Draft Wawancara untuk Rektor, Kepala Biro Humas & Customer Care, serta Kepala Biro Pengendalian Kegiatan & Program Unggulan
1. Dapatkah Anda menyebutkan job description Anda dalam Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 2. Apakah latar belakang dilaksanakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok? 3. Apakah Anda melakukan analisis masalah sebelum melakukan program Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, bagaimana analisis masalah tersebut dilakukan? 4. Apakah Anda melakukan analisa SWOT untuk kampanye ini? 5. Apakah analisis masalah ini dilakukan oleh pihak internal, eksternal ataukah keduanya? Mengapa pihak tersebut yang diputuskan untuk melakukan analisis masalah tersebut? 6. Apakah hasil kesimpulan dari analisis masalah tersebut? 7. Apakah tujuan dari diselenggarakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 8. Bagaimana dengan proses penyusunan tujuan ini? Apakah dilakukan secara bersama-sama melalui diskusi atau rapat; ataukah hanya dilakukan oleh Anda sendiri dan kemudian disampaikan kepada staf Kampanye yang lain? 9. Siapa sajakah segmentasi sasaran Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Mengapa mereka?
10. Dapatkah Anda menyebutkan tema besar yang ingin Anda sampaikan melalui Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 11. Bagaimanakah proses penyusunan pesan ini? Apakah melalui pemikiran bersama dalam diskusi atau hanya melalui satu orang saja yang ditunjuk? 12. Bagaimana strategi yang dilaksanakan untuk menyuskeskan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 13. Bagaimana dengan taktiknya? Dapatkah Anda menjelaskannya dan mengapa taktik tersebut yang dipilih? 14. Dalam strategi dan taktik yang dipilih, jenis media apa saja yang digunakan untuk menyampaikan pesan kampanye? Mengapa? 15. Bagaimana dengan proses alokasi sumber daya yang dilakukan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya? 16. Apakah proses Kampanye Kampus Bebas Rokok ini memiliki perencanaan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya? Jika ya, bagaimana proses perencanaan waktu tersebut dilakukan? Dapatkah Anda menjelaskannya? 17. Apakah Anda melakukan evaluasi untuk melihat keberhasilan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, jenis evaluasi apa yang digunakan? 18. Bagaimana evaluasi tersebut dilakukan? 19. Siapa saja yang ditugaskan untuk melaksanakan evaluasi ini dan mengapa? 20. Menurut Anda, apakah Kampanye Kampus Bebas Rokok ini berhasil sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan? Jika sukses, mengapa dapat
dikatakan
sukses;
dan
jika
tidak
sukses,
mengapa
Anda
dapat
menggolongkannya dengan tidak sukses? 21. Untuk saat ini, apa rencana ke depan yang kira-kira akan dilakukan oleh Universitas Mercu Buana dengan program Kampanye Kampus Bebas Rokok ini?
Draft Wawancara untuk Perwakilan Mahasiswa Merokok dan Tidak Merokok
1. Apakah Anda merokok? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? 2. Apakah Anda mengetahui mengenai dilaksanakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Jika ya, apa sajakah yang Anda ketahui mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 3. Apakah Anda mengetahui latar belakang diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? 4. Apakah Anda mengetahui tujuan diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? 5. Apakah Anda mengetahui siapa saja segmentasi sasaran Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Dapatkah Anda menyebutkannya? 6. Dapatkah Anda menyebutkan pesan-pesan apa sajakah yang disampaikan oleh Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? 7. Dari mana sajakah Anda mendapatkan informasi mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok? 8. Menurut Anda, bagaimanakah pelaksanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini di lapangan? Apakah sudah sesuai dengan prosedur yang Anda ketahui? Jika sudah, mengapa? Jika belum, mengapa?
9. Bagaimana dengan tingkat kebutuhan akan Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Apakah sangat dibutuhkan atau tidak dibutuhkan sama sekali? Mengapa? 10. Menurut Anda, apakah media yang digunakan sudah efektif atau belum? Jika sudah megapa? Jika belum, mengapa? 11. Menurut Anda, apakah Kampanye Kampus Bebas Rokok ini sudah berhasil diterapkan di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana? Jika sudah berhasil, mengapa? Jika belum berhasil mengapa?
Lampiran 1
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Rektor Universitas Mercu Buana Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM. Jumat, 26 November 2010 Pukul: 10.00 WIB Tempat: Ruang Rektor, Gedung Rektorat Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Selamat pagi, Pak. Pertama-tama, saya ingin bertanya, kira-kira job description nya, Pak untuk kampanye kampus bebas rokok ini, Bapak sendiri secara pribadi job descriptionnya seperti apa, Pak? Pak Aris: Yaa, sebenarnya kalau untuk mendukung kampanye kampus bebas rokok, kita sebenarnya sudah membagi tugas yaa… ada dulu waktu saya masih menjabat sebagai Wakil Rektor yaa. Jadi, siapa yang bertugas sebagai apa di area mana, dikoordinasikan oleh Direktur Kemahasiswaan. Saya kebetulan waktu itu tidak ditugaskan tapi itu intinya melibatkan semua dosen dan karyawan di UMB. Jadi ada jam dan waktu dan tempat yang sudah ditetapkan. Pertanyaan 2: Peneliti: Untuk saat ini kan Bapak sendiri ini sudah dikukuhkan sebagai Rektor, kira-kira Bapak akan melakukan apa untuk kampanye kampus bebas rokok mulai dari periode sekarang ini sampai nantinya? Pak Aris: Iya. Terima kasih. Jadi intinya, memang kita tidak henti-hentinya mempromosikan seiring dengan value yang ingin saya bangun dalam visi misi saya itu. Salah satunya yaitu membentuk value alumni yang kreatif, kemudian memiliki kearifan lokal dan environmental wise, ramah lingkungan, supaya menyumbang terhadap isu pemanasan global sesuai anjuran PBB. Ke depan, kita berharap daerah yang sudah ditetapkan sebagai smoking area, bias dipatuhi oleh semua pemangku kepentingan dan karyawan dan dosen dan mahasiswa. Jadi ke depan kita juga akan membuat daerah merokok itu jadi di seberang. (Jadi kampus akan benar-benar bersih?) Jadi kampus yang di sini, ke depan kita akan arahkan, kita akan sosialisasikan nanti ke kemahasiswaan. Syukur-syukur semester genap tahun depan bisa jalan, eh, semester ganjil yaa, akan kita sosialisasikan terus. Jadi kita bikin peraturan, orang yang masuk ke kampus init uh ada peringatan, “Harap rokok ditinggalkan!”. Jadi, semua kita periksa. Kalau ada rokoknya akan ditinggalkan. (Ada pemeriksaan yaa…) Iya. Jadi kalau misalnya nanti dia merokok yaa boleh di luar itu. Jadi sama sekali kita tidak men-declare anti rokok
yaa, beda yaa… tapi kita membuat memang orang yang tidak merokok pun menjadi nyaman, tidak berinteraksi langsung dengan orang yang merokok. Jadi kalau orang mau merokok, mereka bias nyebrang sampai di luar pagar. Jadi rencana ke depan saya seperti itu. Pertanyaan 3: Peneliti: Lalu Pak, latar belakang dilaksanakannya kampanye ini apa, Pak? Pak Aris: Yaa tentunya pertama itu tadi yaa mengantisipasi. Ide besarnya kan memberikan kontribusi terhadap apa… pemanasan global yang menyebabkan iklim menjadi tidak bersahabat. Dengan mengurangi orang merokok, membatasi, itu kan sebenarnya kita ikut berperan dalam isu tersebut. Terus, yang kedua juga, sebagai lembaga pendidikan, kita yang berlokasi di wilayah DKI itu juga harus memenuhi peraturan yang diterapkan oleh Pemda sendiri kan. Seperti yang Anda ketahui,
Pemda sudah
menetapkan di
daerah
atau
di tempat
yang
menyelenggarakan pendidikan itu sebenarnya sudah tidak boleh diadakan tempat untuk merokok. Beda dengan di mall, area komersial. Malah, sekarang atau mulai tahun depan sudah tidak boleh ada rokok di dalam, harus di luar gedung, tempat parker. Tapi semakin hari kan aturan itu semakin tidak kondusif bagi orang yang melakukan kegiatan merokok. Kita sebagai lembaga pendidikan tentunya pertama kita ingin menyumbang terhadap isu pemanasan global dengan mentaati peraturan yang ada di DKI. Kemudian juga dengan mengurangi orang merokok, kita bias alihkan kegiatan itu kepada yang lebih positif atau kontributif bagi pengembangan diri. Daripada uang dibuang, lebih baik uang itu dipakai untuk beli buku atau olahraga, yaa kan. Olahraga kan baik, bisa menciptakan nilai tambah dan daya saing. Bisa jadi juara nasional. Nah, kira-kira seperti itu. Pertanyaan 4: Peneliti: Lalu, apakah tim Bapak sendiri dalam kampanye ini melakukan analisis masalah terlebih dahulu sebelum akhirnya merencanakan secara teknis kampanye ini?
