: 1. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan calon kabupaten/kota kepada DPRD provinsi. 3. DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota. 4. Dalam
hal
gubernur
menyetujui
usulan
kabupaten/kota,
gubernur
mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada Presiden melalui menteri Dalam Negeri dengan melampirkan : a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota. b. Hasil kajian daerah. c. Peta wilayah calon kabupaten/kota. d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/walikota. e. Keputusan DPRD Provinsi dan Keputusan gubernur. Tahap ketiga, yaitu usulan Pemekaran Kabupeten disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, yang terdiri dari: Menteri dalam Negeri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan provinsi atau kabupaten/kota. Penelitian dilakukan oleh Tim yang dibentuk Menteri. Tahap keempat, yaitu berdasarkan hasil penelitian Tim tersebut, Menteri Dalam Negeri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada DPOD. Berdasarkan rekomendasi usulan pembentukan daerah, menteri meminta tanggapan tertulis para anggota DPOD pada sidang DPOD. Dalam hal DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah, DPOD menugaskan Tim Teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian.Berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian, DPOD bersidang untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden mengenai usulan pembentukan daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Badan Pertimbangan Otonomi daerah: Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah adalah dewan yang memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi daerah. 52 1. DPOD mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi daerah mengenai rancangan kebijakan: 2. Pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah serta pembentukan kawasan khusus. 3. Perimbangan keuangan antara Pemeintah dengan Pemerintahan Daerah, yang meliputi: 1) Perhitunagan masing-masing daerah atas dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Formula dan perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) masing-masing daerah beradaarkan besaran pagu DAU sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Dana Alokasi Khusus (DAK) masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran berdasarkan besaran pagu DAK dengan menggunakan kiteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Penilaian kemampuan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan. 53 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, DPOD menyelenggarakan fungsi : 1. Penilaian terhadap usul pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah serta pembentukan kawasan khusus. 2. Pemberian saran dan pertimbangan penyusunan rancangan kebijakan otonomi daerah. 3. Pemberian saran dan pertimbangan rancangan perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah. 4. Pemberian saran dan pertimbangan rancangan kebijakan penilaian kemampuan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan. 5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dan kebijakan perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah. 54 Pasal 5 Susunan keanggotaan DPOD terdiri atas : Menteri dalam Negeri sebagai Ketua, merangkap anggota. Menteri Keuangan sebagai Wakil Ketua, merangkap anggota. Menteri Pertahanan, sebagai anggota. Menteri hukum dan HAM, sebagai anggota. Menteri Seretaris Negara, sebagai anggota. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, sebagai anggota. 52
Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. 53 Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. 54 Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagai anggota. Sekretaris Kabinet, sebagai anggota. Perwakilan Pemerintah Daerah, sebagai anggota. Pakar Otonomi Daerah dan Keuangan, sebagai anggota. 55
Tahap kelima, yaitu Menteri menyampaikan usulan pembentukan suatu daerah kepada Presiden berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD T.ahap keenam, yaitu, Dalam hal Presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, Menteri Dalam Negari menyiapkan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah. Tahap ketujuh, yaitu Pembetukan undang-undang tentang pembentukan daerah. Tahap kedelapan, yaitu setelah undang-undang pembentukan daerah diundangkan, pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik pejabat kepala daerah. Peresmian daerah dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya undang-undang tentang pembentukan daerah.
C. Syarat-syarat Pemekaran/ Pembentukan Kabupaten/ Kota Pembentukan daerah Kabupaten/kota berupa pemekaran kabupaten/kota dan penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Persyaratan pembentukan daerah dimaksud agar daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam
55
Pasal 5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat terwujudnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 56 Adapun syarat-syarat tersebut antara lain: 1. Syarat Administratif Syarat administratif pembentukan daerah kabupaten/kota dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) meliputi : 1. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota. 2. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota. 3. Keputusan
DPRD
Provinsi
tentang
persetujuan
pembentukan
calon
kabupaten/kota. 4. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota. 5. Rekomendasi menteri. 2. Syarat Teknis Syarat teknis meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kemampuan ekonomi merupakan cerminan hasil kegiatan ekonomi dalam bentuk (1)PDRB per kapita (2) pertumbuhan ekonomi (3) Kontribusi PDRB terhadap PDRB total. Potensi daerah merupakan perkiraan penerimaan dari pemanfaatan ketersediaan sumber daya buatan, sumber daya aparatur, serta sumber daya mesyarakat yang akan 56
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik yang dapat diukur dengan (1) Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per 10.000 penduduk; (2) Rasio kelompok pertokoan per 10.000 penduduk; (3) Rasio pasar per 10.000 penduduk; (4) Rasio sekolah SD per penduduk usia SD; (5) Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP, (6) Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA; (7) Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk; (8) Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk; (9) Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaran bermotor atau perahu atau perahu motor atau kapal motor; (10) Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga; (11) Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor; (12) Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas; (13) Persentase pekerja yang berpendidikan minimal s-1 terhadap penduduk usia 25 tahun ke atas; dan (14) Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk. Sosial budaya merupakan cerminan aspek sosial budaya yang diukur dengan (1) Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk; (2) Rasio fasilitas lapangan olah raga per 10.000 penduduk; dan (3) Jumlah balai pertemuan. Sosial politik merupakan cerminan aspek sosial politik yang yang diukur dengan (1) Rasio penduduk yang ikut pemilu legislatif penduduk yang mempunyai hak pilih; (2) Jumlah oragnisasi kemasyarakatan. Kependudukan mencerminkan aspek penduduk yang diukur dengan (1) Jumlah penduduk; dan (2) Kepadatan penduduk. Luas daerah merupakan cerminan sumber daya lahan/ daerah cakupan wilayah yang adapt diukur dengan (1) Luas wilayah secara keseluruhan; dan (2) Luas willayah efektif yang dapat dimanfaatkan.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pertahanan merupakan cerminan ketahanan wilayah yang dapat diukur dengan karakter wilayah dari aspek (1) Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah; dan (2) Karateristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan. Kemanan merupakan cerminan aspek keamanan dan ketertiban daerah yang dapat diukur dengan rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk. Kemampuan keuangan merupakan cerminan terhadap keuangan yang dapat diukur dengan (1) Jumlah PAD; (2) Rasio PDS terhadap jumlah penduduk; dan (3) Rasio PDS terhadap PDRB. Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan cerminan terhadap tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan masyarakat yang diukur dengan indeks pembangunan manusia. Rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan merupakan cerminan terhadap kedekatan jarak lokasi calon ibukota yang dapat diukur dengan (1) Rata-rata jarak kabupaten/kota atau kecamatan ke pusat pemerintahan (ibukota provinsi atau ibukota kabupaten); dan (2) Rata-rata waktu perjalanan dari kabupaten/kota atau kecamatan ke pusat pemerintahan (ibukota provinsi atau ibukota kabupaten). Faktor-faktor tersebut dinilai berdasarkan hasil kajian daerah terhadap indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran PP Nomor 78 tahun 2007. Indikator maksudnya adalah parameter atau suatu nilai yang diturunkan dari faktor yang memberikan informasi tentang keadaan dari suatu fenomena/ lingkungan/wilayah, dengan signifikasi dari indikator tersebut berhubungan secara langsung dengan nilai parameter.
Indikator
ini
dihitung
untuk
penyusunan
indeks
komposit
pembentukan/penghapusan dan penggabungan daerah otonom harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) data tersedia, (2) mudah dihitung, (3) relevan, (4) terukur, dan reliable. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Penilaian syarat teknis dimaksud adalah penilaian dalam merekomendasikan suatu daerah menjadi daerah otonom dengan memperhatikan faktor-faktor yang dimiliki oleh daerah induk dan calon daerah yang akan dibentuk dan menitikberatkan pada faktor kependudukan, faktor kemampuan ekonomi, factor potensi daerah, dan faktor kemampuan keuangan. Suatu calon daerah otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila daerah calon otonom dan daerah induknya mempunyai total nilai seluruh indikator dan perolehan nilai indiator faktor kependudukan, faktor kemampuan ekonomi, faktor potensi daerah, dan faktor kemampuan keuangan dengan kategori sangat mampu atau mampu. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel penilaian syarat teknis serta indikatornya:
TABEL 01 Faktor dan Indikator dalam Rangka Pembentukan Daerah Otonom Baru NO 1.
2.
3.
FAKTOR Kependudukan
INDIKATOR 1.
Jumlah Penduduk
2.
Kepadatan Penduduk
Kemampuan
1.
PDRB non Migas
Ekonomi
2.
Pertumbuhan Ekonomi
3.
Kontribusi PDRB non migas
1.
Rasio bank dan lembaga keuangan non bank
2.
Rasio kelompok pertokoan per 10.000 penduduk
3.
Rasio pasar per 10.000 penduduk
4.
Rasio Sekolah Dasar per penduduk usia SD
5.
Rasio SLTP per penduduk usia SLTP
6.
Rasio SLTA per penduduk usia SLTA
7.
Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk
Potensi Daerah
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
8.
Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk
9.
Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu motor
10. Persentase Pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga 11. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor 12. Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas 13. Persentase pekerja yang berpendidikan minimal S-1 terhadap penduduk usia 25 tahun ke atas 14. Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk 4.
5.
6.
Kemampuan
1.
Jumlah PDS
Keuangan
2.
Rasio PDS terhadap jumlah penduduk
3.
Rasio PDS terhadap PDRB non migas
1.
Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk
2.
Rasio fasilitas lapangan olah raga per 10.000 penduduk
3.
Jumlah balai pertemuan
1.
Rasio penduduk yang ikut pemilu legislatif per penduduk
Sosial Budaya
Sosial Politik
yang mempunyai hak pilih
7.
8.
Luas Daerah
Pertahanan
2.
Jumlah organisasi kemasyarakatan
1.
Luas wilayah keseluruhan
2.
luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan
1.
Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah
2.
Karateristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan
9.
Keamanan
Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk
10.
Tingkat
Indeks pembangunan manusia
kesejahteraan masyarakat 11.
Rentang Kendali
1.
Rata-rata jarak kecamatan ke pusat pemerintah
2.
Rata-rata waktu perjalanan dari ke camatan ke pusat propnsi
(Sumber: Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah) Setiap faktor dan indikator mempunyai bobot yang berbeda-beda sesuai dengan peranannya dalam pembentukan daerah otonom: Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator. Kelususan ditentukan oleh total nilai seluruh indiator dengan kategori: Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 02 Kategori Kelulusan Nilai Indikator Pemekaran Daerah KATEGORI
TOTAL NIALAI SKOR INDIKATOR
KETERANGAN
Sangat Mampu
420- 500
Rekomendasi
Mampu
340-419
Rekomendasi
Kurang Mampu
260-339
Ditolak
Tidak Mampu
180-259
Ditolak
Sangat Tidak mampu
100-179
Ditolak
(Sumber: Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah)
3. Syarat Fisik Kewilayahan Syarat fisik meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintrahan. Cakupan wilayah untuk : a. Pembentukan provinsi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota. b. Pembentukan kabupaten paling sedikit 5 (lima) kecamatan. c. Pembentukan kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan. Cakupan wilayah pembentukan kabupaten/kota digambarkan dalam peta wilayah calon kabupaten/kota. Peta wilayah kabupaten/kota dibuat sesuai dengan kaidah pemetaan dari peta dasar nasional (peta topografi, peta rupa bumi, citra sateli, atau petal au yang dibuat oleh instansi yang berwenang) dengan skala antaa 1;100.000 sampai dengan 1:250.000 untuk pembentukan kabupaten, dan skala anatar 1:25.000 sampai dengan 1:50.000 untuk pembentukan kota. Peta wilayah calon kabupaten/kota tersebut dilengkapi dengan daftar nama kecamatan dan desa/kelurahan atau nama lain yang menjadi cakupan calon kabupaten/kota serta garis batas wilayah calon kabupaten/kota, nama wilayah kabupaten/kota di provinsi lain, nama wilayah kecamatan di kabupaten/kota di Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
provinsi yang sama, nama wilayah lau atau wilayah negara tetangga, yang berbatasan lansung dengan calon kabupaten/kota. Peta wilayah tersebut, dibuat berdasarkan kaidah pemetaan yang difasilitasi oleh lembaga teknis dan kijoordinasi oleh gubernur. Yang dimaksud dengan lembaga teknis, yakni : Bakosurtanal, Direktorat Topografi TNI-AD untuk pembuatan peta wilayah daratan, dan Dinas Hidro Oseonografi TNI-Al untuk pembuatan peta wilayah kepulauan. Dalam hal cakupan wilayah calon provinsi dan kabupaten/kota berupa kepulauan atau gugusan pulau, peta wilayah harus dilengkapi dengan daftar nama pulau. Dalam hal cakupan wilayah calon provinsi dan kabupaten/kota berupa kepulauan atau gugusan pulau, peta wilayah harus dilengkapi dengan daftar nama pulau. Lokasi calon ibukota ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan DPRD provinsi untuk ibukota provinsi, dengan keputusan Bupati dan keputusan DPRD untuk ibukota kabupaten. Penetapan dilakukan hanya untuk satu lokasi ibukota. Penetapan lokasi ibukota dilakukan setelah adanya kajian daerah terhadap aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial politik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Pembentukan calon ibukota yang cakupan wilayahnya merupakan calon ibukota kabupaten, maka ibu kota kabupaten tersebut harus dipindahkan ke lokasi lain secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun sejak dibentuknya kota. Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan untuk kantor kepala daerah, kantor DPRD, dan kantor perangkat daerah yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Yang dimaksud dengan “bangunan Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
dan lahan” adalah bangunan permanen yang layak digunakan sebagai kantor pemerintahan daerah otonom baru, dan lahan dengan luas dan kondisi yang layak untuk halaman dan pertapakan bangunan perkantoran pemerintahan daerah otonom baru.
BAB IV PEMEKARAN KABUPATEN NIAS
A. Pengenalan Umum Tentang Kabupaten Nias
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Pronvinsi Sumatera Utara yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera dan berada satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan (Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Nias). Pulau Nias mempunyai jarak + 85 mil laut dari Sibolga (Provinsi Sumatera Utara). Kabupaten Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 pulau. 27 pulau kecil tersebut sebanyak 11 pulau telah dihuni sedangkan 16 pulau lainnya belum dihuni. Luas wilayah Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km
2
(4, 88 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara) sejajar dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikelilingi oleh Samudera Hindia. Menurut letak geografisnya, Nias terletak pada garis 0012’-1032’ Lintang Utara 0
0
(LU) dan 97 -98 Bujur Timur, dekat dengan Garis Khatulistiwa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau-pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Administrasi pemerintahan Kabupaten Nias pada tahun 2004 terdiri dari 14 kecamatan setelah sebelumnya dipecah menjadi dua kabupaten yaitu Nias dan Nias Selatan. Pada administrasi pemeribtahan paling bawah, kecamatan terdiri atas kelurahan untuk daerah perkotaan (Urban), dan desa untuk daerah pedesaan (rural). Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan pembangunan di Kabupaten Nias, maka berdasarakan peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Nias Nomor 05 Tahun 2005 tanggal 14 Desember tentang Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Nias Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Dimekarkan menjadi 32 kecamatan. Dengan demikian, saat ini Kabupaten Nias dengan Ibukotanya Gunungsitoli secara administratif terdiri dari 32 kecamatan dengan 443 desa/kelurahan. Berikut ini adalah nama 32 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Nias: Kecamatan Idanogawo Kecamatan Bawalato Kecamatan Ulugawo Kecamatan Gido Kecamatan Ma’u Kecamatan Samolo-molo Kecamatan Hiliduho Kecamatan Hili Serangkai Kecamatan Botomuzoi Kecamatan Lolofitu Moi Kecamatan Sirombu Kecamatan Lahomi Kecamatan Mandrehe Kecamatan Mandrehe Barat Kecamatan Moro’o Kecamatan Mandrehe Utara Kecamatan Ulu Maro’o Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kecamatan Gunungsitoli Kecamatan Gunungsitoli Selatan Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kecamatan Gunungsitoli Utara Kecamatan Tuhemberua Kecamatan Lotu Kecamatan Sitoli Ori Kecamatan Sawo Kecamatan Alasa Kecamatan Namohalu Esiwa Kecamatan Alasa talu Muzoi Kecamatan Lahewa Kecamatan Afulu Kecamatan Lahewa Timur Menurut Provinsi Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2006, jumlah penduduk Nias adalah 441.807 jiwa, saat ini penduduk Kabupaten Nias berjumlah 442.020 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Nias tahun 2006 adalah 126 jiwa/km2 dan tahun 2007 meningkat menjadi 126,46 jiwa/km2. sSedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Nias selama kurun waktu tahun 2000-2005 adalah 1,33 persen pertahun dan pada periode 2005-2006 pertumbuhan penduduk di kabupaten Nias adalah 0,71 persen. Kecamatan gunungsitoli adalah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu 59.447 jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan Ulu Mro’o yakni 5.296 jiwa. B. Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Nias I.