Pak Aris: Oh iya, jelas. Jadi seperti yang saya sampaikan tadi, dulu pernah ada penelitian awal dari Humas. Memang kecenderungannya semakin hari semakin banyak generasi muda yang merokok. Ini juga akibat dari promosi. Kalau kita lihat music itu dimana-mana sponsornya selalu rokok. Jadi konotasinya kemudian, rokok itu selalu identik dengan kejantanan. Anak muda yang sudah dihidupkan isu kejantanan, hatinya akan tergerak. Kalau tidak merokok itu banci. Jadi anak-anak, termasuk juga di UMB sendiri… Jadi yaa dari hasil analisa awal itu, bukan hanya mahasiswa, mahasiswi pun juga kita lihat sudah banyak yang mulai merokok juga. Kalau bicara hak, semua orang juga punya hak. Juga jangan sampai hak itu merugikan orang yang tidak merokok, sebagai passive somker. Kan kasihan. Ini akan kita analisa terus-menerus supaya tadi itu… agar perilaku merokok itu semakin hari semakin berkurang, dialihkan menjadi perilaku yang lebih positif, memiliki nilai tambah terhadap keberadaan mereka sebagai mahasiswa UMB. Yaa contohnya tadi itu, olahraga atau memberli buku, kegiatan-kegiatan yang orang memang tidak boros tapi lebih bersifat ilmu pengetahuan, yang membuat dirinya menjadi memiliki nilai tambah. Pertanyaan 5: Peneliti: Lalu Pak, tujuan utama dari diselenggarakannya kampanye kampus bebas rokok ini apa, Pak? Pak Aris: Yaa tujuannya tentu pertama, kita memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa perilaku merokok itu juga sebaiknya semakin lama ditinggalkan. Mungkin tidak ada lagi orang yang merokok, tapi itu kan hal idealnya. Sulit dilakukan. Apalagi kita Indonesia kan banyak industri rokok, banyak petani yang hidupnya bergantung dari sektor tembakau. Kita juga harus lebih berhati-hati. Yang kedua, dengan kampanye rokok ini, kita harapkan orang tua mahasiswa yang ingin menyekolahkan anaknya ke UMB itu juga merasa UMB ini punya komitmen yang tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Saya kira orang tua mana yang tidak mau menyekolahkan anaknya di tempat yang ounya komitmen tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Saya juga berpikir
dua kali kalau begitu masuk, wah, ini kampus jorok, tempat sarang perokok dan lain-lain. Itu juga menjadi unsur untuk pemasaran juga yaa… sebuah image. Pertanyaan 6: Peneliti: Lalu untuk proses penyusunan tujuan ini, Pak, apa dilakukan bersamasama atau dari pemikiran tim Bapak sendiri atau seperti apa, Pak? Pak Aris: Yaa, kita semua berangkat dari pemikiran bersama. Jadi ide UMB Bebas Rokok itu kan dibicarakan dalam Rapim, Rapat Pimpinan. Itu nanti ada Rektor, ada Wakil Rektor, ada Dekan, ada Direktur, ada semua… gimana menerapkan cara terbaik untuk mengatur para perokok itu. Jadi itu yang kita lakukan. Jadi tidak karena mentang-mentang saya Rektor, langsung saya memutuskan sendiri. Tidak. Jadi itu semua melalui pemikiran bersama. Memang yaa, masing-masing punya pendekatan berbeda. Terutama dulu saya pernah bekerja, pernah jadi pengusaha. Tentu hal-hal yang saya ajukan tuh lebih pada tingkatkan keefektifitasannya cukup tinggi. Karena kalau saya prinsip, kalau memang kita mau membuat orang merokok itu tidak nyaman, yaa dengan kata lain, daerah kita menjadi lebih bersih, yaa tentunya kita tidak bisa mengadakan ruangan merokok itu di dalam area kampus ini, karena bagaimana pun, mereka akan susah digiring ke tempat merokok kan. Dimana-mana, orang kan cenderung duduk, merokok,enak…. Nah, ngapain mereka harus ke kantin. Cape kita menegur orang seperti itu. Daripada gitu, yaa sudah, kita larang saja orang yang bawa rokok yang masuk ke kampus ini. Jadi mungkin akan lebih efektif. Pertanyaan 7: Peneliti: Lalu Pak, bisakah disebutkan Pak, siapa saja segmentasi sasaran kampanye kampus bebas rokok ini, Pak? Pak Aris: Yaa, kalau kampanye kampus bebas rokok… bebas asap rokok yaa… yaa itu saya kira semua orang yang selama ini merokok, entah itu karyawan, entah itu dosen, entah itu mahasiswa. (Yang di lingkungan kampus Mercu Buana) Iya, yang di lingkungan kampus Mercu Buana. Jadi, produknya seperti itu kan,
salah satunya akan berdampak pada marketing… pada image… pada citra. Jadi kalau para orang tua memasukkan anaknya ke UMB, mereka tahu, UMB tidak mentolerir rokok dan mereka akan nyaman menyekolahkan anaknya di UMB. Pertanyaan 8: Peneliti: Lalu Pak, bisa disebutkan tema besar yang ingin disampaikan melalui pesan-pesan kampanye? Ini kan banyak pesan-pesannya, sebenarnya tema besar yang ingin disampaikan itu seperti apa Pak? Pak Aris: Tema utamanya itu cinta lingkungan, dan juga, daripada kita merokok, juga tidak berkontribusi pada peningkatan daya saing, kualitas diri. Mari kita alihkan energi itu untuk meningkatkan daya saing. Selama ini tidak ada kan perokok yang juara lari sprint, kan tidak ada. Makanya… dan lomba merokok kan gak ada dilombakan di olimpiade. Nah itulah, daripada kita konsumtif terhadap hal-hal yang merugikan diri kita, kenapa kita tidak sama-sama mengeluarkan uang terhadap hal-hal yang membuat diri kita memiliki nilai tambah. Pertanyaan 9: Peneliti: Lalu untuk proses penyusunan pesannya, apakah dilakukan oleh seluruh tim kampanye sendiri atau hanya tim Humasnya atau seperti apa Pak? Pak Aris: Iya… itu biasanya yang lebih operasional dari tim Humasnya. Operasional kegiatan yang di-sharekan dalam Rapim. Pertanyaan 10: Peneliti: Lalu untuk strateginya dalam menyukseskan kampanye ini Pak, bisa disebutkan dan dijelaskan kira-kira strateginya seperti apa Pak? Pak Aris: Strateginya yaa… kita yaa… selama ini, kita punya duta-duta yang… apa… sosialisasikan bebas rokok. Jadi itu karena seringkali kita itu anget-anget tahi ayam. Yang kedua, gak ada honornya. Jadi yaa, kerjanya seringkali di depan itu giat, di belakang lemes. Itu sebenarnya, ada itu karyawan, dosen, mahasiswa itu ada duta-dutanya. Jadi mereka yang tiap hari harus keliling mengingatkan.
Yaa kalau mahasiswa itu temannya, kalau dosen itu teman dosennya, karyawan juga demikian. Minimal bisa mengingatkan kalau merokok itu di kantin. Itu salah satunya saya komunikasikan seperti itu. Memakai ikon. Jadi ke depan, yaa itu tadi, akan membuat daerah-daerah orang merokok itu menjadi semakin tidak nyaman. Supaya kalau mereka tidak nyaman kan… Bangsa kita kan bangsa yang ini yaa… mohon maaf saja, malas bergerak gitu. Jadi yaa makanya, kenapa di kampus itu, merokok itu harus di kantin. Karena dia harus jalan kaki dulu. Kalau orang merokok semakin tidak nyaman, dia akan meninggalkan kebiasaan rokok itu. Pertanyaan 11: Peneliti: Lalu untuk taktiknya, Pak, taktik secara spesifiknya kira-kira seperti apa, Pak? Pak Aris: Yaa kalau taktiknya macam-macam yaa. Kita bisa bersama-sama teman kemahasiswaan itu awalnya itu bagaimana mengalihkan yang negative tadi ke positif. Kalau dia bisa mengembalikan atau memberikan rokoknya ke kemahasiswaan, dikasih insentif dalam bentuk uang tapi takutnya disalahgunakan untuk beli rokok lagi. Takutnya jadi tidak habis-habis. Jadi pemikirannya, bagaimana
caranya
agar
mereka
mau
mengembalikan
rokoknya
ke
kemahasiswaan. Yaa kita sedang memikirkannya. Atau disediakan permen atau bagaimana, yaa dilihat nanti. Lalu kalau permen, apakah bisa dijamin, dia tidak akan merokok lagi. Yaa itu sulit. Memang dari kita akan… itu tadi… kalau dia bisa mengembalikan atau tidak merokok atau rokoknya bisa dikembalikan ke kemahasiswaan, akan dapat insentif dalam bentuk uang tunai atau nilai atau gimana yang impact nya ke akademik. Pertanyaan 12: Peneliti: Lalu untuk strategi dan taktik yang dipilih tadi, Pak, jenis media seperti apa yang digunakan dalam menyampaikan pesan tadi, Pak?
Pak Aris: Kalau media yaa seringkali pakai media internal, yaa melalui brosur, entah melalui leaflet, yaa, spanduk tapi sebenarnya kita ke depannya itu kan mau ke arah lebih digital campus. Kita ini sekarang mulai jalan nih integrasi televisitelevisi yang ada di TU-TU (Red : Tata Usaha) yaa itu sebagai media. Pertanyaan 13: Peneliti: Lalu untuk proses alokasi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, Pak, itu bagaimana proses alokasinya, Pak? Pak Aris: Yaa, kalau alokasinya, saya kira sekarang ini, karena itu lebih ke arah penertiban, yaa kita juga lebih banyak tanggung jawabnya diarahkan, diserahkan ke kemahasiswaan. Cuma selama kita masih bisa melibatkan orang lain, yaa boleh-boleh saja. Pertanyaan 14: Peneliti: Lalu untuk perencanaan waktu, Pak, sebenarnya kampanye ini tuh sudah direncanakan dari tahun kapan dan rencananya ke depan akan sampai kapan, Pak? Pak Aris: Yaa sebenarnya sudah mulainya dari tahun 2009 yaa. Kita inginnya kan mulai awal 2010 itu kan sudah mulai jalan yaa. Tadinya ada… kalau Anda perhatikan, kita ada empat daerah zona. Kemudian berkurang jadi satu. Nah, ke depan, zona satu itu ada tapi akan pindah gitu kan. Itu yang kita harapkan. Yaa memang yang jadi masalah yaa sosialisasi tadi yaa. Kadang-kadang ada yang memang benar-benar tahu tapi pura-pura tidak tahu, ada yang memang benarbenar gak tahu juga. (Kira-kira akan sampai kapan sih Pak kampanye ini terus dilakukan ? Seterusnya atau ada jangka waktu tertentu ?) Yaa sebetulnya itu tidak seterusnya. Yaa, kalau semua stakeholder itu sudah sadar, yaa kampanye itu akan… bukan kita hentikan tapi kampanye itu akan kita re-design. Jadi setelah orang tidak merokok, kampanye nanti, ‘Mari Kita Berolahraga’. Kampanye ke arah meningkatkan kesehatan.
Pertanyaan 15: Peneliti: Lalu untuk evaluasinya, Pak, bagaimana sih Pak bentuk evaluasi yang digunakan untuk kampanye ini? Pak Aris: Evaluasi yaa… kita evaluasinya… kan selalu ada laporan dari staf Humas. Yaa kita akan melihat kenapa program ini tidak jalan, kenapa kok banyak orang yang ditemukan merokok tidak di kantin. Itukan beberapa hal yang menyebabkan itu. Sama yaa, dia tidak merasa ada penindakan dan didiemin aja. Yaa kalau didiemin, orang akan memilih tempat yang terdekatkan. Jadi yang kedua karena yang keliling itu juga tidak kontinu. Hari ini keliling, besok gak. Yaa jadi perilaku itu belum ada kesadaran. Pertanyaan 16: Peneliti: Lalu untuk kampanye ini Pak, eh, menurut Bapak pribadi, kampanye ini sampai saat ini tergolong sudah berhasil atau belum? Kalau belum, dimana sih Pak kekurangannya? Pak Aris: Yaa kalau sebenarnya kita melihat, ada yang berhasil, ada yang belum yaa. Kalau berhasil yaa itu tadi, dari orang yang daerah merokok empat jadi satu. Belum berhasil yaa itu, daerah merokoknya semakin kecil tapi orang yang merokok juga ternyata ada yang tidak mau diarahkan untuk merokok di tempat yang diperbolehkan. (Kalau diukur 100%, sudah berapa persen Pak berhasilnya?) Nah itu yang saya belum bisa menjawab karena kalau bicara angka itu detailnya ada di kemahasiswaan. Jadi berapa rokok yang bisa disita, kemudian dari berapa menjadi berapa. Karena ukuran keberhasilan itu juga salah satunya, misalnya tahun lalu ada 300 temuan, sekarang ada 200 temuan. Nah, itu peningkatan dan itu ada di kemahasiswaan.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
*Tanda (Red:….)
: Pernyataan peneliti untuk menjelaskan singkatan
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Kepala Biro Humas & Customer Care Universitas Mercu Buana Ibu Irmulan Sati T., SH., M.Si. Minggu, 10 Oktober 2010 Pukul: 10.00 WIB Tempat: Gedung C, Ruang Tata Usaha FIKOM Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Ibu, tolong jelaskan job description Ibu dalam kampanye ini sebagai apa? Ibu Irmulan: Sebenarnya judul kampanye ini Kampanye UMB Bebas Rokok. Pencanangannya tanggal 27 Mei 2009. Nah, pencanangan 27 Mei 2009 itu dilakukan satu tahun yang lalu. Sebenarnya job description saya di situ adalah mengelola yang berkaitan dengan perencanaan kampanye nya, pelaksanaan kampanye, sampai melakukan evaluasi pra dan pasca kampanye. Sekaligus mendevelop content atau pesan kampanye. Itu adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh Biro Humas. Pertanyaan 2: Peneliti: Kira-kira Bu, apa latar belakang dilaksanakannya kampanye ini? Ibu Irmulan: Latar belakang dilaksanakannya kampanye ini, pertama, Universitas Mercu Buana ingin menjadi sebuah kampus yang berkonsep bebas rokok karena sebagai lembaga pendidikan tinggi, sudah wajib sebenarnya. Apalagi di peraturan pemerintah yang tertuang dalam Perda Gubernur DKI kalau tidak salah Perda, waktu itu Perda yang kita pakai tahun 2005. Nah, di situ disebutkan bahwa untuk lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan, dalam hal ini kayak rumah sakit gitu yaa, dia harus benar-benar bebas dari rokok. Universitas Mercu Buana ini sebenarnya masih mensiasati UU Perda itu karena kita waktu itu di awal masih menyiapkan empat tempat area merokok. Karena jadinya, kita bukan bebas rokok karena masih ada rokok dengan adanya empat tempat. Nah, yang 2010 sekarang, per 1 Januari, hanya satu tempat, yaitu di kantin. Nah, jadi itu yang melatarbelakanginya. Jadi adanya kebijakan manajemen untuk menjadikan Universitas Mercu Buana bebas rokok. Yang kedua, peraturan daerah Pemda DKI. Yang ketiga, dengan adanya tagline “Kampus Bebas Rokok” ini sebenarnya ingin mengajak semua murid bahwa Universitas Mercu Buana itu concern terhadap kesehatan dan lingkungan karena itu kan berkaitan dengan lingkungan juga.