Zaman Penjajahan Belanda
Sejak tahun 1864 daerah Nias merupakan bagian wilayah Residentil Tapanuli yang termasuk dalam lingkungan Government Sumatera Wesiklet. Dapat dikatakan
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
mulai tahun 1864 itu secara efektif pemerintahan Hindia Belanda mengatur pemerintahan di Nias sebagai bagian daerah wilayah Hindia Belanda pada waktu itu. Mulai tahun 1919 Residentil Tapanuli tidak lagi terdiri dari tiga afdeeling, tetapi telah menjadi empat afdeeling yang masing-masing dipimpin oleh seorang asisten residen, yaitu : a. Afdeeling Sibolga dan sekitarnya dengan ibukota Sibolga. b. Afdeeling Padang Sidempuan dengan ibukota Padang Sidempuan. c. Afdeeling Batak Landen dengan ibukota Tarutung. d. Afdeeling Nias termasuk pulau-pulau sekitarnya (kecuali pulau-pulau Batu) yang merupakan Afdeeling yang baru dibentuk pada tahun 1919, dengan ibukota Gunungsitoli. Pembentukan daerah Nias sebagai suatu Afdeeling didasarkan pada pertimbangan antropologis, namujn demikian sebelum itu tidak ada pemerintahan yang meliputi keseluruhan daerah Nias yang didiami oleh suku Nias. Afdeeling Nias terdiri dari empat Onderafdeeling, yaitu : 1. Onderafdeeling Nias Timur dengan ibukota Gunungsitoli. 2. Onderafdeeling Nias Selatan dengan ibukota Teluk Dalam. 3. Onderafdeeling Nias Utara dengan ibukota Lahewa. 4. Onderafdeeling Nias Barat dengan ibukota Lahagu. Masing-masing
Onderafdeeling
dipimpin
oleh
seorang
Controleur
atau
Gezeghebber. Pulau-pulau pada bulan Desember 1928 dimasukkan ke dalam wilayah Afdeeling Nias yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Residentil Sumatera barat dengan status sebagai Onderafdeeling sehingga saat itu Afdeeling Nias terdiri dari lima Onderafdeeling, yaitu : Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
1. Onderafdeeling Nias Timur dengan ibukota Gunungsitoli. 2. Onderafdeeling Nias Selatan dengan ibukota Teluk Dalam. 3. Onderafdeeling Nias Utara dengan ibukota Lahewa. 4. Onderafdeeling Nias Barat dengan ibukota Lahagu. 5. Onderafdeeling Pulau-pulau Batu dengan ibukota Pulau Tello. Tingkat pemerintahan yabg berada dibawah Distrik dan Onderdistrik ialah Banua (kampug) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Salawa (di Nias Utara) dan si Ulu (di Nias Selatan) yang merupakan pemerintahan asli di Nias, yang keberadaannya itu dikokohkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah. II.
Zaman Penjajahan Jepang.
Pada zaman penduduka n Jepang, sebagaimana halnya diseluruh Indonesia waktu itu berdasarkan undang-undang No. 1 tahun 1942 pembagian wilayah pemerintahan di daerah Nias tidak mengalami perubahan, seperti pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kecuali Onderafdeeling dihilangkan, yang mengalami perubahan hanya namanya saja, yaitu : a. Afdeeling diganti dengan nama Gunsu Sibu yang dipimpin oleh seorang Setyoto. b. Distrik diganti dengan nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo. c. Onderdistrik diganti dengan nama Fuku Gu yang dipimpin oleh seorang Fuku guntyo. Mengenai pengaturan pemerintahan juga didasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1942 yang mengatakan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara diakui sah asal tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang. III.
Zaman Kemerdekaan
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pada tahun-tahun pertama kemerdekaan, pembagian wilayah pemerintah di Nias tidak mengalami perubahan, demikian juga struktur pemeintahan, yang berubah hanya nama wilayah dan nama pimpinannya yaitu sebagai berikut : 1. Nias Gunsu Sibu diganti nama Pemerinthan Nias yang dipimpin oleh Kepala Luhak. 2. Gun diganti dengan nama Urung yang dipimpin oleh Kepala urung (Demang). 3. Fuku Gun diganti dengan nama Urung Kecil (Asisten Demang). Sesuai dengan jumlah Distrik dan Onderdistrik pada zaman Belanda, pembagian nama tetap berlaku pada zaman Jepang, maka pada awal kemerdekaan terdapat sembilan kecamatan yang mengalami perubahan nama dan lokasi ibukota kecamatan, yaitu : 1. Onderdistrik Hiliguigui menjadi Kecamatan Tuhemberua dengan ibukota Tuhemberua. 2. Onderdistrik Lahagu menjadi kecamatan Mandrehe dengan ibukota Mandrehe. 3. Onderdistrik Balaekha menjadi kecamatan Lahusa dengan ibukota Lahusa. Pada tahun 1946 daerah Nias berubah dari Pemerintah Nias menjadi Kabupaten Nias dengan dipimpin oleh seorang Bupati. Pada tahun 1953, dibentuk tiga kecamatan, yaitu : 1. Kecamatran Gido yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayaha kecamatan Gunungsitoli dan sebagian diambil dari kecamatan Idano Gawo, dengan ibukota Lahemo. 2. Kecamatan Gomo yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Idano Gawo dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lahusa, dengan ibukota Gomo.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
3. Kecamatan Alasa yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Lahewa, sebagian dari wilayah Kecamatan Tuhemberua, dan sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dengan ibukota Ombolata. Pada tahun 1956 dibentuk suatu kecamatan baru yaitu Kecamtan Sirombu yang wilayahnya sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lolowau. Pada tahun 1956 dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1956, Kabupaten Nias ditetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah Swatantra Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, yang dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah. Di samping itu, dibentuk Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) yang dipilih dari anggota DPRD. Pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1969 Ketua DPRD langsung dirangkap oleh Bupati Kepala Daerah. Untuk membantu Bupati Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan sehari-hari dibentuk Badan Pemerintahan Harian (BPH) yang dikatakan sebagai ganti DPD yang telah dihapuskan. Akan tetapi kemudian, sejak tahun 1969 sampai dengan saat berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, lembaga BPH sebagai Pembantu Kepala Daerah dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari tidak pernah diadakan lagi. Perubahan-perubahan pemerintahan di Kabupaten Nias kemudian selalu mengikuti perubahan-perubahan peraturatn Pemerintahan di daerah yang berlaku secara nasional. Berdasarkan PP. Nomor 35 Tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 di Nias terbentuk dua kecamatan baru, yaitu : 1. Kecamatan Lolofitu Moi yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gido dan Kecamatan Mandrehe. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2. Kecamatan Hiliduho yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gunungsitoli. Dengan berlakunya Undang-undang Nomot 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dengan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan, maka melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2000 tanggal 24 November 2000 tentang Pembentukan Lima Kecamatan di Kabupaten Nias, maka di Kabupaten Nias terdapat lima kecamatan baru, yaitu : 1. Kecamatan hilibala yang wilayahnya yang berasal dari Kecamatan Pulaupulau Batu. 2. Kecamatan Bawalato yang wilayahnya berasal dari Kecamatan Idano Gawo. 3. Kecamatan Namohalu Esiwa yang wilayahnya sebagian berasal dari Kecamatan Alasa dan Kecamatan Tuhemberua. 4. Kecamatan Lotu yang wilayahnya sebagian berasal dari Kecamatan Tuhemberua dan sebagian berasal dari Kecamatan Lahewa. 5. Kecamatan Afulu yang wilayahnya sebagian berasal dari Kecamatan Lahewa dan sebagian berasal dari Kecamatan Alasa. Selanjutnya,berdasarkan
Keputusan
DPRD
Kabupaten
Nias
Nomor
:
02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias menjadi Dua Kabupaten, Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara nomr : 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2000, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 25 Februari 2003 tantang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 28 juli 2003, maka kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan. Dengan demikian, wilayah Kabupaten Nias berubah menjadi Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
14 kecamatan, karena 8 kecamatan lainnya masuk ke wilayah Kabupaten Nias Selatan. 14 kecamatan tersebut antara lain : 1) Kecamatan Idanogawo 2) Kecamatan Bawalato 3) Kecamatan Gido 4) Kecamatan Hiliduho 5) Kecamatan Lolofitu Moi 6) Kecamatan Sirombu 7) Kecamatan Mandrehe 8) Kecamatan Gunungsitoli 9) Kecamatan Tuhemberua 10) Kecamatan Lotu 11) Kecamatan Alasa 12) Kecamatan Namohalu Esiwa 13) Kecamatan Lahewa 14) Kecamatan Afulu
C. Wacana dan Aspirasi Masyarakat Nias Menuju Pemekaran Nias Menjadi 4 (Empat) Daerah Baru Untuk melakukan pemekaran daerah tentunya haruslah dimulai dari aspirasi masyarakat di wilayah tempat pemekaran tersebut akan dilaksanakan. Hal ini selaras dengan ketentuan pasal 16 point a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daera yang menentukan bahwa Pembentukan daerah kabupaten atau kota dimulai dengan adanya aspirasi masyarakat untuk melakukan pemekaran daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Tentunya aspirasi ini juga merupakan pedoman dari anggota DPR RI ketika mensyahkan Undang-Undang tentang Pemekaran Kabupaten Nias. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apa latar belakang sehingga masyarakat Nias menunut atau menginginkan pemekaran daerah. Penulis mencoba merangkum beberapa pendapat yang dapat menggambarkan kepada kita apa latar belakang dari pemekaran Nias, yaitu antara lain: 1. Daerah Nias mempunyai potensi serta kekayaan alam yang besar namun, selama ini belum diolah dan dimanfaatkan secara maksimal. Melalui pemekaran daerah ini diharapkan akan terjadi pengolahan dan pemanfaatan kekayaan alam tersebut serta potensi yang ada secara maksimal. Mustika Ranto Gulo mengatakan : Pulau Nias menjadi terkenal karena peristiwa bencana alam tsunami Desember 2004 dan Gempa bumi berscala 8,6 SR pada awal tahun 2005. selain itu, Nias menjadi terkenal di mata dunia karena memiliki keindahan alam (pantai) yang sangat indah dan sering dijadikan sebagai arena wisata dan kejuaraan Surfing Internasional. Pulau Nias ternyata menyimpan kekayaan alam yang belum tersentuh secara profesional. Daerah ini sedang menantikan tangan yang akan mengelola kekayaan alamnya yang tak terhingga itu. Pulau ini masih sangat suci (as virgin of business area) dari tangan para amtenar. Pulau ini belum terjamah inverstor karena informasi dan komunikasi yng minim di masa lalu. 57
57
Mustika ranto Gulo, “ Jendela Bisnis di Nias sudah Terbuka”, http=//www.niasbart.com/?p=25, diakses pada tanggal 16 Februari 20087.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pulau Nias memilki potensi sumber daya alam yang cukup, jika dikelola dengan baik, antara lain kopra, karet, cokelat, ikan, dan bahkan batu bara serta minyak pun diperkirakan tersimpan di bumi Nias. 58 Kosmas Harefa mengatakan: Nias memiliki potensi wisata yang sangat kaya, baik budaya, alam, maupun baharinya yang selama ini memang sudah cukup dikenal oleh banyak kalangan tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri. 59 2. Keadaan daerah Nias selama ini sangat tertinggal serta pembangunan di daerah kepulauan ini sangat minim. Dengan adanya pemekaran ini, akan terjadi pembangunan dan kemajuan di daerah ini. Idealisman Dachi (seorang anggota DPR RI kelahiran Pulau Nias) memberikan pendapatnya: Tujuan utama pemekaran Nias adalah agar pembangunan di kepulauan Nias dapat berkelanjutan dan berkembang, sehingga ketertinggalan daerah ini dapat dikejar secara bertahap tapi pasti. 60 Firman Harefa mengatakan: Kehadiran tiga daerh baru ini memunculkan harapan akan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dapat diterima secara logika. Pemekaran ini murni dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat Nias. Jika dilihat daris segi kondisi geografis Nias, pemekaran tersebut sangat substansial dan urgen. Ini juga merupakan langkah kongkrit mempercepat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Selain rentang kendali yang semakin dkat, sumber daya manusia dan sumber daya alam akan lebih diberdayakan dan diakomodir. 61 Bupati Nias, Binahati B. Baeha, SH yang merupakan tokoh dibalik suksesnya pemekaran Nias, bahkan dirinya didaulat oleh masyarakat sebagai Panglima Pemekaran, mengatakan: Menurutnya, salah satu solusi daerah ini dapat mengejar ketertinggalan dari berbagai aspek pembangunan tentunya pemekaran daerah otonom baru. Selain tujuan pemekaran tersebut untuk memperpendek rentang kendali pelayanan 58
Firman Harefa, “Majulah Pulau Nias”, http=//www.niasonline.net/2008/12/03/majulah-pulau-nias/, diakses pada tanggal 16 Februari 2009. 59 Kosmas Harefa,”Pemekaran-nias-peluang-emas-pembangunan-pariwisata-nias/, diakses pada tanggal 16 Februsari 2008. 60 Idealisman Dachi,”Pemekaran Kabupaten Nias”, http=///www.pemekara-kabupaten-nias/, diakses pada tanggal 16 Februari 2009. 61 Firman Harefa, Op.cit. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
pemerintahan kepada masyarakat, juga sekaligus membuka peluang investasi dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia dis etiap daerah untuk meningkan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran juga tentunya membuka peluang lowongan kerja yang sangat luas bagi generasi berikutnya dan mengambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan. 62 Dijelaskan oleh Binahati, ketika tahun 2003 terbentuk Kabupaten Nias Selatan maka Kabupaten Nias tinggal 14 kecamatan. Maka pada saat itu dimulailah pemekaran besar-besaran di Nias baik pemekaran di tingkat desa maupun kecamatan sehingga terbentuklah 32 kecamatan. 3. Adanya keinginan sebagian masyarakat untuk membentuk suatu propinsi di daerah ini, yang dinamakan Propinsi Tano Niha atau Propinsi Nias, dan pemekaran kabupaten ini merupakan awal dari pembentukan Provinsi tersebut. Menurut Restu Jaya Duha dan Noniwati Telaumbanua: Pembentukan Propinsi Tano Niha dilalui beberapa tahap. Penahapan ini mutlak diikuti , sesuai dengan perkembangan dan kemajuan dalam pembangunan Kabupaten Nias ke depan serta usul dan keinginan masyarakat. Tahapan-tahapan tersebut antara lain : 1. Tahap pertama, Pemekaran Kecamatan. 2. Tahap kedua, Pembentukan Kabupaten Nias Raya. 3. Tahap ketiga, pembentuka Kota Gunungsitoli. 4. Tahap keempat, pembentukan Nias You (Kabupaten Nias Utara). 5. Tahap kelima, pembentukan Nias Aekhula (Kabupaten Nias Barat). 6. Tahap keenam, pembentukan Kota Teluk dalam. 7. Tahap ketujuh, pembentukan Kabupaten Pulau-pulau Batu. 8. Tahap kedelapan, Pembentukan Propinsi Tano Niha. 63 Bukan sesuatu yang mustahil kalau pembangunan Nias dari awal ini (pemekaran Nias) kita kawal dengan baik, kelak akan lahir provinsi Nias, sebuah provinsi di pantai barat Sumatera. Pada tanggal 2 Februari 2009 di Kota Gunungsitoli diadakan Deklarasi Provinsi nias, yang isinya dengan kebulatan tekad, masyarakat Nias mendeklarasikan 62
Waspada, 17 November 2008.
63
Restu Jaya Duha dan Noniwati Telaumbanua, Prespektif dan Wacana Pemekaran Kabupaten Nias menuju Pembentukan Propinsi Tano NIha, Penerbit PT Bumindo Mitrajaya, Gunungsitoli, 2004, halaman 62.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
pembentukan Provinsi Nias yang meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli dan sekaligus mengusulkan kepada pemerintah untuk menyetujui dan menetapkannya menjadi daerah otonom baru.
D. Tahap dan Perkembangan Rencana Pemekaran Nias saat ini Seperti uraian kami sebelumnya, pemekaran suatu kabupaten/Kota melalui beberapa tahapan, yaitu: Tahap Pertama, yang terjadi pada Kabupaten/ daerah induk. Tahap kedua, yang terjadi pada Pemerintahan Provinsi induk tempat pemekaran kabupaten terjadi Tahap ketiga, yaitu usulan Pemekaran Kabupeten disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri. Tahap keempat, yaitu berdasarkan hasil penelitian Tim tersebut, Menteri Dalam Negeri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada DPOD. Tahap kelima, yaitu Menteri menyampaikan usulan pembentukan suatu daerah kepada Presiden berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD. Tahap keenam, yaitu, Dalam hal Presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, Menteri Dalam Negari menyiapkan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah. Tahap ketujuh, yaitu Pembetukan undang-undang tentang pembentukan daerah. Tahap kedelapan, yaitu setelah undang-undang pembentukan daerah diundangkan, pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik pejabat kepala daerah. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Peresmian daerah dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya undang-undang tentang pembentukan daerah. Dengan disyahkannya Undang-Undang Pemekaran Nias ke dalam 3 UndangUndang, yaitu Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera utara, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera utara oleh DPR RI pada tanggal 29 Oktober 2008 pada sebuah Rapat Parimpurna DPR RI maka tahapan pemekaran Nias menjadi 4 daerah otonom baru telah melalui tahap ketujuh dan saat ini Tahap kedelapan, yaitu setelah undangundang pembentukan daerah diundangkan, pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik pejabat kepala daerah.
E. Keadaan Calon Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli dalam Memenuhi Syarat Pemekaran daerah Menurut PP nomor 78 Tahun 2007 Syarat administratif pembentukan daerah kabupaten/kota telah terpenuhi dalam pemekaran Kabupaten Nias yang dapat dilihat dari: 1. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota telah terpenuhi dengan adanya Keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor 3/KPTS/DPRD/2007 tanggal 10 Mei 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli. 2. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota telah terpenuhi dengan adanya Surat Bupati Nias Nomor Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
135/3736/Pem tanggal 25 Juni 2007 perihal Persetujuan Pembentukan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota gunungsitoli. 3. Keputusan
DPRD
Provinsi
tentang
persetujuan
pembentukan
calon
kabupaten/kota telah terpenuhi dengan adanya Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara Nomor 11/K/2007 tanggal 17 September 2007 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias. 4. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota telah terpenuhi dengan adanya Surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 135/6752, tanggal 10 Oktober 2007 Kepada Menteri Dalam Negeri RI perihal Usul Pemekaran Kabupaten Nias. 5. Rekomendasi menteri telah terpenuhi dimana Mardiyanto selaku Menteri dalam negeri Republik Indonesia telah merekomendasikan pemekaran kabupaten Nias kepada DPR RI untuk dibahas dan disyahkan.
Syarat fisik telah terpenuhi dalam pemekaran kabupaten Nias yang dapat dilihat dari: 1. Cakupan wilayah, dimana pembentukan kabupaten paling sedikit 5 (lima) kecamatan dan pembentukan kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan telah terpenuhi dimana: Kabupaten Nias Utara, terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan yaitu : Kecamatan Alasa, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kecamatan Lahewa, Kecamatan Lotu, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Afulu, Kecamatan Alasa Talumuzoi, Kecamatan Lahewa Timur, Kecamatan Sawo, dan Kecamatan Sitolu Ori. Nias Barat, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, yaitu:
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kecamatan Manderhe, Kecamatan Lolofitu Moi, Kecamatan Sirombu,Kecamatan Mandrehe Utara,Kecamatan Mandrehe Barat,Kecamatan Moro’o,Kecamatan Ulu Moro’o, danKecamatan Lahomi. Kota Gunungsitoli ,terdiri dari 5 (lima) kecamatan, yaitu : Kecamatan
Gunungsitoli,Kecamatan
Gunungsitoli
Selatan
,Kecamatan
Gunungsitoli Utara,Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, dan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. 2. Lokasi calon ibukota, yang ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan DPRD provinsi untuk ibukota provinsi, dengan keputusan Bupati dan keputusan DPRD untuk ibukota kabupaten telah dipenuhi dengan adanya Keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor 3/KPTS/DPRD/2007 tanggal 10 Mei 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli Surat Bupati Nias Nomor 135/3736/Pem tanggal 25 Juni 2007 perihal Persetujuan Pembentukan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota gunungsitoli yang menetukan bahwa Ibukota Kabupaten Nias Barat adalah Onolimbu di Kecamatan Lahomi, Ibukota Kabupaten Nias Barat adalah Lolofaoso di Kecamatan Lotu, dan ibukota Gunungsitoli berkedudukan di wilayah Kecamatan Gunungsitoli. Untuk mengetahui apakah pemekaran Nias telah memenuhi syarat teknis yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan menggunakan aturan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2000, karena aturan yang berlaku ketika diadakan pengkajian mengenai syarat teknis ini pada waktu itu adalah peraturan pemerintah tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah baru ditetapkan pada tanggal 10 Desember 2008. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 03 Syarat Pemekaran Daerah dan Indikator Pendukungnya NO
SYARAT
INDIKATOR
1.
Kemampuan
Produk
ekonomi
Bruto (PDRB).
SUB INDIKATOR
Domestik
PDRB Perkapita, Pertumbuhan ekonomi, Kontribusi PDRB terhadap PDRB total.
Penerimaan daerah
Rasio
penerimaan
daerah
sendiri
terhadap
sendiri
pengeluaran rutin, Rasio penerimaan daerah sendiri terhadap PDRB
2.
Potensi
Lembaga
Rasio Bank per 10.000, Rasio bukan Bank per
Ekonomi
Keuangan
10.000 penduduk
Sarana
dan
Pra
Rasio kelimpok petokoan per 10.000 penduduk,
Sarana Ekonomi
Rasio pasar per 10.000 penduduk
Sarana Pendidikan
Rasio sekolah SD per penduduk usia SD, Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP, Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA.
Sarana Kesehatan
Rasio Penduduk usia perguruan tinggi per penduduk 19 tahun ke atas, Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk, Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk.
Sarana Transportasi Komunikasi
Persentase dan
rumah
tangga
yang
mempunyai
kendaraan bermotor roda 2,3 atau perahu atau perahu motor, Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor roda 4 atau lebih atau kapal motor, Persentase pelanggan telepon terhadap jumlah rumah tangga, rasio pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga, Rasio kantot
pos
termasuk
jasa-jasa
per
10.000
penduduk, Rasio panjang jalan terhadap jumlah Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
kendaraan bermotor. Sarana Pariwisata
Jumlah
Hotel/
Akomodasi
lainnya,
Jumlag
restoran/ rumah makan, Jumlah objek wisata Ketenagakerjaan
Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas, Ttingkat partisipasi angkatan kerja, Rasio Pgawai Negeri Sipil terhadap penduduk
3.
Sosial Budaya
Tempat
Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk
Peribadatan Tempat/ Kegiatan
Rasio tempat pertunjukan seni per 10.000
Institusi Sosial
penduduk, Rasio panti sosial per 10.000 penduduk
Sarana Olahraga
Rsio fasilitas lapangan oleahraga per 10.000 penduduk
4.
Sosial Politik
Partispasi
Rasio penduduk yang ikut pemilu terhadap
masyarakat dalam
penduduk yang mempunyai hak pilih
Berpolitik Organisasi
Jumlah organisasi kemasyarakatan
Kemasyarakatan 5.
Jumlah
Jumlah Penduduk
Jumlah Pnduduk
Luas Daerah
Rasio jumlah penduduk urban terhadap jumlah
Penduduk 6.
Luas Daerah
penduduk (Khusus untuk pembentukan daerah otonom perkotaam), Luas wilayah keseluruhan, Luas wilayah efektif yang dimanfaatkan 7.
Lain-lian
Kemanan
dan
Angka kriminalitas per 10.000 penduduk
Ketertiban Ketersediaan Sarana Prasarana
Rasio gedung yang ada terhadap kebutuhan dan
minimal gedung pmerintahan, Rasio lahan yang ada terhadap kebutuhan minimal untuk Sarana
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Pemerintahan
dan Prasarana Pemerintahan.
Rentang Kendali
Rata-rata
jarak
nkecamatan
ke
pusat
pemerintahan( ibukota kabupaten induk), Ratarata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke pusat pemerintahan
(Sumber: Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tathun 2000 tentang Persyaratan Pembetukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah) Kajian awal Pembentukan Daerah Otonom baru, kerjasama Pemerintah Kabupaten Nias dengan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara memberikan data sebagai berikut: Kabupaten Nias Barat Dari kriteria kemampuan ekonomi, yang diukur dari PDRB dan Laju Pertumbuhan ekonomi serta Pendapatan Asli Daerah, untuk calon Kabupaten Nias Barat memperoleh skor 400 dan Kabupaten Nias memperoleh skor 400 yang berarti kedua wilayah tersebut masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan sebesar 450. Maka dengan demikian, pemekaran Kabupaten Nias untuk membentuk Kabupaten Nias Barat belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nias secara ekonomi memberi dampak penurunan, yang berpengaruh secara signifikan apabila Kota gunungsitoli tersebut terlepas dari Kabupaten induk Nias, hal ini dari skor yang diperoleh Kabupatren Nias akan ditinggalkan masih berada di bawah skor yang dipersyaratkan. Demikian juga halnya Kabupaten Nias Barat yang belum memiliki kemampuan ekonomi yang diharapkan dapat menopang satutusnya sebagai daerah otonom baru, hal ini dapat dilihat dengan perolehan skor yang masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan untuk calon Kota Gunungsitoli artinya pembentukan Kabupaten Nias Barat belum memenuhi kriteria. kriteria kemampuan ekonomi ini didukung oleh keadaan laju pertumbuhan ekonomi, yang mengalami grafik pasang surut setiap tahunnya dan berada pada posisi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Demikian halnya rendahnya PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto) yang memberi dampak negatif kepada angka PDRB perkapita di Kabupaten Nias dibandingkan seluruh rata-rata Kabupaten/kota di Provinsi Sumetra Utara. Demikian juga kemampuan ekonomi tersebut belum didukung oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang belum begitu menunjukkan angka yang cukup besar. Sehingga dengan keadaan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB belum dapat membantu dalam meningkatkan PAD, yang mengindikasikan bahwaw dari sisi kemampuan ekonomi pembentukan Calon Kabupaten Nias Barat terlepas dari Kabupaten Nias belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Ditinjau dari kriteria Potensi Daerah, skor minimal yang dipersyaratkan adalah 1.380, sementara perilehan skor untuk calon Kabupaten Nias Barat berada diatas Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
skore minimal yakni sebesar 1.500 dan Kabupaten Nias memperoleh skor 1.600. Dengan demikian, pemekaran Kabupaten Nias untuk membentuk Kabupaten Nias Barat telah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, hal ini disebabkan potensi daerah tersebut cukup untuk membentuk suatu daerah otonom baru dengan perolehan skor di atas skor minimal baik untuk calon Kabupaten Nias Barat maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan masih tetap memiliki potensi yang memadai. Artinya, pembentukan Kabupaten Nias Barat didukung oleh potensi daerah yang memadai sesuai kriteria yang dipersyaratkan. Demikian juga potensi yang belum dimanfaatkan cukup potensial di Kabupaten Nias Barat , memberikan dampak positif dalam pembentukan daerah otonom baru. Dengan demikian, dilihat dari kriteria potensi daerah, diperkirakan kedua daerah akan mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada di kedua daerah, sehingga pada gilirannya dapat saling bersinergi meningkatkan kemampuan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi kedua daerah. Dari kriteria Sosial budaya, yang diukur dari sarana peribadatan, tempat pertunjukkan seni, panti sosial dan sarana olah raga, skor yang diperoleh untuk calon Kabupaten Nias Barat sebesar 140 atau berada di atas baras minimal skor yang dipersyaratkan yakni sebesar 120, demikian juga Kabupaten Nias juga memperoleh skor 140 atau berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa dari kriteria sosial budaya yang ditinjau dari aspek keagamaan, kesenian, dan kegiatan sosial, serta fasilitas olahraga menunjukkan di daerah calon Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias sudah memiliki sarana peribadatan, dan fasilitas berolahraga yang memadai, dimana ketersediaan fasilitas ini diperuntukkan bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial budayanya. Kriteria Sosial politik, yang diukur dari partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dan jumlah organisasi kemasyarakatan. Untuk calon Kabupaten Nias Barat memperoleh skor 80 dan Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperoleh skor 80, sedangkan skor minimal yang dipersyaratkan 60. Dengan demikian, sudah selayaknya pemekaran kabupaten Nias untuk membentuk Kabupaten Nias Barat, hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam berpolitik di kedua daerah tersebut sudah cukup baik. Mengenai hal tersebut dapat dilihat dengan perolehan skor masing-masing berada di atas minimal yang dipersyaratkan baik untuk calon Kabupaten Nias Barat maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di kedua daerah, baik untuk calon Kabupaten Nias Barat maupun Kabupaten Nias telah terpenuhi saluran politik sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Dilihat dari indikator jumnlah penduduk, persyaratan skor minimal untuk pembentukan kabupaten pada sub indikator jumlah penduduk yakni sebesar 60. Sementara skor jumlah penduduk calon Kabupaten Nias Barat adalah 60 yang berarti barada sejajar dengan skor minimal yang dipersyaratkan. Perolehan skor untuk calon Kabupaten Nias Barat ini didukung dengan jumlah penduduk sebanyak 75.705 jiwa atau mencapai 17 % . Sedangkan perolehan skor untuk Kabupaten Nias dari sub indikator jumlah penduduk ini mempeoleh skor sebesar 75 atau berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan untuk sebuah daerah kabupaten. Sebelum dimekarkan jumlah penduduk Kabupaten Nias adalah sebesar 442.020 jiwa. Dilihat dari indikator luas wilayah, kabupaten Nias (sebelum pemekaran) dengan luas wilayah seluas 3.495,40 Km2. setelah dimekarkan luas Kabupaten Nias induk menjadi 958,58 Km2 atau masih 27 % dari total luas wilayah sebelum Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