Pertanyaan 3: Peneliti: Apakah Anda melakukan analisis masalah sebelum melakukan program Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, bagaimana analisis masalah tersebut dilakukan? Ibu Irmulan: Kalau tahapan itu sebenarnya kita melakukan riset dulu dengan penyebaran kuesioner, mengidentifikasi bagaimana karakter mahasiswa dan karyawan yang merokok maupun yang tidak merokok. Mahasiswa dan karyawan yang merokok itu sebenarnya setuju dengan itu dan mereka juga setuju dengan adanya pembatasan wilayah merokok sehingga ada tempat-tempat yang khusus merokok. Tapi sebenarnya itu kan fact finding awal yang 2009, namun kenyataannya sebenarnya ini… kalau ini… kalau ini sekaligus yaa, sekaligus saya juga melakukan evaluasi dalam program kampanye itu. Idealnya sebuah program kampanye itu kan fact finding sampai tahap evaluasi. Nah, evaluasinya ini masuk lagi ke tahap fact finding gitu kan. Masalahnya adalah pada saat tahap fact finding sampai evaluasi itu, ada satu yang sampai saat ini belum terlaksana yaitu adanya punishment. Punishment bagi mereka yang merokok. Nah, punishment ini sebenarnya kalau dilaksanakan betul-betul, itu sama seperti idealita yang di awal bahwa kampus bebas rokok benar-benar akan spesifik terjadi seperti kayak model di UPH (red: Universitas Pelita Harapan), di Binus (red: Universitas Bina Nusantara), seperti itu. Nah, masalahnya belum sampai tahap ke sana di UMB. Jadi saya di Biro Humas itu menyelesaikan program kampanye kampus bebas rokok hanya sampai akhir 2009. Per 1 Januari 2010, itu sudah tidak di saya pengelola kampanye dan langsung dipegang oleh Dirmawa (red: Direktorat Kemahasiswaan). Mungkin kami juga perlu wawancara ke sana, ke Dirmawa gitu, bagaimana tentang kampanye kampus bebas rokok yang per 2010 karena itu kan berkelanjutan. Pertanyaan 4: Peneliti: Lalu, apakah di analisis masalah itu, Ibu melakukan analisis SWOT untuk kampanye ini atau tidak?
Ibu Irmulan: Iya. SWOT nya kan sudah saya sebutkan. Jadi mereka pertama melakukan riset. Jadi dari riset itu sebenarnya sudah ketahuan kebutuhan, pemetaan, kelemahan, kelebihan dari program kampanye dan karakter mahasiswa itu sudah kelihatan di situ. Pertanyaan 5: Peneliti: Untuk analisis masalah ini dilakukan oleh pihak internal, eksternal atau keduanya? Ibu Irmulan: Secara internal saja. Kita di program kampanye kampus bebas rokok itu dibentuk sebuah tim. Tim nya kebetulan waktu itu yang bertugas adalah saya di bagian Humas dan Komunikasi. Pertanyaan 6: Peneliti: Bisakah Ibu menyebutkan tujuan dari diselenggarakannya kampanye ini? Ibu Irmulan: Tujuannya sebenarnya meningkatkan awareness civitas akademika tentang kesehatan diri dan kesehatan lingkungan. Kemudian yang kedua, menumbuhkan awareness civitas akademika tentang UMB Bebas Rokok itu benefitnya itu lebih besar daripada bukan UMB Bebas Rokok. Pertanyaan 7: Peneliti: Lalu, untuk proses penyusunan tujuan ini, apakah dilakukan bersamasama melalui diskusi dengan tim atau hanya dari satu orang atau hanya dari Ibu saja mengajukan tujuannya lebih baik seperti ini, terus diberikan kepada orang lain atau seperti apa? Ibu Irmulan: Kampanye kampus bebas rokok itu kan sebenarnya team lead nya kan berdasarkan dari keputusan manajemen kan yaa. Keputusan manajemen itulah yang menetapkan kampanye kampus bebas rokok. Nah, dari tim itu yang mendiskusikan, mengoperasionalkan, termasuk tujuannya, teknisnya, sarana, anggaran, dan lain sebagainya.
Pertanyaan 8: Peneliti: Untuk segmentasi sasaran, Ibu, siapa saja segmentasi sasarannya dan kenapa mereka? Ibu Irmulan: Segmentasi sasaran program kampanye kampus bebas rokok itu karyawan UMB dan mahasiswa UMB. Kenapa? Karena mereka bagian dari civitas akademika dan karyawan ini tidak hanya karyawan saja tapi juga dosen. Nah, jadi karyawan dosen dan non dosen, kemudian mahasiswa UMB termasuk kelas regular dan kelas karyawan. (Yang paling utama siapa target sasarannya jika bisa diurutkan berdasarkan skala prioritas?) Yang paling utama yaa mahasiswa, karyawan non dosen, karyawan dosen, baru kemudian pihak luar yang datang ke sini. Pertanyaan 9: Peneliti: Lalu mengenai proses penyusunan pesannya. Untuk penyusunan pesan ini, apa kayak seperti tadi, melakukan pemikiran bersama atau Ibu menugaskan satu orang khusus dengan tim desainnya yang mendesain atau seperti apa? Ibu Irmulan: Untuk pengelolaan pesan, memang langsung dikelola Humas yaa. Humas langsung dari saya, kemudian, kebetulan juga Rizky yaa (red: Tim Desain). Jadi saya dari Humas mengusulkan, nanti di approval dengan manajemen. Kalau setuju, lanjut. Kalau tidak, yaa kita revisi ulang. Pertanyaan 10: Peneliti: Untuk strateginya bagaimana kira-kira, Bu? Strategi apa yang dilakukan dalam mensukseskan kampanye kampus bebas rokok ini, Bu? Ibu Irmulan: Sebenarnya kalau saya dalam konteks kegiatan Humas, dan itu tetap strateginya memfokuskan kepada kebutuhan civitas. Jadi strategi yang saya terapkan itu lebih ke publicity yaa. Jadi publicity campaign gitu yaa… kampanye publisitas. Ehm, campaign via publisitas atau publicity campaign… tapi kalau untuk publicity campaign kayaknya kurang tepat, masa’ publisitas kampanye….
Apa yaa… Eh, strateginya strategi publicity lebih tepatnya. Jadi saya lebih…. Karena ini… Saya ini targetnya baru menentukan awareness. Jadi yaa, saya… apa namanya… di awal sudah membuat semacam mini paper. Mini paper itu disebarkan ke semua civitas tanpa henti setiap hari. (Isi mini papernya?) Isi mini papernya berkaitan dengan Kampus UMB Bebas Rokok dalam rangka menuju UMB Bebas Rokok 2010. Jadi biar mereka awareness dulu. Nah, ini tapi ada miss nya (red: terlewat) itu di mahasiswa baru yang 2009. Itu mereka lost, 2009 dan 2010. Ini mereka sudah lost sebenarnya. Nah, yang kedua, kita bikin giant banner, kita juga menetapkan spanduk, X-Banner sampai poster-poster, bahkan penentuan Duta Anti Rokok. Kita juga punya, masih ingat yaa… (Penentuan Duta Anti Rokok itu dilakukan dengan seleksi atau seperti apa?) Kita pilih…. Kita pilih langsung. Purposive jadinya. (Kriterianya ?) Kriterianya adalah mereka-mereka yang representatif di masing-masing unit. Dosen, karyawan dan mahasiswa per HMJ, yang aktif UKM, Kemahasiswaan dan lain sebagainya. Kemudian ada sosialisasi ke kelas, sosialisasi lewat ruangan-ruangan dan kemudian di web, termasuk juga ada program pencanangan. Termasuk juga yang di support oleh Biro MGS (red: Manajemen Gedung dan Sarana) adalah penyediaan sarana dan pra sarana, termasuk rolling setiap dua minggu sekali si petugas Duta Anti Rokok itu muter. (Jadi mereka yang memberikan punishment atau teguran?) Teguran yaa, bukan punishment. Hanya sebatas teguran saja dan mencatat bagaimana perkembangannya. (Berarti belum ada sanksi yang tegas?) Belum…. Belum… Sampai sekarang pun belum. Makanya tadi saya bilang, bahwa proses evaluasi itu sebenarnya tidak berjalan. Kenapa? Karena tidak ada di saya lagi yaa posisinya. Sudah di Dirmawa. Kalau saya sudah tidak punya kewenangan untuk memberi sanksi karena memang saya hanya sebatas meningkatkan awareness tadi. Awareness sudah jalan tapi awareness jalan kalau tidak ada sanksi kan pecuma. (Berarti Ibu sendiri tujuannya hanya untuk meningkatkan awareness?) Iya, awareness. (Tidak sampai perubahan behavioral?) Nggak… Nggak… Perubahan behavioral… Kalau perubahan behavioral kan kalau dalam logika kamu, kampanye itu harus terus menerus. Nah, ini stuck sampai 2010 dan saya tidak dilibatkan, dan Biro Humas tidak dilibatkan. Itu kemauan dari top
management loh yaa, bukan kemauan saya. Hasil dari rapat manajemen, namanya Manajemen Koordinasi Program, MKP itu, Biro Humas itu tidak dilibatkan dalam proses kampanye untuk rokok. (Jadi hanya untuk awareness nya tadi saja yaa?) Awareness nya saja yang 2009 selesai. 2010 nya yaa di Dirmawa. Pertanyaan 11: Peneliti: Lalu kalau tidak salah, zona merokok itu dulu ada empat. Lalu sekarang berkurang hanya di kantin. Itu memang sengaja dibuat seperti itu? Ibu Irmulan: Iya, pakai SK (red: Surat Keputusan) Rektor. Ada SK Rektornya. (Maksudnya pengurangannya memang sengaja dibuat seperti itu?) Iya, itu tadi. Kan tadi saya bilang, mengurangi dari empat jadi satu. Satu itu kalau lewat aturan dari Perda, sebenarnya tidak masuk akal. Kalau logikanya Perda gak masuk akal karena memang gak boleh sama sekali mestinya. Kosong. Tidak ada asap rokok sama sekali. Tapi kan kalau menuju ke sana kan gak bisa.... gak bisa langsung. Jadi manajemen memutuskan, pakai SK Rektor, dari empat ke satu. Nah, tinggal punishmentnya saja nih yang belum ada yaa. Kamu nanti wawancara sama Dirmawa saja kalau pengen tahu punishmentnya kayak apa. Pertanyaan 12: Peneliti: Untuk taktiknya, Bu, kira-kira taktiknya seperti apa? Ibu Irmulan: Tadi sudah taktik tuh. Yang berkaitan dengan bikin mini paper dan sebagainya. Itu taktik sebenarnya. Kalau strategi itu tadi yang kaitannya dengan publicity itu tadi. (Jadi media-medianya itu ada flyer…. ?) Macam-macam… Ada flyer, ada mini poster, ada giant banner, ada umbul-umbul, ada spanduk, ada Duta Anti Rokok, ada website, ada newsletter, ada ehm… apa namanya… ehm… web, ada pin, ada stiker, poster, banyak. Pertanyaan 13: Peneliti: Lalu untuk perencanaan waktunya. Sebenarnya di Biro Humas sendiri perencanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok itu dari perencanaan sampai
evaluasi untuk meningkatkan awareness itu kira-kira berapa lama periode awalnya yang ditentukan? Ibu Irmulan: Saya sampai 30 Desember 2009 doank. (Dari?) 1 Mei 2009. (Dari 1 Mei 2009 sampai 31 Desember 2009?) Iya. 1 Januari sudah bukan lagi urusan saya dan itu keputusan top management. Itu yang harus kamu catat. Bukan keputusan saya sendiri. Pertanyaan 14: Peneliti: Lalu di Biro Humas sendiri sudah melakukan riset pra kampanye yaa. Lalu setelah selesai kampanye awareness itu, apakah setelah dipindahkan ke Dirmawa itu, apakah Ibu sendiri melakukan riset evaluasi sendiri di dalam diri Biro Humas sendiri untuk program kampanye itu sendiri? Ibu Irmulan: Tidak ada. Kampanye kan selesai sampai Desember. Saya hanya memberikan rekomendasi saja hasil dari…. Kalau riset formal secara survey, tidak. Kecuali yang tadi di fact finding yang kita survey. Tapi kalau yang di akhir, saya sifatnya observasi saja. Observasi… Yaa sudah, kasih ke sana (red: top management) (Jadi tidak melakukan penyebaran kuesioner lainnya?) Tidak… Tidak… Observasi kan sudah bisa dilihat sebenarnya masih terdapat beberapa mahasiswa yang merokok tidak pada tempatnya, di luar area yang tadi. Karena kan masih empat area waktu itu. Pertanyaan 15: Peneliti: Untuk yang observasi itu, apakah dilakukan oleh tim Humas bersama? Ibu Irmulan: Tidak. Saya sendiri saja. Pertanyaan 16: Peneliti: Lalu menurut Ibu pribadi, apakah kampanye kampus bebas rokok ini yang sudah dilakukan sama Ibu yang tujuannya meningkatkan awareness itu sudah berhasil?
Ibu Irmulan: Oh, saya melihat belum yaa. Saya sendiri melihat kalau kampanye kampus bebas rokok itu tidak berhasil malah. Kenapa? Karena memang tidak keberlanjutan tadi karena sebuah kampanye bisa dianggap berhasil kalau ada perubahan perilaku kan. Nah, perubahan perilaku itu kan belum sampai ke tahapan situ masalahnya. Sehingga di sini nih, ada kepotong nih. Kalau saya pribadi sih melihat, kalau angkanya 100%, mungkin masih 70% berhasil. 30% nya ini yang masih perlu adanya keberlanjutan kampanye dan awareness dan sama punishment. Gitu aja. (Punishment yang disebutkan tadi yaa) Awareness nya bisa didapatkan dari mana kalau tidak ada punishment. Makanya percuma dan biayanya mahal juga kampanye itu. Pertanyaan 17: Peneliti: Kira-kira, apa Ibu menyarankan kampanye itu dilemparkan kembali ke Biro Humas atau tetap di Dirmawa? Ibu Irmulan: Oh tidak. Itu bukan kewenangan saya untuk membuat statement itu. Itu kewenangan si top management. Saya hanya menyarankan bahwa perlu adanya punishment. Kalau menurut saya sekarang, posisinya kampanye kan sudah selesai kemarin dan ini kan tidak berhenti. Kemarin ini saya juga lagi mendesain giant banner untuk anti rokok besar-besar. Ada lima tempat itu, masih dibikin. Itu sebenarnya sudah cukup dan sudah ada Perda kan yaa. Nah, sudah… Punishment. Tinggal punishment saja sekarang yang perlu, (Berarti kurangnya ada di punishment) Iya, punishment yaa itu kewenangan si Dirmawa, bukan lagi Biro Humas Pertanyaan 18: Peneliti: Kalau tidak salah, dulu bukannya pas Duta Anti Rokok itu , mengenai punishment itu, katanya ka nada yang nahan KTM (red: Kartu Tanda Mahasiswa)? Ibu Irmulan: Tidak. Tidak sampai. Hanya mempersuasi saja. Mempersuasi dan memberitahu. Menegur. Mempersuasi saja.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
*Tanda (Red:….)
: Pernyataan peneliti untuk menjelaskan singkatan
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Kepala Biro Pengendalian Kegiatan & Program Unggulan Universitas Mercu Buana Jakarta Bapak Drs. A. Rahman, MM. Rabu, 24 November 2010 Pukul: 10.00 WIB Tempat: Direktorat Kemahasiswaan Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Pagi, Pak! Bisa tidak Bapak menyebutkan kira-kira dalam kampanye kampus bebas rokok ini, Bapak berperan sebagai apa dan job descriptionnya sebagai apa, Pak ? Pak Rahman: Yaa… peran saya… satu, sebagai idea maker juga yaa. Kemudian perencana, kemudian sebagai pengelola… yaa pengelola dan eksekutor. Eksekutor apa tuh… pemberantasan ini ni… ehm… apa namanya… program kampus anti rokok, bukan bebas. Kalau bebas rokok, ntar boleh ngerokok lagi. Ehm… yaa anti rokok. Pertanyaan 2: Peneliti: Bisa tidak Bapak menyebutkan apa latar belakang dilaksanakannya kampanye ini, Pak? Pak Rahman: Eh… apa… secara hukum… Hukumnya itu Perda yaa. Perda… Perda DKI kan yang melarang apa namanya… masyarakat itu merokok. Itu pertama. Yang kedua itu ada lembaga YLKI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia itu yang mendatangi UMB, kampus ini, yang menyampaikan bahwa apabila UMB ini tidak melaksanakan Perda itu, maka mereka menganggap bahwa UMB tidak bertanggungjawab atas kesehatan konsumen; Rektor, mahasiswa, dosen, karyawan, semuanyalah. Semua seperti itu. Oleh karena itu, dia akan gugat. Jadi memang tanggung jawab moral bahwa himbauan pemerintah bahwa merokok itu merusak kesehatan kan, impotensi, janin. Pertanyaan 3: Peneliti: Lalu apakah dari tim kampanye itu sendiri melaksanakan analisis masalah Pak sebelum sampai penerapannya? Apa ada analisa masalahnya dulu? Pak Rahman: Oh iya… kita analisis… analisis masalahnya. Jadi analisa apa masalah pokoknya, kemudian pelaku-pelaku rokoknya, dampak rokoknya, kemudian apa… lalu, strategi memberlakukan kampus anti rokok itu. (Ini
dilakukan oleh tim kampanye itu sendiri?) Semua… Semua… Jadi ini ada tim kan. Ada tim kampanye. Itu semua kita diskusikan secara komprehensif dan kontinu. Pertanyaan 4: Peneliti: Lalu Pak, tujuan dari kampanye ini, bisa disebutkan Pak, apa tujuan dari kampanye ini secara detail? Pak Rahman: Tujuan dari kampanye kita supaya orang semua tahu. Jadi semua punya pengetahuan, punya pemahaman bahwa merokok itu merusak kesehatan. Bahwa merokok itu dilarang oleh aturan, bahwa merokok itu mengganggu yang tidak merokok. Nah, yang terakhir, tujuannya kita nya bersih. Kita ingin menjadi kampus yang bersih dari rokok. Pertanyaan 5: Peneliti: Penyusunan tujuan ini dilakukan sama tim itu juga? Pak Rahman: Iya, tim semua. Bersama-sama. (Itu tidak ada campur tangan pihak luar?) Luar gak ada. Kalau luar kan rujukan aja. Rujukannya pada Perda. Rujukannya pada himbauan pemerintah. Rujukannya pada YLKI gitu. Itu aja. Pertanyaan 6: Peneliti: Lalu, bisa disebutkan, Pak, siapa saja segmentasi sasaran dari kampanye ini? Pak Rahman: Semua… semua… segmentasinya semua, termasuk tim. Yaa civitas akademika itu; dosen, mahasiswa, karyawan, pimpinan. Gitu… Pertanyaan 7: Peneliti: Secara keseluruhan, Pak, tema besar dari pesan-pesan yang ingin disampaikan lewat kampanye ini ke mahasiswa apa, Pak? Pak Rahman: Tema besarnya ini… kayak apa… himbauan. Jadi himbauan pada civitas akademika untuk tidak merokok.
Pertanyaan 8: Peneliti: Penyusunan pesan ini dibuat oleh tim kampanye sendiri, lalu dilemparkan ke Humas atau bagaimana, Pak? Pak Rahman: Jadi, ada yang disusun bersama, ada yang disusun masing-masing unit. Jadi ada unit Humasnya, kemahasiswaan, MGS, dan lain-lain. Pertanyaan 9: Peneliti: Boleh disebukan, Pak, strateginya untuk menyukseskan kampanye ini bagaimana, Pak? Pak Rahman: Strateginya ini… satu, sosialisasi kan. Secara umum kan sosialisasi lewat spanduk, pamphlet. Kemudian yang kedua, strategi pencanangan dan ketiga, strateginya penentuan lokasi… apa namanya… ada sosialisasi, ada eksekusi, kemudian penghilangan tempat zona-zona pada saat sosialisasi menjadi satu. Gitu yaa… seperti itu… Kemudian penindakan… penindakan langsung. Langsung kita temui perokok itu, kita minta untuk mematikan rokoknya, kita ambil rokoknya. Yaa gitu… (Penindakan itu secara tegas tidak ada selain diambil rokoknya? Karena kalau diambil rokoknya saja kan, dia bisa saja lagi atau ada penindakan tegas lainnya?) Untuk sementara ini, kita masih… apa namanya… menindak dengan langsung dengan mengambil rokoknya. Kemudian mencatat namanya. Yaa itu… hanya itu… Untuk sementara, punishment yang keras masih kita anu lah… tapi kita udahan. Kartu mahasiswanya kita minta, namanya kita catat, fakultas, jurusan kita catat gitu. Pertanyaan 10: Peneliti: Itu yang melakukan punishment itu dari pihak siapa, Pak? Ada duta anti rokoknya apa gimana, Pak? Pak Rahman: Fungsionalnya ada duta anti rokok, itu menghimbau. Yang kedua, seluruh pimpinan segala macam, yaa menghimbau dan meminta langsung rokok. Tapi secara fungsional, itu Kepala Keamanan (Security?) Security… security…
itu langsung action di lapangan. Yang menindak… jadi menindak dalam bentuk mengambil rokoknya, meminta mematikan rokoknya, segala macam seperti itu secara fungsional yaa. Pertanyaan 11: Peneliti: Proses alokasi sumber daya dan sumber daya manusia itu gimana sih, Pak, proses penyusunannya? Dari kemahasiswaan sendiri atau tim kampanye dengan MGS atau lainnya? Pak Rahman: Itu bareng-bareng. Sama-sama lah. Itu biasanya usul dari Humas kan tidak banyak juga kan. Paling anak sosialisasi kan. Kemahasiswaan juga masing-masing ada. Yaa itu… jadi ada program-program masing-masing unit itu berkaitan dengan penciptaan kampus anti rokok itu. Pertanyaan 12: Peneliti: Lalu sekarang kan pasti masih berlanjut kan kampanye ini, Bapak evaluasi tidak sih, Pak, untuk penilaian kampanye ini, Pak? Pak Rahman: Pasti evaluasi… kita evaluasi… kita evaluasi melalui rapat koordinasi
dengan
semua
tim
tadi
itu.