dimekarkan. Direncanakan langsung membentuk 3 daerah otonom baru sekaligus, dimana calon kanupaten Nias Barat mengambil luas wilayah 536,59 Km2 atau + 15 % dari wilayah keseluruhan Kabupaten Nias. Maka calon Kabupaten Nias Barat memperoleh skor sebesar 90 atau berada di atas skor yang dipersyaratkan, sementara kabupaten Nias memperoleh skor sebesar 105. karena skor minimal yang dipersyaratkan 90, maka pemekaran kabupaten Nias dilihat dari kabupaten induk dapat dilaksanakan. Kriteria lain-lain yang dilihat fdari indikator keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan, maupun rentang kendali, kedua daerah memiliki syarat sebagai daerah otonom. Adapun dilihat dari perolehan skor untuk calon kabupaten Nias Barat memperoleh skor 90 sehingga berada di atas skor yang dipersyaratkan, sedangkan Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperoleh skor sebesar sebesar 95, berada di atas skor yang dipersyaratkan yaitu sebesar 75. Secara keseluruhan skor untuk calon daerah Kabupaten Nias Barat adalah sebesar 2.360 sedangkan skor untuk daerah Kabupaten Nias adalah sebesar 2.520. Dengan demikian, baikm skor untuk calon Kabupaten Nias Barat maupun skor untuk Kabupaten Nias berada lebih tinggi dari skor minimal kelulusan untuk pembentukan kabupaten baru sebesar 2.235, maka pembentukan Kabupaten Nias Barat secara teknis layak untuk menjadi daerah otonom baru. 64 Kabupaten Nias Utara Dari Kriteria kemampuan ekonomi, yang diukur dari PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi serta Pendapatan Asli Daerah, untuk calon Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias masing-masing memperoleh skor 425 yang berarti berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan sebesar 450. Maka dengan demikian, pemekaran kabupaten Nias dengan membentuk Kabupaten Nias Utara belum memenuhi Kriteria minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nias secara ekonomi memberi dampak penurunan, yang berpengaruh secara signifikan apabila Kabupaten Nias Utara tersebut terlepas dari Kabupaten induk Nias, hal ini dari skor yang diperoleh Kabupatren Nias akan ditinggalkan masih berada di bawah skor yang dipersyaratkan. Demikian juga halnya Kabupaten Nias Utara yang belum memiliki kemampuan ekonomi yang diharapkan dapat menopang satutusnya sebagai daerah otonom baru, hal ini dapat dilihat dengan perolehan skor yang masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan untuk calon Kabupaten Nias Utara artinya pembentukan Kabupaten Nias Utara belum memenuhi kriteria. kriteria kemampuan ekonomi ini didukung oleh keadaan laju pertumbuhan ekonomi, yang mengalami grafik pasang surut setiap tahunnya dan berada pada posisi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Demikian halnya rendahnya PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto) yang memberi dampak negatif kepada angka PDRB perkapita di Kabupaten Nias dibandingkan seluruh rata-rata Kabupaten/kota di Provinsi Sumetra Utara. Demikian juga kemampuan ekonomi tersebut belum didukung oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang belum begitu menunjukkan angka yang cukup besar. Sehingga dengan keadaan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB belum dapat membantu dalam meningkatkan PAD, yang mengindikasikan bahwaw dari sisi 64
Laporan Akhir Pengkajian Pemekaran Kabupaten Nias dalam Rangka Pembentukan Kabupaten Nias Barat.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
kemampuan ekonomi pembentukan Calon Kabupaten Nias Utara terlepas dari Kabupaten Nias belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Ditinjau dari kriteria Potensi Daerah, skor minimal yang dipersyaratkan adalah 1.380, sementara perolehan skor untuk calon Kabupaten Nias Utara berada diatas skor minimal yakni sebesar 1.600 dan Kabupaten Nias memperoleh skor 1.600. Dengan demikian, pemekaran Kabupaten Nias untuk membentuk Kabupaten Nias Utara telah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, hal ini disebabkan potensi daerah tersebut cukup untuk membentuk suatu daerah otonom baru dengan perolehan skor di atas skor minimal baik untuk calon Kabupaten Nias Utara maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan masih tetap memiliki potensi yang memadai. Artinya, pembentukan Kabupaten Nias Utara didukung oleh potensi daerah yang memadai sesuai kriteria yang dipersyaratkan. Demikian juga potensi yang belum dimanfaatkan cukup potensial di Kabupaten Nias Utara , memberikan dampak positif dalam pembentukan daerah otonom baru. Dengan demikian, dilihat dari kriteria potensi daerah, diperkirakan kedua daerah akan mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada di kedua daerah, sehingga pada gilirannya dapat saling bersinergi meningkatkan kemampuan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi kedua daerah. Dari kriteria Sosial budaya, yang diukur dari sarana peribadatan, tempat pertunjukkan seni, panti sosial dan sarana olah raga, skor yang diperoleh untuk calon Kabupaten Nias Utara sebesar 140 atau berada di atas baras minimal skor yang dipersyaratkan yakni sebesar 120, demikian juga Kabupaten Nias juga memperoleh skor 140 atau berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa dari kriteria sosial budaya yang ditinjau dari aspek keagamaan, kesenian, dan kegiatan sosial, serta fasilitas olahraga menunjukkan di daerah calon Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias sudah memiliki sarana peribadatan, dan fasilitas berolahraga yang memadai, dimana ketersediaan fasilitas ini diperuntukkan bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial budayanya. Kriteria Sosial politik, yang diukur dari partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dan jumlah organisasi kemasyarakatan. Untuk calon Kabupaten Nias Utara memperoleh skor 80 dan Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperoleh skor 80, sedangkan skor minimal yang dipersyaratkan 60. Dengan demikian, sudah selayaknya pemekaran kabupaten Nias untuk membentuk Kabupaten Nias Utara, hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam berpolitik di kedua daerah tersebut sudah cukup baik. Mengenai hal tersebut dapat dilihat dengan perolehan skor masing-masing berada di atas minimal yang dipersyaratkan baik untuk calon Kabupaten Nias Utara maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di kedua daerah, baik untuk calon Kabupaten Nias Utara maupun Kabupaten Nias telah terpenuhi saluran politik sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Dilihat dari indikator jumlah penduduk, persyaratan skor minimal untuk pembentukan kabupaten padsa sub indikator jumlah penduduk yakni sebesar 60. Sementara skor jumlah penduduk calon Kabupaten Nias Utara adalah 75 yang berarti barada sejajar dengan skor minimal yang dipersyaratkan. Perolehan skor untuk calon Kabupaten Nias Utara ini didukung dengan jumlah penduduk sebanyak 122.889 jiwa atau mencapai 28 % . Sedangkan perolehan skor untuk Kabupaten Nias dari sub indikator jumlah penduduk ini mempeoleh skor sebesar 75 atau berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan untuk sebuah daerah Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
kabupaten. Sebelum dimekarkan jumlah penduduk Kabupaten Nias adalah sebesar 442.020 jiwa. Dilihat dari indikator luas wilayah, kabupaten Nias (sebelum pemekaran) dengan luas wilayah seluas 3.495,40 Km2. setelah dimekarkan luas Kabupaten Nias induk menjadi 958,58 Km2 atau masih 27 % dari total luas wilayah sebelum dimekarkan. Direncanakan langsung membentuk 3 daerah otonom baru sekaligus, dimana calon Kabupaten Nias Utara mengambil luas wilayah 1.480,37 Km2 atau + 43 % dari wilayah keseluruhan Kabupaten Nias. Maka calon Kabupaten Nias Utara memperoleh skor sebesar 105 atau berada di atas skor yang dipersyaratkan, sementara kabupaten Nias memperoleh skor sebesar 105. karena skor minimal yang dipersyaratkan 90, maka pemekaran kabupaten Nias dilihat dari kabupaten induk dapat dilaksanakan. Kriteria lain-lain yang dilihat dari indikator keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan, maupun rentang kendali, kedua daerah memiliki syarat sebagai daerah otonom. Adapun dilihat dari perolehan skor untuk calon Kabupaten Nias Utara memperoleh skor 90 sehingga berada di atas skor yang dipersyaratkan, sedangkan Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperoleh skor sebesar sebesar 95, berada di atas skor yang dipersyaratkan yaitu sebesar 75. 65 Kota Gunungsitoli Dari kriteria kemampuan ekonomi, yang diukur dari PDRB dan Laju Pertumbuhan ekonomi serta Pendapatan Asli Daerah, untuk calon kota Gunungsitoli memperoleh skor 400 dan Kabupaten Nias memperoleh skor 425 yang berarti kedua wilayah tersebut masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan sebesar 450. maka dengan demikian, pemekaran Kabupaten Nias untuk membentuk Kota Gunungsitoli belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nias secara ekonomi memberi dampak penurunan, yang berpengaruh secara signifikan apabila Kota gunungsitoli tersebut terlepas dari Kabupaten induk Nias, hal ini dari skor yang diperoleh Kabupatren Nias akan ditinggalkan masih berada di bawah skor yang dipersyaratkan. Demikian juga halnya calon daerah Kota Gunungsitoli yang belum memiliki kemampuan ekonomi yang diharapkan dapat menopang satutusnya sebagai daerah otonom baru, hal ini dapat dilihat dengan perolehan skor yang masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan untuk calon Kota gunungsitoli artinya pembentukan Kota Gunungsitoli belum memenuhi kriteria. kriteria kemampuan ekonomi ini didukung oleh keadaan laju pertumbuhan ekonomi, yang mengalami grafik pasang surut setiap tahunnya dan berada pada posisi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Demikian halnya rendahnya PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto) yang memberi dampak negatif kepada angka PDRB perkapita di Kabupaten Nias dibandingkan seluruh rata-rata Kabupaten/kota di Provinsi Sumetra Utara. Demikian juga kemampuan ekonomi tersebut belum didukung oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang belum begitu menunjukkan angka yang cukup besar. Sehingga dengan keadaan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB belum dapat membantu dalam meningkatkan PAD, yang mengindikasikan bahwa dari sisi kemampuan ekonomi 65
Laporan Akhir Pengkajian Pemekaran Kabupaten Nias dalam Rangka Pembentukan Kabupaten Nias Utara. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
pembentukan Calon Kota Gunungsitoli terlepas adri Kabupaten Nias belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Ditinjau dari kriteria Potensi Daerah, skor minimal yang dipersyaratkan adalah 1.380, sementara perilehan skor untuk calon kota Gunungsitoli berada diatas skore minimal yakni sebesar 1.580 dan Kabupaten Nias memperoleh skor 1.600. Dengan demikian, pemekaran Kabupaten Nias untuk membentuk Kota Gunungsitoli telah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, hal ini disebabkan potensi daerah tersebut cukup untuk membentuk suatu daerah otonom baru dengan perolehan skor di atas skor minimal baik untuk calon Kota Gunungsitoli maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan masih tetap memiliki potensi yang memadai. Artinya, pembentukan Kota Gunungsitoli didukung oleh potensi daerah yang memadai sesuai kriteria yang dipersyaratkan. Demikian juga potensi yang belum dimanfaatkan cukup potensial di Kota Gunungsitoli, memberikan dampak positif dalam pembentukan daerah otonom baru. Dengan demikian, dilihat dari kriteria potensi daerah, diperkirakan kedua daerah akan mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada di kedua daerah, sehingga pada gilirannya dapat saling bersinergi meningkatkan kemampuan untuk memberikan tambahan penghasilan bagi kedua daerah. Dari kriteria Sosial budaya, yang diukur dari sarana peribadatan, tempat pertunjukkan seni, panti sosial dan sarana olah raga, skor yang diperoleh untuk calon Kota Gunungsitoli sebesar 140 atau berada di atas baras minimal skor yang dipersyaratkan yakni sebesar 120, demikian juga Kabupaten Nias juga memperoleh skor 140 atau berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa dari criteria social buadaya yang ditinjau dari aspek keagamaan, kesenian, dan kegiatan social, serta fasilitas olahraga menunjukkan di daerah calon Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias sudah memiliki sarana peribadatan, dan fasilitas berolahraga yang memadai, dimana ketersediaan fasilitas ini diperuntukkan bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial budayanya. Kriteria Sosial politik, yang diukur dari partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dan jumlah organisasi kemasyarakatan. Untuk calon Kota Gunungsitoli memperoleh skor 90 dan Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperoleh skor 80, sedangkan skor minimal yang dipersyaratkan 60. dengan demikian, sudah selayaknya pemekaran kabupaten Nias u8ntuk membentuk Kota Gunungsitoli , hal ini menunjukkan bahwa tungkat partisipasi masyarakat dalam berpolitik di kedua daerah tersebut sudah cukup baik. Mengenai hal tersebut dapat dilihat dengan perolehan skor masing-masing berada di atas minimal yang dipersyaratkan baik untuk calon kota Gunungsitoli maupun Kabupaten Nias yang akan ditinggalkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di kedua daerah, baik untuk calon Kota Gunungsitoli maupun Kabupaten Nias telah terpenuhi saluran politik sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. Dilihat dari indikator jumlah penduduk, persyaratan skor minimal untuk pembentukan kabupaten padsa sub indikator jumlah penduduk yakni sebesar 60 dan skor minimal pada sub indikator jumlah penduduk kota adalah sebesar 105. Sementara skor jumlah penduduk calon Kota Gunungsitoli adalah 120 yang berarti berada di atas minimal skor yang dipersyaratkan. Perolehan skor untuk calon Kota Gunungsitoli ini didukung dengan jumlah penduduk sebanyak 116.433 jiwa atau mencapai 26 % . Sedangkan perolehan skor untuk Kabupaten Nias dari sub indicator jumlah penduduk ini mempeoleh skor sebesar 75 atau berada di atas Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
skor minimal yang dipersyaratkan untuk sebuah daerah kabupaten. Sebelum dimekarkan jumlah penduduk Kabupaten Nias adalah sebesar 442.020 jiwa. Dilihat dari indikator luas wilayah, kabupaten Nias (sebelum pemekaran) dengan luas wilayah seluas 3.495,40 Km2. setelah dimekarkan luas Kabupaten Nias induk menjadi 958,58 Km2 atau masih 27 % dari total luas wilayah sebelum dimekarkan. Untuk calon Kabupaten Kota Gunungsitoli memiliki skor 105, dan skor minimal yang dipersyartkan adalah 90, maka dengan demikian pemekaran Kabupaten Nias dilihat dari sisi Luas Kabupaten dapat dilaksanakan. Kriteria lain-lain, yang dilihat dari indikator keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan pra sarana pemerintahan, maupun rentang kendali, kedua daerah memiliki syarat sebagai daerah otonom. Adapun dilihat dari perolehan skor untuk calon kota Gunungsitoli memperoleh skor 100 sehingga berada di atas skor yang dipersyaratkan, sedangkan kabupaten Nias yang akan ditinggalkan memperolh skor sebesar 95. sehingga masih tetap berada di atas skor minimal yang dipersyaratkan yaitu 75. Secara keseluruhan, skor untuk calon Kota gunungsitoli adalah sebesar 2.535 sedangkan skor untuk Kabupaten Nias adalah sebesar 2.520. dengan demikian, baik skor untuk calon Kota Gunungsitoli mapun skor untuk Kabupaten Nias berada lebih tinggi dari skor minimal kelulusan untuk pembentukan kota baru, maka pembentukan kota Gunungsitoli secara teknis layak untuk mrnjadi daerah otonomi sendiri. 66
1. Kemampuan Ekonomi Kemampuan ekonomi merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung di suatu Daerah Provinsi, Kabupaten/kota yang adapt diukur dari: a. Broduk Domestik Regional Bruto (PDRB). b. Penerimaan daerah sendiri. Untuk melihat kemampuan ekonomi dalam pemekaran Kabupaten Nias dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 04 PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN NIAS ADHB DAN ADHK 2000 TAHUN 2004 – 2006 Atas dasar Harga Berlaku
Tahun
PDRB (Juta Rp.)