Kemudian
apa…
Direktorat
Kemahasiswaan kita rapat. Kemudian dengan pimpinan kita juga rapat. Jadi kita laporkan perkembangan-perkembangannya. Supaya kita tahu positioningnya ada dimana. (Berarti hanya diobservasi? Disurvei tidak, Pak? Pakai kuesioner gitu tidak, Pak?) Sementara ini kita masih observasi… observasi… dengan data-data yang ada, dengan fakta yang kita ambil dari mahasiswa yang merokok itu. Kemudian dari monitoring langsung. Dari perubahannya kan keliatan tuh. (Seluruh tim yaa yang melakukan evaluasi ini?) Sementara ini yang intensif itu karena yang bertanggungjawab itu di kemahasiswaan kan. Yang lain itu kan supporting. Nah, lebih spesifik lagi, kemahasiswaan menunjuk langsung Kepala Keamanan beserta staf nya untuk mengeksekusi.
Pertanyaan 13: Peneliti: Terus, menurut Bapak, kampanye ini sudah bisa digolongkan berhasil atau belum? Pak Rahman: Oh, udah… udah berhasil. Kita sudah menganggap ini sudah cukup berhasil. (Karena dilihat dari?) Tingkat pengetahuannya, pemahamannya, yaa kemudian dilihat dari tingkat aksinya. Itu sudah sangat maksimal. Bahwa ada satu atau dua, kita tidak begitu menganggap. Kita… kita… apa… kita terima masih ada satu atau dua, dia di pojok-pojok, tapi terang-terangan, buka-bukaan itu di tempat yang ditentukan… (Yaitu di kantin itu?) di kantin, di lantai dasar. Pertanyaan 14: Peneliti: Lalu terakhir, Pak, untuk saat ini, kira-kira ke depan yang dilakukan oleh UMB sendiri terhadap kampanye ini apa, Pak? Pak Rahman: Nah, terakhir itu, terakhir kita anu… endingnya nanti kampus UMB bersih dari rokok, termasuk yang apa… satu, kampus yang bersih rokok. Yang kedua, kesadaran seluruh civitas akademika itu lahir, untuk tidak merokok. Jadi kemudian nanti kita secara teknis, semua zona kita kosongkan. Jadi termasuk kantin itu ke depan akan kita kosongkan. Tidak ada lagi. (Jadi benar-benar…) kosong, tidak ada. Berikutnya lagi nanti, teknis, mungkin nanti akan kita ciptakan semacam security check. Security check nanti… di pintu itu… Jadi pokoknya, tidak boleh bawa rokok. (Jadi nanti akan di-check?) Di-check… di-check… Jadi nanti akan kita tetapkan nanti ke depan. Jadi satpam itu akan melakukan security check terhadap rokok, narkoba, segala macam itu. Jadi masuk kampus bersih. Nah, kalau dia mau merokok, yaa keluar kampus sana. Pertanyaan 15: Peneliti: Itu kira-kira berapa lama lagi tuh, Pak, hal itu akan dilaksanakan? Pak Rahman: Yaa ini kita masih anu… masih kita evaluasi terus gitu kan karena kita lihat dulu tingkat ini nih… Jadi nanti terakhir akan kita survey, akan riset
melalui kuesioner segala macam, apa in depth interview dengan beberapa kelompok-kelompok supaya… (Bisa diterapkan apa tidak…) Iya… supaya bisa ketahuan betul apa keinginan civitas akademika ini seperti apa nih, dan hasilnya, dan responnya terhadap pengaruh kampus bersih ini ada apa tidak. Kemudian pengetahuan dan pemahaman mereka atas segala macam informasi yang berkaitan dengan anti rokok ini.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Mahasiswa yang Merokok Tapi Teratur Universitas Mercu Buana Sdr. Nasha Suprapto Minggu, 12 Desember 2010 Pukul: 15.00 WIB Tempat: Atrium Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Apakah Anda merokok? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? Sdr. Nasha: Iya saya perokok aktif. Saya merokok, karena saya sudah bisa menikmati bagaimana hal positif dari rokok walaupun saya juga mengetahui hal negatif yang ditimbulkan. Hal positif yang saya rasakan dari rokok adalah untuk relaksasi. Karena padatnya load pekerjaan dan tugas yang saya miliki sehingga seringkali menimbulkan kepenatan dan kebosanan. Dengan merokok, saya bisa meredam kebosanan dan kepenatan seusai atau saat melakukan pekerjaan atau tugas. Pertanyaan 2: Peneliti: Apakah Anda mengetahui mengenai dilaksanakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Jika ya, apa sajakah yang Anda ketahui mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdr. Nasha: Ya, saya sangat mengetahui. Kampanye rokok di UMB adalah untuk menjadikan lingkungan kampus UMB bebas dari perokok yang biasanya berkeliaran di manapun. Kampanye ini mengarahkan agar perokok bisa merokok di tempat yang disediakan atau di luar kampus UMB. Pertanyaan 3: Peneliti: Apakah Anda mengetahui latar belakang diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Nasha: Yang saya ketahui background kampanye UMB bebas rokok secara legal perspective adalah adanya Perda No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Larangan Merokok, di mana tempat penyelenggaraan pendidikan masuk ke salah satu tempat yang dilarang pada Perda tersebut. Selain itu, ada banyaknya dari para stakeholder yang khususnya bukan perokok, di mana karena banyaknya mahasiswa yang merokok di sembarang tempat menyebabkan kebersihan menjadi sulit dikontrol karena abu dan puntung rokok yang bertebaran di mana-mana.
Pertanyaan 4: Peneliti: Apakah Anda mengetahui tujuan diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Nasha: Yang saya ketahui kampanye bebas rokok di UMB adalah untuk melaksanakan amanat dari Perda No. 75 tahun 2005 tersebut. Selain itu juga untuk melindungi stakeholder yang tidak merokok agar tidak menjadi korban perokok pasif dan menjaga kebersihan lingkungan Kampus UMB agar tidak ada mahasiswa yang merokok di sembarang tempat. Pertanyaan 5: Peneliti: Apakah Anda mengetahui siapa saja segmentasi sasaran Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Nasha: Yang saya tahu sih segmentasi target dari kampanye ini adalah mahasiswa, dosen, karyawan non-dosen, karyawan outsourcing, dan tamu yang datang ke Kampus UMB yang merokok. Pertanyaan 6: Peneliti: Dapatkah Anda menyebutkan pesan-pesan apa sajakah yang disampaikan oleh Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdr. Nasha: Pertama, konsentrasi pesannya adalah untuk memberitahu bahaya rokok bagi kesehatan seperti gambar thorax (tulang paru-paru) yang dihitamkan sebagai gambaran paru-paru orang yg merokok ada pada standing banner yang diletakkan di depan POP (Red: Pusat Operasional Perkuliahan). Selain itu juga, ada pesan yang memberitahu apa saja reaksi tubuh jika kita berhenti merokok dalam waktu 10 menit, 1 jam, 1 hari, dan seterusnya. Kedua, pesan ditujukan untuk mengarahkan para perokok untuk merokok di tempat yang disediakan seperti arah menuju kantin UMB.
Pertanyaan 7: Peneliti: Dari mana sajakah Anda mendapatkan informasi mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok? Sdr. Nasha: Media yang menjadi sumber informasi bagi saya kebanyakan adalah printed media seperti banner, standing banner, poster, papan penunjuk arah dan leaflet. Di mana-mana media-media tersebut terintegrasi diletakkan di tempattempat yang strategis. Selain itu, juga ada mini flyer yang selalu dibagikan di setiap pintu masuk kampus dan pos parkir motor. Mini flyer ini juga kadang diletakkan di setiap motor yang diparkir di kampus. Pertanyaan 8: Peneliti: Menurut Anda, bagaimanakah pelaksanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini di lapangan? Apakah sudah sesuai dengan prosedur yang Anda ketahui? Jika sudah, mengapa? Jika belum, mengapa? Sdr. Nasha: Pelaksanaan kampanye ini menurut saya sudah sesuai dengan prosedu atau perencanaan yang dilakukan terutama jika dilihat dari PR campaign perspective, seperti sosialisasi tentang kampanye, penggunaan media kampanye, perangkat pendukung kampanye, dan sebagainya. Namun yang perlu saya garis bawahi adalah konsistensi dan perangkat pendukung kampanye bebas rokok ini. Misalkan, adanya duta bebas rokok sebetulnya bisa menjadi perangkat pendukung kampanye ini, namun karena yang menjadi duta bebas rokok hanya mahasiswa, di mana yang mereka persuasi adalah teman mereka sendiri atau bahkan dosen menjadi tidak maksimal di lapangan. Menurut saya lebih efektif jika duta bebas rokok adalah dosen atau pimpinan struktural di kampus UMB. Saya rasa efektifitas persuasi dari mereka akan menjadi sebuah shocking theraphy bagi perokok yang merokok di sembarang tempat.
Pertanyaan 9: Peneliti: Bagaimana dengan tingkat kebutuhan akan Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Apakah sangat dibutuhkan atau tidak dibutuhkan sama sekali? Mengapa? Sdr. Nasha: Menurut saya sangat dibutuhkan. Karena masih banyak para perokok yang kurang memiliki etika, terutama dalam menjaga kebersihan dan menghormati orang yang tidak merokok. Pengarahan lokasi khusus merokok saya nilai sangat tepat dan dibutuhkan di Kampus UMB untuk mengarahkan para perokok merokok di tempat yang disediakan. Pertanyaan 10: Peneliti: Menurut Anda, apakah media yang digunakan sudah efektif atau belum? Jika sudah megapa? Jika belum, mengapa? Sdr. Nasha: Efektifitas penggunaan media kampanye bebas rokok saya nilai sudah efektif. Namun kampanye dalam mengubah atau mengarahkan perilaku target kampanye tidak akan pernah bisa sepenuhnya efektif apabila hanya menggunakan sedikit media komunikasi saja tanpa mengintegrasikan dengan media komunikasi dan perangkat pendukung lainnya yang lebih strategis dan inovatif. Seperti pemilihan duta bebas rokok yang telah saya sampaikan tadi, lalu dibutuhkan pengawasan yang maksimal dalam penyelenggaraan kampanye seperti secara rutin memantau lokasi yang sering dijadikan tempat nongkrong bagi mahasiswa dan merokok sembarangan. Selain itu konten pesan juga jangan hanya melarang, namun adanya sosialisasi sanksi-sanksi yang diberikan bagi perokok yang merokok di luar tempat yang disediakan, misalnya bisa disosialisasikan sanksi yang terdapat dalam Perda No. 75 tahun 2005, ataupun sanksi yang disepakati dalam S.K (Red: Surat Keputusan) Rektor UMB, dan sebagainya.
Pertanyaan 11: Peneliti: Menurut Anda, apakah Kampanye Kampus Bebas Rokok ini sudah berhasil diterapkan di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana? Jika sudah berhasil, mengapa? Jika belum berhasil mengapa? Sdr. Nasha: Saya kurang tahu berapa apa saja kriteria yang ingin dicapai dalam mengukur efektifitas kampanye ini. Namun, menurut penilaian saya secara subjektif, kampanye UMB bebas rokok belum berhasil, dikarenakan masih banyaknya mahasiswa yang merokok di koridor-koridor depan pintu masuk kelas, di tangga-tangga, atrium, dan sebagainya. Hal tersebut mereka lakukan, termasuk saya, hehehe… karena tidak adanya sanksi yang jelas karena melanggar merokok di sembarang tempat. Selain itu pengawasan dilakukan juga hampir tidak ada, hanya beberapa dosen yang secara proaktif menindak mahasiswa atau orang yang merokok di sembarang tempat seperti menyuruh untuk mematikan rokok, memperingatkan untuk merokok di kantin, bahkan sampai menarik sendiri dan mematikan rokok yang sedang dinikmati para perokok. Saya yakin, jika sosialisasi sanksi pelanggaran merokok di sembarang tempat dan pengawasan terhadap penyelenggaran peraturan dilakukan secara optimal, kampanye UMB bebas rokok bisa lebih efektif dan berhasil.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
*Tanda (Red:….)