Indeks Perkembangan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 PDRB (Juta RP.)
Indeks Perkembangan
66
Laporan Akhir Pengkajian Pemekaran Kabupaten Nias dalam rangka Pembentukan Kota Gunungsitoli. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2004 2005 2006
2.106.529,78 2.412.961,43 2.710.471,62
13,71 14,55 12,33
1.610.824,57 1.557.129,03 1.629.310,36
5,13 (3,33) 4,64
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 05 PDRB Provinsi Sumatera Utara ADHB Menurut Kabupaten/Kota, 2004-2006 (Milyar Rupiah) KABUPATEN/KOTA 2004 Nias 2.106,53 Mandailing natal 1.791,73 Tapanuli Selatan 3.420,34 Tapanuli Tengah 1.153,71 Tapanuli Utara 1.746,63 Toba Samosir 1.748,17 Labuhan Batu 9.433,93 Asahan 14.517,68 Simalungun 5.578,94 Dairi 2.054,75 Karo 3.270,31 Deli Serdang 15.872,39 Langkat 7.361,46 Nias Selatan 1.341,98 Humbang Hasundutan 1.116,11 Pakpak Barat 169,51 Samosir 1.014,14 Serdang Bedagai 4.508,35 Batubara na Kota Sibolga 718,60 Kota Tanjung Balai 1.574,15 Kota Pematang Siantar 2.514,46 Kota Tebing Tinggi 1.091,22 Kota Medan 33.115,35 Kota Binjai 2.100,16 Kota Padang Sidimpuan 989,80 Provinsi Sumatera Utara 118.100,51 Rata-rata Kabupaten/kota 4.812,42 Rata-rata Kabupaten tanpa kota 4.344,81 (Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2007)
2005 2.412,96 2.000,00 3.678,65 1.294,34 2.155,28 1.895,77 10.918,37 15.527,79 6.256,96 2.303,59 3.683,02 19.136,23 8.463,45 1.458,64 1.380,38 188,49 1.101,10 5.059,77 na 826,27 1.763,00 2.662,90 1.255,43 42.792,45 2.494,77 1.141,15 139.618,31 5.674,03 4.939,71
2006 2.710,47 2.260,84 4.064,28 1.445,64 2.418,46 2.082,10 12.564,46 16.648,38 6.843,96 2.552,75 3.978,80 21.800,42 9.579,48 1.548,83 1.535,58 207,59 1.196,46 5.684,32 931,52 1.972,65 2.865,62 1.417,74 49.056,86 2.889,99 1.318,27 160.033,72 6.383,02 5.506,82
TABEL 06 PDRB Per Kapita di Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota, 2004-2006 (rupiah) KABUPATEN/KOTA
2004
2005
2006
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Nias Mandailing natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batubara Kota Sibolga Kota Tanjung Balai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Medan Kota Binjai Kota Padang Sidimpuan
4.861.036 4.726.961 5.427.688 4.143.009 6.838.788 11.104.905 10.102.015 14.357.987 6.812.099 7.928.545 10.472.094 10.536.241 7.705.527 4.746.768 7.317.822 4.947.713 7.798.829 7.850.009 na 8.235.156 10.547.967 11.050.093 8.120.264 16.469.758 9.043.204 6.504.332
5.461.574 5.179.346 5.869.857 4.573.080 8.412.454 11.947.356 11.471.610 15.158.399 7.574.084 8.816.326 11.647.499 12.191.491 8.721.314 5.060.626 9.022.287 5.456.927 8.400.675 8.602.475 na 9.313.593 11.536.909 11.553.355 9.253.513 21.015.993 10.486.444 6.429.077
6.132.025 5.464.263 6.459.317 4.853.699 9.430.734 12.311.684 12.727.925 16.030.346 8.135.965 9.538.398 11.615.077 13.340.810 9.448.626 5.714.691 10.052.446 5.961.444 9.156.947 9.385.791 na 10.131.747 12.606.793 12.174.850 10.276.543 23.665.258 11.831.812 7.248.641
Provinsi Sumatera Utara 9.741.566 Rata-rata Kabupaten/kota 8.299.473 Rata-rata Kabupaten tanpa kota 7.639.781 (Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2007)
11.326.516 9.326.251 8.531.521
12.657.397 10.147.833 9.208.899
TABEL 07 Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara ADHK 2000 Menurut Kabupaten /kota, 2004-2006 KABUPATEN/KOTA Nias Mandailing natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi
2004 5,13 5,47 3,15 5,70 16,04 3,80 4,94 2,72 5,83 3,32
2005 3,33 5,86 3,38 5,63 5,04 4,95 4,14 3,00 3,11 5,34
2006 4,64 6,12 4,66 5,03 5,44 5,11 5,01 4,44 4,21 4,28
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Karo 4,08 Deli Serdang 1,01 Langkat 7,16 Nias Selatan 5,71 Humbang Hasundutan 6,66 Pakpak Barat 6,57 Samosir 6,05 Serdang Bedagai na Batubara 4,76 Kota Sibolga 5,59 Kota Tanjung Balai 3,83 Kota Pematang Siantar 5,53 Kota Tebing Tinggi 7,29 Kota Medan 8,17 Kota Binjai 4,63 Kota Padang Sidimpuan 4,63 Provinsi Sumatera Utara 5,74 Rata-rata Kabupaten/kota 4,25 Rata-rata Kabupaten tanpa kota 3,67 (Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2007)
4,70 4,97 3,47 2,12 5,65 5,92 3,42 5,91 na 4,01 4,11 5,48 4,39 6,98 5,28 4,91 5,48 4,16 3,82
4,96 5,26 2,84 3,29 5,77 5,66 3,64 6,22 na 4,92 3,54 5,98 5,35 7,77 5,32 5,48 6,18 5,00 4,81
TABEL 08 LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN NIAS ADHK 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004-2006 (PERSENTASE)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
LAPANGAN PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEU.PERSEW.DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA PDRB
2004 3,62 9,38 3,65 4,06 11,14 4,30 8,83 9,21 4,41
2005 (2,57) 0,05 (3,89) (13,36) (16,51) 1,84 1,53 (13,78) (6,68)
2006 3,12 9,44 7,30 8,20 7,71 3,94 9,86 9,67 3,49
5,13
(3,33)
4,46
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 09 PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN NIAS ADHK 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004-2006 (JUTA RUPIAH) LAPANGAN 1.PERTANIAN 2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 4.LISTRIK DAN AIR BERSIH 5.BANGUNAN 6.PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
2004 865.564,62 57.168,24 41.769,56 9.780,41 174.382,98 458.889,04 145.387,95
2005 1.078.416,07 61.194,71 40.721,65 8.860,85 161.336,28 485.074,93 195.501,68
2006 1.205.293,. 4368.241,08 44.171,15 9.716,28 212.670,91 512.690,03 223.965,33
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
8.KEU.PERSEW.DAN JASA PERUSAHAAN 9.JASA-JASA PDRB
106.096,16 247.490,80
115.204,34 266.830,91
144.073,09 289.650,31
2.106.529,78
2.412.961,43
2.710.471,62
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 10 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN NIAS ADHK 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004-2006(PERSENTASE) LAPANGAN 1.PERTANIAN 2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 4.LISTRIK DAN AIR BERSIH 5.BANGUNAN 6.PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.KEU.PERSEW.DAN JASA PERUSAHAAN 9.JASA-JASA PDRB
2004 41,09 2,71 1,98 0,46 8,28 21,78 6,90 5,04 11,75 100,00
2005 44,69 2,54 1,69 0,37 6,69 20,10 8,10 4,77 11,06 100,01
2006 44,47 2,52 1,63 0,36 7,85 18,92 8,26 5,32 1069 100,00
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007
TABEL 11 PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN NIAS ADHK 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004-2006(JUTA RUPIAH) LAPANGAN 1.PERTANIAN 2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 4.LISTRIK DAN AIR BERSIH 5.BANGUNAN 6.PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.KEU.PERSEW.DAN JASA PERUSAHAAN 9.JASA-JASA PDRB
2004 655.020,51 36.468,32 30.182,81 4.386,60 127,742,65 392.112,69 100.965,47 72.761,99 191.183,52
2005 638.198,19 36.486,12 29.009,14 3.800,44 106.654,36 399.330,19 102.508,67 62.735,60 178.406,33
2006 658.121,83 39.903,78 31.127,96 4.111,96 114.877,25 415.079,67 11.261,68 688.048,66 184.639,58
1.610.824,57
1.557.129,03
1.629.310,36
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 12 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN NIAS ADHK 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004-2006(PERSENTASE) LAPANGAN 1.PERTANIAN 2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 4.LISTRIK DAN AIR BERSIH 5.BANGUNAN 6.PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.KEU.PERSEW.DAN JASA PERUSAHAAN 9.JASA-JASA PDRB
2004 40,66 2,26 1,87 0,27 7,93 24,34 6,27 4,52 11,87
2005 40,99 2,34 1,86 0,24 6,85 25,65 6,58 4,03 11,46
2006 30,65 1,86 1,45 0,19 5,35 19,33 0,52 32,04 6,80
100,00
100,00
100,00
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 13 PDRB PROVINSI SUMATRA UTARA MENURUT KABUPATEN/KOTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU (ADHB)DAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN(ADHK)2000,TAHUN 2006 ADHB KABUPATEN/KOTA NIAS MANDAILING NATAL TAPANULI SELATAN TAPANULI TENGAH TAPANULI UTARA TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU ASAHAN SIMALUNGUN DAIRI KARO DELI SERDANG LANGKAT NIAS SELATAN HUMBANG HASUNDUTAN PAKPAK BHARAT SAMOSIR SERDANG BEDAGAI BATUBARA KOTA SIBOLGA KOTA TANJUNG BALAI KOTA PEMATANG SIANTAR KOTA TEBING TINGGI KOTA MEDAN KOTA BINJAI KOTA PADANG SIDEMPUAN Provinsi Sumatra utara
PDRB 2.710,47 2.260,84 4.064,28 1.445,64 2.418,48 2.082,10 12.564,46 16.648,38 6.843,96 2.552,75 3.978,80 21.800,42 9.579,48 1.548,83 1.535,58 207,59 1.196,46 5.684,32 na 931,52 1.972,65 2.865,62 1.417,74 49.056,86 2.889,99 1.318,27 160.033,72
Persen (%) 1,70 1,42 2,55 0,91 1,52 1,30 7,87 10,43 4,29 1,60 2,49 13,66 6,00 0,97 0,96 0,13 0,.75 3,56 na 0,58 1,24 1,80 0,89 30,74 1,81 0,83 100,00
ADHB 2000 Persen PDRB (%) 1.629,31 1,73 1.583,39 1,68 2.705,25 2,88 936,00 1,00 1.299,38 1,38 1.422,30 1,51 7.361,83 7,83 10.202,23 10,85 4.556,30 4,85 1.704,13 1,81 2.729,61 2,90 11.577,51 12,31 5.886,69 6,26 1.033,42 1,10 807,46 0,86 130.09 0,14 868,59 0,92 3.590,14 3,82 na na 589,40 0,63 1.181,69 1,26 1.748,63 1,86 923,32 0,98 27.210,12 28,94 1.613,44 1,72 742.01 0,79 93.330,011 100,00
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
(Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2007) TABEL 14 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPAATEN NIAS,TAHUN ANGGARAN 2005 (dalam jutaan rupiah) KODE
URAIAN
JUMLAH
1 1.1
PENDAPATAN Pendapatan asli daerah
1.1.1 1.1.2 1.1.4
Pajak daerah Retribusi daerah Lain-lain pendapatan asli daerah
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4
Dana perimbangan Bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak Dana Alokasi umum Dana Alokasi Khusus Bagi hasil Pajak dan bantuan keuangan dari provinsi
212.095.37 11.550.70 172.962.00 14.903.65 12.679.03
1.3 1.3.1
Lain-lain pendapatan yang sah Lain-lain pendapatan ynag sah
19.171.11 19.171.11
2 2.1 2.1.1 2.1.1.1 2.1.1.2 2.1.1.3 2.1.1.4 2.1.2 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.2.3 2.1.2.4 2.1.3 2.2 2.2.1 2.2.1.1 2.2.1.2 2.2.1.4
BELANJA Aparatur daerah Belanja administrasi umum Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja operasional dan pemeliharaan Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja modal Pelayanan public Belanja administrasi umum Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa Belanja pemeliharaan
258.726,28 174.950,40 147.920,21 128.424,12 10.364,94 6.515,45 2.615,70 16.448,46 5.104,75 4.872,86 3.409,17 3.061,69 10.581.73 83.775.88 1.574.96 163.80 1.391.01 20.14
KODE 2.2.2 2.2.2.1 2.2.2.2 2.2.2.3 2.2.2.4 2.2.3 2.2.4 2.2.5
URAIAN Belanja operasional dan pemeliharaan belanja pegawai/personilia belanja barang dan jasa belanja perjalanan dinas belanja pemeliharaan Belanja modal belanja bagi hasil dan bantuan keuangan belanja tidak tersangka Surplus/(defisit)
237.964.91 6.698.43 2.786.15 2.792.59 1.119.69
JUMLAH 53.762,98 7.035,73 8.962,04 916,55 36.848,66 66.076,40 26.585,85 3.932,27 (14.057,46)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
3 3.1 3.2
PEMBIAYAAN Penerimaan daerah Pengeluaran daerah
14.057,46 26.682,46 12.625,00
(Sumber: Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2005).
TABEL 15 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPAATEN NIAS,TAHUN ANGGARAN 2006 (dalam jutaan rupiah) KODE
URAIAN
JUMLAH 394.827,15
1 1.1
PENDAPATAN Pendapatan asli daerah
13.663,19
1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4
Pajak daerah Retribusi daerah Bag.laba BUMN/BUMD dan investasi lainnya Lain-lain pendapatan asli daerah
5.002,57 4.531,56 1.250,00 2.879,07
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4
Dana perimbangan Bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak Dana Alokasi umum Dana Alokasi Khusus Bagi hasil Pajak dan bantuan keuangan dari provinsi
1.3 1.3.1
Lain-lain pendapatan yang sah Lain-lain pendapatan ynag sah
2 2.1 2.1.1 2.1.1.1 2.1.1.2 2.1.1.3 2.1.1.4 2.1.2 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.2.3 2.1.2.4 2.1.3 2.2 2.2.1 2.2.1.1 2.2.1.2
BELANJA Aparatur daerah Belanja administrasi umum Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja operasional dan pemeliharaan Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa Belanja perjalanan dinas Belanja pemeliharaan Belanja modal Pelayanan public Belanja administrasi umum Belanja pegawai/personalia Belanja barang dan jasa
376.694,44 16.180,79 315.773,00 32.290,10 12.450,56 4.469,52 4.469,52 408.884,62 255.613,76 210.987,68 181.272,52 16.079,41 9.489,03 4.146,72 29.731,03 9.173,85 10.953,21 6.810,09 2.793,87 14.895,05 153.270,85 2.913,35 319,71 2.593,64
(Sumber: Peraturan daerah Nomor 01 Tahun 2006).
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 16 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN NIAS, TAHUN ANGGARAN 2007 (dalam jutaan rupiah)
KODE
URAIAN
JUMLAH
1 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4
PENDAPATAN Pendapatan asli daerah Pajak daerah Retribusi daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan daerah yang sah Hibah Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau pemda lainnya
476.335,18 163.054,31 4.530,28 6.703,10 1.250,00 3.570,92 431.167,46 24.038,36 343.779,00 63.350,10 29.113,41 5.050,40 14.967,56 2.000,00 7.095,45
2 2.1 2.1.1 2.1.3 2.1.5
BELANJA Belanja tidak langsung Belanja pegawai Belanja susidi Balenja bantuan sosial Belanja bantuan keuangan kpd Prov/kab/kota dan desa Belanja tidak terduga Belanja lansung Belanja pegawai Belanja barang dan jasa Belanja modal
587.895,02 203.146,99 186.388,25 1.215,00 9.365,20 4.477,80 1.700,74 384.748,04 41.609,02 147.741,42 195.397,60
2.1.7 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3
Surplus/ (Defisit) 3 3.1 3.2
PEMBIAYAAN DAERAH Pemerimaan pembiayaan Pengeluaran pembiayan
(111.559,84) 111.559,84 119.059,84 7.500,00
(Sumber: Peraturan daerah Nomor 08 Tahun 2007). TABEL 17 RASIO PAD TERHADAP KABUPATEN NIAS TAHUN 2005-2006 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
NO 1 2
TAHUN
URAIAN
2005
PAD PDRB
6.698,43 2.412.960,00 0,0028
RASIO
2006 13.663,19 2.710.470,00 0,0050
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
TABEL 18 Dana Alokasi Umum (DAU) Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2001-2007 (dalam juta rupiah) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Kabupaten/Kota Asahan Dairi Deli serdang Tanah Karo Labuhan Batu Langkat Mandailing Natal Nias Simalungun Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Kota Binjai Kota Medan Kota Pematang Siantar Kota sibolga Kota Tanjungbalai Kota Tebing tinggi Kota Padang sidempuan Pakpak Barat Nias Selatan Humbang Hasundutan Serdang Bedagai Samosir Jumlah
2001 206.140 102.970 335.180 92.490 173.630 200.700 132.040 191.400 260.300 226.000 105.450 178.420 119.470 114.600 266.810 95.200
2002 233.550 132.130 395.280 142.470 218.440 238.840 140.420 205.770 276.260 246.170 122.530 207.840 141.910 128.830 341.030 125.380
2003 271.030 151.430 470.670 173.460 263.300 269.480 165.890 216.760 299.970 243.620 129.090 208.640 156.550 132.050 396.670 135.730
2004 274.447 131.494 485.416 179.845 268.172 173.583 168.144 155.786 299.970 252.889 134.817 139.276 159.848 132.050 404.990 140.229
2005 292.231 138.511 330.429 194.397 286.548 293.755 183.019 172.962 313.639 265.560 153.475 149.607 108.378 140.594 426.572 149.682
2006 493.23617 272.430 637.495 334.102 471.211 484.070 298.969 315.773 528.358 455.036 226.435 286.227 210.442 226.847 574.568 251.255
2007 546.637 304.080 708.480 373.637 536.778 545.650 338.364 243.779 586.985 501.085 259.019 320.942 239.982 254.241 748.707 278.407
40.270 46.400 70.660 -
82.510 99.960 105.760 70.300
89.280 103.860 106.360 101.660
93.121 103.860 110.041 110.115
101.569 106.177 114.202 128.044
163.031 174.380 179.085 200.749
184.634 197.642 200.708 225.865
-
-
-
25.942 66.466 71.368
43.399 82.051 83.584
127.756 194.107 199.863
145.900 231.315 234.493
2.958.430
3.655.380
4.085.500
4.181.824
188.714 62.082 4.509.180
303.501 184.943 7.793.870
344.516 202.774 8.854.620
(Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2007) Berdasarkan data-data tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa Pemekaran Kabupaten Nias belum memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nias secara ekonomi memberi dampak penurunan, yang berpengaruh secara signifikan apabila Kota gunungsitoli, Nias Utara, dan Nias Barat tersebut terlepas dari Kabupaten induk Nias, hal ini dari skor yang diperoleh Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kabupatren Nias akan ditinggalkan masih berada di bawah skor yang dipersyaratkan. Demikian juga halnya Kabupaten Nias Barat yang belum memiliki kemampuan ekonomi yang diharapkan dapat menopang satutusnya sebagai daerah otonom baru, hal ini dapat dilihat dengan perolehan skor yang masih berada di bawah skor minimal yang dipersyaratkan atau belum memenuhi kriteria. 2. Potensi Daerah. Potensi Daerah merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat dilaksanakan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur dari: a. Lembaga Keuangan. b. Sarana Ekonomi. c. Sarana Pendidikan. d. Sarana Kesehatan. e. Sarana Transportasi dan Komunikasi. f. Sarana Pariwisata. g. Ketenagakerjaan.
Data-data yang dapat kita gunakan untuk meliht apakah Pembentukan Kabupaten Nias barat telah memenuhi syarat potensi daerah atau tidak:
TABEL 19 RASIO BANK PER-10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Jumlah Penduduk 75.707
Rasio Calon Kabupaten Rasio kab. Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Bank -
Rasio (x) -
1
0.079
TABEL 20 RASIO BUKAN BANK PER 10.000 PENDUDUK Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
No
Kecamatan
Rasio Calon Kota Rasio kab. Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk 75.707 126.991
Jumlah Bank
Rasio (x) 1,585 5,591
12 71
TABEL 21 RASIO KELOMPOK PERTOKOAN PER 10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Rasio Penduduk Pertokoan (x) Rasio Calon 75.707 Kabupaten Rasio kab. Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 22 RASIO PASAR PER 10.000 PENDUDUK NO
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PASAR
RASIO (X)
13.235 8.790 7.841 17.963 6.912 8.733 6937 5.296 75.707
2 1 4 1 8
1,511 1,138 2,227 1,145 1,057
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
2 1 1 2 2 2 10
0,859 0,440 0,930 0,656 2,103 N/A 0,787
Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o Mandrehe utara Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi RASIO KAB.INDUK
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 23 RASIO SEKOLAH DASAR PER PENDUDUK USIA SD NO
Kecamatan
Rasio
calon
Jumlah Usia 7-12 th 15.150
Jumlah sekolah SD 77
Rasio (x) 0,0051
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
kabupaten Rasio kab.induk 21.465 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
112
0,0052
TABEL 24 RASIO SEKOLAH SLTP PER PENDUDUK USIA SLTP NO
Kecamatan
Jumlah Usia 13-15th 6.638
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 6.994 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SLTP 18
Rasio (x) 0,0029
13
0,0019
TABEL 25 RASIO SEKOLAH SLTAPER PENDUDUK USIA SLTA NO
Kecamatan
Jumlah Usia 16-18th 6.727
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 6.646 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SLTA 13
Rasio (x) 0,0019
5
0,0005
TABEL 26 RASIO PENDUDUK USIA PERGURUAN TINGGI PER PENDUDUK 19 TH KE ATAS NO Kecamatan Jumlah Jumlah Rasio Usia Usia (x) Di atas 19 19-24 Rasio calon 36.900 7.993 0,2166 kabupaten Rasio kab.induk 61.201 11.139 0,1820 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH FASILITAS
RASIO (X)
TABEL 27 RASIO FASILITAS KESEHATAN 10.000 PENDUDUK
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
KESEHATAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o Mandrehe utara Ulu maro’o
Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
13.235 8.790 7.841 17.963 6.912 8.733 6937 5.296
3 5 3 2 3 3 2 1
2,267 5,688 3,826 1,113 4,340 3,435 2,883 1,888
75.707
22
2,906
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
4 8 2 6 3 2 4 1 3 33
1,717 3,518 1,859 1,967 3,032 3,552 4,207 1,396 4,001 2,599
TABEL 28 RASIO TENAGA MEDIS PER 10.000 PENDUDUK
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5
KECAMATAN
Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o Mandrehe utara Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
13.235 8.790 7.841 17.963 6.912 8.733 6937 5.296 75.707
11 16 28 55
8,311 18,203 15,588 -
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895
17 16 39 -
7,298 7,035 12,786 -
7,265
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
6 7 8 9
Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
31 103
32,601 8,111
TABEL 29 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 2,3 ATAU PERAHU MOTOR
NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah RT pemilik Kend.motor Roda 2,3
Rasio (x)
Rasio calon kabupaten
13.712
2.113
15,410
21.913
3.618
16,511
Rasio kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
TABEL 30 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 ATAU LEBIH ATAU KAPAL MOTOR NO Kecamatan Jumlah Jumlah RT Rasio Rumah Pemilik Kend. (X) Tangga Motor Roda 4/ KM Rasio calon kabupaten 13.712 134 0,977 Rasio kab.induk 21.913 229 1,045 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 31 PERSENTASE PELANGGAN TELPON TERHADAP JUMLAH RUMAH TANGGA NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kabupaten 13.712 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Rumah tangga Pelanggan telpon -
Rasio (x)
-
TABEL 32 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PERSENTASE PELANGGAN LISTRIK TERHADAP JUMLAH RUMAHTANGGA NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah calon kabupaten Jumlah kab.induk
8 9
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 33 RASIO KANTRO POS TERMASUK JASA-JASA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Rasio calon kabupaten 75.707 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Kantor Pos 2 4
Rasio (x) 0,264 0,315
TABEL 34 RASIO PANJANG JALAN TERGHADAP JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR
NO
Kecamatan
Jumlah Kendaraan bermotor 2,247
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 3.847 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Panjang jalan 542
Rasio (x)
410
0,107
0,241
TABEL 35 JUMLAH HOTEL /AKOMODASI LAINNYA NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah calon kabupaten Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
1 3
TABEL 36 JUMLAH RESTORAN /RUMAH MAKAN NO
Kecamatan
Jumlah
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah calon kabupaten Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
8 9
TABEL 37 JUMLAH OBJEK WISATA NO 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KECAMATAN Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o Mandrehe utara Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi
X 33 61 82
176 12 10 34
20
Junlah Kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
76
TABEL 38 PERSENTASE PEKERJA YANG BERPENDIDIKAN MINIMAL SLTA TERHADAP USIA 18 TAHUN KE ATAS NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun 38.686
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Pekerja Berpendidikan SLTA 4.009
Rasio (x)
10,363
6.863
10,764
TABEL 39 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun 38.686
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Pekerja/ mencari 35.287
Rasio (x)
91,214
66.671
104,572
TABEL 40 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA
NO
Kecamatan
Jumlah Angkatan kerja
Rasio calon 43.643 kabupaten Rasio kab.induk 73.003 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Yang bekerja 43.454
Rasio (x)
99,567
63.780
87,366
TABEL 41 RASIO PEGAWAI NEGRI SIPIL PER 10.000 PENDUDUK NO
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
KECAMATAN
Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o Mandrehe utara Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
13.235 8.790 7.841 17.963 6.912 8.733 6937 5.296 75.707
165 235 12 448 8 12 7 8 895
124,669 267,349 15,304 249,402 11,574 13,741 10,091 15,106 118,219
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163
213 123 7 419 7 8 301 7
91,444 54,083 6,508 137,368 7,074 14,207 316,542 9,772
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
9
Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
7.499 126.991
9 1.094
12,002 86,148
Untuk melihat apakah kabupaten Nias Utara telah memenuhi syarat Potensi daerah dapat kita lihat pada data berikut ini: TABEL 42 RASIO BANK PER-10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Bank Penduduk Rasio Calon 122.889 Kabupaten Rasio kab. Induk 126.991 1 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Rasio (x) 0.079
TABEL 43 RASIO BUKAN BANK PER 10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Rasio Calon Kota Rasio kab. Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk 116.433 126.991
Jumlah Bank
Rasio (x) 5,411 5,591
63 71
TABEL 44 RASIO KELOMPOK PERTOKOAN PER 10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Rasio Penduduk Pertokoan (x) Rasio Calon 122.889 Kabupaten Rasio kab. Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 45 RASIO PASAR PER 10.000 PENDUDUK NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KECAMATAN Calon kabupaten Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PASAR
RASIO (X)
9.331 10.264 10.534 8.814 24.467 12.538 6.129 21.777 9.477 9.558
3 2 3 2 3 2 1 2 2 1
3,215 1,949 2,848 2,269 1,226 1,595 1,632 0,918 2,110 1,046
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rasio calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi RASIO KAB.INDUK
122.889
21
1,709
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
2 1 1 2 2 2 10
0,859 0,440 0,930 0,656 2,103 N/A 0,787
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 46 RASIO SEKOLAH DASAR PER PENDUDUK USIA SD NO
Kecamatan
Jumlah Usia 7-12 th 22.038
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 21.465 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SD 136
Rasio (x) 0,0062
112
0,0052
TABEL 47 RASIO SEKOLAH SLTP PER PENDUDUK USIA SLTP NO
Kecamatan
Jumlah Usia 13-15th 9.860
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 6.994 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SLTP 24
Rasio (x) 0,0024
13
0,0019
TABEL 48 RASIO SEKOLAH SLTA PER PENDUDUK USIA SLTA NO
Kecamatan
Jumlah Usia 16-18th 9.847
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 9.646 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SLTA 10
Rasio (x) 0,0010
5
0,0005
TABEL 49 RASIO PENDUDUK USIA PERGURUAN TINGGI PER PENDUDUK Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
19 TH KE ATAS NO
Kecamatan
Jumlah Usia Di atas 19 Rasio calon kabupaten 59.018 Rasio kab.induk 61.201 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Usia 19-24 16.966 11.139
Rasio (x) 0,2875 0,1820
TABEL 50 RASIO FASILITAS KESEHATN 10.000 PENDUDUK No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Fasilitas Kesehatan
Rasio (X)
9.331 10.264 10.534 8.814 24.467 12.538 6.129 21.777 9.477 9.558 122.889
2 5 5 3 7 5 5 6 7 2 47
2,143 4,871 4,747 3,404 2,861 3,988 8,158 2,755 7,386 2,092 3,825
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
4 8 2 6 3 2 4 1 3 33
1,717 3,518 1,859 1,967 3,032 3,552 4,207 1,396 4,001 2,599
Calon kabupaten
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur Rasio Calon Kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Rasio Kab.Kabupaten (Sumber: Nias dalam Angka, 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TABEL 51 RASIO TENAGA MEDIS PER 10.000 PENDUDUK NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
9.331 10.264
32 14
34,294 13,640
Calon kabupaten
1 2
Tuhemberua Lotu
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
3 4 5 6 7 8 9 10
Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur Rasio Calon Kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
10.534 8.814 24.467 12.538 6.129 21.777 9.477 9.558 122.889
25 13 21 12 117
10,218 10,368 9,643 12,662 9,521
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
17 16 39 31 103
7,298 7,035 12,786 32,601 8,111
TABEL 52 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 2,3 ATAU PERAHU MOTOR NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon 26.024 kabupaten Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah RT pemilik Kend.motor Roda 2,3 3.495
Rasio (x)
13,430
3.618
16,511
TABEL 53 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 ATAU LEBIH ATAU KAPAL MOTOR NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kabupaten 26.024 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah RT Pemilik Kend. Motor Roda 4/ KM 221 229
Rasio (X)
0,849 1,045
TABEL 54 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PERSENTASE PELANGGAN TELPON TERHADAP JUMLAH RUMAH TANGGA NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kabupaten 26.024 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Rumah tangga Pelanggan telpon -
Rasio (x)
-
TABEL 55 PERSENTASE PELANGGAN LISTRIK TERHADAP JUMLAH RUMAH TANGGA NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kabupaten 26.024 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Rumah tangga Pelanggan Listrik 1.028 1.165
Rasio (x)
3,950 5,316
TABEL 56 RASIO KANTRO POS TERMASUK JASA-JASA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Rasio calon kabupaten 122.889 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Kantor Pos 2 4
Rasio (x) 0,163 0,315
TABEL 57 RASIO PANJANG JALAN TERGHADAP JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR NO
Kecamatan
Jumlah Kendaraan bermotor 3,716
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 3.847 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Panjang jalan 1.003
Rasio (x)
410
0,107
0,270
TABEL 58 JUMLAH HOTEL /AKOMODASI LAINNYA NO
Kecamatan
Jumlah
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah calon kabupaten Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
1 3
TABEL 59 JUMLAH RESTORAN /RUMAH MAKAN NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah calon kabupaten Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
8 9
TABEL 60 JUMLAH OBJEK WISATA No.