: Pernyataan peneliti untuk menjelaskan singkatan
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Mahasiswa yang Tidak Merokok Universitas Mercu Buana Sdri. Horidatul Bakiyah Senin, 13 Desember 2010 Pukul: 14.00 WIB Tempat: Atrium Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Apakah Anda merokok? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? Sdri. Ida: Tidak, karena merokok merusak kesehatan. Pertanyaan 2: Peneliti: Apakah Anda mengetahui mengenai dilaksanakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Jika ya, apa sajakah yang Anda ketahui mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdri. Ida: Ya, mahasiswa dihimbau bahkan dilarang merokok (Apakah Anda mengetahui dimanakah area merokok tersebut?) Kalo tidak salah dekat kantin dah. Pertanyaan 3: Peneliti: Apakah Anda mengetahui latar belakang diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdri. Ida: Iya. Untuk menuju civitas akademik yang sehat, ditambah lagi ada peraturan dari pemerintah, kalau tidak salah UU No.75 tentang pembatasan merokok di tempat-tempat umum. Pertanyaan 4: Peneliti: Apakah Anda mengetahui tujuan diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdri. Ida: Iya, supaya kampus terbebas dari asap rokok, bersih dan sehat. Pertanyaan 5: Peneliti: Apakah Anda mengetahui siapa saja segmentasi sasaran Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Dapatkah Anda menyebutkannya?
Sdri. Ida: Seluruh civitas akademika yang berada di Universitas Mercu Buana, yaitu meliputi mahasiswa, mahasiswi, karyawan, dosen dan pejabat kampus. Pertanyaan 6: Peneliti: Dapatkah Anda menyebutkan pesan-pesan apa sajakah yang disampaikan oleh Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdri. Ida: “Terima kasih Anda tidak merokok di area ini, fakultas…” ngeliatnya di Fakultas Psikologi dan Fasilkom, “Menuju UMB Bebas Rokok”, “Dilarang merokok di area ini”, “Selamat datang di UMB bebas Rokok”, “Matikan rokok anda sekarang sebelum rokok mematikan Anda”. Kalau tidak salah yah kak, lupa redaksionalnya. Hehehe… (Dimana sajakah biasanya Anda melihat seluruh pesan ini?) Di depan TU Fakultas Psikologi, di depan TU Fasilkom, depan POP, kalau tidak salah yah kak. Hehehe… Pertanyaan 7: Peneliti: Dari mana sajakah Anda mendapatkan informasi mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok? Sdri. Ida: Banner atau spanduk. (Cuma itu saja yang Anda ketahui? Apakah ada media atau sarana lainnya?) Sepenglihatan saya itu kak… Pertanyaan 8: Peneliti: Menurut Anda, bagaimanakah pelaksanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini di lapangan? Apakah sudah sesuai dengan prosedur yang Anda ketahui? Jika sudah, mengapa? Jika belum, mengapa? Sdri. Ida: Belum, karena masih banyak civitas yg merokok di sembarang tempat, bukan di tempat yang telah disediakan kampus. (Apakah Anda pernah melihat penindakan yang dilakukan oleh pihak kampus ketika ada beberapa mahasiswa yang ketahuan merokok? Oleh siapa penindakan tersebut dilakukan?) Pernah, mahasiswa yang ketahuan merokok dimarahi oleh satpam yang keliling. (Apakah
menurut Anda efektif jika penindakan tersebut dilakukan oleh pihak tersebut?) Tidak efektif, karena perokok tersebut tetap saja merokok. Pertanyaan 9: Peneliti: Bagaimana dengan tingkat kebutuhan akan Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Apakah sangat dibutuhkan atau tidak dibutuhkan sama sekali? Mengapa? Sdri. Ida: Butuh. Iya karena itu, supaya kita tidak tercemar asap rokok, supaya sehat dan tidak terjangkit penyakit. Pertanyaan 10: Peneliti: Menurut Anda, apakah media yang digunakan sudah efektif atau belum? Jika sudah megapa? Jika belum, mengapa? Sdri. Ida: Cukup efektif, karena banner-bannernya sudah cukup banyak, dan layout serta tulisannya sudah cukup terbaca, tapi efektif atau tidaknya tergantung pada kesadaran sendiri yang mau tetap merokok di kampus apa tidak. Pertanyaan 11: Peneliti: Menurut Anda, apakah Kampanye Kampus Bebas Rokok ini sudah berhasil diterapkan di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana? Jika sudah berhasil, mengapa? Jika belum berhasil mengapa? Sdri. Ida: Belum, karena masih banyak civitas akademik yg merokok. Butuh waktu yang cukup lama untuk merubah perokok aktif supaya mereka bisa aware, paham, dan patuh akan himbauan pembatasan tempat bahkan pelarangan merokok. (Menurut Anda, apa lagi yang diperlukan oleh pihak kampus untuk menyempurnakan kampanye kampus bebas rokok ini sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang merokok di sembarang tempat?) Kalo mengenai itu sebenarnya tergantung pribadi diri sendiri yah kak. Tergantung mahasiswanya juga kak, dia sadar atau tidak. Kalaupun dia sadar, dia akan mematuhi peraturan peraturan tersebut. Terus kalau menurut aku, petugasnya harus lebih tegas, bukan sekedar
satpam saja. Ada yang harus menegur yang ditakuti oleh mahasiswa, atau bekerja sama dengan setiap fakultas memberikan sanksi yang harus benar-benar tegas. Tapi sebelumnya harus disosialisasiin dulu kak, misalnya menyangkut mata kuliah bahkan berhubungan dengan nilai. Merokok boleh saja, tapi harus patuh akan peraturan yaitu merokok pada tempat yang disediakan. Untuk sementara itu kak. Kalau untuk merubah semua mahasiswa agar tidak merokok itu sulit kak. Semuanya butuh proses. Pasti ada pro dan kontra kalau UMB memang benarbenar bersih tanpa asap rokok.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
Transkrip wawancara yang dilakukan dengan Mahasiswa yang Merokok Tapi Tidak Teratur Universitas Mercu Buana Sdr. Yunas Permana Sabtu, 19 Februari 2011 Pukul: 15.00 WIB Tempat: Atrium Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Pertanyaan 1: Peneliti: Apakah Anda merokok? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? Sdr. Yunas: Iya, karena pergaulan. Berawal dari coba-coba ketika di kelas 5 SD hingga sekarang ini. (Apakah Anda mengetahui mengenai bahaya merokok?) Yaa, saya mengetahuinya. (Tapi mengapa Anda masih tetap merokok?) Karena merokok sudah menjadi kebutuhan saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Pertanyaan 2: Peneliti: Apakah Anda mengetahui mengenai dilaksanakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Jika ya, apa sajakah yang Anda ketahui mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdr. Yunas: Iya. Hanya sekedar tahu tapi masih suka melanggar. Hehehe… (Apa saja yang Anda ketahui mengenai kampanye ini?) Yaa, larangan merokok di sekitar kampus. (Hanya itu saja?) Iya, hanya itu saja. Pertanyaan 3: Peneliti: Apakah Anda mengetahui latar belakang diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Yunas: Mungkin karena sudah diberlakukannya Peraturan Pemerintah mengenai larangan merokok di fasilitas umum, salah satunya kampus. (Dapatkah Anda menyebutkan nomor peraturan tersebut? Waduh, gak inget tuh yaa. Pertanyaan 4: Peneliti: Apakah Anda mengetahui tujuan diadakannya Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Jika ya, dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Yunas: Agar lingkungan kampus bebas rokok.
Pertanyaan 5: Peneliti: Apakah Anda mengetahui siapa saja segmentasi sasaran Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Dapatkah Anda menyebutkannya? Sdr. Yunas: Semua mahasiswa dan karyawan kampus UMB. Pertanyaan 6: Peneliti: Dapatkah Anda menyebutkan pesan-pesan apa sajakah yang disampaikan oleh Kampanye Kampus Bebas Rokok ini? Sdr. Yunas: Dilarang merokok di kawasan kampus. (Hanya itu saja yang Anda ketahui?) Sebenernya masih banyak tapi semua pesan yang saya lihat berkisar pada pesan mengenai pelarangan merokok di kawasan kampus. Pertanyaan 7: Peneliti: Dari mana sajakah Anda mendapatkan informasi mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok? Sdr. Yunas: Dari brosur yang ditempelkan di dinding kampus. (Apakah hanya itu saja?) Yaa, yang saya lihat hanya itu saja. Paling spanduk atau giant banner yang ada di gedung E. Pertanyaan 8: Peneliti: Menurut Anda, bagaimanakah pelaksanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini di lapangan? Apakah sudah sesuai dengan prosedur yang Anda ketahui? Jika sudah, mengapa? Jika belum, mengapa? Sdr. Yunas: Sudah. Hanya tinggal sosialisasinya saja yang kurang. (Kalau begitu masih belum donk karena kan masih ada kekurangannya?) Memang sih tapi sebagian besar bisa dikatakan berhasil. Hanya butuh sosialisasi secara gencar terus-menerus saja biar mahasiswanya tetap mendapatkan informasi mengenai kampanye ini.
Pertanyaan 9: Peneliti: Bagaimana dengan tingkat kebutuhan akan Kampanye Kampus Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana? Apakah sangat dibutuhkan atau tidak dibutuhkan sama sekali? Mengapa? Sdr. Yunas: Pasti, karena untuk keberlangsungan aktivitas kegiatan belajar mengajar yang lebih sehat. Pertanyaan 10: Peneliti: Menurut Anda, apakah media yang digunakan sudah efektif atau belum? Jika sudah megapa? Jika belum, mengapa? Sdr. Yunas: Kurang efektif. Buktinya masih banyak mahasiswa dan karyawan kampus yang melanggar. Padahal sudah ditempel brosur di dinding. Ini karena kurangnya sosialisasi kampanye tersebut. Pertanyaan 11: Peneliti: Menurut Anda, apakah Kampanye Kampus Bebas Rokok ini sudah berhasil diterapkan di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana? Jika sudah berhasil, mengapa? Jika belum berhasil mengapa? Sdr. Yunas: Belum. Karena kurangnya sosialisasi dan ketegasan dari pihak kampus. Kalau mau memberlakukan larangan, dibutuhkan sanksi agar program kampanye tersebut berjalan. (Jadi yang kurang adalah sanksi?) Iya, dan sosialisasinya tadi itu.
Keterangan: *Tanda ( … )
: Suara peneliti untuk menegaskan
Rencana Observasi Target: 1. Remaja 2. Dewasa 3. Orang tua
: 13 – 17 tahun : 18 – 35 tahun : 36 – 60 tahun
Pelaku Objek Sosial: 1. Mahasiswa, meliputi mahasiswa regular dan mahasiswa PKK 2. Dosen, meliputi dosen tetap dan dosen tidak tetap 3. Karyawan, meliputi lower management, middle management dan top management Target Lokasi: 1. Kantin Universitas Mercu Buana 2. Atrium Universitas Mercu Buana 3. Selasar Gedung A dan B Universitas Mercu Buana Tujuan observasi adalah melakukan observasi terhadap para pelaku objek sosial di target lokasi yang telah ditentukan di atas. Observasi ini melihat kecenderungan para pelaku objek sosial untuk merokok atau tidak dan melihat respons mereka terhadap Kampanye Kampus Bebas Rokok yang dilakukan di target lokasi tersebut. Instrumen atau Check List Observasi: 1. Pengaruh Kampanye Kampus Bebas Rokok secara langsung a. Petugas atau Duta Anti Rokok i. Apakah ada petugas atau Duta Anti Rokok yang terlihat berkeliling untuk mengawasi pelaksanaan Kampanye Kampus Bebas Rokok? ii. Apakah petugas atau Duta Anti Rokok tersebut memberikan teguran atau punishment kepada pelaku objek sosial yang ketahuan merokok di kawasan yang dilarang merokok? b. Punishment i. Apakah ada punishment yang diberikan bila pelaku objek sosial ketahuan merokok di kawasan yang dilarang merokok? ii. Apakah punishment dilakukan langsung di tempat atau dibawa ke tempat tertentu?