KECAMATAN
(X)
Calon kabupaten
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 7 29 8 22 5 87 12 10 34 20 76
TABEL 61 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
PERSENTASE PEKERJA YANG BERPENDIDIKAN MINIMAL SLTA TERHADAP USIA 18 TAHUN KE ATAS NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun 38.686
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Pekerja Berpendidikan SLTA 6.629
Rasio (x)
10,782
6.863
10,764
TABEL 62 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun 61.482
Rasio calon kabupaten Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Pekerja/ mencari 58.507
Rasio (x)
95,161
66.671
104,572
TABEL 63 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA NO
Kecamatan
Jumlah Angkatan Kerja
Rasio calon 70.309 kabupaten Rasio kab.induk 73.003 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Yang bekerja 57.576
Rasio (x)
81,890
63.780
87,366
TABEL 64 RASIO PEGAWAI NEGRI SIPIL PER 10.000 PENDUDUK NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
9.331 10.264 10.534 8.814 24.467 12.538
376 129 11 10 279 100
402,958 125,682 10,442 11,346 114,031 79,758
Calon kabupaten
1 2 3 4 5 6
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
7 8 9 10
Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur RASIO CALON KABUPATEN Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
6.129 21.777 9.477 9.558 122.889
10 274 96 11 1.296
16,316 125,821 101,298 11,509 105,461
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
213 123 7 419 7 8 301 7 9 1.094
91,444 54,083 6,508 137,368 7,074 14,207 316,542 9,772 12,002 86,148
Untuk melihat apakah pembentukan Kota Gunungsitoli telah memenuhi syarat Potensi daerah atau tidak dapat kita lihat pada data berikut :
TABEL 65 RASIO BANK PER-10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Bank Penduduk Rasio Calon kota 116.433 6 Rasio kab. Induk 126.991 1 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Rasio (x) 0,515 0.079
TABEL 66 RASIO BUKAN BANK PER 10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Rasio Calon Kota Rasio kab. Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk 116.433 126.991
Jumlah Bank 63 71
Rasio (x) 5,411 5,591
TABEL 67 RASIO KELOMPOK PERTOKOAN PER 10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Rasio Penduduk Pertokoan (x) Rasio Calon Kota 116.433 20 1,718 Rasio kab. Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 68 RASIO PASAR PER 10.000 PENDUDUK NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PASAR
RASIO (X)
21.692 6.177 59.447 13.376 15.741
2 8 2
0,922 1,346 1,271
1 2 3 4 5
Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
116.433
12
1,031
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RASIO CALON KOTA Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499
2 1 1 2 2 2
0,859 0,440 0,930 0,656 2,103 N/A
RASIO KAB.INDUK
126.991
10
0,787
(Sumber: Nias dalam Angka, 2007). TABEL 69 RASIO SEKOLAH DASAR PER PENDUDUK USIA SD NO
Kecamatan
Jumlah Usia 7-12 th Rasio calon kota 10.518 Rasio kab.induk 21.465 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SD 96 112
Rasio (x) 0,0091 0,0052
TABEL 70 RASIO SEKOLAH SLTP PER PENDUDUK USIA SLTP NO
Kecamatan
Jumlah Usia 13-15th Rasio calon kota 8.375 Rasio kab.induk 6.994 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah sekolah SLTP 20 13
Rasio (x) 0,0024 0,0019
TABEL 71 RASIO SEKOLAH SLTA PER PENDUDUK USIA SLTA NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Rasio
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Usia 16-18th Rasio calon kota 6.610 Rasio kab.induk 9.646 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
sekolah SLTA 17 5
(x) 0,0026 0,0005
TABEL 72 RASIO PENDUDUK USIA PERGURUAN TINGGI PER PENDUDUK 19 TH KE ATAS NO
Kecamatan
Jumlah Usia Di atas 19 Rasio calon kota 60.820 Rasio kab.induk 61.201 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Usia 19-24 14.527 11.139
Rasio (x) 0,2389 0,1820
TABEL 73 RASIO FASILITAS KESEHATAN 10.000 PENDUDUK No.
1 2 3 4 5
Kecamatan
Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
Rasio Calon Kota Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Rasio Kab.Kabupaten (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk
Jumlah Fasilitas Kesehatan
Rasio (X)
21.692 6.177 59.447 13.376 15.741
3 1 8 6 2
1,383 1,619 1,346 4,486 1,271
166.433
20
1,718
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
4 8 2 6 3 2 4 1 3 33
1,717 3,518 1,859 1,967 3,032 3,552 4,207 1,396 4,001 2,599
TABEL 74 RASIO TENAGA MEDIS PER 10.000 PENDUDUK NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Rasio Calon Kota 116.433 Rasio kab. Induk 126,991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
74 103
6,356 8,111
TABEL 75 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 2,3 ATAU PERAHU MOTOR NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kota 19.539 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah RT pemilik Kend.motor Roda 2,3 3.299 3.618
Rasio (x)
6,838 16,511
TABEL 76 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI KENDARAAN BERMOTOR RODA 4 ATAU LEBIH ATAU KAPAL MOTOR NO Kecamatan Jumlah Jumlah RT Rasio Rumah Pemilik Kend. (X) Tangga Motor Roda 4/ KM Rasio calon kota 19.539 209 1,067 Rasio kab.induk 21.913 229 1,045 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 77 PERSENTASE PELANGGAN TELPON TERHADAP JUMLAH RUMAH TANGGA NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Rasio calon kota 19.539 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Rumah tangga Pelanggan telpon 1.959 -
Rasio (x)
9,998 -
TABEL 78 PERSENTASE PELANGGAN LISTRIK TERHADAP JUMLAH RUMAH TANGGA NO
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Rumah tangga Pelanggan Listrik
Rasio (x)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Rasio calon kota 19.539 Rasio kab.induk 21.913 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
4.113 1.165
20,992 5,316
TABEL 79 RASIO KANTRO POS TERMASUK JASA-JASA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Rasio calon kota 116.433 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Kantor Pos 1 4
Rasio (x) 0,086 0,315
TABEL 80 RASIO PANJANG JALAN TERGHADAP JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR
NO
Kecamatan
Jumlah Kendaraan bermotor Rasio calon kota 3.508 Rasio kab.induk 3.847 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Panjang jalan 472 410
Rasio (x) 0,135 0,107
TABEL 81 JUMLAH HOTEL /AKOMODASI LAINNYA NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah calon kota Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
6 3
TABEL 82 JUMLAH RESTORAN /RUMAH MAKAN NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah calon kota Jumlah kab.induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
12 9
TABEL 83 JUMLAH OBJEK WISATA No.
KECAMATAN Jumlah Calon kota
(X) 64
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
12 10 34 20 76
TABEL 84 PERSENTASE PEKERJA YANG BERPENDIDIKAN MINIMAL SLTA TERHADAP USIA 18 TAHUN KE ATAS NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun Rasio calon kota 63.359 Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Pekerja Berpendidikan SLTA 6.259 6.863
Rasio (x)
9,879 10,764
TABEL 85 TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA NO
Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia > 18 tahun Rasio calon kota 63.359 Rasio kab.induk 63.756 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Pekerja/ mencari 43.393 66.671
Rasio (x)
77,957 104,572
TABEL 86 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA NO
Kecamatan
Jumlah Angkatan kerja
Rasio calon kota 72.815 Rasio kab.induk 73.003 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Penduduk Yang bekerja 45.781 63.780
Rasio (x)
62,873 87,366
TABEL 87 RASIO PEGAWAI NEGRI SIPIL PER 10.000 PENDUDUK Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH TENAGA MEDIS
RASIO (X)
21.692 6.177 59.447 13.376 15.741 116.433
11 12 2.296 19 15 2.353
5,071 19,427 386,226 14,205 9,529 202,090
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
213 123 7 419 7 8 301 7 9 1.094
91,444 54,083 6,508 137,368 7,074 14,207 316,542 9,772 12,002 86,148
Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
1 2 3 4 5
RASIO CALON KOTA Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) 3. Sosial Budaya.
Sosial Budaya merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya masyarakat yang dapat diukur dari: a.
Tempat peribadatan.
b.
Tempat/ kegiatan institusi sosial dan budaya.
c.
Sarana olah raga.
Untuk melihat apakah pembentukan Kabupaten Nias Barat telah memenuhi syarat Sosial Budaya atau tidak, dapat kita lihat pada data berikut:
No
TABEL 88 RASIO SARANA PERIBADATAN PER 10.000 PENDUDUK Kecamatan Jumlah Jumlah Sarana Penduduk Ibadah
Rasio (X)
Calon kabupaten
1 2 3 4
Lolofitu Moi Sirombu Lahomi Mandrehe
13.325 8.790 7.841 17.963
193 95 174
145,825 108,077 98,866
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
5 6 7 8
Mandrehe Barat Maro’o Mandrehe Utara Ulu Maro’o RASIO CALON KABUPATEN Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
6.912 8.733 6.937 5.296 75.707
462
61,025
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
170 104 237 149 -
72,983 45,728 77,700 156,694 51,972
TABEL 89 RASIO TEMPAT PERTUJUKAN SENI PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon kabupaten 75.707 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Tempat p.seni 3 4
Rasio (x) 0,396 0315
TABEL 90 RASIO PANTI SOSIAL PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk Rasio calon kabupaten 75.707 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Panti asuhan -
Rasio (x) -
TABEL 91 RASIO FASILITAS LAPANGAN OLAH RAGA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon 75.707 kabupaten Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Lapangan Olah raga 9
Rasio (x)
9
0,709
1,189
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Nias Utara
No
TABEL 92 RASIO SARANA PERIBADATAN PER 10.000 PENDUDUK Kecamatan Jumlah Jumlah Sarana Rasio Penduduk Ibadah (X) Calon kabupaten
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur RASIO CALON KABUPATEN Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RASIO KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9.331 10.264 10.534 8.814 24.467 12.538 6.129 21.777 9.477 9.558 122.889
177 38 153 66 90 56 580
189,690 37,023 62,533 52,640 41,328 59,090 47,197
23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
170 104 237 149 -
72,983 45,728 77,700 156,694 51,972
TABEL 93 RASIO TEMPAT PERTUJUKAN SENI PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon kabupaten 122.889 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Tempat p.seni 4 4
Rasio (x) 0,325 0315
TABEL 194 RASIO PANTI SOSIAL PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Jumlah Panti asuhan
Rasio (x)
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Rasio calon kabupaten 122.889 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
3 -
0,244 -
TABEL 95 RASIO FASILITAS LAPANGAN OLAH RAGA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon 122.889 kabupaten Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Lapangan Olah raga 10
Rasio (x)
9
0,709
0.814
Kota Gunungsitoli TABEL 96 RASIO SARANA PERIBADATAN PER 10.000 PENDUDUK No Kecamatan Jumlah Jumlah Sarana Rasio Penduduk Ibadah (X) RASIO CALON KOTA 116.433 185 15,889 Kabupaten induk 1 Idanogawo 23.293 170 72,983 2 Bawolato 22.743 104 45,728 3 Ulugawo 10.756 4 Gido 30.502 237 77,700 5 Ma’u 9.895 6 Somolo-molo 5.631 7 Hiliduho 9.509 149 156,694 8 Hili serangkai 7.163 9 Botomuzoi 7.499 RASIO KAB.INDUK 126.991 51,972 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) TABEL 97 RASIO TEMPAT PERTUJUKAN SENI PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon kota 116.433 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Tempat p.seni 7 4
Rasio (x) 0,601 0315
TABEL 98 RASIO PANTI SOSIAL PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Rasio
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
penduduk Rasio calon kota 116.433 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Panti asuhan 7 -
(x) 0,601 -
TABEL 99 RASIO FASILITAS LAPANGAN OLAH RAGA PER 10.000 PENDUDUK NO
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio calon kota 116.433 Rasio kab.induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Lapangan Olah raga 10 9
Rasio (x) 0.859 0,709
4. Sosial Politik. Sosial Politik merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari: a. Partisipasi masyarakat. b. Organsisasi kemasyarakatan. Nias Barat TABEL 100 RASIO PENDUDUK YANG IKUT PEMILU TERHADAP PENDUDUK YANG MEMPUNYAI HAK PILIH NO Kecamatan
Jumlah peserta Jumlah penduduk pemilu ikut Rasio calon kabupaten 42.034 38.034 Rasio kab.induk 69.822 62.822 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Rasio (x) 0,905 0,900
TABEL 101 JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN NO KECAMATAN
JUMLAH
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Calon kabupaten 1 Lolofitu moi 2 Sirombu 3 Lahomi 4 Mandrehe 5 Mandrehe barat 6 Maro’o 7 Mandrehe utara 8 Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
8 17 25 17 14 10
9
50
Nias Utara TABEL 102 RASIO PENDUDUK YANG IKUT PEMILU TERHADAP PENDUDUK YANG MEMPUNYAI HAK PILIH NO Kecamatan
Jumlah peserta pemilu Rasio calon kabupaten 75.745 Rasio kab.induk 69.822 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah penduduk ikut 69.745 62.822
Rasio (x) 0,921 0,900
TABEL 103 JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN No
Kecamatan
JUMLAH
Calon kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa
10 6 11 14
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
9 10
Afulu Lahewa timur Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
4 45 17 14 10
9
50
Kota Gunungsitoli TABEL 104 RASIO PENDUDUK YANG IKUT PEMILU TERHADAP PENDUDUK YANG MEMPUNYAI HAK PILIH NO Kecamatan
Jumlah peserta pemilu Rasio calon kota 69.725 Rasio kab.induk 69.822 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah penduduk Ikut Pemilu 64.725 62.822
Rasio (x) 0,928 0,900
TABEL 105 JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN No
Kecamatan Jumlah calon kota Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
JUMLAH 28 17 14 10
9
50
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
5. Jumlah Penduduk. Nias Barat TABEL 106 JUMLAH PENDUDUK NO KECAMATAN Calon kabupaten 1 Lolofitu moi 2 Sirombu 3 Lahomi 4 Mandrehe 5 Mandrehe barat 6 Maro’o 7 Mandrehe utara 8 Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
JUMLAH 13.235 8.790 7.841 17.963 6.912 8.733 6.937 5.296 75.707 23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
Nias Utara TABEL 107 JUMLAH PENDUDUK No
Kecamatan
JUMLAH
Calon kabupaten
1 2 3 4 5 6 7
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi
9.331 10.264 10.534 8.814 24.467 12.538 6.129
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
8 9 10
Lahewa Afulu Lahewa timur Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
21.777 9.477 9.558 122.889 23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
Kota Gunungsitoli TABEL 108 JUMLAH PENDUDUK
No 1 2 3 4 5
Kecamatan Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
Jumlah calon kota Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi Jumlah kabupaten induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
JUMLAH 21.692 6.177 59.447 13.376 15.741 116.433 23.293 22.743 10.756 30.502 9.895 5.631 9.509 7.163 7.499 126.991
TABEL 109 JUMLAH PENDUDUK URBAN No 1 2
Calon kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa
-
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
3 4 5
Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara Jumlah Calon Kota (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
4.459 4.459
6. Luas Daerah Nias Barat TABEL 110 LUAS WILAYAH KESELURUHAN NO
KECAMATAN Calon kabupaten 1 Lolofitu moi 2 Sirombu 3 Lahomi 4 Mandrehe 5 Mandrehe barat 6 Maro’o 7 Mandrehe utara 8 Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi JUMLAH KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
JUMLAH 78,50 113,05 88,06 78,99 60,04 51,60 38,54 27,81 536,59 230,21 172,60 95,47 191,80 70,05 35,35 68,34 39,74 55,00 958,56
TABEL 111 LUAS WILAYAH EFEKTIF YANG DIMANFAATKAN No Kecamatan Jumlah (Km2) Jumlah Calon Kabupaten 422,80 Jumlah Kab. Induk 627,68 (Sumber : Nais dalam Angka, 2007) Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Nias Utara TABEL 112 LUAS WILAYAH KESELURUHAN NO
KECAMATAN
JUMLAH
Calon kabupaten
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi JUMLAH KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
55,40 109,28 78,72 90,33 335,55 149,45 92,25 222,97 144,11 202,31 1.480,37 230,21 172,60 95,47 191,80 70,05 35,35 68,34 39,74 55,00 958,56
TABEL 113 LUAS WILAYAH EFEKTIF YANG DIMANFAATKAN No
Kecamatan Calon Kabupaten Jumlah Kabupaten Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah (Km2) 1.136,36 627,68
Kota Gunungsitoli TABEL 114 LUAS WILAYAH KESELURUHAN NO 1 2 3
KECAMATAN Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli
JUMLAH (km2) 134,12 60,11
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
4 5
Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
Jumlah calon kota Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi JUMLAH KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
184,08 61,93 79,64 519,88 230,21 172,60 95,47 191,80 70,05 35,35 68,34 39,74 55,00 958,56
TABEL 115 LUAS WILAYAH EFEKTIF YANG DIMANFAATKAN No Kecamatan Calon Kota Jumlah Kabupaten Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah (Km2) 514,10 627,68
7. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggarannya otonomi daerah. Pertimbangan lain merupakan pertimbangan untuk terselenggaranya otonomi daerah yang dapat diukur dari: a. Kemanan dan ketertiban. b. Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan. c. Rentang Kendali. d. Propinsi yang akan dibentuk minimal terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan/ atau kota. e. Propinsi yang akan dibentuk minimal terdiri dari 3 (tiga) kabupaten dan/ atau kota. f. Kabupaten yang akan dibentuk minimal terdiri dari 3 (tiga) kecamatan. g. Kota yang akan dibentuk minimal terdiri dari 3 (tiga) kecamatan. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Nias Barat TABEL 116 ANGKA KRIMINALITAS PER 10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Rasio Calon kabupaten Rasio Kab. Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Korban Rasio Kriminalitas (X) 27 3,5664 90 7,0871
TABEL 117 RASIO GEDUNG YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MINIMAL GEDUNG PEMERINTAHAN No
Kecamatan
Jumlah Gedung Yg Dibutuhkan Calon 40
Rasio Kota Rasio Kab. 40 Induk (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah Gedung Yg Ada 14
Rasio (X) 0,350
14
0,350
TABEL 118 RASIO LAHAN YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MNIMAL SARANA PEMERINTAHAN No
Kecamatan
Rasio calon kabupaten Rasio Kab. Induk
Jumlah Kebutuhan Lahan Minimal 3.670 3.670
Jumlah Lahan Yg Ada
Rasio (X)
190.000 160.000
51,771 43,597
TABEL 119 RATA-RATA JARAK KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAH NO
1 2 3 4 5 6
KECAMATAN
Calon kabupaten Lolofitu moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe barat Maro’o
RATA-RATA JARAK (KM) 34 70 60 52 68 62
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
7 8
Mandrehe utara Ulu maro’o Jumlah calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
58 60 58 37 55 55 25 55 40 19 19 31 37,33
TABEL 120 RATA-RATA WAKTU POERJALANAN DARI KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAHAN NO
KECAMATAN
RATA-RATA WAKTU (Menit)
Calon kabupaten
Lolofitu Moi Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe Barat Maro,o Mandrehe Utara Ulu Maro,o Rata-rata calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007) 1 2 3 4 5 6 7 8
60 240 240 120 240 240 180 180 188 90 120 120 30 140 180 30 30 45 98
Nias Utara TABEL 121 Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
ANGKA KRIMINALITAS PER 10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio Calon kabupaten 122.889 Rasio Kabupaten Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah korban Kriminalitas 64 90
Rasio (X) 5,2080 7,0871
TABEL 122 RASIO DEGUNG YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MINIMAL GEDUNG PEMERINTAHAN No
Kecamatan
Jumlah gedung yang dibutuhkan Rasio Calon kabupaten 40 Rasio Kabupaten Induk 40 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah gedung ada 15 14
Rasio yang 0,375 0,350
TABEL 124 RASIO LAHAN YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MINIMAL SARANA PEMERINTAHAN No Kecamatan Jumlah Jumlah lahan Rasio kebutuhan yang ada lahan minimal Rasio Calon kabupaten 3.670 210.000 57,221 Rasio Kabupaten Induk 3670 160.000 43,597 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
TABEL 125 RATA-RATA JARAK KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAH NO
KECAMATAN
RATA-RATA JARAK (KM)
Calon kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur
36 40 25 42 36 42 27 87 97 55
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Rata-rata calon kabupaten Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
48,7 37 55 55 25 55 40 19 19 31 37,33
TABEL 126 RATA-RATA WAKTU PERJALANAN DARI KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAHAN NO
KECAMATAN
RATA-RATA WAKTU (Menit)
Calon kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talu Muzoi Lahewa Afulu Lahewa timur Rata-rata calon kabupaten Kabupaten induk Idanogawo Bawolato Ulugawo Gido Ma’u Somolo-molo Hiliduho Hili serangkai Botomuzoi
RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
36 40 25 42 36 42 27 87 108 55 50 90 120 120 30 140 180 30 30 45 98
Kota Gunungsitoli Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
TABEL 127 ANGKA KRIMINALITAS PER 10.000 PENDUDUK No
Kecamatan
Jumlah penduduk
Rasio Calon kota 116.433 Rasio Kabupaten Induk 126.991 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah korban Kriminalitas 197 90
Rasio (X) 16,9196 7,0871
TABEL 128 RASIO DEGUNG YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MINIMAL GEDUNG PEMERINTAHAN No
Kecamatan
Jumlah gedung yang dibutuhkan Rasio Calon kota 40 Rasio Kabupaten Induk 40 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah gedung ada 35 14
Rasio yang 0,875 0,350
TABEL 129 RASIO LAHAN YANG ADA TERHADAP KEBUTUHAN MINIMAL SARANA PEMERINTAHAN No
Kecamatan
Jumlah kebutuhan lahan minimal Rasio Calon kota 3.670 Rasio Kabupaten Induk 3670 (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
Jumlah lahan Rasio yang ada 195.000 160.000
53,134 43,597
TABEL 130 RATA-RATA JARAK KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAH NO
1 2 3 4 5
KECAMATAN
Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
Rata-rata calon kota
RATA-RATA JARAK (KM) 14 19 9 9 14 11,2
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
37 55 55 25 55 40 19 19 31 37,33
TABEL 130 RATA-RATA WAKTU PERJALANAN DARI KECAMATAN KE PUSAT PEMERINTAHAN NO
1 2 3 4 5
KECAMATAN
Calon Kota Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Gunungsitoli Utara
Rata-rata calon kota Kabupaten induk 1 Idanogawo 2 Bawolato 3 Ulugawo 4 Gido 5 Ma’u 6 Somolo-molo 7 Hiliduho 8 Hili serangkai 9 Botomuzoi RATA-RATA KAB.INDUK (Sumber: Nias dalam Angka, 2007)
RATA-RATA WAKTU (Menit) 15 30 0 10 15 14 90 120 120 30 140 180 30 30 45 98
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945 memberikan ruang yang besar bagi diadakannya pemekaran daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur mengenai pembentukan dan pemekaran Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
daerah, yaitu pada Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 Undang-undang tersebut. Untuk menjalankan peraturan perundang-undangan tersebut juga telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. 2. Faktor- faktor yang melatarbelakangi munculnya aspirasi masyarakat dalam pemekaran Kabupaten Nias secara garis besar ada 3 (tiga) alsan yaitu: Daerah Nias mempunyai potensi serta kekayaan alam yang besar, Keadaan daerah Nias selama ini sangat tertinggal serta pembangunan di daerah kepulauan ini sangat minim, dan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk membentuk suatu propinsi di daerah ini, yang dinamakan Propinsi Tano Niha atau Propinsi Nias. 3. Kabupaten Nias sebagai daerah induk dan Kabupten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli sebagai daerah baru telah memenuhi persyaratan untuk diadakannya pemekaran. 3 (tiga) syarat, yaitu: Syarat administratif, Syarat teknis, dan syarat fisik telah hamper terpenuhi. Hanyalah syarat kemampuan ekonomi yang tidak dipenuhi daerah Nias untuk dilakukan pemekaran daerah.
B. Saran 1.
Pemekaran daerah hendaknya dikembalikan pada tujuan utamanya semula, yaitu dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kita harus menghindarkan diri dari tujuan etnisitas, Gejala etnocenrisme apalagi menjadi pertarungan politik elit lokal yang menginginkan jabatan serta kekuasaan dengan adanya pemekaran daerah. Kebutuhan serta aspirasi masyarakat haruslah menjadi alasan diadakannya pemekaran daerah.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
2.
Persyaratan dan tata cara yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangundangan haruslah dijalankan dengan konsekuen, karena persyaratan dan tata cara tersebut dimaksudkan agar pemekaran daerah tersebut mencapai tujuan yang diinginkan dan tidak menjadi hal yang sia-sia.
3.
Syarat Kemampuan Ekonomi yang tidak terpenuhi dalam Pemekaran kabupaten Nias haruslah menjadi prioritas pemerintahan daerah nantinya yang akan terbentuk, karena Kemampuan ekonomi merupakan salah satu faktor paling menentukan dari keberhasilan terwujudnya tujuan utama dari pemekaran dan pembentukan daerah, yaitu mewujudkan kemakmuran masyarakat.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Djohermansyah Djohan, “Fenomena Etnocentrisme dalam Penyelenggaaraan Otonomi Daerah”, LIPI Press, Jakarta, 2007. Duha,Restu Jaya, dan Noniwati Telaumbanua, Prespektif dan Wacana Pemekaran Kabupaten Nias menuju Pembentukan Propinsi Tano NIha, Penerbit PT Bumindo Mitrajaya, Gunungsitoli, 2004. Huda, Ni’matul , “Otonomi Daerah, Filosofi, Sejarah Perkembangan, dan Problemantika”, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005. _____________, “Pengawasan Pusat terhadap Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah”, FH UII Perss, Jogjakarta, Kaho, Josef Riwo, “Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonseia”, Rajawali Press, Jakarta, 1997. Kaloh, J, “Mencari Bentuk Otonomi Daerah”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Makmur dan Reni Dwi Purnomowati, “Lembaga Perwakilan Rakyat”, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. Napitupulu, Paimin, “Menakar Urgensi Otonomi Daerah”, Penerbit Alumni, Jakarta, 2006. Nasution, Mirza ,“Mempertegas System Presidensial”, dalam “Gagasan Amandemen UU 1945- Suatu Rekomedasi”, Penyunting Mohammad Fajru Falaakh. Penerbit Komisi Hukum Nasional RI, Jakarta,2008. Nurcolis, Hanif, :Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah”, Penerbit Grasindo, Jakarta, 2007. Purnama, Edy “Negara Kedaulatan Rakyat”, Penerbit Nusamedia, Bandung, 2007. Salam, Dharma Setyawan, “Manajemen Pemerintahan Indonseia”, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2004. Sarundajang, S.H., “Pemerintahan Daerah Di Berbagai Negara”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997. Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
_____________, “Arus Balik Kekuasaan Pusat ke daerah”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001. Sunarno, Siswanto, “Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta, 2006. Sujamto, “Cakrawala Otonomi Daerah”, Sinar Grafika, Jakarta, 2001. Syarifin, Pipin, dan Dedah Jubaedah, “Hukum Pemerintah Daerah”, Pustaka Bani Quraiy, Bandung, 2005. Widjaja, H.A.W. ,“Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia”, PT. RajaGrafindo persada, Jakarta, 2005.
II. Surat Kabar Harian Kompas, Rabu, Edisi 21 Mei, 2008. Harian Kompas, Senin, Edisi 24 September 2007. Harian Kompas, Edisi 27 Oktober 2007 Harian Waspada, Edisi Kamis, 19 Februari 2009. Majalah Gatra, “Eforia Pemekaran Wilayah”, Edisi 21 Mei 2008.
III. Perundang-Undangan UUD NRI 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah kabupaten/Kota. IV. Internet Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009
Dachi,Idealisman, ”Pemekaran Kabupaten Nias”, kabupaten-nias/, diakses pada tanggal 16 Februari 2009.
http=///www.pemekara-
Gulo,Mustika Ranto,“ Jendela Bisnis di Nias sudah Terbuka”, http=//www.niasbart.com/?p=25, diakses pada tanggal 16 Februari 20087. Harefa, Firman , “Majulah Pulau Nias”, http=//www.niasonline.net/2008/12/03/majulah-pulau-nias/, diakses pada tanggal 16 Februari 2009. Harefa, Kosmas, ”Pemekaran-nias-peluang-emas-pembangunan-pariwisata-nias/, diakses pada tanggal 16 Februsari 2008. Yunaldi,Wendra, “Opini Pemekaran Daerah: Ambisi Eli atau Kebutuhan Rakyat”, http=//Abdullah husaini wordpress.com/2008/04/12/pemekaran-daerah-ambisi-elitatau-kebutuhan-rakyat/, diakses pada tanggal 31 Januari 2008.
Diki Elnanda Caniago : Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Kabupaten Nias , Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Dan Kota Gunungsitoli Ditinjau Dari Segi Hukum Tata Negara, 2009. USU Repository © 2009