2. Pengaruh Kampanye Kampus Bebas Rokok secara tidak langsung a. Media Kampanye i. Apakah ada media yang digunakan untuk menandakan, memberitahu dan/atau mempersuasi pelaku objek sosial mengenai Kampanye Kampus Bebas Rokok? ii. Jenis media apakah yang digunakan di area yang diobservasi? iii. Apakah media tersebut diletakkan di tempat yang strategis dilalui oleh pelaku objek sosial atau tidak? iv. Apakah jumlah media tersebut banyak (>10 buah) atau sedikit (1-10 buah) atau tidak ada sama sekali (0 buah)? 3. Respons Pelaku Objek Sosial a. Terhadap Media Kampanye i. Bagaimana respons pelaku objek sosial terhadap media yang digunakan untuk berkampanye? Apakah membaca atau tidak mempedulikan? b. Terhadap Petugas atau Duta Anti Rokok i. Bagaimana respons pelaku objek sosial ketika melihat petugas atau Duta Anti Rokok berkeliling? ii. Bagaimana respons pelaku objek sosial ketika ditegur petugas atau Duta Anti Rokok ketika ketahuan merokok? c. Terhadap Pelaku Objek Sosial Lainnya i. Bagaimana respons pelaku objek sosial yang merokok dengan sesama pelaku objek sosial yang juga merokok? ii. Bagaimana respons pelaku objek sosial yang merokok dengan pelaku objek sosial yang tidak merokok? iii. Bagaimana respons pelaku objek sosial yang tidak merokok dengan sesama pelaku objek sosial yang tidak merokok? 4. Target Lokasi a. Keadaan Target Lokasi i. Bagaimana tingkat keramaian target lokasi yang diobservasi? ii. Bagaimana dengan tingkat kebersihan udara dari target lokasi tersebut? b. Perilaku Pelaku Objek Sosial dengan Target Lokasi i. Apakah pelaku objek sosial yang merokok, tetap merokok meskipun keadaan sekitarnya tidak ada yang merokok?
ii. Apakah pelaku objek sosial yang merokok, tetap merokok meskipun keadaan target lokasi dalam keadaan ramai dan sesak?
Lampiran 2
Hasil observasi yang dilakukan oleh Hansen Andrea Rabu, 15 Desember 2010 Pukul: 10.00 WIB Tempat: Koridor Gedung D, Lantai Dasar Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Objek Pengamatan : Mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas Mercu Buana Cara Pengamatan
: Observasi
Hasil Pengamatan
:
Terlihat lima mahasiswa sedang duduk di kursi di depan ruang POP (Pusat Operasional Perkuliahan). Dua dari lima mahasiswa tersebut terlihat sedang merokok. Mereka saling berbicara dengan asyik dan mahasiswa yang merokok tetap merokok. Ketiga temannya yang lain pun tidak merasa terganggu. Padahal, tepat di bagian atas kursi tempat mereka duduk dan bercengkerama, terdapat sebuah spanduk besar yang bertuliskan “UMB Tanpa Asap Rokok. Smoking Area Kantin UMB Lantai 1”. Sementara, di koridor di sebelah ruang POP yang menuju ke atrium, terdapat empat kelompok mahasiswa yang duduk dan bercengkerama di masingmasing kursi besar. Beberapa di antara mereka terlihat sedang memainkan laptop dan saling mengobrol. Salah satu mahasiswa terlihat sedang merokok dan tidak peduli dengan lingkungannya. Di bagian dinding sebelah kiri dan kanan masingmasing terdapat poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI”. Di bagian ujung koridor dekat mushola, terlihat sekitar lima orang mahasiswa sedang duduk di lantai dan bercengkerama. Mereka tidak ada yang terlihat sedang merokok. Di dinding bagian luar sebelah kanan mushola juga terdapat sebuah poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI”.
Di depan POP sendiri terletak sebuah banner yang berisikan proses untuk mengajukan komplain. Banner ini merupakan banner yang digunakan untuk mengganti banner kampanye Kampus Bebas Rokok yang juga diletakkan di tempat yang sama sebelumnya. Banner kampanye Kampus Bebas Rokok yang dimaksud adalah banner yang bergambar paru-paru perokok yang berwarna hitam, sebagai pertanda bahwa merokok itu berbahaya.
Hasil observasi yang dilakukan oleh Hansen Andrea Rabu, 15 Desember 2010 Pukul: 11.00 WIB Tempat: Koridor Gedung A dan B, Lantai Dasar Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Objek Pengamatan : Mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas Mercu Buana Cara Pengamatan
: Observasi
Hasil Pengamatan
:
Di ujung koridor A dekat pintu masuk, terlihat banyak mahasiswa sedang duduk di setiap kursi yang terdapat di koridor gedung A. Beberapa di antara mereka terlihat duduk di anak tangga yang terdapat di sana. Juga terlihat beberapa mahasiswa yang sedang mengurusi administrasi perkuliahan di Tata Usaha Fakultas Ekonomi, Biro Administrasi Keuangan dan Biro Adminitrasi Akademik. Di ujung koridor A yang mengarah ke atrium, terlihat beberapa mahasiswa sedang melakukan aktivitas fotokopi di Koperasi Karyawan. Di koridor gedung A tidak terlihat mahasiswa yang merokok. Di sepanjang koridor B, terlihat juga mahasiswa sedang duduk di kursi yang disediakan di sepanjang koridor B. Beberapa mahasiswa juga sedang mengurus administrasi perkuliahan di Tata Usaha Fakultas Teknik. Di koridor gedung B juga tidak terlihat mahasiswa yang merokok.
Hasil observasi yang dilakukan oleh Hansen Andrea Rabu, 15 Desember 2010 Pukul: 12.00 WIB Tempat: Kantin Lantai Dasar dan Lantai 1 Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Objek Pengamatan : Mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas Mercu Buana Cara Pengamatan
: Observasi
Hasil Pengamatan
:
Kantin lantai dasar Universitas Mercu Buana terlihat ramai di saat makan siang. Kantin lantai dasar ini dipadati oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana. Seluruh meja dan kursi terlihat penuh. Beberapa mahasiswa tampak sedang memesan makanan dan minuman di counter makanan dan minuman. Di sini, terlihat sekitar 10 mahasiswa sedang merokok. Di kantin lantai dasar ini juga terlihat ada sebuah papan bertuliskan “Area Merokok” di bagian kantin yang menghadap ke Tower Universitas Mercu Buana. Di kantin lantai satu juga tetrlihat ramai dengan mahasiswa dan beberapa dosen yang memenuhi seluruh meja dan kursi. Beberapa dari mereka terlihat memesan makanan dan minuman di counter makanan yang terletak di sana. Beberapa mahasiswa juga sedang memainkan laptop. Di kantin lantai satu ini terlihat banyak mahasiswa dan beberapa dosen sedang merokok sambil berbincang satu dengan yang lainnya.
Hasil observasi yang dilakukan oleh Hansen Andrea Rabu, 15 Desember 2010 Pukul: 14.00 WIB Tempat: Atrium Universitas Mercu Buana Universitas Mercu Buana Jakarta Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Objek Pengamatan : Mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas Mercu Buana Cara Pengamatan
: Observasi
Hasil Pengamatan
:
Area atrium terlihat cukup ramai dengan mahasiswa yang sedang dudukduduk di sana. Seluruh meja dan kursi di atrium penuh dengan mahasiswa yang sedang bercengkerama, mengerjakan tugas bersama-sama dan memainkan laptop. Di tengah atrium, terdengar suara dari radio kampus yang memutarkan musik dan sesekali terdengar suara penyiar radio. Terlihat satu kelompok mahasiswa di sebuah meja dekat dengan kantor Marketing yang lama, sedang makan dan minum. Sekitar tiga orang sedang merokok. Mereka semua tidak perduli dengan sekitarnya. Di ujung atrium terdapat mushola dan WC yang ramai oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa tampak menggunakan WC dan mushola. Beberapa mahasiswa terlihat dudukn di lantai sambil mengenakan sepatunya seusai melaksanakan sholat. Di sepanjang koridor di depan UMBCC terlihat sekelompok mahasiswa yang sedang duduk dan bercengkerama di sana. Tidak terlihat mereka merokok.
Lampiran 3 Kuesioner A "Mahasiswa Perokok" 1. Bagaimana pendapat anda jika merokok di tempat umum Item Sama sekali tidak peduli Biasa Saja Takut karena ada sanksi Malu karena mengganggu orang lain Abstain Total Responden
Jumlah 1 41 1 37 5 85
Persentase 1% 48% 1% 44% 6% 100%
2. Apakah anda setuju jika kampus kita dijadikan area bebas rokok Item Jumlah Sangat Setuju 17 Setuju 19 Tidak Setuju 37 Sangat Tidak Setuju 9 Abstain 3 Total Responden 85
Persentase 20% 22% 44% 11% 4% 100%
3. Jika anda merokok, apakah anda setuju jika disediakan ruang khusus untuk merokok Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 28 33% Setuju 27 32% Tidak Setuju 19 22% Sangat Tidak Setuju 8 9% Abstain 3 4% Total Responden 85 100%
4. Bagaimana pendapat anda jika tidak ada zona merokok dikampus Item Jumlah Sangat Setuju 4 Setuju 22 Tidak Setuju 39 Sangat Tidak Setuju 16 Abstain 4 Total Responden 85
Persentase 5% 26% 46% 19% 5% 100%
5. Bagaimana pendapat anda jika merokok di area bebas rokok dikenakan sanksi Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 14 16% Setuju 20 24% Tidak Setuju 33 39% Sangat Tidak Setuju 15 18% Abstain 3 4% Total Responden 85 100%
6. Jika setuju, apa sanksinya Item
Jumlah
Rokok diambil Peringatan Lisan Pemanggilan Sanksi Uang Rp 10.000 KTM / KTP ditahan Total Responden
7. Jika tidak setuju, apa saran anda bagi yang merokok diarea bebas rokok Dihukum Merokok pada tempatnya Ya udah si sepele Ya liat situasi aja Introspeksi diri Disediakan tempat rokok Diberi peringatan Disediakan tempat rokok Tetaplah merokok dimana saja Tidak membuat wilayah atau zona merokok Rokok boleh dimana saja kecuali di ruang rektorat dan didalam kelas Sadar aja Slow Sopan Peringatan lisan Sadar diri Skorsing Kurangi Hati-hati Ambil rokoknya No comment Ambil rokoknya Sadar Dicuekin saja karena masih terdapat hak asasi manusia Bebas, kan perokok Sabar aja Biasa aja Lihat-lihat tempat Merokok di tempat sepi Untuk lebih tahu diri Sadar Tahu diri Matiin rokok Jangan mengganggu orang lain Biarkan saja Rektor dan pranata kampus turun langsung ke lapangan No comment Acara anti rokok secara besar-besaran untuk didalam atau diluar kampus Pembakaran rokok atau pemusnahan rokok Tidak usah repot-repot
20 15 5 14 5 59
Persentase 34% 25% 8% 24% 8% 100%
Kuesioner B "Mahasiswa Bukan Perokok" 1. Bagaimana pendapat anda jika ada orang lain merokok di tempat umum Item Jumlah Sama sekali tidak peduli 1 18 Biasa Saja Seharusnya mereka takut karena ada sanksi 2 Seharusnya mereka sadar bahwa merokok dapat mengganggu 64 Abstain 0 Total Responden 85
Persentase 1% 21% 2% 75% 0% 100%
2. Apakah anda setuju jika kampus kita dijadikan area bebas rokok Item Jumlah Sangat Setuju 32 Setuju 33 Tidak Setuju 11 Sangat Tidak Setuju 9 Abstain 0 Total Responden 85
Persentase 38% 39% 13% 11% 0% 100%
3. Jika anda merokok, apakah anda setuju jika disediakan ruang khusus untuk merokok Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 33 39% Setuju 46 54% Tidak Setuju 5 6% Sangat Tidak Setuju 1 1% Abstain 0 0% Total Responden 85 100%
4. Bagaimana pendapat anda jika tidak ada zona merokok dikampus Item Jumlah Sangat Setuju 8 Setuju 25 Tidak Setuju 40 Sangat Tidak Setuju 12 0 Total Responden 85
Persentase 9% 29% 47% 14% 0% 100%
5. Bagaimana pendapat anda jika merokok di area bebas rokok dikenakan sanksi Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 30 35% Setuju 47 55% Tidak Setuju 7 8% Sangat Tidak Setuju 1 1% Abstain 0 0% Total Responden 85 100%
6. Jika setuju, apa sanksinya Item Rokok diambil Peringatan Lisan Pemanggilan Sanksi Uang Rp 10.000 KTM / KTP ditahan Total Responden
Jumlah 15 8 11 31 16 81
7. Jika tidak setuju, apa saran anda bagi yang merokok diarea bebas rokok Biarkan saja, selama tidak mengganggu orang yang tidak merokok Sadarilah rokok itu sangat mengganggu Jangan merokok dimana-mana Sadar diri Sadar diri Bahaya Peraturan ditegaskan (diberi ruang khusus) Merokok pada tempatnya Menghormati orang yang tidak merokok Marahin aja kalau gag ngerti-ngerti Denda Hargai orang lain Sadar aja untuk kepentingan umum Sadar diri Teguran Didenda Harap dimusnahkan semuanya Seharusnya mereka disediakan area merokok Melihat kondisi sekitar agar tidak mengganggu Denda Rp. 50000 juga tidak apa-apa Sadar aja untuk kepentingan umum Lebih tahu diri Disediakan smoking area Matiin rokoknya Dimusnahkan
Persentase 19% 10% 14% 38% 20% 100%
Kuesioner A "Karyawan Perokok" 1. Bagaimana pendapat anda jika merokok di tempat umum Item Sama sekali tidak peduli Biasa Saja Takut karena ada sanksi Malu karena mengganggu orang lain Abstain Total Responden
Jumlah
2. Apakah anda setuju jika kampus kita dijadikan area bebas rokok Item Jumlah Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Abstain Total Responden
0 10 0 5 0 15
Persentase 0% 67% 0% 33% 0% 100%
3 6 6 0 0 15
Persentase 20% 40% 40% 0% 0% 100%
3. Jika anda merokok, apakah anda setuju jika disediakan ruang khusus untuk merokok Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 9 60% Setuju 6 40% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% Abstain 0 0% Total Responden 15 100%
4. Bagaimana pendapat anda jika tidak ada zona merokok dikampus Item Jumlah Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Abstain Total Responden
0 3 8 4 0 15
Persentase 0% 20% 53% 27% 0% 100%
5. Bagaimana pendapat anda jika merokok di area bebas rokok dikenakan sanksi Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 1 7% Setuju 4 27% Tidak Setuju 8 53% Sangat Tidak Setuju 2 13% Abstain 0 0% Total Responden 15 100% 6. Jika setuju, apa sanksinya Item Rokok diambil Peringatan Lisan Pemanggilan Sanksi Uang Rp 10.000 KTM / KTP ditahan Total Responden
Jumlah 6 3 0 2 0 11
Persentase 55% 27% 0% 18% 0% 100%
7. Jika tidak setuju, apa saran anda bagi yang merokok diarea bebas rokok Gunakan Bahasa dan pendekatan yang baik Teguran Tempat Dikasih tahu Bawa segelas kopi dan cemilan, buang puntung rokok pada tempatnya Tangkap Dibiarkan saja yang penting tidak mengotori lantai Ruang khusus merokok Seminar
Kuesioner B "Karyawan Bukan Perokok" 1. Bagaimana pendapat anda jika ada orang lain merokok di tempat umum Item Jumlah Sama sekali tidak peduli Biasa Saja Seharusnya mereka takut karena ada sanksi Seharusnya mereka sadar bahwa merokok dapat mengganggu Abstain Total Responden
0 5 1 9 0 15
Persentase 0% 33% 7% 60% 0% 100%
2. Apakah anda setuju jika kampus kita dijadikan area bebas rokok Item Jumlah Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Abstain Total Responden
6 6 1 2 0 15
Persentase 40% 40% 7% 13% 0% 100%
3. Jika anda merokok, apakah anda setuju jika disediakan ruang khusus untuk merokok Item Jumlah Persentase Sangat Setuju 5 33% Setuju 8 53% Tidak Setuju 2 13% Sangat Tidak Setuju 0 0% Abstain 0 0% Total Responden 15 100%
4. Bagaimana pendapat anda jika tidak ada zona merokok dikampus Item Jumlah Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Abstain Total Responden
2 5 7 1 0 15
Persentase 13% 33% 47% 7% 0% 100%
5. Bagaimana pendapat anda jika merokok di area bebas rokok dikenakan sanksi Item Jumlah Sangat Setuju 4 Setuju 7 Tidak Setuju 3 Sangat Tidak Setuju 1 Abstain 0 Total Responden 15
Persentase 27% 47% 20% 7% 0% 100%
6. Jika setuju, apa sanksinya Item
Jumlah
Rokok diambil Peringatan Lisan Pemanggilan Sanksi Uang Rp 10.000 KTM / KTP ditahan Total Responden
5 4 1 4 5 19
7. Jika tidak setuju, apa saran anda bagi yang merokok diarea bebas rokok Dibina agar jangan merokok lagi Perlu dipasang CC TV disetiap koridor atau setiap lantai gedung Kalau bisa berkelanjutan
1
Persentase 26% 21% 5% 21% 26% 100%
Perokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Bkn perokok sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah
HASIL SURVEI KAMPANYE KAMPUS BEBAS ROKOK "KELOMPOK BUKAN PEROKOK"
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sagat Tidak Setuju Abstain
Area Bebas Mahasiswa Karyawan 38% 40% 39% 40% 13% 7% 11% 13% 0% 0%
Sanksi Rp 10000 KTM/KTP Ditahan Rokok Diambil Pemanggilan Peringatan Lisan
Jenis Sanksi Mahasiswa Karyawan 38% 21% 20% 26% 19% 26% 14% 35% 10% 21%
Kepedulian Merokok Mahasiswa Karyawan Sama Sekali Tidak Peduli 1% 0% Biasa Saja 21% 33% Seharusnya Mereka Takut 2% 7% karena ada sanksi Seharusnya Mereka 75% 60% Sadar Bahwa bahwa merokok dapat mengganggu Abstain 0% 0%
Zona Merokok Mahasiswa Karyawan 39% 39% 54% 53% 6% 13% 1% 0% 0% 0%
Tidak Ada Zona Merokok Mahasiswa Karyawan 9% 13% 29% 33% 47% 47% 14% 7% 0% 0%
Sanksi di Zona Merokok Mahasiswa Karyawan 35% 27% 55% 47% 8% 20% 1% 7% 0% 0%
Sampel: 100 responden ANALISA: 1. Kelompok bukan perokok umumnya SETUJU area bebas rokok dan ada zona merokok, namun mereka TIDAK SETUJU jika tidak ada zona merokok 2. Tingkat kepedulian lingkungan SANGAT TINGGI
humas&cc
HASIL SURVEI KAMPANYE KAMPUS BEBAS ROKOK "KELOMPOK PEROKOK"
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Abstain
Area Bebas Rokok Zona Merokok Mahasiswa Karyawan Mahasiswa Karyawan 20% 20% 35% 60% 22% 40% 32% 40% 44% 40% 22% 0% 11% 0% 9% 0% 4% 0% 4% 0%
Sanksi Rp 10000 KTM/KTP Ditahan Rokok Diambil Pemanggilan Peringatan Lisan
Jenis Sanksi Mahasiswa Karyawan 34% 55% 25% 27% 24% 18% 8% 0% 8% 0%
Kepedulian Merokok Mahasiswa Karyawan Sama Sekali Tidak Peduli 1% 1% Biasa Saja 48% 21% Takut karena Ada Sanksi 1% 2% Malu Karena Mengganggu 44% 75% orang lain Abstain 6% 0%
Tidak Zona Merokok Sanksi di Zona Merokok Mahasiswa Karyawan Mahasiswa Karyawan 5% 0% 16% 7% 26% 20% 24% 27% 46% 53% 39% 53% 19% 27% 18% 13% 0% 0% 4% 0%
Sample: 100 responden ANALISA: 1. Kelompok perokok umumnya TDK SETUJU area bebas rokok dan jika tidak ada zona merokok (zero), namun SETUJU sanksi jika merokok di bukan zona merokok 2. Ketidakpedulian terhadap lingkungan saat merokok CUKUP TINGGI, sehingga perlu treatmen buat mereka yang cuek terhadap lingkungan/kesehatan orang lain
humas&cc
SARAN: 1. Diupayakan melakukan kegiatan berkesinambungan dari Universitas agar program kampus bebas rokok dapat berhasil 2. Harus disusun formula edukasi yang sifatnya soft kepada para perokok secara terus menerus 3. Segera ditentukan sanksi yang tegas dan mendidik kepada perokok di zona dilarang merokok 4. Jika ingin menyatukan kegiatan pencanangan kampus bebas rokok dengan hari rokok sedunia, diusulkan pencanangan hari Rabu, 27 Mei 2009. Dengan sosialisasi yang sifatnya soft campaign 3 minggu sebelum pencanangan, start 1 Mei 2009 5. Format pencanangan dalam bentuk sosialisasi dari YLKI dan pencanangan oleh Rektor UMB sekaligus penyematan pin Kampus Bebas Rokok kepada Duta Anti Rokok ( perwakilan mahasiswa dan karyawan) 6. Perlu dipertimbangkan fasilitas yang disediakan di zona merokok apakah sudah memadai dari aspek kursi, asbak/tempat sampah serta kenyamanan perokok, karena jika kondisi terik saat waktu perkuliahan umumnya mahasiswa masih suka merokok di selasar perbatasan gedung E ke D, selasar gedung B dan gedung A. Terimakasih Humas & Cc 30 Maret 2009
Lampiran 4
Hasil Dokumentasi Desain 1. Spanduk
Spanduk Pencanangan UMB Bebas Rokok
Spanduk 1
Spanduk 2
Spanduk 3
Spanduk 4
Spanduk 5
2. Poster
Poster 1
Poster 3
Poster 2
Poster 4
3. Banner
Banner 1
Banner 2
4. Giant Banner
Giant Banner
5. Mini Flyer
Mini Flyer 1
Mini Flyer 2 6. Sign Board
Sign Board
7. Umbul-Umbul
Umbul-Umbul 8. Pin
Pin
9. Kaos Duta Anti Rokok
Kaos Tampak Depan
Kaos Tampak Belakang
10. Vest Duta Anti Rokok
Vest Tampak Depan
Vest Tampak Belakang